KEBIJAKAN DEVIDEN. Kebijakan deviden yang optimal menyeimbangkan kedua hal tersebut dan memaksimalkan harga saham.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 10 KEBIJAKAN DIVIDEN

KEBIJAKAN DEVIDEN. 1. Beberapa Teori Kebijakan Dividen :

Dividen dan Pembelian Kembali Saham. Rita Tri Yusnita, SE., MM.

Dividen adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN DIVIDEN (DIVIDEND POLICY)

KEBIJAKAN DIVIDEN (DIVIDEND POLICY)

HUB DIVIDEND POLICY & INTERNAL FINANCING Pengertian internal financing disini adalah dalam artian yang luas, yaitu kebutuhan dana yang diperoleh dari


Kebijakan Dividen 1 BAB 11 KEBIJAKAN DIVIDEN

Muniya Alteza

KEBIJAKAN DIVIDEN materi 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian tentang pengaruh profitability dan investment opportunity set. (pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) memiliki

Tipe dan Cara Pembayaran Dividen

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

KEBIJAKAN DIVIDEN. 4. Stock Repurchase, Stock Split dan Stock Dividend. 1. Pengertian Kebijakan Dividen 2. Teori Dividen 3. Bentuk Kebijakan Dividen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kas maupun dalam bentuk lainnya. Dividen merupakan konsekuensi yang muncul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

umum lebih menyukai dividen daripada capital gain. Berarti pula bahwa terdapat

BAB II LANDASAN TEORI

TEORI DEVIDEN (DIVIDEND THEORY)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aliran kas bebas atau lebih sering dikenal dengan free cash flow dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Devidend Payout Ratio. being made better off financially (Prasanna Chandra;1997 dalam Azhagaiah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB VI KEBIJAKAN DIVIDEN

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam penelitian ini, maka peneliti mencoba untuk mereview kembali penelitianpenelitian

BAB IV KEBIJAKAN DIVIDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Deviden Perusahaan Kontroversi Devidend Dana yang bisa dibagikan sebagai devidend Stabilitas Devidend Pembayaran Devidend

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang

BAB II LANDASAN TEORI

Handout Manajemen Keuangan Lanjutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB II LANDASAN TEORI. Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern), laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II VARIABEL YANG MEMPENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

FINANCIAL MANAGEMENT KEPUTUSAN PENDANAAN & KEBIJAKAN DEVIDEN

BAB II LANDASAN TEORI. secara global. Salah satu jenis investasi adalah investasi saham. Investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Debt To Equity Ratio (DER) dan Devidend Payout Ratio (DPR)

DIVIDEN POLICY. Laba Sebelum Pajak. Laba Setelah Pajak. Pajak. Deviden. Laba yg tersedia bagi Pemegang Saham Biasa. Laba Setelah.

II. LANDASAN TEORI. laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dividen merupakan bentuk pengembalian (return) diluar capital gain yang

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tersebut. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan Price to Book Value

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR MODAL. Rona Tumiur Mauli Caroline Simorangkir, SE.,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS. Program Studi AKUNTANSI.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern),

II. LANDASAN TEORI. Robert Ang (1997) dalam Priono (2006:10) menyatakan bahwa dividen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka panjang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibagikan perusahaan dapat berupa tunai (cash dividend) yaitu kepada setiapp

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Lukas Setia Atmaja (2010:110) menyebutkan ada lima

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2014). Stice et al (2005) dalam Suharli (2007) mengartikan dividen sebagai

BAB I PENDAHULUAN. cara meningkatkan nilai perusahaan. Harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CHAPTER 16. Distributions to Shareholders: Dividends and Repurchases. 9/29/2011 Magsi UNS 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian Budi Hardiatmo dan Daljono (2013) Penelitian ini mengambil topik tentang analisis faktor - faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti ini merujuk penelitian-penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Perusahaan yang sukses akan memperoleh pendapatan (income).

