KARAKTERISTIK DAN POTENSI EKONOMI DAERAH Oleh: Dr. H. Ardito Bhinadi, M.Si

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan tetapi untuk melengkapi data penelitian ini dibutuhkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

METODE PENELITIAN. penulisan skripsi ini, penelitian dilakukan di Provinsi Lampung. Secara khusus

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhibungan dengan penelitian. Sektor atau kegiatan basis adalah sektor atau kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk dalam suatu negara

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

II.TINJAUAN PUSTAKA. A. Teori Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah. pada Gross Domestic Product (GNP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

Keywords : transformation economic structure,base sectors,shift share,lq,mrp, Overlay

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kapasitas tenaga kerja dan identifikasi pasar pasar serta

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MADIUN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DAN KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI KABUPATEN BULELENG

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Analisis Sektor Unggulan dan Hubungannya dengan Ketenagakerjaan dan Kemiskinan di Provinsi Jambi. Oleh; Irmanelly Ahmad Soleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar belakang Rumusan Masalah... 6

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

BAB III METODE PENELITIAN. ekonomi yang ada di Pulau Jawa. Selain mengetahui struktur juga untuk

PERUBAHAN STRUKTUR DAN TIPOLOGI EKONOMI KABUPATEN SAMBAS SRI MULYATI B

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DAN KLASIFIKASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

Kajian Prospek Dan Potensi Investasi Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tinjauan Pustaka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

BAB III METODE PENELITIAN

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH DAN KABUPATEN BENER MERIAH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari instansi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.

IDENTIFIKASI SEKTOR SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN BATANGHARI

APLIKASI ANALISIS SHIFT SHARE PADA TRANSFORMASI SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN BLORA TAHUN

III. METODE PENELITIAN. Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pringsewu dan Produk Domestik

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

III. BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS EKONOMI KOTA TOMOHON TAHUN

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 1 Maret 2013 TRANSFORMASI STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN SIAK TAHUN Yudha Prawira dan Wahyu Hamidi

III. METODE PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

ANALISIS SEKTOR EKONOMI BASIS DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BATU

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN MERAUKE TAHUN Rizka Andani 1 Yundy Hafizrianda 2

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

Jurnal Fokus Bisnis, Volume 13, No 01, bulan Juli

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PACITAN TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH OLEH PURWANINGSIH H

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

ANALISIS POTENSI EKONOMI LOKAL UNTUK PENGEMBANGAN DAN PENGUATAN DAYA SAING DAERAH DI KABUPATEN ALOR TAHUN Skripsi

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

Rumus. 9. Jasa-Jasa 0,47 0,50 0,52 0,54 0,56 0,52 Non Basis. = Nilai produksi subsektor i pada provinsi. = Total PDRB Provinsi

Transkripsi:

KARAKTERISTIK DAN POTENSI EKONOMI DAERAH Oleh: Dr. H. Ardito Bhinadi, M.Si A. Analisis Shift-Share Untuk mengetahui tingkat perkembangan perekonomian wilayah digunakan metode shift share. Peubah utama yang digunakan adalah PDRB setiap kecamatan dengan menggunakan data pada dua titik, misal tahun 2000 sebagai tahun awal dan tahun 2010 sebagai tahun akhir. Analisis Shift Share (SSA) digunakan untuk melihat kecenderungan transformasi struktur perekonomian wilayah. Analisis ini dapat juga digunakan untuk melihat sumbangan (share) suatu sektor terhadap perekonomian wilayah yang lebih luas (share terhadap kecamatan), dan sektor-sektor yang mengalami kemajuan selama periode pengukuran. Di samping itu hasil analisis ini dapat juga digunakan untuk menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktivitas tertentu di suatu wilayah atau perubahan aktivitas dalam cakupan wilayah yang lebih luas. Dengan SSA dapat diketahui sektor-sektor ekonomi unggulan untuk masing-masing wilayah (misal: kecamatan) dan perbandingan relatif tingkat pertumbuhan perekonomian wilayah serta kecendrungannya. Hasil analisis ini dapat menjelaskan kinerja (performance) suatu aktivitas di suatu kecamatan dan membandingkannya dengan kinerja di dalam wilayah kecamatan serta mampu menjelaskan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu aktivitas. Sebab-sebab terjadinya pertumbuhan tersebut adalah : (1) sebab yang berasal dari dinamika lokal (sub wilayah), (2) sebab dari dinamika aktivitas/sektor (total wilayah), dan (3) sebab dari dinamika wilayah secara umum. Gambaran kinerja aktivitas suatu wilayah dapat dijelaskan dari hasil perhitungan pada tingkat komponen analisis (Yandri 2003), yaitu : 1 Komponen laju pertumbuhan agregat (komponen regional/agregate shift), komponen ini menyatakan pertumbuhan total wilayah studi yang menunjukan dinamika wilayah. 2. Komponen pergeseran proporsional (komponen proportional shift), komponen ini menyatakan pertumbuhan total PDRB atau tenaga kerja pada sektor tertentu secara relatif dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam kecamatan yang menunjukan dinamika sektor/ aktivitas total dalam wilayah. Komponen pergeseran diferensial (komponen differential shift), komponen ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktivitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor/aktivitas tersebut dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika (keunggulan) suatu sektor/aktivitas tertentu di sub wilayah atau kecamatan tertentu terhadap aktivitas di kecamatan lain. Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam analisis shift-share, yaitu klasik, Esteban- Marquillas dan Arcelus (Soepono, 1993 dan Hermanto, 2000). 1

