BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena menjadi poros penting dalam proses demokrasi. Partai politik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perwakilan. Partai politik melalui anggota-anggotanya yang duduk di lembaga

TULISAN HUKUM. Transparansi-dan-Akuntabilitas-Pengelolaan. m.tempo.co

KONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. merumuskan dan menyalurkan kepentingan masyarakat.partai politik juga

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut untuk dipenuhi melalui kebijakan pemerintah. 1. membawa kondisi dan situasi masyarakat menjadi lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK

LAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera,

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

Asal Muasal Dana Partai

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

PEMERIKSAAN BANTUAN KEUANGAN PARTAI POLITIK DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PENGELOLAAN KEUANGAN PARTAI POLITIK YANG TRANSPARAN DAN AKUNTABEL

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

BAB I PENDAHULUAN. teknik-tekniknya, kerangka dasar konseptual ini terdiri dari standar (teknik,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kekuasaan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Perubahan regulasi yang mengatur tentang partai politik dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kototangah Kota Padang Provinsi Sumatera Barat, pada Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

BAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah

PELAKSANAAN PENGAWASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KOTA PADANG TAHUN 2011

Tansparansi Dana Kampanye

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi ideologi demokrasinya. Penyelenggaraan negara

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

LAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT. Transparency International Indonesia

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. diikutsertakan dalam proses politik. Maka dari itu, partai politik telah lahir secara

SKRIPSI PELAKSANAAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH KEPADA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBD KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam menjalankan pemerintahan daerah. Dewan

BAB I PENDAHULUAN. mereka secara terbuka.pertanggungjawaban adalah dasar demokrasi, dan hak

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

Pembaruan Parpol Lewat UU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/729/KEP/ /2012

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang secara tegas dinyatakan pada Pasal

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. pengambil keputusan dalam pemerintahan di era reformasi ini. Pemerintah telah

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan


BAB I PENDAHULUAN. governance) melalui upaya penegakan asas-asas pemerintahan yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal

III. METODE PENELITIAN. Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penulisan hukum ini adalah

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum guna menjamin adanya penegakan hukum. Bantuan hukum itu bersifat

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan melalui tiga asas yaitu desentralisasi, dekosentrasi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK MELALUI ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH. Noor Azizah*

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah Provinsi,

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

PENGATURAN BANTUAN PARTAI POLITIK YANG BERSUMBER DARI APBN/APBD

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

PENGHITUNGAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. selaku pejabat publik dengan masyarakat. Dan komunikasi tersebut akan berjalan

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu lebih dari 30 tahun, penyelenggara negara tidak dapat menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. politik yang sama sekali tidak demokratis. Di dalam masa transisi menuju

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini kebutuhan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari semakin

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran partai politik dewasa ini sangatlah penting dalam sistem politik di Indonesia karena menjadi poros penting dalam proses demokrasi. Partai politik tidak hanya menjadi saluran partisipasi politik warga negara, tetapi juga untuk mengintegrasikan para individu dan kelompok dalam masyarakat ke dalam sistem politik. Partai politik tidak hanya berperan dalam mempersiapkan para kader calon pemimpin bangsa untuk dicalonkan melalui pemilihan umum (pemilu) untuk menduduki berbagai jabatan dalam lembaga legislatif atau eksekutif, tetapi juga memperjuangkan kebijakan publik berdasarkan aspirasi dan kepentingan masyarakat. Untuk itu partai politik memerlukan sumber daya agar dapat bertahan dan mengoperasikan struktur dasar partai untuk merepresentasi rakyat, mengembangkan kapasitas bersaing dalam pemilu, dan berkontribusi secara kreatif dalam perdebatan kebijakan publik. 1 Proses politik demokratis tidak akan dapat berlangsung tanpa sumber keuangan. Tanpa dana yang memadai, partai politik tidak akan dapat mengorganisasi dirinya, para politikus tidak akan dapat berkomunikasi dengan publik, dan kampanye pemilu tidak akan dapat dilaksanakan. Singkat kata, partai politik memerlukan dana yang cukup besar untuk dapat melaksanakan fungsinya, baik sebagai jembatan antara masyarakat dengan negara maupun sebagai peserta pemilu. 1 Ramlan Subakti dan Didik Supriyanto, Pengendalian Keuangan Partai Politik, Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, Jakarta, 2011, hlm. 3. 1