BAB II KAJIAN TEORI. dividen non kas (Mahmud M Hanafi, 2014:361). Dividen kas (cash dividend)

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai investasi yang dianggap memiliki net present

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu menghasilkan keuntungan untuk meningkatkan value of the. firm dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

Bab 9 Kebijakan Dividen

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang melakukan investasi antara lain: mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam proses keputusan investasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentu saja mengharapkan return atau keuntungan yang akan diperoleh dari

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Deviden Per Share dan Earning Per Share secara parsial

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Teori burung di tangan (Bird in the Hand)

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 3, NO 2, Edisi Juni 2011

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pasar Modal secara umum menurut Keputusan Menteri Keuangan RI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TELAAH TEORETIS DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modalnya kepada perusahaan tersebut. Nilai perusahaan memberikan gambaran

Transkripsi:

KEBIJAKAN DEVIDEN Kebijakan deviden menyangkut keputusan apakah laba akan dibayarkan sebagai deviden atau ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Kebijakan deviden merupakan kebijakan yang kontroversial, karena: Bila deviden ditingkatkan, arus kas akan meningkat bagi investor, akan menguntungkan investor. Bila deviden ditingkatkan, laba ditahan yang direivestasi menurun, pertumbuhan masa depan menurun, akan merugikan investor. Kebijakan deviden yang optimal menyeimbangkan kedua hal tersebut dan memaksimalkan harga saham. Kebijakan deviden suatu perusahaan dihadapkan pada 2 masalah utama, yaitu: 1. Pengaruh dari deviden, berkaitan dengan pertanyaan apakah jumlah atau tingkat deviden yang dibayarkan mempengaruhi nilai saham suatu perusahaan atau hasil yang dinikmati oleh pemegang saham. 2. Informasi yang terkandung pada deviden, masalah ini mempertanyakan apakah kebijakan deviden terutama perubahan-perubahan pada kebijakan tersebut (misalnya membayar deviden berupa saham bonus) memberikan indikasi kepada pasar mengenai prospek laba di tahun yang akan datang. 1. BENTUK DEVIDEN 1.1. Deviden Tunai (Cash Dividend) : Deviden tunai diambil dari laba bersih perusahaan setelah diperhitungkan pajak. Deviden tunai berdasarkan jangka waktu pembayarannya ada dibagikan secara berkala, extra dividend, dan special dividend.

a. Stable amount pershare : deviden diberikan dalam nilai rupiah yang relative stabil per sahamnya. Alasan untuk memberikan deviden yang stabil adalah: - Deviden yang berfluktuasi lebih beresiko daripada deviden yang stabil, karena itu tingkat diskonto yang lebih rendah akan diterapkan pada deviden yang stabil sehingga nilai saham lebih tinggi. - Pemegang saham yang mengharapkan pendapatan dari penerimaan deviden akan lebih suka untuk menerima deviden dalam jumlah yang stabil. - Persyaratan listing saham mensyaratakan deviden yang stabil dan tidak terputus. b. Constant Payout Ratio: deviden atas dasar presentase tetap dari laba bersih perusahaan. c. Low Regular Dividend Plus Extra: tingkat deviden yang relative rendah tetapi sudah pasti jumlahnya ditambah suatu extra, yang besarnya disesuaikan dengan tingkat keuntungan perusahaan. Factor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden adalah: Posisi kas atau likuiditas perusahaan Kebutuhan pembayaran kembali hutang perusahaan Tingkat ekspansi yang tinggi memerlukan dana yang besar, sehingga laba yang diperoleh lebih baik ditahan Akses perusahaan di pasar modal Posisi pemegang saham dalam kelompok pajak, bila pemegang saham termasuk dalam kelompok pembayar pajak besar, mereka akan lebih menyukai untuk mempertahankan payout ratio yang rendah. Keputusan pemberian deviden dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), yang pada media massa.

