BAB I PENDAHULUAN. keluarga tapi juga bagi kehidupan secara lebih luas. Pada dasarnya, anakanak

dokumen-dokumen yang mirip
Study Deskriptif Children Well Being Anak Penderita Leukimia All di Rumah Cinta Bandung

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak-anak, seperti halnya evaluasi diri anak-anak terhadap dirinya, sehingga variabelnya menjadi children well being.

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Korban Pelecehan Seksual yang Berusia 8-12 Tahun di Sukabumi

BAB 1 PENDAHULUAN. dewasa, anak juga memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak Jalanan di Rumah Sanggar Waringin Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan masalah perkembangan dan memiliki karakteristik dan. kebutuhan yang berbeda dengan anak perkembangan normal lainnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. jalur pantura Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah km.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Siswa-Siswi Kelas 6 di SD Sains Al-Biruni Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kematian akibat kanker yang sangat tinggi. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak Kelas VI Sekolah Dasar Full-Day Darul Ilmi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN. ini laju informasi dan teknologi berjalan dengan sangat cepat. Begitu juga dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya

Studi Deskriptif Mengenai Children Well-Being pada Anak Jalanan yang Bersekolah Usia 12 Tahun di Rumah Perlindungan Anak (RPA) Yayasan Bahtera Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2008; American Cancer. sisanya sebagian besar AML (Rudolph, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, 2005). Berdasarkan data tahun 2010 dari American Cancer Society, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal

Studi Deskriptif Domain Children Well Being pada Anak Usia 12 Tahun di Kelurahan Cicadas

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Angka penderita kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap kualitas hidup anak, termasuk pada anak dengan Leukemia Limfoblastik

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. (Tim Cancer Helps, 2010). Data di Eropa pada tahun 1988 dan 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dalam pekerjaan. Perubahan gaya hidup tersebut diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia

BAB I PENDAHULUAN. kanker payudara terjadi karena perubahan sel-sel kelenjar dan saluran air susu

BAB 1 PENDAHULUAN. pada usia 6-12 tahun. Dimana anak ketika dalam keadaan sakit akan. masalah maupun kejadian yang bersifat menekan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. penderita umumnya berusia belasan tahun (Hutagalung dalam Kompas, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh melampaui batas normal yang kemudian dapat menyerang semua

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengalami peningkatan, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Di

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah ( Menurut UU No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I. Pendahuluan. cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian. Kanker adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Leukemia adalah kanker yang

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

pasien dan pendampingnya. Tidak hanya mewadahi fungsi hunian, Children Cancer Care Service juga mewadahi fungsi oprasional yayasan yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tahun dan penyebab kematian kedua pada kelompok anak usia 5-14 tahun (Minino

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keeratan hubungan antara dukungan keluarga dengan illness perception, dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

BAB I PENDAHULUAN. semua rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit Umum Daerah Soreang. jabatan dilakukan pada bulan Maret tahun 1999.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. karena saluran reproduksi wanita lebih dekat ke anus dan saluran kencing. Bagian

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian yang penting bagi kelangsungan hidup manusia, karena anak adalah generasi penerus bukan hanya dalam keluarga tapi juga bagi kehidupan secara lebih luas. Pada dasarnya, anakanak memiliki potensi yang potensial untuk masa depan baik secara pribadi maupun secara umum. Setiap manusia tidak terlepas dari ujian, begitupun dengan anakanak. Ada beberapa anak yang mendapatkan ujian berupa sakit yang kronis, berbeda dengan teman-teman sebayanya yang bisa bebas bermain dan beraktivitas. Anak-anak yang sedang sakit kronis ini, memiliki keterbatasan, seperti tidak boleh terlalu kelelahan karena memiliki sistem kekebalan tubuh yang rentan atau lemah. Salah satu penyakit kronis yang cukup mematikan adalah kanker. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2013, insidens kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13 % setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan pada tahun 2030 insidens kanker dapat mencapat 26 juta orang dan 17 juta diantaranya meninggal akibat kanker, 1

