PENGARUH DIAMETER LOG DAN LAMA PEREBUSAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN RENDEMEN FINIR KAYU SUNGKAI DALAM KEGIATAN PENYAYATAN FINIR (SLICING) DI PT. DAYA SAKTI UNGGUL CORPORATION Oleh/by NOOR MIRAD SARI Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat Jl. A.Yani Km 36 Banjarbaru ABSTRACT. The aims of research were to determine the effects of log diameter and steaming duration on the productivity and the recovery of sungkai, to determine factors affecting both, and to test the veneer delamination of sungkai.the research method was the 3 x 3 factorial design. The diameter classes of sungkai were 20-25 cm, 26-30 cm, 31-35 cm. If analysis of variance test had showed a significant effect at the level of significance of 5% and 1%, test would have been continued with honest significant difference test.the productivity of sungkai were affected by the diameter and the steaming duration. The wider the diameter was and the longer the steaming duration was, the higher the productivity was obtained, idest for sungkai with steaming duration 36 hours.the recovery of sungkai were also affected by the diameter and the steaming duration. The wider the log diameter was, the higher the recovery was. A wide log produced more veneer than a narrow log. Slimilarly, the longer the steaming for 36 hours, the hardness of log decreased, wood was more elastic, knots and irregular fibres were softer, and the surface of wood was smoother.the sungkai productivity for A 1 (20-25 cm), A 2 (26-30 cm) and A 3 (31-35 cm) were 0.0281 m 3 /h, 0.0300 m 3 /h and 0.0307 m 3 /h respectively. That of B 1 (24 h), B 2 (30 h), and B 3 (36 h) were 0.0287 m 3 /h, 0.0288 m 3 /h, and 0.0313 m 3 /h respectively. The sungkai final recovery of A 1 (20-25 cm) was 7.62%, A 2 (26-30 cm) was 8.15%, and A 3 (31-35 cm) was 8,49%. That of B 1 (24 h) was 7.35%, B 2 (30 h) was 8.26% and B 3 (36 h) was 8.64%. plywood samples used for A 1 were 9 sheets (B 1 = 24 hours), 10 sheets (B 2 = 30 h), for A 2 were 14 sheets (B 1 ), 16 sheets (B 2 ), and 17 sheets (B 3 ), and for A 3 were 20 sheets (B 1 ), 23 sheets (B 2 ), and 24 sheets (B 3 ). Key word: Log diameter and steaming duration, productivity, recovery, slicing PENDAHULUAN Industri finir yang menghasil finir dekoratif pada umumnya berkapasitas terbatas, walaupun relatif kecil namun secara ekonomi lebih mampu bertahan dalam persaingan pasar. Harga kayu lapis dekoratif realtif lebih tinggi dan lebih stabil dibanding kayu lapis biasa. Produktivitas sangat berkaitan erat dengan output dan input serta waktu kerja, sedangkan rendemen menjadi salah satu kriteria keberhasilan proses produksi tersebut. Permasalahan pokok yang dihadapi oleh industri pengolahan kayu adalah masih rendahnya rendemen pengolahan kayu dan semakin langkanya jumlah dan kualitas kayu yang memenuhi syarat sebagai bahan baku industri terutama untuk kayu lapis indah. Rendahnya kualitas kayu yang dicirikan oleh menurunnya rata-rata diameter dolok yang ditebang oleh para pengusaha kayu. Keadaan yang demikian tentu akan mengurangi rendemen maupun produktivitas Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 277
