PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG PADA PAGI DAN SORE HARI DI EMPAT TIPE HABITAT DI WILAYAH PANGANDARAN, JAWA BARAT



dokumen-dokumen yang mirip
3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara-negara yang kaya

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

9-076 PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PANTAI SIUNG DAN PANTAI WEDI OMBO GUNUNGKIDUL D.I. YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini menemukan empat jenis burung madu marga Aethopyga di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

TINJAUAN PUSTAKA. Satwa burung (avifauna) merupakan salah satu satwa yang mudah. jenis memiliki nilai keindahan tersendiri. Burung memerlukan syarat

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 4 No. 2, April 2016 ( )

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

METODE PENELITIAN. Penelitian keberadaan rangkong ini dilaksanakan di Gunung Betung Taman Hutan

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN BURUNG DIBEBERAPA AREAL HUTAN KOTA MALANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung adalah salah satu pengguna ruang yang cukup baik, dilihat dari

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN

Tugas Akhir. Kajian Bioekologi Famili Ardeidae di Wonorejo, Surabaya. Anindyah Tri A /

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DAN KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT DALAM UPAYA KONSERVASI DI PULAU RAMBUT KEPULAUAN SERIBU

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

KERAGAMAN DAN HABITAT SATWA BURUNG DI TAMAN WISATA ALAM PLAWANGAN TURGO YOGYAKARTA. Ir. Ernywati Badaruddin, MP Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PEMANFAATAN BERBAGAI TIPE HABITAT OLEH CUCAK KUTILANG (Pycnonotus aurigaster Vieillot) DI KEBUN RAYA BOGOR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).

Keberadaan Burung Gosong Kaki-Oranye (Megapodius reinwardt) di Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara

I. PENDAHULUAN. pantai yang mempunyai arti strategis karena merupakan wilayah terjadinya

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR KOMUNITAS BURUNG DENGAN VEGETASI DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

Transkripsi:

ISSN 1978-9513 VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1, Maret 2009 PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG PADA PAGI DAN SORE HARI DI EMPAT TIPE HABITAT DI WILAYAH PANGANDARAN, JAWA BARAT Hasmar Rusmendro Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Penelitian telah dilakukan di kawasan Pangandaran, Jawa Barat dengan tujuan untuk melihat perbandingan keanekaragaman jenis burung pada waktu pagi dan sore hari di empat tipe habitat yang berbeda. Metode yang digunakan ialah point count (titik hitung) dengan mengikuti jalur yang ada. Selama pengamatan total komposisi jenis di keseluruhan habitat ialah 35 jenis, 24 suku dan 10 bangsa. Tetapi jika dibedakan pagi dan sore, maka pada pagi hari didapat 30 jenis, 20 suku dan 9 bangsa sedangkan sore harinya 23 jenis, 15 suku dan 6 bangsa. Secara keseluruhan frekuensi tertinggi di setiap habitat dimiliki oleh jenis kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) lalu walet linchi (Colocalia linchi). Untuk kelimpahan relatif, rata-rata di setiap habitat kangkareng perut putih mempunyai nilai tertinggi lalu diikuti oleh walet linchi. Nilai keanekaragaman di taman wisata alam pagi hari sebesar 2,142 sorenya 1,68. Di zona peralihan 2,269 pada pagi harinya dan 1,888 di sore harinya. Di padang pengembalaan 2,621 pada pagi harinya dan 2,509 sore harinya, di pinggir pantai pagi hari sebesar 1,79 dan sore harinya sebesar 1,374. Berdasarkan uji Hutchenson lokasi taman wisata alam pagi dan sore terdapat perbedaan, begitu juga dengan lokasi zona peralihan dan pinggir pantai. Sedangkan di padang pengembalaan tidak terdapat perbedaan. Dengan uji statistik menunjukkan bahwa hubungan antara waktu dengan jenis, lokasi dan ulangan terdapat perbedaan. Kata kunci : burung, habitat, keanekaragaman, Pangandaran PENDAHULUAN Burung adalah salah satu makhluk yang mengagumkan. Berabad-abad burung menjadi sumber inspirasi dan memberikan kesenangan kepada masyarakat Indonesia karena keindahan suara dan bulunya. Burung juga meru-pakan indikator yang sangat baik untuk kesehatan lingkungan dan nilai keanekaragaman hayati lainnya (Rombang & Rudyanto, 1999). Sebagai salah satu komponen ekosistem, burung mempunyai hubungan timbal balik dan saling tergantung dengan lingkungannya. Atas dasar peran dan manfaat ini maka kehadiran burung dalam suatu ekosistem perlu dipertahankan (Arumasari, 1989). Selama proses evolusi dan perkembangan kehidupan berlangsung, burung selalu beradaptasi dengan berbagai faktor, baik fisik (abiotik) maupun biotik. Hasil adaptasi ini mengakibatkan burung hadir atau menetap di suatu yang sesuai dengan kehidupannya dan tempat untuk kehidupannya tersebut secara keseluruhan disebut sebagai habitat (Rusmendro, 2004). Menurut Howes dkk (2003), kehadiran suatu jenis burung tertentu, pada umumnya disesuaikan dengan kesukaannya terhadap habitat tertentu. Secara umum, habitat burung dapat dibedakan atas habitat Rusmendro H 8