1. Analisis Klasik Teknik ini membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor di wilayah kecamatan dengan laju pertumbuhan perekonomian di wilayah kecamatan serta sektor-sektornya, dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dari perbandingan-perbandingan tersebut. Sehingga, dapat diketahui adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian kecamatan jika kecamatan tersebut memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam perekonomian kabupaten. Jika penyimpangannya positif, maka menunjukkan adanya keunggulan kompetitif dari suatu sektor dalam wilayah kecamatan tersebut. Teknik analisis shift-share membagi pertumbuhan sebagai perubahan (D) suatu variabel di wilayah kecamatan seperti PDRB, nilai tambah, pendapatan atau output, selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh-pengaruh: pertumbuhan kabupaten (N), bauran industri (M) dan keunggulan kompetitif (C). Pengaruh pertumbuhan kabupaten disebut pengaruh pangsa (share), pengaruh bauran industri disebut proportional shift atau bauran komposisi, dan pengaruh keunggulan kompetitif dinamakan differential shift atau regional share. Untuk industri atau sektor i di kecamatan j: (1) D ij = N ij + M ij + C ij Bila analisis tersebut di atas diterapkan kepada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Y, maka (2) D ij = Y * ij - Y ij (3) N ij = Y ij. r n (4) M ij = Y ij (r in - r n ) (5) C ij = Y ij (r ij - r in ) di mana: r ij, r in dan r n mewakili laju pertumbuhan wilayah kecamatan dan kabupaten yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut: (6) r ij = (Y * ij - Y ij ) / Y ij (7) r in = (Y * in - Y in ) / Y in (8) r n = (Y * n Y n ) / Y n sedangkan Y ij = PDRB sektor i di wilayah kecamatan j, Y in = PDRB sektor i di wilayah kabupaten, dan Y n = PDRB di wilayah kabupaten, semuanya diukur pada suatu tahun dasar. Superscript * menunjukkan PDRB pada tahun analisis. Untuk suatu wilayah kecamatan, pertumbuhan kabupaten (3), bauran industri (4) dan keunggulan kompetitif (5) dapat ditentukan untuk sektor i atau dijumlah untuk semua sektor dalam keseluruhan wilayah kecamatan. Persamaan shift-share untuk sektor i di kecamatan j adalah: (9) D ij = Y ij. r n + Y ij (r in - r n ) + Y ij (r ij - r in ) Persamaan shift-share ini membebankan tiap sektor wilayah kecamatan dengan laju pertumbuhan yang setara dengan laju yang dicapai oleh perekonomian kabupaten selama kurun waktu analisis. Ini tercermin pada persamaan (3), yang menunjukkan bahwa sektor-sektor di 2

