Written by Pitoyo Amrih Tuesday, 18 February :57 - Last Updated Tuesday, 18 February :14

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Lusi, (Surabaya, 20 November 2013). TITIK LUSIANI: Orang sukses itu, tentu yang baik terhadap Orang Tua, Keluarga dan Sesama.

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

BERCERITA PADA ANAK SERI BACAAN ORANG TUA

Memahami Cita-Cita Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. lagu bertemakan cinta, mungkin ia akan sedih karena patah hati (broken heart)

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Figur Kyai dan Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Secara. 10,629 dengan = 1,649. Jadi > dengan tingkat

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

hijau tuanya, jam tangannya dan topinya. Ia sempat melihat Widya masih sedang membuat sarapan di dapur dekat kamar mandi. Dan pada saat kembali ke

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Loyalitas Tanpa Batas

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1995), hlm Dadang Hawari, Al-Qur an Ilmu Kedokteran jiwa dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

Cinta Kedua. Majalah Parents Desember Sepenggal kisah tentang kekuatiran untuk jatuh cinta lagi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja

in 5 Apa itu? Kami adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Social Network Marketing

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai bentuk permainan pada manusia yang terus berkembang, pada

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini keberadaan teko keramik telah mengalami banyak pergeseran

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

saja ada satu hal yang merupakan kunci. Kunci itu adalah cinta. Cinta dari hati.

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA


1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya sebagai media hiburan saja melainkan sebagai media komunikasi

Mencari Sosok Kedua (126/M) Oleh : Indah Permatasari Senin, 18 Juni :02

Pasang Surut Ombak Segare Sopianus Sauri XII IPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Kita sadari bahwa tidak semua anak di dunia ini dilahirkan dengan

BAB V HAS IL & PEMBAHAS AN DES AIN. memutar, ketika kamera mendekati terlihat wilayah kepulauan Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan populasi yang cukup besar (12,85% dari

Yesaya Melihat Masa Depan

NADIA AKU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

BAB I PENDAHULUAN. lihat di kota-kota besar, tidak terkecuali juga kota-kota kecil, banyak sekali game

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. media atau saluran tertentu. (A. Muis, 2001 : 37) Masyarakat dapat mendengarkan informasi tentang kesehatan, pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. situasi misalnya acara OB (Office Boy) yang tayang di RCTI dan Tetangga Masa

*Artikel ini dimuat juga di Tabloid Gaya Hidup Sehat

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TARI MENJADI SUMBER PENGHASILAN

BAB II LATAR BELAKANG DOKTER SOEDARSO

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tahun ini memang jadi tahun yang kemrungsung bagi para calon wakil wakyat itu. Ya, maaf,..

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu

BAB IV TINJAUAN KARYA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kasus kekerasan seksual, free sex,dan semacamnya. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

LAMPIRAN C KUESIONER PENELITIAN

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kodokhitamputih Dkk. #Cintaitu. Penerbit Kodok Hitam Putih. Nulisbuku.com. Bekerjasama dengan

MEMOAR 1. Aku Anak Nelayan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

BAB II. CITA-CITA Cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. atau suara, lukisan dan tarian sesuai dengan ciri khasnya.

PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN BAGI REMAJA MASALAH DAN SOLUSI Oleh: Sunartiningsih, SE

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, dan mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang

Yesaya Melihat Masa Depan

Wejangan Presiden RI pada acara Lomba Cipta Seni Pelajar Nasional, di Cipanas, Jabar tgl. 9 Agt 2014 Sabtu, 09 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

LAMPIRAN CODING SHEET 1 TRANSKIP INTERVIEW

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN"/Permana Adi Wijaya

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI

Menerapkan Sikap Mental Bisnis Orang China

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

Transkripsi:

Suatu ketika beberapa tahun lalu, seorang teman bercerita dengan rasa bangga tentang anaknya yang ketika itu belum genap usia sepuluh tahun, yang begitu mengidolakan seorang penyanyi muda di sebuah ajang pencarian bakat. Dia bercerita bagaimana anaknya yang tiap hari bernyanyi keras-keras, menghapal lagu, bersemangat meminta orang tuanya untuk membeli gitar dan mengisi sebagian waktunya dengan kursus gitar dan bernyanyi. Saya dengar sang bocah yang kini beranjak remaja cukup sering tampil di pentas-pentas lokal bernyanyi dan memainkan gitar. Ada lagi cerita ketika terdapat seorang tetangga yang tak pernah berhenti memberi nasihat bagi anaknya yang kini akan memasuki sekolah menengah atas, agar nanti jika besar jangan pernah berpikiran untuk menjadi politisi, pejabat, ataupun pegawai negri. Ini menjadi sebuah paradoks memang, karena saya masih ingat ketika saya muda dulu betapa profesi pegawai negri di masa orde baru menjadi sebuah idola. Bukan karena mengedepankan semangat pelayanan tapi menjadi idola karena dari situlah besar kemungkinan akan mendapat penghasilan sampingan. Beberapa orang masih beranggapan seperti itu hingga kini. Tapi sang tetangga ini rupanya berbeda, dia mewanti-wanti anaknya agar jangan jadi perangkat negara karena melihat betapa maraknya saat ini politisi dan pejabat yang berurusan dengan penegak hukum atas kasus korupsi. Kalau tadi ada anak mengidolakan seorang penyanyi, yang ini sang anak diminta untuk tidak mengidolakan menjadi pengurus negara. Menarik ketika suatu waktu beberapa tahun lalu anak saya berbagi kepada saya tentang apa yang menjadi cita-citanya. Dia ingin besar nanti menjadi seorang programer pembuat game! Ketika itu dia memang begitu antusias dengan game. Hal yang terkadang membuat saya harus ekstra memutar otak memandunya agar mau disiplin menghargai waktu ditengah gairahnya bermain game. Tapi ungkapan polosnya cukup membuat saya melihat bahwa dampak seorang anak bermain game ternyata tak hanya merangsang berpikir sang anak untuk sekedar menikmati ataupun terjebak dalam asyiknya permainan game, tapi rupanya juga bisa mendorong sang anak untuk berpikir tentang keinginan untuk membuat permainan itu. 1 / 6

Beberapa tahun berganti, membuat keinginan anak saya pun berkembang, ketika tak lama beberapa waktu lalu dia tiba-tiba berkeinginan untuk menjadi dokter. Ah! Darimana dia mendapat informasi tentang profesi seorang dokter? Dari diskusi dengannya ternyata saya melihat sebuah alur logika yang juga menarik. Dia ingin menjadi dokter karena ingin menyembuhkan orang sakit. Mendapat ide seperti ini karena rupanya di televisi ketika itu lagi marak tayangan reality-show adegan hipnosis, yang pada akhirnya berkeinginan untuk memberi penyembuhan, yang umumnya pada sakit yang bersifat psikis. Dan menyembuhkan di benak dia adalah seorang dokter. Karena dokter adalah tempat yang harus didatangi ketika seseorang sakit, begitu mungkin jalan pikirannya. Maka jadilah cita-cita itu bergeser menjadi dokter yang bisa menghipnotis! Ini hanya berselang beberapa hari ketika kemudian keinginan saat besar nanti tiba-tiba kembali berubah ketika melihat saya sendiri memperbaiki pompa air di rumah. Anak saya bertanya mengapa saya bisa memperbaiki pompa sendiri. Saya pun menjawab bahwa saat papa kuliah dulu juga belajar tentang pompa air. Dan jadilah ketertarikannya saat itu untuk juga menjadi seorang insinyur! Beberapa dasa warsa terakhir ini memang perubahan begitu cepat. Termasuk dinamika bagaimana seorang anak memahami sekelilingnya. Hal yang sangat berbeda dengan saat kita orang tua mengalami masa kecil dulu. Dan anak-anak kita saat ini melihat dunia dengan cara yang terkadang diluar dugaan kita. Terutama bagi orang tua yang sangat terbatas waktunya untuk berbagi dan berkomunikasi dengan anak-anaknya. Di usia bawah sepuluh tahun, anak-anak sekarang, selain komunikasi dengan orang-orang disekelilingnya orang tua, saudara, pembantu- lebih banyak mengenal dunianya melalui televisi dan permainan game, diluar hal-hal yang bersifat normatif dari sekolah, maupun hal yang saat ini sudah sangat terbatas yaitu bermain dengan teman sebaya di luar rumah. 2 / 6