pengolaha kayu. Tingkat efisiensi pemakaian bahan untuk setiap industri yang sejenis maupun yang berbeda sangat beragam tergantung beberapa faktor diantaranya akibat perbedaan mesin pengolah, keterampilan pekerja, manajemen produksi dan kualitas bahan bakunya. Meskipun secara teknologi mesin-mesin pengolah kayu saat ini sudah mampu mengolah kayu lebih efisien dan telah menyesuaikan dengan bahan baku yang tersedia, namun kenyataannya masih banyak industri pengolahan kayu yang belum memanfaatkan teknologi tersebut. Kayu Oak merah sebelum disayat, harus direbus terlebih dahulu agar kayu menjadi lunak sehingga akan memudahkan di dalam proses penyayatan. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu teknik dan teknologi serta keterampilan dari operator agar diperoleh ketebalan finir yang seragam, tidak retak dan patah serta permukaan yang halus pada kedua sisi. Kayu sungkai termasuk salah satu kayu yang mempunyai pola gambar yang indah (dekoratif) apabila diiris (disayat), kayu sungkai mempunyai berat jenis 0,63, termasuk kelas kuat II dan kelas awet III, dapat mengering dengan cepat tanpa cacat yang berarti. Mesin yang digunakan untuk menyayat finir adalah tipe horizontal yaitu kayu yang disayat bergerak maju mundur dengan pisau sayat secara otomatif. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan diameter dolok dan lama perebusan terhadap produktivitas dan rendemen kayu Oak merah, memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas dan rendemen kayu Oak merah, serta mengetahui uji delaminasi kayu Oak merah dengan lama perebusan 24, 30 dan 36 jam. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di PT. Daya Sakti Unggul Corporatio. Waktu yang diperlukan kurang lebih selama 3 bulan mulai dari pengambilan data di lapangan, pengolahan sampai dengan pelaporan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu sungkai dengan pembagian kelas diameter kayu sungkai ukuran (A 1 ) 20-25 cm, (A 2 ) 26-30 cm, (A 3 ) 31-35 cm dengan lama perebusan B 1 = 24 jam, B 2 = 30 jam dan B 3 = 36 jam. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial 3 x 3 sehingga ada 9 kombinasi perlakuan dengan 5 kali ulangan sehingga jumlah sampel yang diperlukan adalah 3 x 3 x 5 = 45 sampel. Penetapan dan Pengukuran Dimensi Log. Log yang digunakan sebagai bahan penelitian ini dipilih dengan pembagian kelas diameter untuk kayu Sungkai denga diameter: 20-25 cm, 26-30 cm dan 31-35 cm. Diameter log diukur pada kedua ujungya dengan masing-masing pengukuran dilakukan dua kali dan posisi pengukuran saling tegak lurus. Perhitungan volume loh menggunakan Rumus Smallian : Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 278
Volume log = ¼ n d 2 x panjang Pengukuran dan Pembagian Waktu Kerja Pengukuran waktu kerja dilakukan dengan menggunakan stopwatch dengan metode nol stop : a). Mula-mula log dibentuk menjadi blambangan b). Mengangkat log dengan conveyor ke mesin penyayat finir dan mengatur posisi log yang akan disayat. c). Mengatur pisau penyayatan secara horizontal (maju mundur) menurut ketebalan yang dikehendaki. d). Mendekatkan pisau, membuang limbah sayatan, menyayat finir dan melepaskan sisa penyayatan log. Masing-masing dari kegiatan tersebut diukur waktunya. Dari pengukuran waktu tersebut maka waktu kerja dibagi menjadi yaitu : a). Waktu kerja efektif, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengubah log menjadi lembaran finir indah, dimulai dari posisi dolok di conveyor siap untuk di sayat sampai melepaskan sisa sayatan dari mesin penyayatan. b). Waktu tidak efektif, yaitu waktu tidak produktif dalam proses penyayatan log seperti pemeriksaan, buang