BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sastra sampai saat ini dipandang masih terbatas pada teks sastra.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil pekerjaan kreatif manusia. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia (Semi, bahasa sebagai mediumnya (Sugono, 2008:129).

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Innayatunnisa, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra memiliki sejumlah manfaat. Pertama, karya sastra. karya sastra akan menjadi manusia berbudaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala imajinasi yang dimilikinya untuk menghasilkan karya sastra. Karya sastra. dapat mengerti makna kehidupan dan hakikat hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari imajinasi pengarang. Imajinasi yang dituangkan dalam karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana ilmu pengetahuan bidang lain, sastra sebagai ilmu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pengarang (Noor, 2007:13). Selain itu, Noor juga mengatakan bahwa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

DAFTAR ISI ABSTRAK... UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL..

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara Naskah Drama Ken Arok Karya Saini KM dengan Novel Arok Dedes Karya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULIAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sudah terlanjur dewasa. Kebanggaan kita terhadap anak-anak tidak hanya sebatas

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, seperti tema, alur, latar, diperlukan pula latar sosial dan kesejarahannyan. Pradopo (2003:167) mengemukakan bahwa sebuah karya sastra baik puisi maupun prosa mempunyai hubungan sejarah antara karya sezaman, yang mendahuluinya atau yang kemudian. Hubungan sejarah ini dapat berupa persamaan atau pertentangan. Dalam penelitian sastra sampai saat ini dianggap masih terbatas pada teks sastra. Orientasi penelitian sastra yang masih terbatas menghasilkan sebuah penelitian sastra yang hanya bersifat deskriptif. Hasil penelitian hanya sebatas pada hal-hal teoretik sastra sehingga wujud wilayah penelitian sastra hanya untuk sastra. Seharusnya penelitian sastra tidak hanya sebatas deskripsi teori-teori saja, melainkan juga pada hubungan sastra dengan konteks lain di luar karya sastra. Penelitian yang muncul tidak hanya terbatas pada aspek struktur sastra saja, tetapi juga pada aspek sosial yang lebih luas dan lebih kompleks mengingat karena karya sastra merupakan bahan komunikasi antara pengarang dengan pembaca. 1

2 Penelitian sastra cenderung lebih menekankan pada penelitian struktur sastra. Penelitian yang seperti itu hanya mengacu pada penelitian sastra untuk sastra itu sendiri. Endraswara (2003:2) menyatakan bahwa paradigma kecenderungan penelitian sastra hanya pada penelitian struktur menjadikan penelitian sastra kurang berbobot secara kadar keilmiahannya. Penelitian struktur sastra sangat penting untuk memahami sastra secara mendalam, tetapi unsur di luar karya sastra juga harus mendapatkan perhatian yang besar. Jika dalam penelitian sastra yang dikaji adalah struktur saja, penelitian itu tidak banyak berimplikasi pada kehadiran sastra dalam masyarakat dan sastra akan tetap ada, tetapi hanya di dunianya sendiri. Pendekatan penelitian sastra yang hanya cenderung pada struktur sastra mungkin disebabkan oleh miskinnya teori yang membumi, khususnya pada aspek makna. Penelitian sastra seharusnya mampu mengungkapkan sejauh mana tanggapan pembaca sastra, sebab pembaca merupakan bagian penting dalam rangka pengembangan karya sastra. Endraswara (2003:1) mengemukakan bahwa kepincangan penelitian sastra yang terasa sampai saat ini adalah masih jarang peneliti yang berani menerapkan metode eksperimen. Pendekatan penelitian yang variatif (tidak hanya struktur saja), secara ilmiah penelitian sastra akan lebih berbobot karena tidak hanya sebagai penelitian sastra untuk sastra, melainkan memperluas fokus penelitian di luar struktur sastra yaitu makna sastra beserta segala hubungannya di luar karya sastra. Endraswara (2003:4), mengemukakan bahwa penelitian sastra dirundung berbagai kendala, antara lain (1) minimnya fasilitas pendukung, terutama bagi

