FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang

BAB I PENDAHULUAN.

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya produktifitas kerja dan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu sejak janin masih didalam kandungan, bayi, anak anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). Status gizi baik merupakan perwujudan dan terpenuhinya konsumsi pangan sesuai dengan anjuran kecukupan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) maupun zat gizi mikro (vitamin dan mineral). Akhir-akhir ini masalah gizi makro mulai bergeser pada masalah gizi mikro, yaitu karena kekurangan konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 disebutkan bahwa masalah gizi mikro terjadi disebabkan karena distribusi sayuran terhadap konsumsi zat gizi, khususnya vitamin dan mineral ternyata sangat rendah (WKNPG, 1998). Di Indonesia, kasus anemia gizi sangat umum dan mudah dijumpai pada semua kelompok umur baik laki-laki maupun perempuan. Ditinjau dari segi kesehatan masyarakat anemia gizi terjadi karena kekurangan zat besi. Anemia zat besi ini banyak diderita oleh wanita hamil, laki laki dewasa, pekerja penghasilan rendah, balita dan anak sekolah. Pada remaja putri, anemia gizi besi dapat mengurangi kemampuan belajar, sehinggga dapat menurunkan prestasi di sekolah. Dalam kondisi anemia, tubuh mudah terkena infeksi. Keadaan ini tentunya dapat menghambat perkembangan kualitas sumber daya manusia (Depkes,1995). Kasus anemia di Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh rendahnya asupan zat besi atau Fe dalam tubuh. Hal ini karena masyarakat Indonesia khususnya wanita kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah diserap (heme iron). Sedangkan bahan makanan nabati (non-heme iron) merupakan sumber zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap, sehingga dibutuhkan porsi yang besar untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam seharinya. Anemia gizi karena kekurangan zat besi masih merupakan masalah gizi utama yang banyak menimpa kelompok rawan yaitu ibu hamil, anak balita, wanita usia subur (WUS) dan pekerja berpenghasilan rendah. Di tingkat nasional, prevalensi anemia masih cukup tinggi. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2005, menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil 50,9%, ibu nifas 45,1%, remaja putri usia 10-14 tahun 57,1% dan pada wanita usia subur (WUS) usia 17-45 tahun sebesar 39,5%. Sedangkan di Jawa Timur berdasarkan kajian data anemia tahun 2002, ditemukan 16% wanita 1

usia subur menderita anemia, sedangkan untuk remaja putri dan calon pengantin ditemukan masingmasing 80,2% dan 91,5% menderita anemia (Dinkes Prop. Jatim, 2002) Masih tingginya prevalensi anemia gizi besi terutama pada remaja putri dan setelah sekian lama program penanggulangan anemia gizi ini dijalankan, namun kasus anemia masih cukup tinggi dan tidak kunjung menurun, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi anemia gizi besi pada tenaga kerja wanita di PT HM Sampoerna Lamongan. Permasalahan yang timbul adalah : Adakah hubungan antara umur, status pernikahan, pendidikan, status gizi berdasarkan LILA dan IMT dengan anemia gizi besi pada pekerja wanita? Hipotesis : Ada hubungan antara umur, status pernikahan, pendidikan, status gizi berdasarkan LILA dan IMT dengan anemia gizi besi Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui status anemia pada tenaga kerja wanita. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengidentifikasi karakteristik responden (umur, status pernikahan, pendidikan), mengukur status gizi berdasarkan LILA dan IMT, mengukur kadar haemoglobin (Hb) responden dan menganalisis hubungan antara karakteristik responden (umur, status pernikahan, pendidikan), status gizi (LILA dan IMT) dengan anemia. 2