limbah, mengasah pisau, membuang paku dan sebagainya. Perhitungan Produktivitas Menurut ILO (1996), produktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus : P = V m 3 jam t dimana: P = Produktivitas V = Jumlah produk yang dihasilkan (out put) t = waktu kerja (jam mesin) Penghitungan Rendemen Menurut ILO (1990) cara menghitung rendemen adalah sebagai berikut : output R = x100% input Dimana: R = Rendemen Input = Bahan baku mula-mula (awal) Output = Hasil dari penyayatan Finir HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas kayu Sungkai pada mesin penyayat Finir (slicing) Kayu Sungkai yang telah selesai di rebus, sesudah dibersihkan dibawa ke mesin penyayatan untuk disayat. Pada tabel 1 disajikan data hasil pengamatan rata-rata dan koefisien variasi kayu Sungkai. Dari tabel 1 di atas terlihat nilai rataan produktivitas terendah untuk diameter adalah pada A 1 sebesar 0,0408 m 3 /jam dan rata-rata tertinggi pada A 3 yaitu 0,1140 m 3 /jam. Sedangkan pada faktor lama perebusan nilai rataan terendah ada pada B 1 dengan nilai 0,0713 m 3 /jam dan yang tertinggi pada B 3 yaitu 0,0853 m 3 /jam. Untuk melihat pengaruh diameter dan lamanya perebusan terhadap produktivitas kayu Sungkai pada unit kegiatan penyayatan disajikan pada Tabel 2. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 279
Tabel. 1. Data Hasil Pengamatan Produktivitas Rata-Rata dan Koefisien Variasi dengan Faktor Diameter dan Lamanya Perebusan Kayu Sungkai. Perlakuan B 1 B 2 B 3 Total Rataan CV (%) Rataan CV (%) Rataan CV (%) Rataan A 1 0,0345 29,55 0,0417 25,39 0,0463 28,07 0,0408 A 2 0,0797 22,62 0,0864 25,31 0,0864 27,79 0,0841 A 3 0,0997 10,88 0,1192 22,71 0,1231 14,56 0,1140 Total Rataan 0,0713 0,0824 0,0853 Tabel. 2. Analisis Keragaman Produktivitas Kayu Sungkai pada Unit kegiatan Penyayatan. Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat F-hitung F-tabel Kuadrat Tengah 0,05 0,01 Pengaruh Utama Faktor A 2 0,0406 0,0203 52,667 *** 3,26 5,25 Faktor B 2 0,0216 0,0108 27 * 3,26 5,25 Interaksi AB 4 0,0004 0,0001 0,284 ns 2,62 3,89 Galat 36 0,0139 0,0004 Total 44 0,0765 Keterangan: ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf kepercayaan 99% ns = Berpengaruh tidak nyata Seperti yang terlihat pada Tabel 2, faktor A dan faktor B berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas kayu sungkai, sedangkan faktor B dan interaksi AB berpengaruh tidak nyata, hal ini disebabkan karena faktor AB sendiri-sendiri di dalam mempengaruhi produktivitas. Jadi dengan semakin besarnya diameter kayu Sungkai maka produktivitas yang diperoleh akan meningkat pula. Penyayatan finir yang berdiameter besar akan menghasilkan finir yang banyak asal kualitas dan bahan baku yang digunakan bagus. Selain itu pula besar kecilnya diameter akan berpengaruh terhadap kemampuan mesin sayat. Produktivitas dalam proses penyayatan finir dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel. Sinungan (2002) dalam Hartati (2008), faktor yang mampu mempengaruhi produktivitas berasal dari manusia itu sendiri baik berupa kuantitas, tingkat keahlian, latar belakang, pendidikan, kemampuan, sikap dan minat, umur serta struktur pekerjaan. Menurut Prayitno (1994), kesukaran dalam proses penyayatan karena kerasnya dan rapatnya unsur penyusun kayu, oleh karena itu kayu harus dipanaskan atau direbus dulu dengan memperhatikan faktor dalam (berasal dari bahan baku itu sendiri), dan faktor luar (suhu, kelembaban, dan lain-lain). Efisiensi proses produksi penyayatan finir dan proses-proses yang mengikutinya akan sangat terkandung kepada cara-cara penyayatan seperti pembuatan balok sayat, pemanasan balok sayat serta pengendalian kecepatan penyayatan. Uji Beda Nyata Jujur dilakukan untuk mengetahui perlakuan-perlakuan mana yang berbeda seperti yang disajikan pada Tabel 3. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 280
