Kualitas Spermatozoa Epididimis Kerbau Belang pada Penambahan Raffinosa sebagai Krioprotektan Ekstraseluler

dokumen-dokumen yang mirip
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta 2. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Cibinong 3

Kualitas Semen Cair Asal Epididimis Kerbau Belang dalam Bahan Pengencer Andromed yang Mendapat Penambahan Sukrosa

Maltosa Mempertahankan Viabilitas Spermatozoa Epididimis Kerbau Belang yang Disimpan dalam Bentuk Cair

POTENSI REPRODUKSI DAN UPAYA PENGEMBANGBIAKAN KERBAU BELANG TANA TORAJA

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

Kualitas Spermatozoa Epididimis Anjing selama Penyimpanan pada Suhu 4 C

PERAN MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT

Pengaruh Penambahan Trehalosa dalam Pengencer Tris terhadap Kualitas Semen Cair Domba Garut (Ovis aries)

Kualitas Semen Cair Domba Garut pada Penambahan Sukrosa dalam Pengencer Tris Kuning Telur

PENAMBAHAN BEBERAPA JENIS GULA DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS SPERMATOZOA BEKU ASAL EPIDIDIMIS TERNAK DOMBA

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

SKRIPSI OLEH SARI WAHDINI

PENGARUH MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SEMEN BEKU GUNA MENDUKUNG KEBERHASILAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

KUALITAS SPERMA SAPI BEKU DALAM MEDIA TRIS KUNING TELUR DENGAN KONSENTRASI RAFFINOSA YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

Kualitas Spermatozoa Kauda Epididimis Sapi Bali dengan Penambahan Laktosa atau Maltosa yang Dipreservasi pada Suhu 3 5 o C

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

INTEGRITAS SPERMATOZOA KERBAU LUMPUR (BUBALUS BUBALIS) PADA BERBAGAI METODE PEMBEKUAN SEMEN

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

Peningkatan Kualitas Spermatozoa Epididimis Kerbau Belang yang Dikriopreservasi dengan Beberapa Konsentrasi Sukrosa

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

SKRIPSI. Oleh FINNY PURWO NEGORO. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

PENGARUH PLASMA SEMEN SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis)

Semen beku Bagian 1: Sapi

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta 2. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon 3

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

Daya Hidup Spermatozoa Epididimis Domba Garut yang Dikriopreservasi Menggunakan Modifikasi Pengencer Tris

Semen beku Bagian 1: Sapi

PENGARUH PENAMBAHAN LAKTOSA DI DALAM PENGENCER TRIS TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR DOMBA GARUT

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

KUALITAS SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) SETELAH PENYIMPANAN EPIDIDIMIS PADA 5 C

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

Semen beku Bagian 2: Kerbau

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT PADA PENGENCER SKIM KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BALI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

Peranan Beberapa Jenis Gula dalam Meningkatkan Kualitas Semen Beku Domba Garut

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

Daya Hidup Spermatozoa Epididimis Sapi Bali yang Dipreservasi pada Suhu 3 5 o C dalam Pengencer Tris dengan Konsentrasi Laktosa yang Berbeda

PENGUJIAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA CAIR KERBAU (Bubalus bubalis) MENGGUNAKAN LARUTAN HIPOOSMOTIK

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

OPTIMALISASI KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT MELALUI PENAMBAHAN TREHALOSA KE DALAM PENGENCER TRIS KUNING TELUR

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Kuning... Riga Pradistya Hardian

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

KAJI BANDING KUALITAS SPERMATOZOA SAPI SIMMENTAL, LIMOUSIN, DAN FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PROSES PEMBEKUAN

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

Kualitas Semen Beku Domba Garut dalam Berbagai Konsentrasi Gliserol

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Sitrat... Ayunda Melisa

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

KRIOPRESERVASI SPERMATOZOA EPIDIDIMIS DOMBA MENGGUNAKAN PENGENCER BERBASIS LESITIN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN OOSIT SAPI HASIL IVF DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN

KUALITAS SEMEN SAPI BALI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEKUAN MENGGUNAKAN PENGENCER SARI WORTEL

Peranan Plasma Semen dalam Mempertahankan Kualitas Spermatozoa Asal Epididimis Domba yang Disimpan pada Suhu Rendah (3 5 o C)

Penambahan krioprotektan dalam bahan pengencer untuk pembuatan semen beku melalui teknologi sederhana dalam menunjang pelaksanaan IB di daerah

MOTILITAS DAN VIABILITAS SEMEN SEGAR KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DENGAN MENGGUNAKAN PENGENCER CAUDA EPIDIDYMAL PLASMA

Sayed Umar* dan Magdalena Maharani** *)Staf Pengajar Departemen Peternakan FP USU, **)Alumni Departemen Peternakan FP USU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

PEMANFAATAN SARI WORTEL SEBAGAI PENGENCER ALTERNATIF SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI BALI

Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

Transkripsi:

Kualitas Spermatozoa Epididimis Kerbau Belang pada Penambahan Raffinosa sebagai Krioprotektan Ekstraseluler YULNAWATI 1, HERDIS 2, H. MAHESHWARI 3 dan M. RIZAL 4 1 Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jl. Raya Bogor km. 46, Cibinong, 16911 2 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jl. MH. Thamrin kav. 8, Jakarta Pusat 3 Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor Jl. Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor, 16680 4 Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura Jl. Ir. M.Putuhena Kampus Pokka Ambon (Diterima dewan redaksi 15 Januari 2008) ABSTRACT YULNAWATI, HERDIS, H. MAHESHWARI and M. RIZAL. 2008. The quality of spotted buffalo epididymal sperm with addition of raffinose as external cryoprotectant. JITV 13(1): 30-34. The aims of this research was to obtain the quality of Spotted buffalo epididymal sperm in different kind of extender in the three stages of cryopreservation (after dilution, post equilibration and post thawing). Spermatozoa was collected with combination of slicing and pressure method into the epididymal tissue in Andromed extender. Soon after diluted and equilibrated, epididymal spermatozoa was cryopreserved in liquid nitrogen (-196 C). The result showed that the percentage of motility after thawing in Andromed + raffinose 0.4% (47.0 ± 2.4%), was significantly different (P<0.05) from that of control (41.0 ± 2.0%), but there was no significantly different (P>0.05) from that of Andromed + raffinose 0.2% (46.0 ± 2.0%). The percentage of live sperm after thawing in control (52.2 ± 2.5%), was the lowest and significantly different (P<0.05) from that of Andromed + raffinose 0.2% (59.2 ± 2.6%) and Andromed + raffinose 0.4% (58.8 ± 3.1%). Moreover, the percentage of membrane integrity after thawing in control, Andromed + raffinose 0.2% and Andromed + raffinose 0.4% was 68.0 ± 1.1%; 67.2 ± 1.6% and 67.6 ± 1.2%, respectively. There was no significantly different (P>0.05) in the percentage of membrane integrity from all treatments. In conclusion, the addition of 0.2 and 0.4% raffinose into Andromed extender could improve the percentage of motility and viability of post thawing spotted buffalo epididymal spermatozoa. Key Words: Epididymal Sperm, Cryopreservation, Raffinose, Spotted Buffalo ABSTRAK YULNAWATI, HERDIS, H. MAHESHWARI dan M. RIZAL. 2008. Kualitas spermatozoa epididimis kerbau belang pada penambahan raffinosa sebagai krioprotektan ekstraseluler. JITV 13(1): 30-34. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kualitas spermatozoa epididimis kerbau belang dalam beberapa kombinasi bahan pengencer pada tiga tahap proses pembekuan (setelah pengenceran, ekuilibrasi dan thawing). Spermatozoa dikoleksi dengan kombinasi metode slicing dan penekanan pada jaringan epididimis menggunakan medium pengencer Andromed. Selanjutnya spermatozoa epididimis yang telah diencerkan, diekuilibrasi dan dibekukan serta disimpan dalam nitrogen cair (-196 C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan Andromed + raffinosa 0,4% setelah thawing, persentase motilitas yang dihasilkan adalah sebesar 47,0 ± 2,4%, berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol (41,0 ± 2,0%), namun tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan Andromed + raffinosa 0,2% (46,0 ± 2,0%). Persentase hidup spermatozoa setelah thawing pada perlakuan kontrol diperoleh hasil sebesar 52,2 ± 2,5%, paling rendah dan berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan perlakuan Andromed + raffinosa 0,2% (59,2 ± 2,6%), serta Andromed + raffinosa 0,4% (58,8 ± 3,1%). Persentase MPU pasca thawing dalam bahan pengencer kontrol, Andromed + raffinosa 0,2% dan Andromed + raffinosa 0,4% berturutturut sebesar 68,0 ± 1,1%; 67,2 ± 1,6% dan 67,6 ± 1,2%, tidak terdapat perbedaan nyata (P>0,05) dari ketiga bahan pengencer tersebut. Dapat disimpulkan bahwa penambahan raffinosa dengan konsentrasi 0,2 dan 0,4% ke dalam medium pengencer Andromed dapat meningkatkan kualitas spermatozoa epididimis kerbau belang pasca thawing. Kata Kunci: Sperma Epididimis, Pembekuan, Raffinosa, Kerbau Belang PENDAHULUAN Kerbau belang (Bubalus bubalis) merupakan salah satu jenis ternak exotic dengan populasi terbanyak hidup di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Kerbau ini memiliki keunikan dari segi penampilan fisik yang relatif lebih besar daripada jenis kerbau lain dan memiliki nilai ekonomis tinggi karena digunakan 30