Menginjak usia remaja, dunianya mulai bergeser dan lebih banyak diisi oleh ribuan informasi lalu-lalang yang ada di sosial media. Entah itu memang informasi yang bermanfaat ataupun sekedar sampah, semua akan dilihat oleh anak-anak kita sebagai hal yang memang itulah yang terjadi di dunia dan memang itulah yang berlaku bagi layaknya sebuah kehidupan. Jadilah kemudian anak-anak kita mengenal profesi ustadz dari para selebriti televisi yang berkostum demikian sambil berbicara tentang satu-dua ayat. Atau dari seorang yang waktunya hanya diisi ribut di twitter dengan berbekal tafsir ayat sepotong-potong kemudian menganggap jelek dan sesat orang-orang diluar kelompoknya. Mereka anak-anak kita juga saban hari melihat tentang seorang yang tiap hari muncul di televisi bergoyang berjingkrak dan berpenghasilan puluhan juta memperlihatkan gaya hidup mewah. Di sela-sela tayang film kartun sore hari, anak-anak kita juga sesekali melihat berita bagaimana para politisi bersilat lidah tentang suatu hal, terkadang dibumbui dengan bahasa-bahasa sarkasme dan merendahkan orang lain, sehingga pada jam tayang dimana anak-anak banyak melihat televisi itu mereka belajar tentang cita-cita yang sepertinya mengasyikkan yaitu politisi yang dengan bebas bisa berkata mengabaikan kesopanan dan etika. Di luar sana hampir tak ada pembelajaran bagi seorang anak dalam mengidolakan seseorang demi mimpi menancapkan cita-cita, yang berisi tentang kecintaan terhadap sebuah peran pekerjaan, tentang ketekunan pada profesi, tentang mata pencaharian yang merupakan bagian keseimbangan kehidupan. Saat ini hampir tak ada seorang anak yang dengan bangga bercerita tentang seorang petani yang begitu tekun pada perannya demi memberi hasil bumi yang berkualitas yang nantinya akan dikonsumsi oleh semua orang. Anak-anak sekarang hampir tak pernah dikenalkan tentang sosok ahli di dunia penerbangan yang kemudian menekuni dan mencintai profesinya, entah itu sebagai perancang pesawat, pembuat standard aturan, insinyur pemelihara pesawat, operator penerbangan, sampai pilot dan awaknya, sehingga menaikki pesawat di angkasa yang begitu ringkih itu tetap menjanjikan keselamatan dan kenyamanan. 3 / 6