Tabel 3. Uji Beda Nyata Jujur Faktor A terhadap Produktivitas Kayu Sungkai Unit Kegiatan Penyayatan. No. Perlakuan Nilai Tengah HSD 0,05 (0,0175) HSD 0,01 (0,0223) 1. A 1 0,0408a 0,0408a 2. A 2 0,0841b 0,0841b 3 A 3 0,1140c 0,1140c Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata. Tabel 4. Uji Beda Nyata Jujur Faktor B terhadap Produktivitas Kayu Sungkai Unit Kegiatan Penyayatan. No. Perlakuan Nilai Tengah HSD 0,05 (0,0396) HSD 0,01 (0,0578) 1. B 1 0,0713 0,0713 2. B 2 0,0824 0,0824 3 B 3 0,0853 0,0853 Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata. Dari Uji Beda Nyata jujur pada Tabel 3 di atas terlihat bahwa A 1 berbeda sangat nyata dengan A 2 dan A 3, demikian pula A 2 berbeda sangat nyata dengan A 3. Nilai produktivitas tertinggi terdapat pada A 3 yaitu 0,1140 m 3 /jam. Ini berarti produktivitas akan meningkat dengan semakin bertambah besarnya diameter log. Menurut Assauri (1980), agar supaya diperoleh produktivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor sepert : jenis kayu, diameter dari kayu, bentuk kayu dan cacat kayu, keterampilan operator, mesin dan perlakuan bahan sebelum diolah(disayat). Untuk melihat perlakuan yang berbeda pada faktor B dilakukan uji beda nyata jujur seperti pada Tabel 4. Pada tabel 4 disajikan bahwa lama perebusan 36 jam memberikan nilai produktivitas terbesar yaitu 0,0853 m 3 /jam dan yang terkecil terdapat pada B 1 sebesar 0,0713 m 3 /jam. Menurut Prayitno (1994), penggunaan waktu yang sesuai dalam merebus log akan memberikan hasil yang lebih banyak dan memudahkan pada proses penyayatan dan proses pengerjaan selanjutnya. Balak sayat yang direbus dengan waktu yang cukup akan dapat menghindari kerusakan finir yanh dihasilkan. Rendemen Kayu Sungkai pada Mesin Penyayatan Finir (Slicing) Nilai rendemen rata-rata pada unit kegiatan penyayatan untuk masingmasing faktor disajikan pada Tabel 5. Pada tabel 5 diperlihatkan nilai rata-rata untuk rendemen pada faktor A (diameter) yang terendah pada perlakuan A 1 yaitu 24,22% dan rataan tertinggi ada pada A 3 sebesar 38,92%. Sedangkan untuk faktor lama perebusan nilai rataan yang terendah pada B 1 (29,75%) dan rataan tertinggi pada B 2 (34,24%). Untuk melihat pengaruh diameter dan lamanya perebusan dibuat analisis keragaman yang disajikan pada Tabel 6. Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Rendemen Rata-Rata dan Koefisien Variasi pada Unit Kegiatan Penyayatan dengan Faktor Diameter dan Lama Perendaman (%). Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 281