METODOLOGI PENELITIAN Rancang bangun penelitian Desain penelitian ini bersifat studi observasional dengan menggunakan metode observasi, wawancara, pengukuran antropometri dan pemeriksaan laboratorium. Adapun berdasarkan waktunya jenis penelitian ini bersifat cross sectional yaitu semua data variabel yang diteliti dikumpulkan pada waktu yang sama. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja wanita di PT Sampoerna Lamongan, sedangkan sebagai sampel adalah pekerja wanita yang terpilih, dengan kriteria eklusi tidak dalam keadaan hamil dan tidak sedang sakit, dan kriteria inklusi berbadan sehat, bersedia ikut dalam penelitian, usia > 17 tahun dan < 45 tahun. Besar sampel sebanyak 362 orang (sampel diambil antara 10-20% populasi), yang diambil secara random (Nursalam, 2002) Cara pengumpulan data Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, pengukuran antropometri dan pemeriksaan laboratorium. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner, untuk mengetahui data tentang karakteristik responden yang meliputi umur, status pernikahan dan tingkat pendidikan. Pengukuran antropometri dilakukan untuk mendapatkan data tentang status gizi. Pengukuran status gizi dalam penelitian ini dilakukan dengan dua metode yaitu lingkar lengan atas (LILA) dan status IMT. Status IMT dilakukan dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Berat badan diukur dengan timbangan seca, sedangkan untuk tinggi badan dengan microtoise. Pemeriksaan laboratorium dilakukan terhadap sampel darah, untuk mengetahui kadar haemoglobin dengan menggunakan alat spektrophotometer Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Sampoerna unit produksi Lamongan, pada bulan Desember 2010. Pengolahan data Data yang telah dikumpulkan diproses dengan tahapan, pengeditan, pengkodean, pemasukan data ke komputer, pembuatan tabulasi. Analisis data dengan menggunakan uji statistik Chi Square. 3

HASIL PENELITIAN PT Sampoerna unit produksi Lamongan dalam melakukan produksinya bermitra kerja dengan koperasi unit desa (KUD) Tani Mulyo Lamongan, terletak disebelah barat jantung kota Lamongan + 6 km, berada di jalan raya Sukoanyar Desa Karanglangit Kecamatan Lamongan, dengan produksi utamanya adalah rokok jenis sigaret. Perusahaan ini mempekerjakan karyawan lebih dari 1.500 orang, dengan jadual kerja mulai hari Senin s.d. Sabtu jam 07.00 17.00 Wib. 1. Karakteristik Responden 1.1. Usia Responden Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sebagian besar (70%) dalam kategori usia produktif yaitu 21 35 tahun. Rata-rata (mean) usia responden adalah 25 tahun, dengan standar deviasi (SD) adalah 5 tahun. Usia responden termuda 17 tahun dan tertua 45 tahun. Untuk lebih jelasnya distribusi usia responden dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok usia Usia (tahun) n % < 20 70 19,30 21 25 134 37 26 30 108 29,80 31 35 37 10,20 >= 36 13 3,60 Total 362 100 1.2. Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan responden sebagian besar (79%) berpendidikan menengah atau tamat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Responden yang berpendidikan rendah atau tamat sekolah dasar (SD) sebesar 17,10% dan yang berpendidikan tinggi sebesar 3,90%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.2 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan n % Rendah (SD) 62 17,10 Menengah (SLTP + SLTA) 286 79 Tinggi (Diploma + Sarjana) 14 3,90 Total 362 100 1.3. Status Pernikahan Responden Sebagian besar (71%) responden sudah menikah, dengan distribusi status pernikahan adalah sebagai berikut : Tabel 1.3 Distribusi responden berdasarkan status pernikahan Status pernikahan n % Menikah 257 71 Belum menikah 105 29 Total 362 100 4