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik, setiap partai politik berhak mendapat uang dari tiga sumber, yaitu iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum, serta bantuan keuangan dari Anggran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tapi, karena agenda politik setiap partai sangat banyak, maka membutuhkan pendanaan besar. Dan seiring dengan kian mahalnya biaya operasional dan kampanye pemilu. Seperti diketahui, ketika partai politik jadi mesin pemilu, partai membutuhkan sumber pendanaan besar agar mesin politik dapat berfungsi secara maksimal dalam mendulang suara pemilih. Partai harus mencari cara agar eksistensi mereka tetap terjaga baik dalam masyarakat dan mampu meraih suara signifikan dalam pemilu. Realitasnya sumber penerimaan partai politik itu tak sekadar dari tiga sumber yang disebutkan di atas tetapi ada juga penerimaan dana lain, salah satunya dari sumbangan pengusaha swasta yang berkepentingan, potongan gaji kader di legislatif/eksekutif lainnya. Karena itu perlu kebijakan untuk menyehatkan proses demokrasi melalui berbagai bentuk reformasi pembiayaan partai yang meliputi; reformasi sumber pendanaan partai, reformasi pengelolaan keuangan partai yang transparan dan akuntabel, dan terakhir reformasi pengeluaran partai. 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 mengamanatkan agar dana yang berasal dari negara digunakan untuk pendidikan politik dan kaderisasi, tapi apakah dana tersebut digunakan sebagaimana mestinya. Partai politik harus 2 Ully Chintya, Mengintip keuangan partai politik kita, http://surabaya.tribunnews.com/m/index.php/2013/01/01/mengintip-keuangan-partai-politik-kita diakses pada tanggal 3 Maret 2013 2

didorong meminimalisasi pengeluaran atas kebutuhan partai yang nyaris tidak terbatas. Atas berbagai sumber dana yang diterima, sebagian besar partai politik hanya memiliki laporan keuangan yang berasal dari APBN dan APBD. Partai politik cukup taat membuat laporan tersebut karena jika laporan itu tidak dibuat maka dana bantuan keuangan berikutnya akan berkurang. Sayangnya, partai politik sering terlambat dalam memberikan laporan tersebut. Walaupun terlambat, Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tetap mengucurkan anggaran untuk partai politik pada tahun berikutnya. Persoalan transparansi atas pendanaan partai politik masih menjadi tantangan hingga saat ini. Harapan publik untuk dapat mengakses dokumen laporan keuangan masih sulit dijamin. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan partai politik adalah keniscayaan karena sebagai institusi publik partai politik mempunyai peran besar dalam menjaga demokrasi dan mengelola pemerintahan. Namun komitmen partai politik untuk terbuka dan mempertanggungjawabkan dana partai sangat lemah. Secara khusus, fenomena pelaporan keuangan yang kurang baik itu sekaligus memperlihatkan bahwa partai politik tidak disiplin dalam mencatat penerimaan, pengelolaan, dan pengeluaran dana partainya. 3 Dalam rangka penguatan akuntabilitas keuangan negara terkait dengan kegiatan bidang politik, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan partai politik, yang penerimaannya berasal dari APBN/APBD. Sementara itu, untuk pemeriksaan atas laporan 3 Transparansi Akuntabilitas dan Audit Laporan Keuangan Partai Politik, http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kap-news/394- transparansiakuntabilitasdanauditlaporankeuanganpartaipolitik diakses pada tanggal 3 Maret 2013 3

keuangan tahunan yang tidak bersumber dari APBN/APBD, serta atas Laporan Dana Kampanye dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 dijelaskan bahwa hasil pemeriksaan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan partai politik terbuka untuk diketahui masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa seharusnya masyarakat dapat mengetahui dan mengakses atas pelaporan keuangan partai. Namun kenyataannya masih sangat sulit untuk menerapkan transparansi atas keuangan partai politik. 4 Bentuk transparansi dan akuntabilitas partai politik kepada publik atas aktifitas yang dilaksanakannya adalah dengan menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan yang disusun tentunya harus memenuhi standar agar dapat dipahami secara luas. Saat ini administrasi keuangan partai politik tampak belum tertib. Hampir semua partai politik melaporkan penggunaan dana bantuan keuangan tidak sesuai dengan peruntukan. Laporan pertanggungjawaban pun terkadang dalam format yang sangat sederhana dalam selembar kertas. Selain itu, banyak pula partai politik yang tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban. Padahal, format laporan pertanggungjawaban penggunaan dana bantuan keaungan itu sangat sederhana sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik yang diperjelas lagi oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik. 4 Ramlan Surbakti dan Didik Supriyanto, Op. Cit., hlm. 6. 4