JITV Vol. 13 No.1 Th. 2008 sebagai persembahan pada berbagai upacara adat masyarakat Toraja. Harga seekor kerbau belang dengan tipe belang terbaik dapat mencapai nilai ratusan juta rupiah. Keadaan ini menyebabkan sistim pemeliharaan kerbau belang oleh masyarakat Toraja menjadi sangat istimewa dan mendapat perhatian khusus dari pemilik. Namun sistim pemeliharaan seperti ini dapat menjadi ancaman bagi kelestarian kerbau belang di masa datang karena kerbau belang jantan yang bernilai tinggi tersebut tidak diperkenankan untuk melakukan aktivitas reproduksi baik secara alami maupun dengan bantuan manusia. Disamping itu, masyarakat Toraja memiliki kepercayaan bahwa kerbau belang tidak dapat hidup di luar Tana Toraja sebagai habitat aslinya. Hal ini menjadi masalah, mengingat kebutuhan terhadap kerbau belang yang tinggi setiap tahun tanpa ada upaya perkembangbiakan untuk mempertahankan populasinya. Kesulitan akan upaya perkembangbiakan kerbau belang ini dapat diatasi dengan pendekatan dan aplikasi teknologi reproduksi. Setiap pasangan testis dan epididimis dari kerbau belang kualitas baik yang dipotong sebagai hewan persembahan merupakan sumber material genetik berharga yang dapat digunakan untuk melestarikan kerbau jenis ini. Seperti diketahui bahwa epididimis hewan jantan adalah sumber material genetik yang dapat disimpan dalam jangka waktu tak terbatas (AXNER et al., 1998; SANKAI et al., 2001; TSUTSUI et al., 2003; HORI et al., 2004; NAZLIE 2004; RIZAL et al., 2004; YULNAWATI dan SETIADI 2005). Hal tersebut dikarenakan pada bagian epididimis, terutama cauda, merupakan sumber spermatozoa potensial yang memiliki kemampuan membuahi seperti halnya spermatozoa yang berasal dari ejakulasi (HAFEZ dan HAFEZ 2000). Selanjutnya spermatozoa epididimis tersebut dapat disimpan, baik dalam bentuk cair maupun beku, sampai digunakan lebih lanjut untuk tujuan inseminasi buatan (IB), in vitro embryo production (IVEP) maupun intra cytoplasmic sperm injection (ICSI) untuk memperoleh keturunan yang membawa sifat belang dari pejantan. Kombinasi bahan pengencer yang tepat adalah salah satu strategi dalam upaya penyimpanan spermatozoa epididimis kerbau belang dalam bentuk beku untuk kurun waktu yang lama. Penelitian mengenai jenis bahan pengencer yang sesuai dengan kondisi fisiologis spermatozoa asal cauda epididimis sangat perlu dilakukan agar penyimpanan material genetik berharga tersebut dapat diupayakan secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas spermatozoa epididimis kerbau belang yang disimpan menggunakan medium Andromed dan kombinasi raffinosa sebagai krioprotektan extraseluler