1.4. Status Gizi Responden Dalam penelitian ini status gizi responden diukur berdasarkan lingkar lengan atas (LILA) dan indeks massa tubuh (IMT). Status LILA Lingkar lengan atas (LILA) digunakan untuk mengetahui gambaran status gizi terutama bagi orang dewasa wanita. Untuk mengetahui status gizi responden dengan menggunakan pita Lila dalam satuan sentimeter (cm). Dinyatakan KEK (kurang energi kronis) apabila hasil pengukurannya < 23,5 cm dan tidak KEK (kurang energi kronis) apabila > 23,5 cm. Dari hasil pengukuran diperoleh hasil bahwa rata-rata (mean) LILA responden adalah 24,08 cm, dengan LILA terendah 17,50 cm dan tertinggi 35 cm dengan standar deviasi (SD) sebesar 3,20 cm. Gambaran status gizi responden berdasarkan LILA adalah sebagai berikut : Tabel 1.4 Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan lingkar lengan atas (LILA) Status LILA n % KEK (<23,5 cm) 165 45,60 Non KEK (>23,5 cm) 197 54,40 TOTAL 362 100 Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa responden yang kurang energi kronis (KEK) atau LILA < 23,5 cm sebanyak 45,60%, sedangkan yang tidak KEK atau LILA nya > 23,5 cm sebanyak 54,40%. Status IMT Indeks massa tubuh (IMT) merupakan gambaran postur tubuh seseorang. Dalam penelitian sebagai indikator yang digunakan adalah dengan membandingkan antara berat badan dengan tinggi badan. Dinyatakan kurus bila IMT < 18,5, Normal bila IMT 18,5-25,0 dan gemuk bila IMT > 25,0. Ratarata (mean) berat badan responden adalah 47,88 kg, dengan berat badan terendah adalah 30,70 kg dan tertinggi 87,30 kg, dengan standar deviasi (SD) 8,86 kg. Rata-rata (mean) tinggi badan adalah 153 cm, dengan tinggi badan terendah adalah 136,50 cm dan tertinggi 164,30 cm dan standar deviasi (SD) 4,80 cm. Status gizi responden berdasarkan indeks masa tubuh berturut-turut adalah sebagai berikut, 59,10% mempunyai status gizi yang normal, 26,50% kurus dan 14,40% gemuk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.5 Distribusi Status Gizi Responden berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) Status IMT n % Kurus ( < 18,5 ) 96 26,50 Normal ( 18,5 25,0 ) 214 59,10 Gemuk ( > 25,0 ) 52 14,40 Total 362 100 1.5. Status Anemia Responden Untuk mengetahui status anemia gizi responden dilakukan pemeriksaan kadar haemoglobin (Hb) dengan menggunakan alat spektrophotometer, yang dinyatakan dalam satuan g/dl. Dinyatakan anemia apabila kadar hb < 12 g/dl, dan tidak anemia bila kadar Hb > 12 g/dl. 5

Tabel 1.5 Status Anemia Responden berdasarkan kadar haemoglobin (Hb) Status Anemia n % Anemia 121 33,40 Tidak Anemia 241 66,60 Total 362 100 33,40% anemia. Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar haemoglobin dapat diketahui prevalensi anemia sebesar 2. Hubungan anemia gizi besi dengan beberapa variabel 2.1. Hubungan usia dengan anemia gizi besi Tabel 2.1. Hubungan antara usia dengan anemia gizi besi Kejadian Anemia Usia (tahun) Anemia Tidak Anemia Total n % n % n % < 20 23 32,9 47 67,1 70 100 21 25 42 31,3 92 68,7 134 100 26 30 36 33,3 72 66,7 108 100 31 35 16 43,2 21 56,8 37 100 > 36 4 30,8 9 69,2 13 100 Total 121 33,4 241 66,6 362 100 Dari tabel diatas, menggambarkan prevalensi kejadian anemia pada pekerja wanita sebesar 33,40%, dengan distribusi kejadian anemia yang hampir merata, kecuali pada kelompok umur 31-35 tahun yang mencapai 43,2%. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada pekerja wanita masih cukup tinggi. Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan anemia pada pekerja wanita (p=0,751 > α =0,05). 2.2. Hubungan tingkat pendidikan dengan anemia gizi besi Tabel 2.2 Hubungan antara tingkat pendidikan dengan anemia gizi besi Tingkat Pendidikan Kejadian Anemia Anemia Tidak Anemia Total n % n % n % Rendah (SD) 27 43,5 35 56,5 62 100 Menengah (SLTP + SLTA) 91 31,8 195 68,2 286 100 Tinggi (Diploma + Sarjana) 3 21,4 11 78,6 14 100 TOTAL 121 33,4 241 66,66 362 100 Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa responden yang berpendidikan rendah yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat sebanyak 43,5% anemia dan 56,5% tidak anemia, sedangkan responden yang berpendidikan menengah (SLTP dan SLTA) atau yang sederajat, 31,8% anemia dan 68,2 % tidak anemia. 6