2 terlebih untuk negara miskin dan berkembang kejadiannya akan lebih cepat. Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. Berdasarkan data riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi kanker Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Leukemia merupakan jenis kanker yang paling sering dijumpai pada anak. Pada umumnya leukimia pada anak terbagi menjadi leukemia akut yaitu Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) dan Acute Myeloid Leukemia (AML) dimana ALL pada anak 5 kali lebih sering tearjadi dibandingkan AML. Dari seluruh kejadian terdapat 32 % yang terjadi pada usia dibawah 15 tahun. Sekitar 74% dari kelompok umur yang sama adalah kanker darah atau leukemia (Belson, 2007). Anak-anak dengan penyakit kanker dengan jenis leukimia tipe ALL ini tentu harus mendapatkan pengobatan serta perawatan yang sangat intensif. Pasien yang telah didiagnosa penyakit leukemia ini harus sesegera mungkin ditangani. Penanganan leukemia meliputi suportif dan kuratif. Penanganan suportif meliputi pengobatan penyakit lain yang menyertai leukemia dan pengobatan komplikasi. Terapi kuratif bertujuan untuk menyembuhkan leukemia itu sendiri yaitu berupa perawatan dengan kemoterapi (Permono, 2006). Kemoterapi ternyata tidak hanya memberikan dampak yang baik, namun memberikan efek samping yang merugikan pula bagi pasien. Efek samping yang terjadi tergantung dari jenis dan dosis obat kemoterapi yang digunakan. Kemoterapi menyebabkan pasien mudah mengalami infeksi, mudah mengalami

3 perdarahan, lemah, lesu, rambut rontok, luka di bibir dan mulut, mual, muntah, diare, nafsu makan menurun serta berpengaruh terhadap kesuburan pasien dewasa (National Cancer Institute, 2002). Penelitian yang dilakukan Ontario Child Health Study di Kanada (Mals, Wolfe, 2005) menunjukkan bahwa anak dengan penyakit kronis lebih beresiko mengalami kesulitan penyesuaian diri dan gangguan psikologis seperti kecemasan dan depresi dibandingkan anak sehat. Data dari Yayasan Onkologi Anak Indonesia tahun (2009) menyatakan terdapat sebesar 220 juta penduduk dan diperkirakan terdapat kurang lebih 11.000 kasus kanker pada anak. Sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu. Seedangkan secara khusus didaerah Bandung, Jawa Barat jumlah kasus leukemia anak di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung sejak bulan November 2012- Januari 2013 diperoleh data yaitu 58 kasus anak leukemia yang terdiri dari 21 anak usia 2-5 tahun, 21 orang anak usia 6-9 tahun, dan 16 anak usia 10-13 tahun (penelitian Simanjorang dkk (2010) ). Pada dasarnya, setiap orangtua dari anak-anak yang menderita leukimia ini memiliki pemahaman yang berbeda dalam memberikan penjelasan kepada anak-anaknya, ada yang mengatakan serta memberikan penjelasan sesuai apa dengan adanya, namun ada juga yang tidak memberikan penjelasan tentang penyakit tersebut. Anak-anak penderita leukimia yang tidak mengetahui tentang penyakitnya ini, akan mengalami kesulitan dalam hal beradaptasi dan bekerjasama dalam tahap perawatan dan pengobatannya. Pasien leukimia tipe ALL ini berasal dari keluarga

