IV. GAMBARAN UMUM. A. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Penanggulangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung adalah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung, selain

I. PENDAHULUAN. Banjir merupakan salah satu contoh bencana yang paling sering terjadi. Banjir dapat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai dengan

I. PENDAHULUAN. Bencana merupakan kejadian yang tidak dapat diprediksi kapan dan dimana akan

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

GAMBARAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. kebudayaan, kota ini merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah Onder Afdeling Telokbetong yang dibentuk berdasarkan Staatsbalat 1912

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

1. Kecamatan Kedaton, Kota Bandar Lampung, - Kelurahan/Desa Kedaton. - Kelurahan/Desa Perumnas Way Halim. - Kelurahan/Desa Labuhan Ratu

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandarlampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung dengan luas total

BAB IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. bernama Tanjungkarang-Teluk Betung, yang kemudian diganti menjadi Bandar

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Analisis skalogram merupakan analisis yang digunakan untuk menentukan. hierarki wilayah terhadap jenis dan jumlah sarana dan prasarana yang tersedia.

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BALIKPAPAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

I. PENDAHULUAN. khatulistiwa. Curah hujan di Indonesia cukup tinggi dan memiliki cadangan air

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang No. 3 tahun 1964,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TANJUNGKARANG-TELUKBETUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 1 TAHUN22014 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Selama ini air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai

Powered by TCPDF (

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PATI

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

I. PENDAHULUAN. dan sandang demi kesejahteraan manusia. Untuk mewujudkan kesejahteraan

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM A. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dibentuk sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007. Sebelum terbentuk BNPB dan BPBD, Satuan Kerja yang bertanggung jawab akan penyelenggaraan dan penanggulangan bencana adalah Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB), akan tetapi setelah terbentuk BNPB Bakornas PB dibubarkan. Ini kemudian berimplikasi pada pembubaran rantai komando/koordinasi Bakornas di daerah seperti Satuan Koordinasi Pelaksana Penangangan Bencana (Satkorlak PB) dan Satuan Pelaksana Penanganan Bencana (Satlak PB). BNPB dibentuk oleh Pemerintah Pusat sebagai lembaga non-departemen setingkat menteri dan merupakan lembaga khusus yang menangani penanggulangan bencana yang berada pada tingkat pusat atau nasional, sementara BPBD dibentuk Pemerintah Daerah dan merupakan lembaga yang menangani penanggulangan bencana pada tingkat daerah, baik ditingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

61 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, fungsi BPBD adalah merumuskan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat, tepat, efektif dan efisien, termasuk mengkoordinasikan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh (Perda Nomor 5 Tahun 2010). Pada tingkat provinsi, BPBD dipimpin seorang pejabat setingkat di bawah Gubernur atau setingkat eselon Ib dan di tingkat Kabupaten/Kota, BPBD dipimpin seorang pejabat setingkat di bawah Bupati/Walikota atau setingkat eselon IIa. Pejabat setingkat eselon Ib di tingkat provinsi dan pejabat setingkat eselon IIa di tingkat Kabupaten/Kota adalah setara dengan Sekretaris Daerah Sekda. Pembentukan BPBD diatur dalam Permendagri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja BPBD dan Perka BNPB Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan BPBD, namun payung hukum tertinggi pembentukan BPBD adalah UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Uraian secara rinci mengenai tugas dan fungsi, uraian pekerjaan, keangotaan dan mekanismenya dan hal-hal terkait dengan susunan organisasi BPBD diatur oleh Permendagri Nomor 46 Tahun 2008 dan Perka BNPB Nomor 3 Tahun 2008. Unsur Pengarah penanggulangan bencana pada BPBD berada di bawah Kepala BPBD. Tugas Pengarah adalah memberikan masukan dan saran kepada Kepala BPBD dalam penanggulangan bencana, sedangkan fungsinya adalah membuat rumusan kebijakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan

62 penanggulangan bencana. Ketua Pengarah dijabat oleh Kepala BPBD, anggotanya berasal dari instansi pemerintah daerah, golongan professional dan tokoh masyarakat (Perda Nomor 5 Tahun 2010). BPBD terdapat dihampir seluruh wilayah Kabupaten/Kota di Indonesia termasuk di Kota Bandar Lampung. BPBD Kota Bandar Lampung dibentuk dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 47 Tahun 2009 yang kemudian diperbaharui menjadi Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2010 tentang Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung dan Peraturan Walikota Nomor 70 tahun 2010 Tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung. BPBD Kota Bandar Lampung merupakan instansi pemerintah daerah Kota Bandar Lampung yang berkedudukan di Jalan Kapten Tendean Nomor 14.C Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung. BPBD Kota Bandar Lampung berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Bandar Lampung dan dipimpin oleh Kepala Badan. Kepala BPBD secara ex-officio dijabat oleh Sekretaris Daerah Kota Bandar Lampung. Unsur pengarah BPBD terdiri dari instansi pemerintah dan masyarakat profesional, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BPBD. Unsur pelaksana BPBD, dipimpin oleh seorang Kepala Pelaksana yang membantu kepala BPBD dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi unsur pelaksana BPBD sehari-hari, berada dibawah dan bertanggung jawab Kepada Kepala BPBD (Perda Nomor 5 Tahun 2010)

63 BAGAN ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KOTA BANDAR LAMPUNG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG KEPALA Drs. Badri Taman UNSUR PENGARAH INSTANSI PROFESI AHLI UNSUR PELAKSANA KEPALA PELAKSANA BPBD Ir. Eddy Heryanto, M.M KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT Erwin, S.H, M.H SUBBAG PROGRAM Hazairi, S.Sos SUBBAG KEUANGAN W. Tursinah TR, S.Sos, M.M SUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN Marhaimi Karim, S.E BIDANG PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN Wisnu, S.Sos BIDANG KEDARURATAN DAN LOGISTIK Drs. Suhardi Syamsi, S.E, M. Hum BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI Ir. Purna Irwansyah, M.T SEKSI PENCEGAHAN M. Saleh, S.Sos SEKSI ESIAPSIAGAAN Abdul Gani, S.Sos SEKSI REKONSTRUKSI Sutarno, S.T SEKSI LOGISTIK Sarjana SEKSI REHABILITASI Serikit Sekar Sari, S.E SEKSI REKONSTRUKSI Zainuddin, S.T Gambar 2. Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung

64 Unsur Pelaksana BPBD adalah Pegawai Negeri Sipil dalam Lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung (Peraturan Walikota Kota Bandar Lampung Nomor 70 Tahun 2010). Susunan Organisasi Unsur Pelaksana BPBD, terdiri dari: a. Kepala Pelaksana Kepala Pelaksana mempunyai tugas melaksanakan penanggulangan bencana yang meliputi prabencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana secara terintegrasi. Kepala Pelaksana mempunyai fungsi: b. Sekretariat 1. Koordinasi, dengan satuan perangkat daerah lainnya didaerah, instansi vertikal yang ada didaerah, lembaga usaha, dan atau pihak lain yang diperlukan pada tahap prabencana dan pasca bencana. 2. Komando, dilaksanakan melalui pengerahan Sumber Daya Manusia, logistik, dari satuan kerja perangkat daerah lainnya, instansi vertikal yang ada didaerah serta langkah-langkah lain yang diperlukan dalam rangka penanganan darurat bencana. 3. Pelaksanaan dalam penyelenggaraan bencana, dilaksanakan secara terintegrasi dengan satuan kerja perangkat daerah dengan memperhatikan kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sekretaris mempunyai tugas membantu kepala pelaksana dalam pengkoordinasian, perencanaan, pembinaan dan pengendalian terhadap program, administrasi dan sumber daya serta kerja sama. Sekretaris mempunyai fungsi : 1. pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi program perencanaan dan perumusan kebijakan dilingkungan Badan Penanggulangan bencana Daerah; 2. Pembinaan dan Pelayanan administrasi ketatausahaan. Huum dan peraturan perundang-undangan, organisasi, tata laksana, peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia, Keuangan, Perlengkapan dan Rumah Tangga; 3. Fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi unsur pengarah penanggulangan bencana;