1.2 DEVIDEN SAHAM (STOCK DIVIDEND) Dengan dilakukannya stock dividend, maka tidak terjadi cash outflows, tetapi hanya transaksi pembukuan guna memindahkan sejumlah uang dari perkiraan laba yang ditahan kepada perkiraan modal saham biasa yang disetor. Stock dividend adalah pembayaran tambahan saham kepada para pemegang saham, dan menunjukkan penyusunan kembali modal perusahaan, sedangkan proporsi kepemilikan pemegang saham, tetap tidak berubah. Contoh: PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut: Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 000 000 lembar) Rp 3 000 000 000 Capital surplus 1 500 000 000 Laba ditahan 7 500 000 000 Modal sendiri 12 000 000 000 Perusahaan menentukan stock dividend sebesar 10%. Harga pasar saham Rp 4.000,- Bagaimanakah komposisi modal sendiri setelah stock dividend? Jawab: Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak 10% x 3 000 000 = 300 000 lembar. Stock deviden = 300 000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,- ditransfer dari laba ditahan ke saham biasa dan capital surplus. Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300000 lbr x Rp 1000 = Rp 300.000.000,- ditransfer ke modal saham biasa, sisanya Rp 1 200 000 000,- Rp 300 000 000,- = Rp 900 000 000,- dimasukkan dalam capital surplus, sehingga total modal sendiri tidak berubah.

Setelah stock dividend maka komposisi modal sendiri PT Abadi : Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 300 000 lembar) Rp 3 300 000 000 Capital surplus 2 400 000 000 Laba ditahan 6 300 000 000 Modal sendiri 12 000 000 000 Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar, sehingga laba per saham (EPS) akan menurun secara proporsional. Jadi para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang bertambah, tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga proporsi keuntungan totalnya tetap tidak berubah. Pembagian stock dividen akan menurunkan harga saham sehingga tidak memberikan manfaat ekonomis, kalau kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba tidak berubah, demikian juga dengan biaya modalnya. Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh kemampuan memperoleh laba dan resiko perusahaan (yang tercermin dalam biaya modalnya). Kedua factor tersebut tidak bisa dimanipulasi oleh manajer keuangan. Manajer keuangan tidak bisa menyebabkan pemegang saham menjadi lebih kaya hanya karena memutuskan untuk membagikan stock dividend. Umumnya perusahaan memutuskan untuk membagikan stock dividend, karena mereka memerlukan dana tersebut, dan tidak ingin mengecewakan pemegang saham. 1.3 PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT) Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil. Pemecahan saham lama ini menjadi beberapa saham baru, akan menyebabkan jumlah saham yang beredar bertambah. Tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam trading range tertentu.

Contoh: PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua saham. Komposisi modal sendiri perusahaan adalah sebagai berikut: Saham biasa (nominal Rp 5000 ; 600 000 lembar) Capital surplus Laba ditahan Modal sendiri Rp 3.000 juta Rp 1.500 juta Rp 7.500 juta Rp12.000 juta Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi: Saham biasa (nominal Rp 2500 ; 1 200 000 lembar) Capital surplus Laba ditahan Modal sendiri Rp 3.000 juta Rp 1.500 juta Rp 7.500 juta Rp12.000 juta Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½ X Rp 5 000 = Rp 2500 per lembar. Investor yang semula memiliki 100 lembar saham setelah stock split jumlah saha, yang dimilikinya menjadi 2 X 100 lembar = 200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami perubahan. Kekayaan investor tidak berubah, sehingga tidak ada keuntungan ekonomis yang diperolehnya dari stock split. Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu: 1. Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu. 2. Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar meningkat. 3. Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya komposisinya saja yang berubah.