Selanjutnya responden yang berpendidikan tinggi (Diploma dan Sarjana) ditemukan sebanyak 21,4% anemia dan 78,6% tidak anemia. Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan anemia gizi besi (p=0,129 > α = 0,5). 2.3. Hubungan status pernikahan dengan anemia gizi besi Tabel 2.3 Hubungan antara status pernikahan dengan anemia gizi besi Kejadian anemia Status Total Anemia Tidak Anemia pernikahan n % n % n % Menikah 86 33,5 171 66,5 257 100 Belum menikah 35 33,3 70 66,7 105 100 TOTAL 121 33,4 241 66,6 362 100 Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa responden yang belum menikah sebanyak 33,3% anemia dan 66,7% tidak anemia, sedangkan responden yang sudah menikah ditemukan sebanyak 33,5% anemia dan 66,5% tidak anemia. Dari hasil uji statistik dengan chi square diketahui nilai p = 0,981 > α = 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status pernikahan dengan anemia gizi besi. 2.4. Hubungan status LILA dengan anemia gizi besi Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebanyak 34,5% responden yang status gizinya KEK mengalami anemia, sedangkan responden yang status gizinya tidak KEK terdapat 32,5% yang mengalami anemia. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.4 Hubungan antara status LILA dengan anemia gizi besi Status gizi Kejadian Anemia Berdasarkan Anemia Tidak Anemia Total LILA n % n % n % KEK 57 34,5 108 65,5 165 100 Non KEK 64 32,5 133 67,5 197 100 TOTAL 121 33,4 238 66,6 362 100 Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status LILA dengan anemia gizi besi (p=0,679 < α : 0,05). 2.5. Hubungan status IMT dengan anemia gizi besi Tabel 2.5. Hubungan antara status IMT dengan anemia gizi besi Status Gizi Kejadian Anemia Berdasarkan Anemia Tidak Anemia Total IMT n % n % n % Kurus 29 30,2 67 69,8 96 100 Normal 75 35 139 65 214 100 Gemuk 17 32,7 35 67,3 52 100 TOTAL 121 33,4 241 66,6 362 100 7

Tabel 2.5. tersebut menunjukkan bahwa pada pekerja wanita yang status gizinya kurus cenderung mengalami anemia dibanding dengan pekerja wanita yang status gizinya baik atau gemuk berdasarkan IMT (Indek Massa Tubuh), Namun berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status IMT dengan anemia gizi besi (p=0,701 > α = 0,05). 8

PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden Dari hasil penelitian nampak bahwa sebagian besar (70%) responden dalam kategori usia produktif yaitu berusia 21 35 tahun, sehingga dalam penelitian ini didominasi kelompok usia muda. Bila dilihat dari kejadian anemia, maka responden yang mengalami anemia didominasi oleh responden pada kelompok umur 31-35 tahun yaitu mencapai 43,2%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua, kemungkinan untuk mengalami anemia lebih besar dibandingkan dengan responden yang berusia lebih muda. Hal ini selaras dengan bertambahnya usia, seseorang maka akan mengalami penurunan kemampuan yang dapat mempengaruhi kapasitas kerjanya (Depkes RI, 1995). Untuk tingkat pendidikan, sebagian besar (79%) responden berpendidikan menengah (SLTP dan SLTA). Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan rendah (Sekolah Dasar) mempunyai kecenderungan untuk mengalami anemia dibandingkan pekerja yang berpendidikan lebih tinggi yaitu menengah dan tinggi. Pendidikan bukan merupakan faktor yang dominan terhadap kejadian anemia pada pekerja wanita, karena meskipun mempunyai pendidikan yang tinggi akan tetapi bila perilaku yang mendukung terhadap pencegahan anemia masih rendah, misalnya tidak biasa mengkonsumsi sayuran hijau, tidak minum tablet tambah darah secara rutin selama haid, maka akan tetap mengalami anemia, sebaliknya bagi pekerja wanita yang mempunyai pendidikan rendah namun konsumsi makanan sumber zat besinya tinggi, maka akan terhindar dari anemia. Pendidikan juga akan menentukan tingkat pengetahuan seseorang, paling tidak kemampuan berpikir seseorang dengan pendidikan tinggi akan lebih luas. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 1993). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sehingga bisa dikatakan bahwa sebagai penyebab anemia, disamping pendidikan masih ada faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat pengetahuan, perilaku, sosial budaya, pendapatan, pola asuh dan lain-lain. Untuk status pernikahan, responden yang sudah menikah mencapai 71%. Pekerja yang sudah menikah mempunyai kecenderungan untuk mengalami anemia lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang belum menikah. Bagi pekerja wanita yang sudah menikah, maka secara tidak langsung mempunyai fungsi dan peran ganda. Disamping berfungsi untuk pencari nafkah bagi keluarganya, juga berperan sebagai seorang ibu rumah tangga yang secara kodrati akan mengalami kehamilan, melahirkan dan memberikan ASI bagi bayinya. Sehingga keadaan ini perlu diperhatikan agar perannya sebagai wanita sekaligus pencari nafkah dapat berjalan dengan baik. Keadaan inilah sebagai salah satu pemicu timbulnya anemia bagi wanita yang bekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga. Oleh karena itu perlu diperhatikan asupan zat besi baik dari makanan maupun tambahan zat besi. Kejadian anemia pada wanita pekerja dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain perilaku untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan minum tablet tambah darah selama masa haid. Pekerja wanita terutama pada usia produktif, diperlukan tambahan zat besi yang lebih besar dibandingkan dengan usia yang belum 9