3 penelitian sastra lama dan klasik, (2) masyarakat kurang memiliki sikap positif terhadap hasil penelitian sastra. Kedua kendala tersebut berakibat memunculkan pandangan yang negatif terhadap penelitian sastra karena penelitian sastra kurang memberikan dampak langsung terhadap kehidupan masyarakat secara luas. Mengacu pada hal tersebut, penelitian sastra seharusnya mengarah pada karya sastra sebagai fakta sosial dan fakta mental manusia. Berdasarkan beberapa masalah dalam penelitian sastra yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian sastra hanya cenderung pada penelitian struktur saja. Idealnya penelitian sastra tidak hanya pada struktur saja, melainkan juga makna karya sastra yang cakupannya lebih luas. Berhubungan dengan penelitian sastra yang lebih luas itu, penelitian ini mencoba menawarkan penelitian sastra dengan pendekatan intertekstualitas. Pendekatan intertekstual merupakan salah satu pendekatan sastra yang mampu merepresentasikan tujuan utama dalam penelitian sastra, yaitu penelitian sastra tidak hanya mengkaji struktur saja, melainkan juga penelitian yang mampu menyentuh fakta sosial, kemanusiaan, dan makna. Karya sastra merupakan salah satu cabang kesenian sebagai hasil cipta rasa dan karsa manusia. Teeuw (1984:146) mengemukakan bahwa sebuah karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, termasuk di dalamnya situasi sastra. Karya sastra mempunyai hubungan sejarah antara karya sezaman, yang mendahuluinya, atau yang kemudian. Munculnya studi interteks, sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh pembuatan sejarah sastra.

4 Artinya, jika dalam tradisi sastra terdapat pinjam-meminjam antara sastra yang satu dengan yang lainnya, akan terlihat pengaruhnya. Kajian intertekstualitas berangkat dari asumsi bahwa kapan pun karya tulis, ia tidak mungkin lahir dari situasi kekosongan budaya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan intertekstualitas. Adanya hubungan intertekstualitas dapat dikaitkan dengan teori resepsi. Prinsip intertekstual memerlukan suatu metode perbandingan dengan membandingkan unsur-unsur struktur dan makna secara menyeluruh terhadap teks-teks sastra yang akan diteliti. Keterkaitan antarteks tersebut dapat berupa hubungan teks-teks sastra masa lampau, masa kini, dan masa depan. Unsur-unsur hipogram yang ditemukan dalam kajian intertekstual juga berdasarkan persepsi, pemahaman, pengetahuan, dan pengalaman peneliti atau pembaca sastra dalam membaca teks-teks lain sebelumnya. Sastra merupakan suatu gagasan, ide, atau pikiran yang diwujudkan atau dituangkan melalui pemikiran manusia dalam bentuk bahasa. Manusia berusaha menciptakan dan mengembangkan hasil gagasannya secara sadar melalui perenungan yang mendalam ke dalam bahasa yang indah. Hasil yang dituangkan melalui tulisan diharapkan tidak hanya bersifat khayalan, melainkan hasil dari sebuah proses kreativitas yang telah digali secara mendalam, salah satunya berwujud novel. Novel dapat menyampaikan pesan-pesan yang positif seperti pesan motivasi untuk para pembaca. Menurut Siagian (2012) motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan

5 kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Salah satu karya sastra yang mengandung nilai motivasi adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi. Novel laskar pelangi merupakan buku pertama dari tetralogi laskar pelangi yang berjumlah 4 buah buku, yakni laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Kelebihan dari novel ini adalah terletak dari cara penyampaian bahasa tulis dari Andrea Hirata yang begitu khas, menarik, dan menggunakan aksen-aksen Melayunya yang kental serta menggambarkan latar belakang sosial budaya etnis melayu yang unik serta menarik untuk diceritakan. Buku ini juga memuat tentang kisah persahabatan serta ketabahan dalam menghadapi segala tantangan hidup. Selain itu kritik sosial terhadap pemerintah juga sangat jelas digambarkan oleh penulis dengan adanya ketidakmerataan pembangunan di daerah serta absennya pemerintah dalam perkembangan dunia pendidikan khususnya di daerah terpencil. Selain itu, dalam Laskar Pelangi karya Andrea Hirata banyak mengandung aspek-aspek motivasi. Novel kedua dalam penelitian ini adalah novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi dilatarbelakangi oleh adanya aspek-aspek motivasi yang tercermin dari perilaku tokoh-tokoh dalam novel ini. Novel Negeri 5 Menara karya A.