65 4. Pengumpulan data dan informasi kebencanaan diwilayahnya; 5. Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan penanggulangan bencana. Penyelenggaraan tugasnya, sekretariat dibantu oleh: 1. Sub Bagian Penyusunan Program, Monitoring, dan Evaluasi; 2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 3. Sub Bagian Keuangan; c. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas membantu Kepala pelaksana dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan dibidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada pra bencana serta pemberdayaan masyarakat. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai fungsi : 1. Perumusan kebijakan dibidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat. 2. Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan dibidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada pra bencana serta pemberdayaan masyarakat. 3. Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait dibidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada pra bencana serta pemberdayaan masayarakat. 4. Pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan dibidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada prabencana serta pemberdayaan masyarakat. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan membawahi : 1. Seksi Pencegahan Bencana; 2. Seksi Kesiapsiagaan. d. Bidang Kedaruratan dan Logistik Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik mempunyai tugas membantu kepala pelaksana dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dan dukungan logistik. Bidang Kedaruratan dan Logistik mempunyai fungsi:

66 1. Perumusan kebijakan dibidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik; 2. Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan dibidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik; 3. Komando pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik; dan 4. Pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan dibidang penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik. Bidang Kedaruratan dan Logistik membawahi : 1. Seksi Tanggap Darurat, Evakuasi dan Kebakaran; 2. Seksi Logistik dan Perbekalan. e. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi mempunyai tugas membantu Kepala pelaksanaa dalam mengkoordionasikan dan melaksanakan kebijakan dibidang penanggulangan bencana pada pasca bencana. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi mempunyai fungsi: 1. Perumusan kebijakan dibidang penanggulangan bencana pada pascabencana; 2. Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan dibidang penanggulangan bencana pada pascabencana; 3. Pelaksanaan hubungan kerja dibidang penanggulangan bencana pada pascabencana; dan 4. Pemantauan, evakuasi dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan dibidang penanggulangan bencana pada pasca bencana. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi membawahi : 1) Seksi Rehabilitasi; 2) Seksi Rekonstruksi. f. Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Pelaksana BPBD sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Kelompok

67 Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang berbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan dibidang keahliannya. Sumber Daya Manusia atau pegawai yang dimiliki oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah merupakan penggerak utama dari pada seluruh kegaitan dan program kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung. Pegawai Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung terdiri dari pegawai yang berstatus sebagai pejabat kepala badan, kepala bidang, kepala seksi, dan pegawai yang berstatus sebagai staf. Rincian jumlah seluruh pegawai atau SDM pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut : Tabel 3. Tingkat Golongan Unsur Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung (BPBD) No Tingkat Golongan Jumlah 1. Gol. IV 5 2. Gol. III 28 3. Gol. II 68 4. Gol. I 11 4. Pegawai Kontrak 85 Jumlah 197 Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung Tugas Unsur Pelaksana BPBD adalah melaksanakan penanggulangan bencana secara terintegrasi yang meliputi pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Sedangkan fungsi Unsur Pelaksana BPBD adalah melakukan pengkoordinasian, pengkomandoan dan pelaksana. Unsur Pelaksana BPBD ini dapat membentuk Satuan Tugas.

68 Jabatan Unsur Pelaksana BPBD diisi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki kemampuan, pengetahuan, keahlian, pengalaman, ketrampilan dan integritas yang dibutuhkan dalam penanganan bencana. Perda Nomor 5 Tahun 2010 merupakan acuan utama dalam teknis pembentukan BPBD di Kota Bandar Lampung. Guna melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta program yang dimiliki oleh BPBD secara efektif dan efesien perlu adanya dukungan dengan memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai. Adapun fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bandar Lampung, yaitu sebagai berikut: 1. Kendaraan operasional lapangan, antara lain : a. Mobil tangki berikut kelengkapannya, b. Mobil pemadam tipe snorkel (sebagai pengganti mobil tangga) c. Mobil komando, d. Mobil pick up, e. Mobil patrol, f. Mobil rescue, g. Motor roda 3 dan motor rescue, h. Perahu karet dan mesin, i. Tenda pleton, tenda regu, j. Selang semprot, selang isap, k. Mobil angkut pasukan (satgas), l. Mobil pompa pengangkut air dan foam berikut dengan kelengkapannya seperti selang, kopling, dan nozzle. 2. Peralatan teknik operasional, antara lain : a. Peralatan pendobrakan, antara lain : kapak, dongkrak, mesin gergaji, mesin las, linggis, mesin chain saw, kompresor dan alat cat, selling dan rol, mesin pompa alkon, mesin pompa air, tali, genset, life jacket, ring ball, bor tangan/garenda, dan lain-lain, b. Peralatan alat pemadam kebakaran dan kelengkapannya, c. Peralatan penyelamatan (rescue) antara lain: alat pernapasan buatan, usungan dan kelengkapannya. 3. Sarana dan fasilitas perorangan, antara lain : a. mjpakaian dan sepatu tahan api, b. Helmet (helm), c. Alat pernapasan jinjing, d. Peralatan komunikasi (sumber: BPBD Kota Bandar Lampung)