B B 1 B 2 B 3 Total Rataan Sisa Hasil Penyayatan Total Rataan A Rataan CV Rataan CV Rataa CV B 1 B 2 B 3 n A 1 22,39 21,12 23,46 21,55 26,81 19,7 24,22 27,6 27,8 27,35 27,45 9 7 7 A 2 32,49 17,18 34,30 26,67 36,42 25,8 34,40 18,6 17,7 21,41 18,63 4 3 8 A 3 34,37 6,60 42,91 11,76 39,50 24,2 38,92 16,7 12,7 14,76 15,90 1 6 2 Total Rataa n 29,75 33,56 34,24 20,6 4 19,1 1 20,85 Tabel 6. Analisis Keragaman Rendemen Kayu Sungkai pada Unit Penyayatan. Sumber Kegiatan Db Jumlah Kuadrat F-hitung F-tabel Kuadrat Tengah 0,05 0,01 Pengaruh Utama Faktor A 2 1701,4298 850,7149 16,463 ** 3,26 5,25 Faktor B 2 375,4542 187,7271 3,63 * Interaksi AB 4 100,8832 25,2208 0,488 ns 2,62 3,89 Galat 36 1860,2676 51,6741 Total 44 4038,0348 Keterangan: ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf kepercayaan 99% ns = Berpengaruh tidak nyata Pada Tabel 6 terlihat perlakuan A (diameter) berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen kayu Sungkai pada unit penyayatan dan faktor B (lama perebusan) berpengaruh nyata serta interaksi Ab dan lama perebusan berpengaruh tidak nyata terhadap rendemen. Peningkatan diameter log dan lamanya perebusan akan meningkatkan rendemen finir atau mengurangi volume limbah pada unit kegiatan penyayatan. Menurut Basuki dan Effendi (1988), besarnya limbah yang terjadi dalam proses pembuatan finir erat hubungannya dengan diameter log dan lamanya perebusan. Selain itu dalam pemasangan pisau iris diperlukan suatu ketelitian terutama pada penyetelan nose bar. Hal ini pentng mengingat efek teknis pengirisan, baik terhadap anatomis dari kayu yang akan diiris maupun pergesekan yang timbul pada waktu pengirisan, sehingga besarnya diameter ini akan berpengaruh terhadap rendemen. Menurut Prayitno (1994), kekeliruan penyetelan pisau akan menghasilkan finir yang kurang baik atau merusak finir, dan dapat pula mempercepat kepincangan proses penyayatan terutama disebabkan kesulitan pengendalian kecepatan penyayatan. Untuk melihat perlakuanperlakuan yang berbeda dilakukan Uji Beda Nyata Jujur seperti pada Tabel 7. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 282
Tabel 7. Uji Beda Nyata Jujur Faktor A terhadap Rendemen Kayu Sungkai pada Unit Kegiatan Penyayatan. No. Perlakuan Nilai Tengah HSD 0,05 (6,41) HSD 0,01 (8,17) 1. A 1 24,22a 24,22a 2. A 2 34,40b 34,40b 3. A 3 38,92b 38,92b Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata. Tabel 8. Uji Beda Nyata Jujur Faktor B terhadap Rendemen Kayu Sungkai pada Unit Kegiatan Penyayatan. No. Perlakuan Nilai Tengah HSD 0,05 (6,17) HSD 0,01 (8,96) 1. B 1 29,75a 29,75a 2. B 2 33,56b 33,56b 3. B 3 34,24b 34,24b Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata. Berdasarkan Tabel 7 diperlihatkan perlakuan A 1 berbeda sangat nyata dengan A 2 dan A 3, akan tetapi A 2 tidak berbeda dengan A 3. Nilai rataan rendemen perlakuan A 3 (Ø 30-35 cm) merupakan nilai rataan terbaik dari ketiga perlakuan ini yaitu 38,92%. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar diameter kayu Sungkai maka akan semakin besar pula rendemen yang dihasilkan (Kamil, 1992), juga menurut Martawijaya, (2009), kayu Sungkai yang sehat, lurus, silindris dan berserat halus akan menghasilkan sayatan finir yang seragam. Produksi finir akan berkualitas tinggi sangat dipengaruhi oleh jenis kayu, kualitas log dengan struktur dan tekstur yang baik, kecepatan mesin yang memadai, tidak ada getaran dalam mesin serta melapisi mesin dengan kromium untuk menghindari penodaan pada finir. Untuk melihat pengaruh perlakuan faktor B terhadap rendemen dilakukan uji beda nyata jujur seperti Tabel 8. Dari Tabel 8 menunjukkan lama perebusan 36 (B 3 ) memperlihatkan nilai rendemen rataan tertinggi yaitu 34,24%. Dengan lama perebusan 36 jam kayu akan menjadi lunak sehingga akan memudahkan di dalam proses penyayatan