4 yang tingkat ekonominya beragam. Di Jawa Barat, sebagian besar pasien dengan keluarga yang berasal dari tingkat ekonomi menengah kebawah belum memiliki pengetahuan yang banyak dan baik terhadap penyakit kanker leukimia tipe ALL ini. Beberapa hal diantaranya kurang memperhatikan daya tahan tubuh anak yang lemah, kurang memperhatikan kondisi psikologis anak dan juga berkaitan dengan kurang pengetahuan tentang pembiayaan yang dikeluarkan untuk perawatan dan pengobatan penyakit ini. Hal ini mengetuk hati suatu keluarga di Bandung yang berinisiatif mendirikan Rumah Cinta sebagai tempat berkumpul dan bernaungnya pasien dan keluarga pasien kanker anak. Rumah Cinta merupakan sebuah rumah bernaung yang khusus diperuntukkan bagi anak-anak penderita kanker serta keluarga atau ayah dan ibunya, yang sebagian besar berasal dari tingkat ekonomi menengah kebawah. Anak- anak penderita kanker dan keluarganya diperbolehkan tinggal di Rumah Cinta sebelum mendapatkan kamar perawatan untuk kemoterapi. Mereka bisa beristirahat dan tinggal sementara di rumah cinta. Rumah Cinta ini diperuntukkan bagi keluarga dhuafa yang berasal di Bandung atau diluar Bandung, sehingga mereka tidak dibebankan biaya apapun. Tujuanya untuk meringankan beban penderita kanker dan keluarganya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan disni berfokus pada anak-anak dan orangtua dari penderita anak kanker. Para orangtua diberikan pengetahuan terbaru tentang penyakit kanker darah atau leukimia, dimotivasi untuk menyemangati anak-anak dan mendampingi anak-anak

5 dalam menjalankan pengobatan. Kegiatan untuk anak-anak beraneka ragam, karena Rumah Cinta membuka peluang bagi masyarakat umum untuk berkunjung dan melakukan kegiatan bersama seperti berbuka puasa, bermain game dan lain-lain. Rumah Cinta juga memiliki halaman rumah yang cukup luas untuk bermain. Selain mendapatkan tempat tinggal sementara dan fasilitas makan yang tidak dikenakan biaya, mereka juga diberikan pengetahuan tentang BPJS dan pembuatan kartu BPJS. Karena, pada kenyataannya pasien dan keluarga pasien leukemia ini tidak mendapatkan info yang menyeluruh dan lengkap mengenai fasilitas BPJS tersebut. Dampak penyakit kanker pada penderita dapat terjadi pada aspek fisik, psikologis dan sosial. Goldstein (2010) dalam penelitian retrospektif menyatakan dampak fisik bagi anak penderita kanker berbeda-beda antara lain : kelelahan, perubahan nafsu makan, sakit, nyeri, gangguan tidur, sembelit, mual, dan gangguan menstruasi,sedangkan dampak psikologis meliputi : Rasa takut, stress, tretekan, malu, dan khawatir. Terakhir, dampak sosial yaitu sulit membina hubungan intim. Anak berhasil dalam pengobatan karena dukungan keluarga yang tinggi, tenaga kesehatan melalui konseling atau terapi, kelompok pendukung dan spiritualitas. Periode anak merupakan sebuah fase dalam periode perkembangan manusia. Setiap periode usia perkembangan memiliki tugas perkembangan yang berbeda. Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya

6 apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Sebagian besar kanker pada anak yaitu leukimia tipe ALL ini menyerang anak usia 15 tahun kebawah, atau rata-rata masa usia anak sekolah. Secara umum menurut Havighurst (1980) tugas perkembangan pada masa ini meliputi: Belajar ketangkasan fisik untuk bermain; Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh; Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya; Belajar peranan jenis kelamin; Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung; Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan seharihari; Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai; Belajar membebaskan ketergantungan diri; Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembaga-lembaga. Pada anak-anak penderita leukimia ALL ini, bukan hanya harus fokus menjalankan tugas pekembangannya, tetapi juga memiliki beban lebih yaitu menghadapi penyakit yang dideritanya. Dengan dampak fisik, psikologis serta sosial yang terjadi pada anak penderita leukimia tipe ALL, sedikit banyak hal ini pasti akan mempengaruhi anak dalam menjalankan tugas perkembangannya. Terlihat adanya perbedaan sikap dan perilaku pada anak. Ada anak yang lebih sering terlihat murung dari biasanya saat mereka belum sakit, tampak tidak bersemangat, namun ada juga anak yang terlihat lebih terbuka, bersemangat dan terlihat ceria menjalani kesehariannya.