Anak-anak lebih mudah disana-sini mendapat pembelajaran tentang betapa bergayanya menaikki mobil mewah dan tak pernah dikenalkan tentang rumitnya profesi yang men-deliver mobil itu dari sejak ide, konsep, desain, pembuatan, pemasaran sampai distribusinya. Bahkan ditengah beberapa kejadian gunung meletus akhir-akhir ini, informasi di mata telinga anak-anak kita penuh malah oleh kepanikan, saling menyerang, saling menyalahkan justru oleh orang-orang yang dianggap tokoh masyarakat. Butuh upaya orang tua agar bisa menggaris bawahi segala berita sehingga bisa ditangkap oleh anak-anak kita tentang sikap tanpa pamrih para relawan dan petugas di lapangan, tentang sosok seperti misal pakar vulkanologi Surono yang dengan kesederhanaannya mencintai dan amanah terhadap apa yang menjadi keahliannya. Dan semua ini berpulang kepada kewajiban orang tua. Bila Kahlil Gibran berkata bahwa anak-anak kita bukanlah anak-anak kita sebagai pemilik masa depan yang tak mungkin kita (orang tua) kunjungi sekalipun dalam mimpi, bukan berarti bahwa kita sebagai orang tua membiarkan anak kita mengalir sendiri mengarungi pendidikan formal dan interaksi dengan sekelilingnya. Mereka akan selalu butuh sosok idola sebagai modal membangun rumah masa depan, mereka harus memiliki cita-cita. Dan sudah menjadi tugas kita orang tua untuk bisa selalu memfasilitasi informasi seluas-luasnya tentang kemungkinan masa depan -nya sehingga memiliki kecintaan terhadap pilihannya. Bukan sekedar karena popularitasnya, bukan sekedar karena bisa menjadikannya kaya, tapi karena cinta kepada perannya, yang memberikan rasa bangga dan selalu memberikan hal terbaik atas apa pun yang dilakukannya. Dan ditengah profesi dan sosok yang hanya tampak gemerlap diperlihatkan media, tugas para orang tua untuk selalu memperkenalkan sosok-sosok penting yang seharusnya menjadi idola tapi tak banyak diceritakan. Mereka bisa saja disekitar kita. Tentang cerita kegigihan seorang pengusaha dari nol merangkaki usahanya, tidak hanya sekedar memperlihatkan keadaan suksesnya sekarang. Tentang contoh-contoh pejabat, seorang camat, polisi, guru, lurah mungkin, yang betul-betul berpegang pada nilai dalam menjalankan tugasnya, yang bisa jadi ada di sekitar kita. Atau tentang seniman, musikus, sastrawan, yang berdiri menjadikan seni tidak sekedar obyek mendapatkan uang tapi yang utama adalah sebagai media dalam memahami kehidupannya. 4 / 6

Anak-anak kita juga sepertinya semakin berjarak dengan informasi orang-orang hebat yang pantas diidolakan dalam perjalanan sejarah bangsa. Mereka hanya mengenal para tokoh pejuang bangsa itu dari pelajaran sekolah yang terkadang kaku dan tidak menyentuh hati dalam penyampaiannya. Mereka hanya mengenal Hatta sebagai proklamator, tidak menyentuh pada sikap kenegarawanannya. Bung Tomo, Soekarno, Supriyadi hanya dilihat oleh anak-anak kita sebagai fragmen-fragmen pelaku sejarah, tidak teridolakan sebagai sosok yang menebar jiwa nasionalisme berbangsa. Butuh peran orang tua yang saya tahu itu tak mudah ketika seorang bocah belajar tentang pelajaran sejarah di rumah, untuk juga sedikit bercerita tentang idola sebuah sikap, tentang cita-cita sebuah pendirian, dari para tokoh pahlawan bangsa kita. Dan itu tak akan terjadi bila kita orang tua hanya melakukan pembiaran terhadap tumbuh kembang anak, sehingga menciptakan idola, tokoh, atau definisi cita-cita, dari interaksi alamiahnya dengan sekolah dan ini yang paling mengerikan- dengan media (televisi, sosial media, dsb). Campur tangan orang tua menjadi kewajiban untuk menjembatani semua sumber informasi itu sehingga setiap idola, tokoh dan definisi cita-cita itu bisa terbangun utuh dan lengkap. Dan itu hanya akan terjadi bila kita orang tua mau untuk peduli, mau untuk selalu belajar, dan mau untuk berkeinginan ikut mengupayakan dunia yang lebih baik bagi anak-anak kita kelak. Apapun upaya kita untuk menjadikan kehidupan kita saat ini agar lebih baik, saya pikir tak akan begitu banyak bermanfaat bila kita justru mengabaikan hal-hal yang dapat membuat kehidupan anak-anak kita di generasi mendatang bisa untuk lebih baik. Mereka anak-anak kita adalah pemilik rumah masa depan yang tak perlu melakukan kesalahan yang telah kita orang tua lakukan, kesalahan para pendahulu kita 5 / 6

18 Feb 2014 Pitoyo Amrih 6 / 6