1.4. PEMBELIAN KEMBALI SAHAM (REPURCHASE OF STOCK) Sebagai akternatif pemberian deviden berupa uang tunai, perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan (repurchasing stock). Saham yang dibeli kembali itu akan dibukukan sebagai perkiraan Treasury Stock. Dengan dibelinya kembali sebagian saham, maka jumlah saham yang beredar akan berkurang, bila diasumsikan pembelian kembali saham ini tidak memberi pengaruh negative terhadap keuntungan perusahaan, maka EPS akan meningkat, yang akan, meningkatkan harga pasar saham. Kenaikan harga pasar saham itu akan memberikan capital gains sebagai ganti deviden kepada para pemegang sahamnya. Contoh: PT Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi produk-produk perlengkapan busana wanita dan pria. Pada tahun 2005 memperoleh laba sebesar Rp 550 juta dan 50% dari jumlah tersebut akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk pembelian kembali saham. Jumlah saham yang beredar saat ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,- per lembar saham. Manajer keuangan saat ini menawarkan kepada mereka yang mau menjual kembali saham biasa yang dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi seolaholah menawarkan cash dividend Rp 250 per lembar saham. Berdasarkan data tersebut, carilah: a. laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan pembelian kembali saham b. laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali saham c. harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan asumsi P/E Ratio konstan. Jawab: EAT = 550 juta Payout Ratio 50% Outstanding share = 1,1 juta P saham = Rp 2500 / lembar P treasury stock = Rp 2750 / lembar

a. Sebelum kebijakan pembelian saham: EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar Price <- PER = 2500 / 500 = 5 EPS b. Setelah kebijakan pembalian kembali saham: EAT untuk treasury stock = ½ x Rp.550,- juta = Rp.275,- juta Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 = 100 ribu lembar EPS = Rp.550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar c. P saham = PER X EPS = = 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,- KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN STOCK REPURCHASE Pembelian kembali saham mempunyai beberapa keuntungan baik bagi pemegang saham maupun manajeman perusahaan, yaitu: Pembelian kembali saham perusahaan dipandang sebagai indikasi bahwa saham dinilai terlalu rendah (under valued) oleh pasar. Pemegang saham memiliki pilihan untuk menjual saham atau tidak, yang memerlukan uang kas dapat menjual sahamnya, sedangkan yang menahan sahamnya dapat berharap akan menikmati capital gains, karena kenaikan harga saham setiap pembelian kembali. Dari pandangan manajemen pembelian kembali saham dapat menghindari kenaikan deviden. Jika deviden naik terlalu tinggi dikuatirkan di masa datang perusahaan terpaksa membagi deviden yang lebih kecil yang dapat memberi pertanda negatif. Stock repurchase merupakan alternative yang baik untuk mendistribusikan penghasilan di atas normal (extraordinary earnings) kepada pemegang saham. Repurchase merupakan suatu cara praktis bagi manajemen untuk melakukan restrukturisasi keuangan perusahaan. Misalnya, perusahaan ingin merubah struktur modal dengan meningkatkan rasio hutang dan menggunakan hutang baru untuk membeli saham perusahaan yang beredar. Hal ini dapat digunakan sebagai strategi untuk mengacaukan

usaha pengambil alihan perusahaan, yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham sebanyak-banyaknya, hingga mencapai jumlah saham mayoritas. Stock repurchase dapat menggagalkan usaha ini. Saham yang ditarik kembali dapat dijual kembali ke pasar jika perusahaan membutuhkan tambahan dana. Kerugian yang dapat timbul karena repurchase stock adalah: Perusahaan mungkin membeli saham dengan harga terlalu tinggi, sehingga merugikan pemegang saham yang tidak menjual kembali sahamnya. Keuntungan repurchase dalam bentuk capital gains, padahal sebagian investor lebih menyukai deviden. Investor mungkin memandang pembelian saham merupakan indikasi bahwa perusahaan tidak mempunyai proyek-proyek baru yang baik. Namun, jika memegang perusahaan tidak memiliki kesempatan investasi yang baik, memegang seharusnyalah dana tersebut didistribusikan kembali kepada pemegang saham. Setelah stock repurchase, pasar mungkin merasa bahwa resiko perusahaan meningkat sehingga menurunkan harga saham. 2. TEORI KEBIJAKAN DEVIDEN Beberapa factor penting yang mempengaruhi kebijakan deviden adalah kesempatan investasi yang tersedia, ketersediaan dan biaya modal alternatif, dan preferensi pemegang saham untuk menerima pendapatan saat ini atau di masa datang. 2.1. DEVIDEN TIDAK RELEVAN Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh pembayaran deviden. MM berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Keputusan apakah laba yang diperoleh dibagikan dalam bentuk deviden atau ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM membuktikan pendapatnya secara matematis dengan berbagai asumsi berikut:

- Pasar modal sempurna di mana semua investor adalah rasional. - Tidak ada biaya saham emisi saham baru, jika perusahaan menerbitkan saham baru. - Tidak ada pajak - Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah. - Kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap biaya modal sendiri. Hal penting dari pendapat MM adalah bahwa pengaruh pembayaran deviden terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama dengan cara pendanaan yang lain. Bila kebijakan investasi tidak berubah, bila perusahaan membagikan deviden, perusahaan harus mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran deviden tersebut. Dengan demikian kenaikan pendapatan dari pembayaran deviden akan diimbangi dengan penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru. Beberapa ahli menentang pendapat MM, karena dalam prakteknya pasar modal yang sempurna sulit ditemui, biaya emisi saham baru pasti ada, pajak pasti ada dan kebijakan investasi perusahaan tidak mungkin berubah. 2.2. BIRD-IN-HAND THEORY Myron Gordon dan John Lintner tidak sependapat dengan asumsi dalam pendapat MM bahwa kebijakan deviden tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan investor. Menurut Gordon dan Lintner, biaya modal sendiri perusahaan akan naik sebagai akibat penurunan pembayaran deviden. Investor merasa lebih aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran deviden yang lebih pasti daripada menunggu capital gains yang lebih beresiko. Pendapat Gordon Lintner oleh MM diberi istilah the bird in the hand fallacy. Gordon Lintner berpendapat bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara.

2.3. TEORI DEVIDEN RESIDUAL Pendanaan eksternal (penerbitan saham baru) lebih mahal daripada pendanaan internal (pemanfaatan laba ditahan), karena adanya biaya-biaya emisi saham (flotation cost). Dengan adanya biaya emisi ini, menyebabkan perusahaan mengutamakan pendanaan internal. Konsekuensinya, perusahaan baru akan membayar deviden setelah dana-dana kebutuhan investasi terpenuhi dengan kata lain, hanya jika ada pendapatan tersisa atau pendapatan residual, maka deviden akan dibagikan. Inilah inti teori deviden residual (residual dividend theory). TEORI PERBEDAAN PAJAK Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy, menurut mereka karena adanya pajak terhadap keuntungan deviden dan capital gains, maka investor lebih menyukai capital gains karena pajak atas capital gains baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas deviden harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran deviden. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan deviden yield tinggi dan capital gains rendah daripada saham dengan deviden yield rendah dan capital gains tinggi. Jka pajak atas deviden lebih besar daripada pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa. 2.5. TEORI SIGNALING HIPOTHESIS Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan deviden, sering diikuti dengan kenaikan harga saham dan sebaliknya. Fenomena ini dapat dianggap memperlihatkan bahwa investor lebih menyukai deviden daripada capital gains. Tetapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan deviden ini merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di asa datang.

Sebaliknya suatu penurunan deviden atau kenaikan deviden yang di bawah kenaikan normal (biasanya) diyakini investor sebagai satu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit di waktu datang. Perubahan deviden memang mengandung beberapa informasi, tapi sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan deviden semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau disebabkan karena efek sinyal dan preferensi terhadap deviden. 2.6. TEORI CLIENTELE EFFECT Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan deviden perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian laba bersihnya. Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari clientele ini ada, tetapi menurut MM, hal ini tidak menunjukkan bahwa deviden besar lebih baik daripada deviden kecil atau sebaliknya.