69 B. KOTA Bandar Lampung 1. Umum Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antar pulau Sumatera dan pulau Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5 o 20 sampai dengan 5 o 30 lintang selatan dan 105 o 28 sampai dengan 105 o 37 bujur timur. Ibukota Provinsi Lampung ini berada di Teluk Lampung yang terletak di ujung selatan pulau Sumatera (BPS, 2010: 41). Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 Km 2 terdiri dari 20 kecamatan dan 126 kelurahan. Secara administratif Kota Bandar Lampung dibatasi oleh: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Natar kabupaten Lampung Selatan. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Gedung Tataan dan Padang Cermin kabupaten Pesawaran. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Tanjung Bintang kabupaten Lampung Selatan. (BPS, 2010: 41)

70 2. Iklim Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson (1951), iklim Bandar Lampung tipe A; sedangkan menurut zone agroklimat Oldeman (1978), tergolong Zone D3, yang berarti lembab sepanjang tahun. Curah hujan berkisar antara 2.257 2.454 mm/tahun. Jumlah hari hujan 76-166 hari/tahun. Kelembaban udara berkisar 60-85%, dan suhu udara 23-37 C. Kecepatan angin berkisar 2,78-3,80 knot dengan arah dominan dari Barat (Nopember-Januari), Utara (Maret-Mei), Timur (Juni-Agustus), dan Selatan (September-Oktober). Parameter iklim yang sangat relevan untuk perencanaan wilayah perkotaan adalah curah hujan maksimum, karena terkait langsung dengan kejadian banjir dan desain sistem drainase. Berdasarkan data selama 14 tahun yang tercatat di stasiun klimatologi Pahoman dan Sumur Putri (Kecamatan Teluk Betung Utara), dan Sukamaju Kubang (Kecamatan Panjang), curah hujan maksimum terjadi antara bulan Desember sampai dengan April, dan dapat mencapai 185 mm/hari (Wikipedia.org) C. Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kecamatan Tanjungkarang Pusat sebelumnya adalah merupakan dari wilayah Kecamatan Tanjung Karang Barat dengan pemerintahannya berkedudukan di Bambu Kuning (Kampung Kaliawi). Berdasarkan PP Nomor 3 Tahun 1982 tentang perubahan batas wilayah kotamadya DATI II Tanjung Karang Teluk Betung. Kecamatan Tanjung Karang Pusat berdiri sendiri dengan pusat

71 pemerintahannya sendiri di Tanjung Karang yang terdiri dari 9 kelurahan yaitu: Kaliawi, Pasir Gintung, Tanjung Karang, Penengahan, Gunung Sari, Pelita, Enggal, Gotong Royong, Kelapa Tiga dan Durian Payung. Sehubungan dengan terbitnya surat keputusan Gubernur KDH TK I Lampung Nomor 6/185.B.III/HK/1988 tentang pemekaran Kelurahan diwilayah Kota Bandar Lampung maka Kecamatan Tanjung Karang Pusat bertambah 1 Kelurahan Palapa, Kelurahan Palapa sendiri merupakan pemerkaran dari Kelurahan Durian Payung dan sampai saat ini Kelurahan Palapa merupakan pusat Pemeritahan Kecamatan Tanjung Karang Pusat (LAKIP Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012). Berdasarkan PP Nomor 4 Tahun 2012 dan Peraturan Daerah Perubahan Nomor 24 Tahun 2012 tentang Pemekaran kelurahan dan Kecamatan Kota Bandar Lampung dan tentang perubahan batas wilayah Kotamadya Kecamatan Tanjung Karang Pusat saat ini terdiri dari 7 Kelurahan saja, yaitu Kelurahan Kaliawi, Pasir Gintung, Palapa, Kaliawi Persada, Gotong Royong, Kelapa Tiga dan Durian Payung. Secara geografis Kecamatan Tanjung Karang Pusat terletak pada 524 o 25 524 o 27 LS dan 105 o 15 75 BT dengan kawasan pemukiman 69,72% dan luas wilayah 658 Ha (LAKIP Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012), dan berbatasan dengan : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kedaton 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Teluk Betung Utara 3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Karang Timur 4. Sebelah barat berbatasan dengan Tanjung Karang Barat. Berdasarkan hasil pendataan LAKIP Kecamatan Tanjung Karang Pusat akhir tahun 2012 Kecamatan Tanjung Karang Pusat memiliki penduduk yang