Terkait akan hal itu, kita dapat lihat pada kasus Indonesia Corruption Watch (ICW) yang menuntut keterbukaan informasi keuangan partai politik. Ada sembilan partai politik yang mendapatkan kursi di parlemen yang dimintai informasi, baik terkait laporan keuangan maupun program kerja. Sembilan partai tersebut adalah Partai Demokrat (PD), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). 5 Sayangnya, setelah beberapa waktu menanti dokumen dimaksud, sebagian besar partai politik tidak mau menyerahkan laporan keuangan dan program kerja yang diminta. Padahal permintaan tersebut berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik Pasal 15 butir b dimana partai politik wajib menyediakan informasi publik berupa program umum dan kegiatan partai politik. Selain itu, permintaan informasi telah sesuai dengan Pasal 39 ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik yang menyebutkan bahwa partai politik wajib membuat laporan keuangan dan terbuka untuk diketahui masyarakat. Karena hingga tenggang waktu beberapa partai politik tidak menyerahkan laporan keuangannya, maka ICW pun berencana mengajukan gugatan ajudikasi kepada Komisi Informasi Pusat (KIP) sebagai langkah terakhir untuk mendapatkan kepastian informasi. Diharapkan dari ajudikasi tersebut, partai politik akan menyerahkan laporan keuangan dan program kerja mereka. 5 ICW tuntut keterbukaan informasi keuangan partai politik, http://www.antikorupsi.org/id/content/icw-tuntut-keterbukaan-informasi-keuangan-partai-politik diakses pada tanggal 1 September 2013 5

Penolakan sebagian partai politik atas keterbukaan informasi publik tentu bertolak belakang dengan komitmen mewujudkan transparansi dan akuntabilitas partai. Padahal selama ini, semua partai politik secara lisan mendukung transparansi dan anti korupsi. Disamping itu, partai politik seharusnya bersikap terbuka karena sumber dana yang mereka gunakan berasal dari publik. Di Kabupaten Padang Pariaman sendiri masalah pengelolaan dan pelaporan bantuan keuangan partai politik tampaknya belum berjalan dengan optimal. Hal tersebut belum lama ini terlihat dengan diadakannya workshop yang diselenggarakan oleh Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Padang Pariaman. Menurut anggota bidang Politik Dalam Negeri (Poldagri) Kesbangpol Kabupaten Padang Pariaman Bapak Buyung Kenek: 6 Sering terjadi keterlambatan pada partai politik dalam memberikan laporan keuangannya. Kita telah berupaya melakukan imbauan kepada unsur pengurus parpol yang belum menyerahkan laporan pertanggungjawaban keuangannya dengan melayangkan surat permintaan. Kalaupun ada parpol yang memberikan laporan keuangan hanya dengan format yang sederhana, padahal dalam peraturan perundang-undangan sudah jelas diatur bagaimana semestinya. Publik sendiri banyak yang berpendapat bahwa jika dalam hal keuangan saja parpol tidak transparan terhadap mereka bagaimana nantinya jika sudah duduk di kursi pemerintahan. Hal ini mengakibatkan asumsi yang buruk terhadap parpol. Kami sudah melakukan evaluasi terkait hal ini, tetapi masih ada juga yang berbuat demikian. Pertanggungjawaban atau akuntabilitas secara sederhana dapat dipahami sebagai pertanggungjawaban pejabat publik terhadap rakyat yang telah memberinya mandat untuk mengurusi berbagai urusan dan kepentingan mereka. Setiap pejabat publik yang dipilih rakyat dituntut mempertanggungjawabkan semua kebijakan terhadap rakyat yang telah memilih mereka. 7 6 Wawancara dengan Bapak Buyung Kenek, S.Sos, anggota bidang Politik Dalam Negeri (Poldagri) Kesbangpol Kabupaten Padang pada hari Senin tanggal 16 September 2013. 7 Khairul Fahmi, Pemilihan Umum dan Kedaulatan Rakyat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 42. 6

Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan partai politik adalah keniscayaan karena sebagai institusi publik partai politik mempunyai peran besar dalam menjaga demokrasi dan mengelola pemerintahan. Pengurus partai politik harus memiliki skala prioritas atas kebutuhan yang mesti dipenuhi, dengan memanfaatkan anggaran yang ada. Partai politik harus mengatur pengelolaan keuangan partai dalam AD/ART sama halnya dengan Peraturan Organisasi partai itu sendiri. Hal ini diperlukan bukan semata demi menaati perintah undangundang, tetapi juga demi membangun sistem organisasi modern agar lebih tanggap atas tuntutan konstituen dan publik yang terus meningkat. Pengelolaan dana dalam internal partai sangatlah menentukan eksistensi partai dalam perpolitikan. B. Perumusan Masalah Dalam penyusunan skripsi ini, penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan yang sesuai dengan judul di atas, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan partai politik di Kabupaten Padang Pariaman? 2. Apakah pengelolaan keuangan yang dilakukan telah memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas keuangan partai politik? C. Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan partai politik di Kabupaten Padang Pariaman. 7