di darat, air tawar dan laut, serta dapat dibagi lagi menurut tanaman-nya seperti hutan lebat, semak maupun rerumputan (Rusmendro, 2004), menurut Jati (1998), saat ini populasi burung cenderung menurun. Keadaan tersebut merupakan hasil langsung dari dampak antropogenik, seperti pembakaran hutan dan padang rumput, perladangan berpindah, perburuan dan per-dagangan burung. Menurut Shannaz dkk (1995), akibat penurunan kuali-tas, modifikasi dan hilangnya habitat merupakan ancaman yang berarti bagi jenis-jenis burung. Saat ini diketahui sekitar 50 % burung di dunia terancam punah karena menurunnya kualitas dan hilangnya habitat. Kawasan konservasi Pangan-daran, Jawa Barat merupakan habitat yang unik yaitu berupa hutan batu kapur. Cagar alam dengan luas 529 ha ini adalah semenanjung batu kapur yang agak terangkat dan terletak di ujung tenggara Pulau Jawa serta didukung oleh hutan agak rapat dengan tegakan yang tidak tinggi. Kawasan hutan Pananjung Pangandaran terdiri dari Taman wisata (37,7 ha) dan Cagar Alam (491,3 ha) dan merupakan salah satu daerah konservasi di Indonesia yang dikunjungi pengunjung sekitar 500.000 orang pertahunnya (Whitten dkk, 1999). Berdasarkan hal diatas, maka dilakukan pengamatan yang ber-tujuan untuk melihat dan mem-bandingkan komposisi dan keaneka-ragaman, jenisjenis burung di keempat habitat di kawasan Pananjung Pangandaran, Jawa Barat yaitu di taman wisata alam, zona peralihan, padang pengembalaan dan pinggir pantai, dan melihat perbedaan keanekaragaman jenis pada dua waktu yang berbeda yaitu pagi hari dan sore hari. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah 1. Terdapat perbedaan keaneka-ragaman jenis burung di empat lokasi berbeda di kawasan Pananjung Pangandaran 2. Terdapat perbedaan keaneka-ragaman jenis burung pada pagi hari dan sore hari di setiap tipe habitat yang dibandingkan 3. Terdapat perbedaan kelimpahan individu burung pada pagi dan sore hari di masing-masing habitat yang dibandingkan METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pangandaran, Jawa Barat. Pengamatan dilakukan di empat habitat yang berbeda yaitu di taman wisata alam, zona peralihan (taman wisata alam dengan cagar alam), padang penggembalaan dan pinggir pantai. Pengamatan dilakukan pada waktu pagi 06.30 11.00 dan pada sore hari 14.00 17.00 B. Peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah binokuler, buku panduan lapangan burung burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan (Mac Kinnon dan Philips, 1998), kompas, counter, dan jam tangan digital C. Cara Kerja 1. Pengamatan Pendahuluan Pengamatan pendahuluan / observasi dilakukan untuk : Mengenal lokasi / habitat yang akan menjadi tempat pengamatan Penelusuran jalur dan penentuan titik pengamatan Mengenal jenis-jenis burung yang umum dijumpai di keempat lokasi Rusmendro H 9