7 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di Rumah Cinta ada anak anak yang terlihat lebih murung dari anak-anak lain dan lebih menutup diri saat bermain dengan teman-teman sebayanya, mereka juga lebih membatasi diri dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dari hasil wawancara dengan orangtua anak, mengatakan bahwa anak tersebut memang lebih pasif, pendiam dan membatasi diri dalam berelasi dengan teman-temannya yang lain, hal ini berbeda dengan sikap anak saat dulu masih dalam keadaan sehat. Tak jarang mereka mengeluhkan banyak hal dan lebih sensitif terhadap perlakukan orang-orang disekitarnya. Hasil wawancara dan observasi lain didapatkan, ada beberapa anak yang cenderung lebih membuka diri kepada orang-orang yang baru dikenalnya, ia juga lebih ramah serta tampak begitu bersemangat. Mereka menceritakan tentang perubahan yang terjadi pada fisik mereka, yaitu mereka lebih sering merasa lemas, dan mengalami rontok rambut yang ekstrim. Namun mereka juga mengatakan bahwa mereka bisa bermain bersama teman-teman sebayanya yang sehat-sehat dan merasa senangsenang saja, orangtua merekapun mengatakan bahwa mereka jarang mengeluh selain rasa nyeri yang dirasakan akibat pengaruh obat. Mereka merasa senang bisa tinggal bersama teman-temannya saat di Rumah Cinta, bahkan mereka bisa dengan lantang menjelaskan dan menyebutkan nama penyakit dan apa saja yang biasanya mereka lakukan. Mereka bisa menyesuaikan diri dan berbaur dengan teman-teman sebayanya tanpa merasa malu dan sungkan, begitupun saat mereka pergi ke sekolah. Anakanak ini merasa cukup dengan keadaannya sekarang, meskipun keinginan

8 mereka terhadap barang-barang atau mainan jarang sekali terpenuhi. Mereka merasa senang dan juga bersyukur bisa tinggal bersama temanteman yang memiliki penyakit serupa dengan mereka. Subjek menanggapi pandangan orang lain terhadap dirinya dengan baik. Anak-anak ini juga menunjukkan sikap mau untuk mengevaluasi dirinya apabila pandangan yang diberikan orang lain terhadap dirinya benar. Subjek merasa beberapa orang disekitarnya mempunyai pengaruh dalam hidupnya. Anak-anak mempunyai penerimaan diri terhadap diri mereka sendiri. Mereka juga mampu membangun sikap positif terhadap diri sendiri dengan yakin bahwa mereka akan sembuh dari penyakit yang dideritanya. Adanya sikap mau menerima kritikan dari orang lain dan mencoba untuk mengubah sikapnya yang kurang menyukai apabila ada orang yang mengkritiknya dan kurang mengenal dirinya. Terkadang, anak-anak bersikap semua hal yang diinginkannya harus dilakukan, namun terkadang mereka juga merasa dirinya terlalu egois karena semua keinginannya harus dituruti dan membuat saudaranya menjadi cemburu. Perbedaan perilaku dan perasaan anak-anak ini merupakan gambaran indikasi dari adanya kesejahteraan anak yang berbeda. Menurut Diener (2009) evaluasi serta pemaknaan yang positif dari anak disebut dengan children well-being. Dalam children well-being, ada 8 domain terkait ranah-ranah kehidupan tertentu, yaitu Home satisfaction; Satisfaction with material things; Satisfaction with the area living in; Satisfaction with health; Satisfaction with interpersonal relationship; Satisfaction with time organization; School satisfaction; dan Personal satisfaction. Wawancara