dan tidak produktif, karena pada usia produktif kegunaan zat besi, disamping sebagai kebugaran tubuh juga digunakan untuk mengganti zat besi yang hilang pada masa haid. 2. Status Gizi Status gizi adalah keadaan seseorang yang merupakan gambaran sejauh mana orang tersebut telah memperhatikan nilai gizi dari makanan yang dikonsumsinya (Apriaji, 1983). Sedangkan Suharjo mendefinisikan bahwa status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang disebabkan oleh konsumsi penyerapan dan penggunaan makanan oleh jumlah, dan jenis makanan yang dikonsumsinya (Suhardjo, 1985) Lingkar lengan atas (LILA) merupakan gambaran cadangan zat-zat gizi di dalam tubuh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang kurang energi kronis (KEK) atau LILA < 23,5 cm sebanyak 34,5%, sedangkan yang tidak kurang energi kronis (non KEK) atau LILA nya > 23,5 cm sebanyak 32,5%. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja dengan status gizi (KEK) mempunyai kecenderungan untuk mengalami anemia gizi besi dibandingkan yang tidak KEK. Hal ini dapat dijelaskan bahwa terbentuknya haemoglobin dalam darah dipengaruhi pula oleh ketersediaan zat-zat gizi lain seperti protein. Sehingga hal ini dimungkinkan pekerja yang mempunyai status Lila nya kurang baik kemungkinan untuk mengalami anemia cukup besar. Selanjutnya berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status LILA dengan kejadian anemia (p=0,551 > α = 0,05). Keadaan LILA merupakan gambaran cadangan makanan di dalam tubuh, bila seseorang mempunyai LILA yang baik maka cadangan makanan di dalam tubuh juga baik. LILA bagi pekerja wanita harus diperhatikan, mengingat fungsi dan peranannya sebagai seorang ibu rumah tangga yang secara kodrati akan mengalami kehamilan, melahirkan anak dan memberikan ASI bagi bayinya. Oleh karena itu seorang ibu harus mempunyai cadangan makanan yang cukup dalam tubuh agar dapat menjalankan peranannya baik sebagai ibu rumah tangga sekaligus pencari nafkah / pekerja dengan baik. Indeks massa tubuh (IMT) adalah merupakan gambaran tentang postur tubuh seseorang. Indikator ini digunakan dengan membandingkan antara berat badan dengan tinggi badan. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa sebagian besar responden (59,1%) mempunyai IMT normal (18,5-25). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berstatus gizi baik. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan IMT dengan kejadian anemia pada pekerja wanita (p=0,701 > α : 0,05). 3.Status anemia Dari hasil pemeriksaan darah reponden, menunjukkan bahwa kadar Hb responden sebagian besar (66,6%) dalam kategori normal (tidak anemia). Hal ini menunjukkan bahwa status gizi responden berdasarkan kadar Hb dalam keadaan normal. Pembentukan haemoglobin (Hb) sangat dipengaruhi dan sangat tergantung cukup tidaknya asupan zat gizi lain seperti protein, zat besi dan vitamin C. Menurut Darwin Karyadi (1996), bahwa konsumsi zat gizi dari makanan diharapkan seimbang dalam kandungan zat gizinya, sehingga proses metabolisme tubuh akan bekerja dengan optimal. Sebaliknya apabila salah satu zat gizi tidak terpenuhi, maka metabolisme tubuh tidak dapat bekerja dengan optimal pula. 10

SIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : :1) Berdasarkan lingkar lengan atas, diperoleh hasil bahwa pekerja wanita dengan kurang energi kronis (KEK) mengalami anemia gizi besi sebesar 34,5%.2) Berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), diperoleh hasil pekerja wanita yang mengalami anemia gizi besi adalah status gizi kurus sebesar 30,2%, normal 35% dan gemuk 32,7%. 3) Ditemukan sebanyak 33,40% pekerja wanita mengalami anemia gizi besi. 4) Tidak ada hubungan antara karakteristik responden (usia, status pernikahan, pendidikan), status gizi (LILA dan IMT) dengan anemia gizi besi. SARAN 1) Perlu pendekatan baru untuk menanggulangi masalah, terutama pekerja dengan memprioritaskan faktor-faktor yang langsung berhubungan dengan anemia gizi besi 2) Perlu dikaukan penelitian lebih lanjut, faktor-faktor penting lainnya dengan menggunakan sample yang lebih besar. *) Widyaiswara Pusdiklat Aparatur Kemenkes RI 11

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 1995, Tiga Belas Pesan Dasar Gizi Seimbangrogram Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS), Jakarta, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI, 2001, Program Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS), Jakarta, Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI, 2005, Anemia Gizi dan Tablet Tambah Darah (TTD), untuk Wanita Usia Subur (WUS), Jakarta, Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI, 2006, Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2002, Jurnal Data dan Info 2001, Prevalensi Anemia Ibu Hamil di Jawa Timur dan Prevalensi WUS di 30 Kab/Kota Propinsi Jawa Timur), Surabaya Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2006, Hasil Kajian Data Anemia WUS di Pondok Pesantren Propinsi Jawa Timur, Surabaya Kuntoro, Purnomo Windhu, dkk, 2007, Modul SPSS, Bagian Biostatistika dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga Surabaya Muhilal, 1998, Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan, Jakarta, Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Notoatmojo, 1992, Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Karnisius, Yogyakarta Nursalam, 2002, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta Suhardjo, 1985, Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak, Karnisius, Yogyakarta, WHO, 2002, Physical Status, The Use And Interpretation of Antropometri Report of a WHO Expret Committe, WHO, Genewa 12