finir. Menurut Prayitno (1994), balak sayat yang direbus sesuai dengan waktu perebusan akan dapat meningkatkan kualitas finir. Pada saat perebusan kayu Sungkai untuk menaikan suhu harus dilakukan secara berangsur-angsur sehingga jumlah finir yang dihasilkan lebih tinggi, kualitas finir meningkat 4 sampai 25%, dapat mengurangi pemakaian perekat karena permukaan finir lebih rata dan dapat mengurangi biaya produksi. Lama perebusan log dipengaruhi oleh berat jenis kayu, kadar air sebelum direbus, ukuran dan kualitas log, suhu log pada saat direbus dan jenis kayu yang digunakan. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 283
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Produksi rata-rata kayu Sungkai untuk diameter 20-25 cm diperoleh produktivitas sebesar 0,0281 m 3 /jam, diameter 26-30 cm sebesar 0,0300 m 3 /jam, dan diameter 31-35 cm diperoleh produktivitas sebesar 0,0307 m 3 /jam, untuk perebusan 24 jam diperoleh produktivitas sebesar 0,0287 m 3 /jam, lama perebusan 30 jam sebesar 0,0288 m 3 /jam dan lama perebusan 36 jam diperoleh produktivitas sebesar 0,0313 m 3 /jam. Rendemen rata-rata kayu Sungkai yang diperoleh dari diameter 20-25 cm adalah 7,62%, diameter 26-30 sebesar 8,15% dan diameter 31-35 sebesar 8,49%, untuk lama perebusan 24 jam diperoleh rendemen 7,35%, lama perebusan 30 jam sebesar 8,26% dan perebusan 36 jam menghasilkan rendemen sebesar 8,64%. Peningkatan produktivitas dipengaruhi oleh manusia baik berupa kuantitas, tingkat keahlian, latar belakang, ketelitian, pendidikan, kemampuan, umru serta struktur pekerjaan. Selain itu kualitas log dan lama perebusan yang sesuai dengan jenis kayu. Untuk mendapatkan rendemen yang tinggi serta finir yang berkualitas tinggi sangat dipengaruhi oleh jenis kayu, kualitas log dengan struktur dan tekstur yang baik, kecepatan mesin yang memadai, tidak ada getaran dalam mesin serta melapisi mesin dengan kromium. Saran Untuk mendapatkan produktivitas dan rendemen yang tinggi perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kualitas dan diemeter log, tipe mesin dan kondisi peralatan, proses pengolahan, keterampilan dan pengalaman operator serta jenis produk yang dihasilkan. DAFTAR PUSTAKA Assauri, 1980. Manajemen Produksi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Basuki, S dan R. Efendi, 1988. Model Pendugaan Limbah dalam Pengupasan Finir Kayu Meranti dan Ramin. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 5 (2). Pp 25-70. Hartati, D, 2008. Produktivitas dan Rendemen Kerajinan Anyaman Daun Nipah, di Desa Simpang Empat Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Skripsi Fakultas Kehutanan Unlam Banjarbaru, Tidak Dipublikasikan. International Labour Office, 1996. Penelitian Kerja dan Produktivitas Seri Management No. 15a International Labour Office. Terjemahan J.L wetik. Erlangga. Jakarta. Pp 5-37. Kamil, R, N. 1992. Kayu Agathis sebagai Bahan Baku Kayu Lapis. Laporan No. 96 Lembaga Penelitian Hasil Hutan Bogor. Martawijaya, A,I, Kartasujana. 2009, Atlas kayu Indonesia Jilid I. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 284
Lembaga Pusat Penelitian Hasil Hutan. Prayitno, 1994, Teknologi Kayu Lapis. Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta. Sinungan, 2002. Produktivitas Apa dan Bagaimana, Bumi Angkasa Cetakan ke IV, Jakarta. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 10 No. 27, Edisi September 2009 285