wilayah kecamatan hendaknya paling sedikit tumbuh sebesar laju pertumbuhan kabupaten yaitu r n. Setelah ditentukan besarnya pertumbuhan wilayah kabupaten, pertumbuhan suatu variabel wilayah kecamatan yang tersisa merupakan suatu net gain atau net loss (atau shift) bagi wilayah kecamatan yang bersangkutan. Dengan kata lain, perbedaan antar perubahan nyata PDRB (sebagai variabel wilayah kecamatan) dan pengaruh pertumbuhan wilayah kabupaten (persamaan 3) disebut net shift sektor i di kecamatan j. Net shift ini juga sama dengan total dari pengaruh bauran industri (persamaan 4) dan pengaruh keunggulan kompetitif (persamaan 5). Pengaruh bauran industri untuk sektor i akan positif di semua wilayah kecamatan jika PDRB di sektor i tumbuh lebih cepat daripada PDRB keseluruhan di wilayah kabupaten (r in > r n ). Demikian pula, pengaruh bauran industri menjadi nol jika (r in = r n ), atau negatif jika (r in < r n ). Selanjutnya, keunggulan kompetitif sektor i di kecamatan j dapat positif jika pertumbuhan PDRB sektor tersebut di wilayah kecamatan lebih cepat dari pertumbuhan di sektor yang sama di wilayah kabupaten (r ij > r in ), nol jika (r ij = r in ), atau negatif jika (r ij < r in ). Suatu keunggulan kompetitif yang positif (negatif) mempunyai implikasi bahwa share suatu wilayah kecamatan atas PDRB wilayah kabupaten di suatu sektor tertentu, naik (turun) selama kurun waktu analisa. Jika tiap komponen (pengaruh) shift-share dijumlahkan untuk semua sektor, maka tanda hasil penjumlahan tersebut menunjukkan arah perubahan dalam pangsa wilayah kecamatan dalam PDRB wilayah kabupaten. Pengaruh bauran industri total akan positif (negatif) di kecamatan-kecamatan dengan proporsi PDRB di atas rata-rata di sektor-sektor dengan pertumbuhan yang cepat (statis atau menurun) di tingkat kabupaten. Demikian juga, pengaruh keunggulan kompetitif total akan positif (negatif) di kecamatan-kecamatan di mana PDRB berkembang lebih cepat (lebih lambat) daripada struktur bauran industri atau PDRB. 2. Modifikasi Estaban-Marquillas Teknik analisis ini mengandung suatu unsur baru yaitu homothetic output di sektor i di kecamatan j, diberi notasi Y ij, dan dirumuskan sebagai berikut: (10) Y ij = Y j (Y in /Y n ) Y ij adalah PDRB yang dicapai sektor i di kecamatan j jika struktur PDRB di kecamatan tersebut sama dengan struktur kabupaten. Dengan mengganti PDRB nyata (Y ij ) dengan PDRB homothetic (Y ij), persamaan (5) diubah menjadi: (11) C ij = Y ij (r ij - r in ) C ij mengukur keunggulan atau ketidakunggulan kompetitif di sektor i di perekonomian suatu wilayah kecamatan. Untuk sektor i di kecamatan j, pengaruh alokasi (A ij ) dirumuskan sebagai berikut: (12) A ij = (Y ij -Y ij)( r ij - r in ) A ij adalah bagian dari pengaruh (keunggulan) kompetitif tradisional (klasik) yang menunjukkan adanya tingkat spesialisasi di sektor i di kecamatan j. Dengan kata lain, A ij adalah perbedaan antara PDRB nyata di sektor i di kecamatan j dan PDRB di sektor wilayah tersebut (r ij ) jika struktur PDRB wilayah kecamatan tersebut sama dengan struktur PDRB di wilayah kabupaten 3

dan nilai perbedaan tersebut dikalikan dengan perbedaan antara laju pertumbuhan sektor di wilayah kecamatan tersebut (r ij ) dan laju pertumbuhan sektor di wilayah kabupaten (r in ). Lebih jelasnya persamaan (12) menunjukkan bahwa jika suatu wilayah kecamatan mempunyai spesialisasi di sektor-sektor tertentu, maka sektor-sektor itu juga menikmati keunggulan kompetitif yang lebih baik. Modifikasi Estaban-Marquillas terhadap analisis shift-share adalah: (13) D ij = Y ij (r n ) + Y ij (r ij - r n ) + Y ij (r ij - r in ) + (Y ij -Y ij)( r ij - r in ) 3. Modifikasi Arcelus terhadap Analisis Shift-Share Modifikasi ini memasukkan sebuah komponen yang merupakan dampak pertumbuhan intern suatu wilayah atas perubahan (PDRB) wilayah. Modifikasi ini mengganti C ij dengan sebuah komponen yang disebabkan oleh pertumbuhan wilayah dan sebuah komponen bauran industri regional sebagai sisanya. Arcelus menekankan komponen kedua yang mencerminkan adanya agglomeration economies (penghematan biaya per satuan karena kebersamaan lokasi satuansatuan usaha). Sedangkan regional growth effect (pengaruh pertumbuhan wilayah) merupakan prestasi ekonomi dari sektor i di wilayah kecamatan j (dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor tersebut di wilayah kabupaten) dikalikan dengan selisih antara laju pertumbuhan wilayah kecamatan di semua sektor (r j ) dan laju pertumbuhan semua sektor di wilayah kabupaten (r n ). Pengaruh pertumbuhan wilayah kecamatan (R ij ) dirumuskan sebagai berikut: (14) R ij = Y ij (r j - r n ) + (Y ij -Y ij)( r j - r n ) di mana: Y ij = homothetic output sektor i di kecamatan j Y ij = output sektor i di kecamatan j r j = laju pertumbuhan kecamatan j r n = laju pertumbuhan kabupaten Komponen bauran industri regional menurut Arcelus dirumuskan sebagai berikut: (15) RI ij = Y ij {(r ij r j ) - (r in - r n )} + (Y ij -Y ij){(r ij r j ) - (r in - r n )} B. Analisis Location Quotient Analisis ini merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperluas analisis shift share. Teknik ini membantu untuk menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat self-sufficiency suatu sektor. Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: a. kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industry basic. Nilai LQ lebih besar dari satu. b. kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini dinamakan industry non basic atau industri lokal. Nilai LQ kurang dari satu. yi yt Koefisien LQ Yi Y n 4