9 dilakukan terhadap beberapa anak penderita leukimia tipe ALL mencakup beberapa hal dalam area kehidupannya. Anak-anak merasa nyaman tinggal dirumahnya maupun di rumah cinta. Dirumahnya sendiri, mereka sering menghabiskan waktu untuk bermain bersama orangtua juga anggota keluarga besar yang lain yang selalu memperlakukan mereka dengan baik. Anak-anak merasa khawatir karena banyak waktu yang dihabiskan untu menjalani pengobatan di rumah sakit dan juga beristirahat di rumah. Sehingga anak-anak ini begitu menghargai waktu yang menurut mereka kurang banyak seperti teman-temannya yang lain. Bahkan mereka memiliki keinginan untuk segera sehat, agar mereka memiliki waktu yang banyak dan bebas dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Anak-anak merasa beberapa diantara barang yang mereka miliki dianggap sudah mencukupi meski sudah dalam kondisi yang kurang bagus, seperti seragam sekolah mereka yang mulai kusam, namun belum mampu membeli lagi yang baru. Mereka juga tidak memiliki kendaraan roda empat atau bahkan roda dua untuk menghabiskan waktu diluar rumah ke tempat rekreasi bersama keluarga. Mereka juga tidak memiliki banyak mainan dirumahnya, namun demikian sebagai anak mereka tidak menuntut orangtuanya untuk membelikan mereka banyak mainan karena mereka juga tahu bahwa orangtuanya tidak memiliki banyak uang. Anak-anak nyaris tidak memiliki taman disekitar rumahnya, mereka biasanya bermain di halaman rumah atau dikebun, namun tetap merasa nyaman. Anak-anak ini memiliki penyakit yang cukup kronis,

10 namun mereka selalu bersemngat untuk ke rumah sakit dan bertemu dengan dokter. Dokter yang menanganinya dianggap bersikap menyenangkan sehingga meskipun merasakan sakit, anak-anak tetap merasa tidak ketakutan. Anak-anak merasa nyaman karena guru-guru dan teman-temannya dianggap bersikap baik, meskipun terkadang ada beberapa teman yang nakal. Saat ditanya apa keinginannya, sebagian besar mereka menjawab ingin sehat dan memiliki beberapa keinginan untuk memiliki barangbarang tertentu yang belum dimilikinya. Dalam memaknai delapan domain utama children well being mencakup dua komponen yaitu, kognitif dan afektif (positif dan negatif). Pada penelitian ini, gambaran tentang children well being dilihat dengan melihat bagaimana pemaknaan anak-anak terhadap kedelapan domain tersebut. Dalam kehidupan, sangat penting bagi setiap orang untuk memaknai kehidupannya agar bisa hidup dengan lebih bermakna lagi. Dengan memaknai hidup, maka seseorang berarti sudah mensinergiskan dan melibatkan diri sepenuhnya terhadap kehidupannya. Begitupun dengan anak-anak penderita leukimia tipe ALL ini. Dalam ilmu psikologi, teori yang sejalan dengan istilah memaknai hidup adalah subjective well being yang artinya individu meyakini bahwa hidupnya sesuai harapan, menyenangkan dan baik (Diener, 2009). Dalam penelitian ini, subyek penelitian yang diangkat adalah anak-anak, seperti halnya evaluasi diri anak-anak terhadap dirinya,

11 pemaknaan anak-anak tentang kesejahteraan terhadap dirinya tersebut sehingga variabelnya menjadi children well being. Sampai sekarang penelitian-penelitian tentang children well being masih sangat minim, padahal hal ini menjadi sangat penting karena kepribadian atau karakter seseorang dibentuk sejak usia dini, dan saat kita mengetahui bahwa seseorang memaknai hidupnya tidak bahagia saat mereka masih berusia dini, maka tugas orang-orang disekitarnya untuk mengantarkan mereka pada pemaknaan yang bahagia dan menyenangkan. Kondisi anak-anak yang menderita penyakit kronis seperti leukimia tipe ALL ini tentu akan berbeda dengan anak-anak yang sehat pada umumnya. Mereka bukan hanya harus fokus pada tugas perkembangannya, namun juga menghadapi penyakit serius yang secara tidak langsung sedikit banyak akan menjadi beban bagi para penderita. Berdasarkan fenomena yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Studi Deskriptif Children Well Being Pada Anak-Anak Penderita Leukimia Tipe ALL di Rumah Cinta Bandung 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas telah disebutkan bahwa anak-anak penderita penyakit kronis, yaitu leukimia tipe ALL memiliki dampak yang negatif pada aspek psikologis, fisik dan sosial. Anak-anak penderita leukimia juga harus menjalani pengobatan secara intensif dengan kemoterapi. Ternyata kemoterapi juga sedikit memberikan dampak yang negatif disamping memberikan dampak kesembuhan bagi penderita.