2. Pengamatan Utama Pengamatan ini dilakukan menggunakan metode point count (titik hitung) dengan mengikuti jalur yang telah ada. Pada metode ini pengamat berjalan sepanjang jalur/jalan disertai dengan titik pengamatan yang telah ditentukan. Di setiap titik, penga-matan dilakukan selama 15 menit dengan jarak pengamatan ke kiri dan kanan sejauh 25 meter dan jarak antar titik sejauh 100 meter, agar tidak terjadi pengulangan pencatatan. Parameter yang diamati adalah jumlah jenis dan jumlah individu di ke empat lokasi pengamatan, pada masing-masing habitat yang berbeda. D. Analisis Data 1. Frekuensi Relatif Frekuensi relatif (Fr) / tingkat perjumpaan setiap jenis burung di kawasan penelitian (Houston, 1994) : 2. Kelimpahan relatif Kelimpahan relatif (Kr) setiap jenis burung di setiap lokasi pengamatan. 3. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman jenis (Indeks Keanekaragaman Shannon dan Weaner) burung di kawasan penelitian (Houston,1994) : 4. Uji Hutchinson Digunakan untuk ada / tidaknya perbedaan indeks keanekaragaman antar tipe habitat di kawasan penelitian 5. Perhitungan dengan SPSS model Split Plot; digunakan untuk melihat hubungan antara jenis dengan habitat yang dibandingkan dengan waktu pengamatan pagi dan sore. Rumus-rumus yang digunakan dalam analisis data : 1. Frekuensi relatif Fr = fi x 100% fi = Jumlah petak contoh yang mengandung jenis ke i Jumlah total petak contoh Keterangan : Fr = frekuensi relatif 2. Kelimpahan relatif Kr = Ki x 100 % Σ K Ki = Jumlah individu ke - i di setiap habitat Luas point x total point setiap habitat Keterangan : Kr = kelimpahan relatif Rusmendro H 10

3. Indeks Keanekaragaman H = - pi ln pi pi = Fr + Kr Keterangan : H : Keanekaragaman Jenis pi : Proporsi nilai penting jenis ke-i ln : Logaritma Natural 4. Uji Hutchinson H1 - H2 t hit = -------------------------- var H1 + var H2 ( var H1 + var H2 )² db = ----------------------------- ( var H1 )² + ( var H2 )² N1 N2 Σ pi(lnpi)² - (Σ pi lnpi)² S 1 Var H = ------------------------------ ± ------- N 2N² Keterangan : N H Pi ln S : Jumlah total individu seluruh jenis pada plot contoh : Indeks keanekaragaman : Proporsi nilai penting : Logaritma natural : Jumlah jenis HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komposisi Jenis Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada empat lokasi yang berbeda, yaitu taman wisata alam, zona peralihan, padang pengembalaan dan pinggir pantai, dijumpai 35 jenis burung yang termasuk ke dalam 24 suku dari 10 bangsa, diantaranya merupakan jenis endemik jawa seperti takur tulung tumpuk (Megalaima javensis) dan beberapa termasuk yang dilindungi undang-undang. Jenis burung yang dijumpai pada lokasi taman wisata alam adalah 14 jenis, zona peralihan 14 jenis, padang pengembalaan 24 jenis dan pinggir pantai 11 jenis. Bila dibandingkan antara pengamatan pagi dan sore, pada pagi hari didapat 30 jenis dari 20 suku dan 9 bangsa. Sore harinya 23 jenis dari 15 suku dan 6 bangsa. Untuk melihat perbandingan jenis yang didapatkan di kedua waktu dapat dilihat di tabel 1. Dari tabel 1, terlihat bahwa pada waktu pagi hari dimasing-masing habitat mempunyai jenis yang terbanyak dibandingkan dengan waktu sore hari, hal ini diduga karena pada pagi hari, jenis-jenis burung diurnal sedang memulai aktifitas Rusmendro H 11