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan partai politik tersebut. D. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini penulis lakukan, penulis berharap beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Melatih dan menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat menjadi literatur ilmu hukum khususnya di bidang Hukum Tata Negara. b. Bagi penulis, penelitian ini dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan di bidang hukum serta melatih penulis dalam mengasah dan mengimplementasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan yang merupakan hukum positif di berbagai bidang. c. Memberikan tambahan pengetahuan khususnya bagi kalangan akademisi yang mempunyai jiwa intelektual. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi instansi dan lembaga pemerintah terkait dalam mengambil kebijakan terhadap transparansi pengelolaan keuangan partai politik. E. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian untuk membahas masalah yang dirumuskan di atas sebagai berikut: 8

1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian yuridis sosiologis. Yang dimaksud penelitian yuridis sosiologis adalah penelitian yang dilakukan dengan melihat dan mengkaji norma hukum terhadap fakta-fakta dan kejadian yang terjadi di lapangan/masyarakat untuk memperoleh informasi dan data. 8 Dalam hal ini, penelitian dilakukan dengan melihat pada aspek hukum (perundang-undangan) yang berlaku dikaitkan dengan prakteknya di lapangan dengan melakukan penelitian pada partai politik di Kabupaten Padang Pariaman. 2. Jenis Data Data penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri atas: a. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan. 9 Data tersebut diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan nara sumber seperti: staf atau anggota Dewan Pimpinan Daerah partai politik di Kabupaten Padang Pariaman yang diwakili oleh beberapa partai yang dipilih secara acak, yaitu Partai Golongan Karya, Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan Sejahtera. b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur serta karya-karya ilmiah lainya. 8 Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 133. 9 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Granit, Jakarta, 2005, hlm.72. 9

Adapun dalam data sekunder ini,terdapat bahan-bahan hukum yang terdiri atas : 1) Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang berasal dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian yang dibahas. 10 Diantaranya: a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. c) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. d) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik. e) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik. f) Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik. g) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik. 10 Ibid., hlm. 73. 10

2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum yang erat kaitanya dengan bahan hukum primer serta memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. 11 3) Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan informasi dan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder. 12 Dalam penelitian ini, bahan hukum tersiernya antara lain: a) Kamus-kamus Hukum. b) Kamus Besar Bahasa Indonesia. c) Bahan hukum yang diambil dari internet. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis menggunakan alat pengumpulan data antara lain : a. Wawancara Teknik pengumpulan data melalui wawancara maksudnya adalah suatu cara memperoleh data dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada koresponden dan nara sumber mengenai permasalahan yang dibahas. 13 Dalam hal ini data diperoleh dengan melakukan tanya jawab kepada nara sumber berkaitan dengan permasalahan. Penelitian dilakukan dengan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu secara 33. 11 Ibid. 12 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2006, hlm. 13 Ibid., hlm. 41. 11

tertulis dengan menggunakan teknik wawancara semi terstruktur yaitu wawancara bebas tapi tetap pada fokus masalah yang diteliti. b. Studi dokumen, penulis memperoleh data dengan mengunjungi perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas Program Reguler Mandiri, perpustakaan umum, serta buku-buku yang penulis miliki. 4. Pengolahan Data Sebelum melakukan analisis data, data yang diperoleh melalui studi lapangan maupun dari dokumen diolah dengan melakukan pengoreksian dari semua jawaban dari hasil wawancara, diantaranya merapikan (editing) hasil pengumpulan data yang telah didapat, kemudian dilakukan Coding yaitu pemilahan atau klarifikasi data-data yang sesuai dengan yang ditetapkan. Proses ini diperlukan untuk mengetahui bahwa apakah data-data yang diperoleh sebelumnya sudah layak untuk ke proses berikutnya. Teknik Coding adalah proses untuk mengklarifikasi jawabanjawaban menurut kriteria yang diterapkan. 5. Analisis Data Setelah data diperoleh dari penelitian tersebut maka selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan analisis. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif yaitu analisis data dengan menggambarkan data yang telah diperoleh dengan menjawab dan memecahkan setiap masalah-masalah atau pertanyaan berdasarkan teori- 12

teori baik yang ada dalam buku, peraturan perundang-undangan maupun data-data yang diperoleh dari studi lapangan 14. 14 Ibid. 13