12 Anak-anak di Rumah Cinta ini menampilkan perilaku yang positif dan menunjukkan penghayatannya mengenai beberapa aspek dalam kehidupan mereka. Anak-anak memperlihatkan kepuasan mereka terhadap rumahnya. Mereka merasa nyaman dengan suasana rumahnya maupun di rumah cinta. Anak-anak merasa beberapa diantara barang yang mereka miliki dianggap sudah mencukupi meski sudah dalam kondisi yang kurang bagus, seperti seragam sekolah mereka yang mulai kusam, namun belum mampu membeli lagi yang baru. Mereka juga tidak memiliki kendaraan roda empat atau bahkan roda dua untuk menghabiskan waktu diluar rumah ke tempat rekreasi bersama keluarga. Mereka juga tidak memiliki banyak mainan dirumahnya, namun demikian sebagai anak mereka tidak menuntut orangtuanya untuk membelikan mereka banyak mainan karena mereka juga tahu bahwa orangtuanya tidak memiliki banyak uang. Sebagian besar anak-anak merasa nyaman dengan lingungan sekitar tempat tinggalnya. Mereka biasanya bermain di halaman rumah atau dikebun, namun tetap merasa nyaman. Meskipun anak-anak ini memiliki penyakit yang cukup kronis, mereka selalu bersemangat untuk ke rumah sakit dan bertemu dengan dokter. Dokter yang menanganinya dianggap bersikap menyenangkan sehingga meskipun merasakan sakit, anak-anak tetap merasa tidak ketakutan. Sebagai anak yang berusia sekolahpun, mereka merasa nyaman berada di sekolah karena guru-guru dan teman-temannya dianggap bersikap baik, meskipun terkadang ada beberapa teman yang nakal. Saat

13 ditanya apa keinginannya, rata-rata mereka menjawab ingin sehat dan memiliki beberapa keinginan untuk memiliki barang-barang tertentu yang belum dimilikinya. Hal-hal diatas menunjukkan pemaknaan anak-anak leukimia tipe ALL di rumah cinta pada beberapa domain didalam kehidupannya. Pemaknaan anak-anak tersebut sebagian besar memberikan gambaran positif anak dan sebagian kecil menunjukkan gambaran negatif anak dalam memandang keadaan dirinya. Didalam children well being terkandung pemaknaan anak terhadap delapan domain utama children well being, yaitu : Home satisfaction; Satisfaction with material things; Satisfaction with the area living in; Satisfaction with health; Satisfaction with interpersonal relationship; Satisfaction with time organization; School satisfaction; dan Personal satisfaction. Domain-domain children well being yang berjumlah 8 ini muncul dari pembagian well being. Dimana, well being dibagi menjadi 2 bagian besar, salah satunya adalah hedonic. Hedonic dibagi menjadi afektif dan kognitif. Kognitif inilah yang memunculkan life satisfacion dan akhirnya memunculkan domain. Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran children well-being pada anakanak penderita leukimia tipe ALL di Rumah Cinta Bandung?

14 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian a. Maksud Penelitian Untuk mendapatkan gambaran mengenai children well-being sebagai kesejahteraan hidup pada anak anak yang menderita leukimia tipe ALL di Rumah Cinta Bandung. b. Tujuan Penelitian Memperoleh data empiris mengenai gambaran children well-being sebagai kesejahteraan hidup pada anak anak anak yang menderita leukimia tipe ALL di Rumah Cinta Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pengetahuan dan tambahan informasi dalam bidang keilmuan psikologi, khususnya pada variabel children well-being pada anak-anak penderita leukimia tipe ALL di Rumah Cinta Bandung. b. Kegunaan Praktis Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak Rumah Cinta serta keluarga mengenai gambaran children well-being pada anak anak penderita leukimia tipe ALL yang digambarkan dengan pemaknaan anak terhadap delapan domain utama children well-being. Sehingga dapat menentukan langkah selanjutnya terkait dengan kondisi anak agar anak dapat mendapatkan kesejahteraannya.