hariannya, terutama mencari makan. Sedangkan pada sore hari terdapat kecenderungan beberapa jenis burung sedang istirahat atau melakukan aktifitas lainnya seperti bertengger atau berdiam diri. Padang pengembalaan mempunyai jumlah jenis terbanyak dibandingkan dengan habitat lain karena, lokasi yang menjadi tempat pengamatan terdiri dari dua padang pengembalaan, yaitu padang pengembalaan nanggorak dan cikamal. Cikamal (±20 Ha) dan nanggorak (± 10 Ha) sendiri merupakan padang pengembalaan yang relatif luas, dengan struktur vegetasi yang terdiri dari semak belukar dan hutan sekunder (Lase, 2003). Menurut Galli, dkk, (1976); Ambual dan Temple, (1983). Biasanya jumlah jenis burung akan meningkat sesuai dengan luas habitat atau ukuran suatu habitat. Tabel 1. Perbandingan jumlah jenis burung di kedua waktu Lokasi Pagi Sore Keseluruhan Jenis Jenis Jenis Taman wisata alam 10 8 14 Zona peralihan 12 8 14 Padang pengembalaan 19 16 24 Pinggir pantai 10 6 11 Jumlah jenis 30 23 35 B. Frekuensi relatif Secara keseluruhan Frekuensi relatif tertinggi pada lokasi taman wisata alam, zona peralihan dan padang penggembalaan dimiliki oleh kangkareng perut putih (50 %, 87,5 %, 76,92 %); sedangkan di pinggir pantai dimiliki jenis walet linchi (80 %). Perbandingaan Frekuensi relatif pada pagi dan sore hari dapat dilihat pada tabel 2. Tingginya frekuensi relatif ditentukan oleh frekuensi perjumpa-an dengan jumlah total lokasi pengambilan data, oleh sebab itu semakin tinggi frekuensi perjumpa-an, semakin tinggi frekuensi relatifnya. Secara keseluruhan di beberapa lokasi jenis Kangkareng perut putih (Antracoceros albirostris) mempunyai frekuensi relatif tertinggi, karena terdapatnya beberapa pohon buah dan pohon tidur yang digunakan oleh jenis burung tersebut, contohnya Ficus sp. burung ini juga mempunyai tubuh yang besar dan suara yang khas sehingga mudah dikenali dan burung ini juga menyukai pepohonan terbuka di hutan sekunder. Tabel 2. Perbandingan frekuensi relatif pada waktu pagi dan sore Frekuensi relatif Lokasi Pagi Sore Jenis Nilai Jenis Nilai Taman wisata alam Kangkareng perut putih 18.75% Kangkareng perut putih 43.75% Zona peralihan Kangkareng perut putih 75.00% Kangkareng perut putih 87.50% Padang pengembalaan Kangkareng perut putih 61.53% Walet linchi 53.84% Pinggir pantai Walet linchi 73.33% Kekep babi 33.33% Rusmendro H 12