pada tiap tahap proses pembekuan (setelah pengenceran, ekuilibrasi dan thawing / pencairan kembali). MATERI DAN METODE Epididimis beserta testis dari seekor kerbau belang yang dipotong pada saat upacara pemakaman keluarga dikoleksi di desa Pangli, Kecamatan Rante Pao, Tana Toraja. Epididimis berasal dari satu individu yang sama agar dapat menjaga homogenitas (keseragaman) kualitas spermatozoa yang digunakan. Epididimis dipisahkan dari testis dan dibilas dengan larutan NaCl fisiologis (0,9%). Selanjutnya spermatozoa dari bagian cauda epididimis dikoleksi dengan kombinasi teknik slicing / pembilasan dan penekanan pada setiap jaringan cauda (RIZAL et al., 2004) menggunakan larutan Andromed sebagai medium pengencer. Spermatozoa segar hasil koleksi dievaluasi kualitasnya meliputi persentase motilitas, persentase spermatozoa hidup, konsentrasi, persentase abnormalitas dan persentase membran plasma utuh (MPU). Spermatozoa hasil koleksi disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit pada suhu kamar. Supernatan yang terbentuk dibuang dan sedimen yang mengandung spermatozoa diencerkan kembali dengan medium pengencer Andromed. Jumlah pengencer yang digunakan disesuaikan berdasarkan hasil perhitungan konsentrasi yang telah dilakukan sebelumnya. Spermatozoa epididimis diencerkan dengan medium pengencer dasar komersial Andromed yang telah mengandung gliserol sebagai krioprotektan intraseluler. Sebagai kontrol, digunakan Andromed yang diencerkan dengan aquabidestilata dengan perbandingan 1 : 4. Sementara itu, sebagai perlakuan dilakukan penambahan raffinosa yang berfungsi sebagai krioprotektan extraseluler dengan dosis 0,2 dan 0,4% ke dalam medium pengencer Andromed seperti pada kontrol. Spermatozoa epididimis yang telah diencerkan dikemas di dalam straw mini (0,25 ml) dengan konsentrasi 200 juta sperma motil per straw dan kemudian diekuilibrasi di dalam lemari es bersuhu 5 C selama 3 jam. Pembekuan spermatozoa epididimis diawali dengan meletakkan straw yang telah diekulibrasi 10 cm di atas permukaan nitrogen cair (suhu sekitar -130 C) selama 15 menit. Selanjutnya straw dimasukkan ke dalam nitrogen cair (suhu -196 C) dan disimpan dalam kontainer. Setelah disimpan, masing-masing sampel spermatozoa epididimis beku dicairkan kembali (thawing) untuk dievaluasi kualitasnya. Thawing dilakukan dengan cara memasukkan straw ke dalam air bersuhu 37 o C (di dalam penangas air) selama 30 detik. Peubah kualitas spermatozoa epididimis yang diamati adalah: persentase motilitas, persentase sperma hidup, dan persentase MPU masing-masing setelah tahap pengenceran, ekuilibrasi, dan thawing. 31