6 Fuadi dipilih karena memiliki beberapa kelebihan baik dari segi isi maupun bahasanya. Dari segi isi novel Negeri 5 Menara berkisah tentang seorang anak dari Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Bukit Tinggi yang merantau jauh ke Jawa Timur untuk sekolah agama walau dengan berat hati demi memenuhi permintaan ibunya. Kisah ini diperankan oleh enam sahabat yang berasal dari daerah yang berbeda-beda dengan ciri khas dan pandangan hidup masing-masing. Hal ini mengisyaratkan bahwa tidak semua tempat belajar ilmu agama itu terbelakang, tidak modern dari segi ilmu, ataupun kualitas lulusan rendah. Akan tetapi, justru sebaliknya, dari pondoklah seseorang memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan yang hanya lulusan sekolah umum saja. Masalah lingkungan pesantren menjadi latar cerita yang merupakan daya pikat dan nilai tambah bagi pembaca. Hal ini mengajarkan untuk banyak bergaul, taat pada peraturan, belajar hidup mandiri, sampai pada menjadi pemimpin sejati. Kelebihan lainnya adalah gaya bahasa yang lugas, jernih, mudah dipahami serta pencitraan yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara mudah diekspresikan dan diinterpretasikan. Dipilihnya judul Aspek Motivasi Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi: Kajian Interteks dan Immplementasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA sebagai objek penelitian dilandasi beberapa alasan. Berdasarkan pembacaan awal, kedua novel tersebut diduga merupakan novel Indonesia yang memiliki keunikan dan kekhususan (uniqueness and speciality) baik dari segi ekspresi (surface

7 structure) maupun segi kekayaan makna (deep surface). Artinya novel Laskar Pelangi dan Negeri 5 Menara memenuhi kriteria utama sebagai karya literer seperti yang dinyatakan oleh Hugh (dalam Aminuddin, 1987:450), yakni (a) relevansi nilai-nilai eksistensi manusia yang terdeskripsikan melalui jalan seni, melalui jalan imajinasi, dan rekaan yang keseluruhannya memiliki kesatuan yang utuh, selaras, serta memiliki kepaduan dalam pencapain tujuan tertentu (intregity harmony and unity) dan (b) daya ungkap, keluasaan, dan daya pukau yang disajikan lewat bentuk (texture). B. Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam penelitian perlu dinyatakan karena bertujuan untuk membatasi masalah yang akan dikaji, sehingga penelitian ini tetap fokus pada permasalahan penelitian. Fokus dalam penelitian ini, yaitu aspek motivasi pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi menggunakan kajian interteks. C. Fokus Kajian Berdasarkan ruang lingkup penelitian di atas, maka peneliti memfokuskan tiga penelitian yang harus dijawab. 1. Struktur yang membangun novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi. 2. Aspek motivasi yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi. 3. Hubungan intertekstual aspek motivasi yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi.

8 4. Implementasi aspek novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi sebagai materi pembelajaran sastra Indonesia di SMA. D. Tujuan Penelitian Penelitian yang baik haruslah memiliki tujuan yang baik, jelas, dan terarah pada tujuan yang tepat. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. memaparkan struktur yang membangun novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi, 2. memaparkan aspek motivasi yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi, 3. mendeskripsikan hubungan intertekstual aspek motivasi yang terkandung dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi, 4. mendeskripsikan implementasi hasil penelitian novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara karya A. Fuadi sebagai materi pembelajaran sastra Indonesia di SMA. E. Manfaat Penelitian Suatu penelitian ilmiah harus memberikan manfaat secara teoritis dan praktis sehingga teruji kualitas penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti. Adapun manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

9 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan terutama dibidang bahasa sastra dan Indonesia serta menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan khususnya kepada pembaca dan pencinta sastra. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pembaca dan penikmat sastra Penelitian novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang ada sebelumnya khususnya dalam menganalisis aspek motivasi tokoh utama. b. Bagi mahasiswa Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Penelitian ini dapat digunakan mahasiswa untuk memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif di masa yang akan datang, demi kemajuan diri mahasiswa dan jurusan. c. Bagi pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah sebagai materi ajar khususnya materi sastra. F. Penjelasan Istilah Penjelasan istilah merupakan penjelasan dari istilah yang diambil dari kata-kata kunci dalam ruang lingkup penelitian. Berdasarkan ruang lingkup penelitian ini maka ada dua istilah yang dapat dijadikan acuan.

10 1. Motivasi adalah suatu daya pendorong yang dapat mengakibatkan seseorang mau dan rela mengerahkan semua kemampuan dirinya dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan. 2. Kajian Interteks menekankan bahwa suatu teks pada hakikatnya terdapat teks lain di dalamnya. Artinya, sebuah teks lahir tidak dapat dipisahkan dari teks-teks sebelumnya.