C. Kelimpahan relatif Secara keseluruhan kelimpahan relatif tertinggi pada lokasi taman wisata alam dimiliki oleh kangkareng perut putih (37,95 %). Pada zona peralihan dimiliki oleh kangkareng perut putih (30,76 %). Di padang penggembalaan dimiliki oleh walet linchi (18,35 %). Di pinggir pantai dimiliki jenis walet linchi (57,30 %). Perbandingan kelimpahan relatif tertinggi pada waktu pagi dan sore hari dapat kita lihat di tabel 3. Tabel 3. Perbandingan kelimpahan relatif di waktu pagi dan sore Kelimpahan relatif Lokasi Pagi Sore Jenis Nilai Jenis Nilai Taman wisata alam Pelanduk semak 23.99% Kangkareng perut putih 54.59% Zona peralihan Kangkareng perut putih 27.60% Kangkareng perut putih 33.34% Padang pengembalaan Kangkareng perut putih 20.90% Walet linchi 23.82% Pinggir pantai Walet linchi 51.13% Walet linchi 62.75% Kelimpahan relatif sangat dipengaruhi oleh jumlah individu dari masingmasing jenis yang dijumpai selama pengamatan. Bila dilihat jenis kangkareng perut putih merupakan burung yang mempunyai kelimpahan relatif tertinggi di berbagai habitat karena jenis ini merupakan burung yang suka berkelompok dalam mencari makan dan menyukai hutan sekunder (Mackinnon, 1998). Perbandingan jumlah individu pada waktu pagi dan sore hari dapat kita lihat di tabel 4. Tabel 4. Perbandingan jumlah individu keseluruhan jenis di setiap habitat Lokasi Pagi Sore Keseluruhan waktu J.Ind J.Ind J.Ind Taman wisata alam 25 33 58 Zona peralihan 29 36 65 Padang pengembalaan 67 42 109 Pinggir pantai 45 51 96 Jumlah 166 162 328 Dari hasil uji statistik didapatkan hubungan antara waktu dengan jenis menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p > 0,05). Hubungan antara lokasi dengan waktu juga menunjukkan perbedaan yang bermakna. Dari tabel 4 juga terlihat perbedaan jumlah individu di masing-masing habitat pada kedua waktu yang berbeda. D. Keanekaragaman jenis Helvoort (1981) mengatakan bahwa keanekaragaman jenis terdiri dari dari dua komponen yaitu jumlah jenis dan jumlah individu dari masing-masing jenis (kelimpahan jenis). Keanekaragaman jenis burung umumnya bebeda antara habitat yang satu dengan habitat yang lainnya. Rusmendro H 13

Alikodra (1990) menjelaskan bahwa perbedaan keanekaragaman dapat terjadi karena terdapatnya perbedaan dalam struktur vegetasi pada masing-masing tipe habitat, sehingga akan menyebabkan bervariasinya sumber pakan yang ada dalam suatu habitat. Tabel 5. Nilai keanekaragaman di Setiap Habitat Twa. Zp. Ppg. Ppt. H 2.305 2.326 2.779 1.935 Berdasarkan uji Hutchinson yang dilakukan antar habitat maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara taman wisata alam dengan zona peralihan. Karena lokasi pengamatan tidak terlalu jauh sehingga jenis yang sama diperkirakan dapat masuk ke masingmasing habitat. Lalu terdapat perbedaan keanekaragaman antara taman wisata alam dengan padang pengembalaan dan taman wisata alam dengan pinggir pantai. Sedangkan antara zona peralihan dengan padang pengembalaan terdapat perbedaan. Keanekara-gaman zona peralihan dan pinggir pantai juga berbeda, begitu juga dengan padang pengembalaan dengan pinggir pantai yang mempunyai keanekaragaman yang berbeda jauh. Dengan uji Hutchenson dapat membandingkan keanekaragaman pagi dan sore di setiap habitat. Di lokasi taman wisata alam pada pagi hari dan sore harinya terdapat perbedaan keanekaragaman. Di zona peralihan juga terdapat perbedaan di kedua waktu tersebut. Sedangkan di padang pengembalaan tidak terdapat perbedaan. Dan di pinggir pantai terdapat perbedaan keanekaragaman di kedua waktu tersebut. Tabel 6. Nilai keanekaragaman antara Pagi dan Sore di Setiap Habitat Twa. Zp. Ppg. Ppt. H Pagi 2.142 2.269 2.621 1.79 H Sore 1.68 1.888 2.509 1.374 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, 1. Dijumpai 35 jenis dari 24 suku dan 10 bangsa burung pada empat tipe habitat di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran Jawa Barat. 2. Terdapat perbedaan keanekaragaman jenis burung antar tipe habitat, kecuali antara Taman Wisata Alam dan Zona Peralihan 3. Terdapat perbedaan keanekaragaman jenis burung antar waktu (pagi dan sore) di masing-masing habitat, kecuali di padang penggembalaan. 4. Jenis burung kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) merupakan jenis yang mempunyai frekuensi relatif Rusmendro H 14