Persentase motilitas progresif spermatozoa dihitung secara subjektif pada sepuluh lapang pandang yang berbeda dengan mikroskop cahaya pembesaran 400x. Sementara itu, untuk menghitung persentase hidup menggunakan pewarnaan eosin B. Spermatozoa hidup tidak menyerap warna sehingga akan berwarna putih pada bagian kepala, sedangkan yang mati akan menyerap warna dan ditandai dengan kepala yang berwarna merah (TOELIHERE, 1993). Membran plasma utuh (MPU) ditandai oleh ekor sperma yang melingkar atau menggembung, sedangkan yang rusak ditandai oleh ekor yang lurus apabila semen dipaparkan di dalam larutan hipoosmotik dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 60 menit (REVELL dan MRODE, 1994). Sebanyak minimum 200 sperma dievaluasi menggunakan mikroskop cahaya pembesaran 400x untuk masing-masing peubah yang dievaluasi. Ketiga perlakuan diulang sebanyak 5 kali ulangan dan data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) dalam bentuk rancangan acak lengkap (RAL). Perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji beda nyata terkecil (STEEL dan TORRIE, 1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan rataan konsentrasi spermatozoa epididimis kerbau belang adalah sebesar 1044,5 x 10 9 spermatozoa/ml. Nilai ini cukup besar mengingat padatnya populasi spermatozoa di bagian cauda epididimis sebagai tempat penyimpanan spermatozoa sebelum diejakulasikan. Persentase motilitas spermatozoa epididimis kerbau belang yang diperoleh dari penelitian ini (65,0%) lebih tinggi nilainya daripada hasil penelitian HERRICK et al. (2004), dan HEROLD et al. (2004; 2006) terhadap spermatozoa epididimis kerbau Afrika (Syncerus caffer), yakni berturut-turut sebesar 60,0 ± 3,82%; 58,0 ± 17,0% serta 53,0 ± 12,51%. Perbedaan ini diduga akibat perbedaan jenis kerbau dan kondisi individu masing-masing pejantan yang digunakan dalam penelitian tersebut. Sementara itu, publikasi lainnya mengenai kualitas spermatozoa epididimis kerbau belang belum pernah dilaporkan sampai saat ini. Persentase hidup spermatozoa epididimis kerbau belang yang diperoleh pada penelitian ini juga berbeda dengan data yang dipublikasikan oleh HERRICK et al. (2004) pada kerbau Afrika yakni sebesar 92,75 ± 2,25%. Secara keseluruhan, data spermatozoa epididimis kerbau belang segar terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil tersebut, selanjutnya spermatozoa epididimis kerbau belang diproses untuk disimpan dalam bentuk beku. Persentase motilitas spermatozoa epididimis kerbau belang setelah pencairan kembali (thawing) berturutturut dalam media Andromed (kontrol), Andromed + raffinosa 0,2% dan Andromed + raffinosa 0,4% adalah sebesar 41,0%; 46,0% dan 47,0% (Tabel 2). Hasil ini hampir sama dengan yang dilaporkan oleh HEROLD et al. (2006) menggunakan spermatozoa epididimis kerbau Afrika yang diekuilibrasi selama tiga jam dalam media Andromed pada suhu 4 C, yakni sebesar 44 ± 17%. Sementara itu, menurut laporan HEROLD et al. (2004), persentase motilitas spermatozoa epididimis kerbau Afrika dalam media pengencer Andromed dengan penambahan 10% plasma semen sapi sebesar 28,1 ± 17,57% dan dalam media Andromed tanpa penambahan plasma semen sebesar 53,0 ± 12,51%. Hal tersebut membuktikan bahwa Andromed merupakan media pengencer yang dapat mempertahankan persentase motilitas spermatozoa epididimis kerbau belang setelah thawing. Tabel 1. Kualitas spermatozoa epididimis kerbau belang (segar) Parameter Hasil Konsentrasi (x 10 9 sperma/ml) 1044,5 ± 43,6 Motilitas progresif (%) 65,0 ± 0,0 Hidup (%) 79,3 ± 1,3 Abnormalitas (%) 15,0 ± 2,2 Membran Plasma Utuh (MPU; %) 80,8 ± 0,4 Persentase hidup dan membran plasma utuh spermatozoa epididimis kerbau belang yang diperoleh dari penelitian ini secara umum menunjukkan kecenderungan penurunan pada tiap tahap pembekuan. Namun, secara keseluruhan kualitas spermatozoa epididimis post thawing dalam ketiga kombinasi bahan pengencer tersebut masih layak digunakan untuk aplikasi teknologi reproduksi bantuan seperti IB, IVEP dan ICSI. Andromed merupakan media pengencer komersial yang bebas protein hewani (MINITUB 2001), sehingga dapat menghindari kemungkinan penularan penyakit melalui bahan pengencer dari produk asal hewan. Komposisi Andromed sendiri terdiri dari Tris hydroxyaminomethane sebagai buffer, gula sebagai sumber energi, gliserol sebagai krioprotektan dan antibiotik untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Andromed sebenarnya lebih diperuntukkan sebagai media pengencer bagi semen beku sapi. Namun demikian, dalam penelitian ini diketahui bahwa Andromed ternyata dapat mempertahankan kualitas spermatozoa epididimis beku dari kerbau belang seperti halnya sapi sehingga masih layak serta memenuhi kriteria untuk tujuan IB. 32