di mana: y i = pendapatan sektor ekonomi kecamatan y t = pendapatan daerah kecamatan Y i = pendapatan sektor ekonomi kabupaten Y t = pendapatan daerah kabupaten C. Analisis MRP Analisis MRP dilakukan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi terutama struktur ekonomi suatu daerah/wilayah yang menekankan pada kriteria pertumbuhan baik secara eksternal (wilayah referensi) maupun internal (wilayah studi). Pendekatan analisis MRP dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPR), dan (2) rasio pertumbuhan wilayah studi (RPS). RPR membandingkan pertumbuhan masing-masing kegiatan dalam wilayah referensi dengan PDRB wilayah referensi. Jika nilai RPR lebih besar dari 1 maka RPR dikatakan (+), dan jika nilai RPR lebih kecil dari 1 maka RPR dikatakan (-). RPR (+) menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu kegiatan tertentu dalam wilayah referensi lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB wilayah referensi. Demikian pula sebaliknya, RPR (-) menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu kegiatan tertentu di wilayah referensi lebih rendah dari pertumbuhan PDRB wilayah referensi tersebut. RPS membandingkan pertumbuhan kegiatan dalam tingkat wilayah studi dengan kegiatan Hasil analisis MRP diklasifikasikan menjadi empat: 1. Klasifikasi 1, yaitu nilai (+) dan (+) berarti kegiatan tersebut mempunyai pertumbuhan yang menonjol baik pada tingkat wilayah referensi maupun pada tingkat wilayah studi. Kegiatan ini selajuntunya disebut sebagai dominan pertumbuhan. 2. Klasifikasi 2, yaitu nilai (+) dan (-) berarti kegiatan tersebut pada tingkat wilayah referensi mempunyai pertumbuhan yang menonjol namun pada wilayah studi belum menonjol. 3. Klasifikasi 3, yaitu nilai (-) dan (+) berarti kegiatan tersebut pada tingkat wilayah referensi pertumbuhannya tidak menonjol, akan tetapi pada wilayah studi pertumbuhan kegiatan tersebut menonjol. Kegiatan ini dari sudut wilayah studi diharapkan akan potensial peranannya dalam memberikan kontribusi pertumbuhan wilayah referensi maupun wilayah studi. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang potensial untuk dikembangkan di wilayah studi. 4. Klasifikasi 4, yaitu (-) dan (-) berarti kegiatan tersebut baik pada tingkat wilayah referensi maupun wilayah studi mempunyai pertumbuhan yang rendah. D. Klassen Typologi Klassen Typologi digunakan untuk melihat gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi, dalam hal ini dianalisis dengan menggunakan 5

Klassen Typologi sebagai dasar analisis. Melalui analisis ini dapat diperoleh 4 klasifikasi sektorsektor ekonomi yang masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda, yaitu sektor maju dan tumbuh cepat, sektor maju tetapi tertekan, sektor berkembang cepat dan sektor relatif tertinggal. Klasifikasi sektor ekonomi menurut Klassen Typologi yi > y yi < y ri > r sektor maju dan tumbuh cepat sektor berkembang cepat ri < r sektor maju tetapi tertinggal sektor relatif tertinggal ri = laju pertumbuhan sektor i, r = laju pertumbuhan PDRB yi = kontribusi sektor i terhadap PDRB y = kontribusi rata-rata sektor PDRB E. Analisis Overlay Analisis overlay digunakan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kriteria kontribusi. Setiap sektor diklasifikasikan menjadi 4 tipe, yaitu: 1. pertumbuhan +, kontribusi -, menunjukkan suatu kegiatan yang sangat dominan baik dari pertumbuhan maupun kontribusi. 2. Pertumbuhan +, kontribusi -, menunjukkan bahwa pertumbuhan dominan, kontribusinya kecil, kegiatan ini dapat ditingkatkan kontribusinya untuk dipacu menjadi kegiatan yang dominan. 3. Pertumbuhan -, kontribusi +, menunjukkan bahwa kegiatan ini sangat memungkinkan merupakan kegiatan yang sedang mengalami penurunan. 4. Pertumbuhan -, kontribusi -, menunjukkan bahwa kegiatan ini tidak potensial dari kedua kriteria. F. Rasio Penduduk-Pengerjaan (RPP) RPP = jumlah penduduk jumlah pekerja sektoral 6