dan kelimpahan relatif tertinggi di beberapa lokasi. B. Saran Perlu dilakukan penelitian intensif terhadap jenis-jenis dilindungi dari bangsa Falconiformes, dan takur tulungtumpuk (Megalaima javensis) yang juga merupakan jenis dilindungi serta endemik di Jawa dan mempunyai daerah sebaran terbatas. DAFTAR PUSTAKA Adiputra J. Keanekaragaman Jenis Elang Pada Tipe Habitat Yang Berbeda Di Taman Nasional Gunung Halimun Dan Sekitarnya, Jawa Barat. Sripsi Sarjana Biologi. Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta, 2000. Alikodra HS. Pengelolaan satwa liar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Jilid I, IPB, Bogor, 1990. Arumasari. Komunitas Burung Pada Berbagai Habitat di Kampus UI, Depok. Skripsi Sarjana Biologi FMIPA Universitas Indonesia. Jakarta. 1989 Avenzora R. Evaluasi potensi Cagar Alam Muara Angke Jakarta. Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor, 1988 Bibby CJ, Burges ND, Hill DA, dkk. Bird cencus techniques. 2 nd Edition, Academic Press, London, 2000 Bibby CJ, Burges ND, Hill DA, dkk. Bird cencus techniques. RSPB/British Trust for Ornithology, Academic Press Limited, London, 1992 Daniel WW. Statistika Non Parametik Terapan. PT Gramedia Jakarta, 1989. Dinata D. Pengaruh Fragmentasi Habitat Terhadap Kelimpahan dan Distribusi Burung. Karya Ilmiah. Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta, 2001. Galli AE, dkk. Avian Distribution Pattern in Forest Island of Different Sizes in Central New Jersey, Auk 93, 1976. Haq MZ. Distribusi Vertikal Burung Pada Beberapa Taman Kota di DKI Jakarta. Skripsi Sarjana Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta, 1996. Helvoort VB. A study on bird population in the rural ecosystem of West Java, Indonesia. A semi quantitative approach report, Natcons Departement Agricultural University Wageningen, 1981. Houston MA. Biological diversity. The coexistence of species on charging landscapes, Cambrige University Press, 1994 Howes J, Bakewell D, Noor YR. Panduan Studi Burung Pantai. Wetlands International - Indonesia Programme, Bogor, 2003. Jati A. Kelimpahan dan Distribusi Jenisjenis Burung Berdasarkan Fragmentasi dan Stratifikasi Habitat Hutan Cagar Alam Langgaliru, Sumba. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor 1998. Lase EF. Keanekaan Jenis Burung di Daerah Nanggorak dan Cikamal Cagar Alam Pananjung Pangandaran Ciamis, Jawa Barat. Laporan Kuliah Kerja Lapangan. Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Padjadjaran, Jatinangor 2003. Rusmendro H 15

Mackinnon J, Phillips K and B. van Balen. Burung burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI/ BirdLife Indonesia, 1998. Magguran AE. Ecological Diversity and its Measurent, Pricenton University Press, New Jersey, 1988, h. 35. Peterson RT. Burung. Pustaka Alam Life, Tiara Pustaka. Jakarta. 1980 Shannaz J, Jepson P dan Rudyanto. Burung-burung Terancam Punah di Indonesia. PHPA/Birdlife International Indonesia Programme, Bogor, 1995. Rombang WM dan Rudyanto. Daerah Penting Bagi Burung Jawa dan Bali, PKA/Birdlife International-Indonesia Programme, Bogor, 1999. Rusmendro H. Bahan Kuliah Ornithology, Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta, 2004. Whitten. T, Soeriaatmadja RE, Afiff SA. Ekologi Jawa dan Bali, Seri Ekologi Indonesia Jilid II. Prenhallindo, Jakarta 1999. Zefriadi Y. Kelimpahan dan Pola Sebaran Burung Pada Beberapa Tipe Habitat di Areal Penelitian Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung Putting, Kalimantan Tengah. Skripsi Sarjana Sains Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta, 2004. Rusmendro H 16