JITV Vol. 13 No.1 Th. 2008 Tabel 2. Rataan kualitas spermatozoa epididimis kerbau belang pada tiga tahapan proses pembekuan Perlakuan Kontrol Raffinosa 0,2% Raffinosa o,4% Pengenceran % M 65,0 ± 0,0 a 65,0 ± 0,0 a 65,0 ± 0,0 a % H-M 76,0 ± 2,8 a 79,3 ± 1,7 a 76,0 ± 1,6 a % MPU 78,7 ± 0,5 a 79,7 ± 0,5 a 81,0 ± 0,0 a Ekuilibrasi % M 50,0 ± 0,0 a 55, 0 ± 4,1 a 55,0 ± 4,1 a % H-M 70,3 ± 0,5 a 73,0 ± 1,4 a 72,3 ± 1,2 a % MPU 72,0 ± 0,8 a 73,7 ±0,5 a 73,0 ± 0,8 a Thawing % M 41,0 ± 2,0 a 46,0 ± 2,0 b 47,0 ± 2,4 b % H-M 52,2 ± 2,5 a 59,2 ± 2,6 b 58,8 ± 3,1 b % MPU 68,0 ± 1,1 a 67,2 ± 1,6 a 67,6 ± 1,2 a a,b Superskrip yang berbeda dalam kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Dari hasil penelitian diketahui bahwa kombinasi media Andromed dengan raffinosa sebagai salah satu jenis gula dapat mempertahankan kualitas spermatozoa epididimis kerbau belang. Raffinosa digunakan untuk melindungi membran sel spermatozoa dari kerusakan selama proses pembekuan berlangsung. Gula merupakan krioprotektan ekstraseluler yang diketahui dapat melindungi bagian luar membran plasma sel spermatozoa karena dapat berasosiasi dengan karbohidrat yang terdapat pada bagian tersebut. Membran plasma sel terdiri dari karbohidrat yang berikatan dengan lipid (glikolipid) dan protein (glikoprotein) atau yang disebut dengan selubung sel (glikokaliks) (SUBOWO 1995). Sifat krioprotektif gula berasal dari ikatan hidrogen yang terbentuk antara gugus hidroksil gula dan bagian kepala polar fosfolipida membran plasma sel, sehingga gula dapat menggantikan posisi air yang dikeluarkan selama proses dehidrasi saat pembekuan berlangsung (AISEN et al., 2002). Oleh karenanya, gula diketahui dapat mengatur fluiditas membran plasma sel sperma. Persentase motilitas dan daya hidup spermatozoa setelah thawing dapat ditingkatkan jika fluiditas membran plasma sel tinggi sebelum pembekuan (GIRAUD et al., 2000). Pengaruh yang ditimbulkan oleh keberadaan gula sebagai krioprotektan ekstraseluler terlihat jelas pada persentase motilitas dan hidup spermatozoa setelah pencairan kembali (post thawing). Hal ini diduga akibat perubahan suhu yang drastis selama proses pembekuan dan pencairan kembali (thawing) sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tekanan terhadap sel spermatozoa. Sebagai krioprotektan ekstraseluler, diduga gula dapat memberikan perlindungan terhadap integritas membran plasma pada kondisi tersebut. Disamping itu, gula dari golongan disakarida dan polisakarida juga dapat berguna sebagai substrat sumber energi jika di dalam plasma semen atau bahan pengencer tersedia enzim yang memecahnya menjadi beberapa unit monosakarida. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa medium pengencer Andromed dengan penambahan raffinosa 0,2 dan 0,4% dapat mempertahankan persentase motilitas progresif dan hidup spermatozoa epididimis kerbau belang pasca thawing. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini didanai oleh DIPA BIOTROP 2008 dengan nomor kontrak No. 047.1/PSRP-SP/III/2008. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dinas Peternakan Kabupaten Tana Toraja, Keluarga dr. Yulius dan Bapak Slamet Sumitro yang telah membantu dalam penyediaan peralatan laboratorium, pengadaan dan pengambilan sampel epididimis kerbau belang. DAFTAR PUSTAKA AISEN, E.G., V.H. MEDINA and A. VENTURINO. 2002. Cryopreservation and post-thawed fertility of ram 33

frozen semen in different trehalose concentrations. Theriogenology 57: 1801-1808. AXNER, E., B. SORMHOLST and C. LINDE-FORSBERG. 1998. Morphology of spermatozoa in the cauda epididymis before and after electroejaculation and comparison with ejaculated spermatozoa in the domestic cat. Theriogenology 50: 973-979. GIRAUD, M.N., C. MOTTE, D. BOUCHER and G. GRIZARD. 2000. Membrane fluidity predicts the outcome of cryopreservation of human spermatozoa. Hum. Reprod. 15:2160-2164. HAFEZ, E.S.E. and B. HAFEZ. 2000. Reproduction in farm animals. 7 th Edition. Baltimore: Lippicott Williams & Wilkins. HEROLD, F.C., J.E. AURICH and D. GERBER. 2004. Epididymal sperm from the African buffalo (Syncerus caffer) can be frozen successfully with Andromed and Triladyl but the addition of bovine seminal plasma is detrimental. Theriogenology 61: 715-724. HEROLD, F.C., K. DE HAAS, B. COLENBRANDER and D. GERBER. 2006. Comparison of equilibration times when freezing epididymal sperm from African buffalo (Syncerus caffer) using Triladyl or Andromed. Theriogenology 66: 1123-1130. HORI, T., M. ICHIKAWA, E. KAWAKAMI and T. TSUTSUI. 2004. Artificial insemination with frozen epididymal sperm beagle dogs. J. Vet. Med. Sci. 66: 37-41. HERRICK, J.R., P. BARTELS and R.L. KRISHER. 2004. Postthaw evaluation of in vitro function of epididymal spermatozoa from four species of free-ranging African bovids. Biol. Reprod. 71: 948-958. MINITUB. 2001. Certificate Andromed. Minitub Abfull und Labortechnik GmbH & Co KG. Germany. NAZLIE, C. S. 2004. Kajian kualitas spermatozoa kucing asal epididimis dan ductus deferens setelah proses preservasi selama 7 hari pada suhu 4 C. Thesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. REVELL, S.G. and R.A. MRODE. 1994. An osmotic resistance test for bovine semen. Anim. Reprod. Sci. 36: 77-86. RIZAL, M., HERDIS dan A. BOEDIONO. 2004. Daya hidup sperma epididimis domba setelah disimpan pada suhu rendah (5 C). J. Anim. Prod. 6: 30-36. SANKAI, T., H. TSUCHIA and N. OGONUKI. 2001. Short term nonfrozen storage of mouse epididymal spermatozoa. Theriogenology 55: 1759-1768. STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. SUBOWO. 1995. Biologi Sel. Angkasa, Bandung. TOELIHERE, M.R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Angkasa, Bandung TSUTSUI, T., M. WADA, M. ANZAI and T. HORI. 2003. Artificial insemination with frozen epididymal sperm in cats. J. Vet. Med. Sci. 65: 397-399. YULNAWATI dan M. A. SETIADI. 2005. Motilitas dan keutuhan membran plasma spermatozoa epididimis kucing selama penyimpanan pada suhu 4 C. J. Med. Vet. 21: 100-104. 34