72 berjumlah 59.391 jiwa, dengan kepadatan rata-rata 109 jiwa/ha (LAKIP Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012). Jumlah penduduk perkelurahan menurut jenis kelamin sebagai berikut : Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012 No Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Kaliawi 7.309 7.204 14.513 2. Pasir Gintung 3.479 3.553 7.032 3. Durian Payung 4.430 4.430 8.860 4. Kaliawi Persada 2.614 2.6664 5.278 5. Gotong Royong 2.557 2.441 4.998 6. Palapa 2.729 2.901 5.630 7. Kelapa Tiga 6.476 6.604 13.080 Jumlah 21.394 29.797 59.391 Sumber: LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012 Tabel 5. Data Jumlah Bangunan Rumah Tempat Tinggal Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012 No Kelurahan Jumlah Bangunan Rumah Keterangan 1. Kaliawi 2.536 Rumah - 2. Pasir Gintung 1.950 Ru mah - 3. Durian Payung 1.855 Rumah - 4. Kaliawi Persada 783 Rumah - 5. Gotong Royong 1.048 Rumah - 6. Palapa 927 Rumah - 7. Kelapa Tiga 1.539 Rumah - Total Rumah 10.638 Rumah - Sumber: LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012

73 D. Ancaman/Potensi Banjir pada Wilayah Kecamatan Tanjung Karang Pusat Perkotaan tak lagi terbatas berfungsi sebagai pusat Pemerintahan, sentral aktivitas, dan pusat pertumbuhan ekonomi, kini perkotaan dimanfaatkan sebagai pusat pemukiman masyarakat. Pertumbuhan ekonomi di kecamatan Tanjung Karang Pusat memang mengalami pertumbuhan yang terus meningkat, hal ini terlihat dengan pertumbuhan pusat-pusat pertokoan mall dan supermarket, hal ini juga berdampak pada tingginya tingkat urbanisasi. Tingkat urbanisasi yang tinggi memang tak dapat terelakkan. Selain adanya urbanisasi, jumlah kelahiran penduduk secara pesat merupakan salah satu faktor pendukung yang membawa konsekuensi besar bagi perkotaan. Penambahan jumlah penduduk semakin membuat ruang publik menjadi lebih terbatas, menjadikan kota semakin lama semakin kehilangan fungsi sebagai sarana pemukiman yang nyaman. Tanjung Karang Pusat merupakan kecamatan yang terletak dipusat kota, merupakan pusat Kota Bandar Lampung dan merupakan kecamatan yang memiliki penduduk terpadat. Dari hasil pendataan akhir tahun 2012 kecamatan ini memiliki jumlah penduduk 59.391 dengan kepadatan rata-rata 109 jiwa/ha. (LAKIP Kecamatan Tanjung Karang Pusat 2012). Padatnya penduduk yang bertempat tinggal dikawasan kecamatan ini akhirnya membuat pergeseran fungsi lahan atau penghilangan fungsi ruang publik, disadari atau tidak hal tersebut akhirnya memberikan dampak dan menimbulkan implikasi yang cukup serius. Berubahnya fungsi lahan seperti

74 hilangnya ruang terbuka hijau (RTH), menyempitnya daerah aliran sungai (DAS) dikarenakan pertumbuhan bangunan-bangunan rumah secara pesat mengakibatkan berkurangnya kawasan bukit dan gunung. Faktor-faktor tersebut telah ikut berkontribusi dalam pengrusakan daerah resapan. Akibatnya adalah apabila terjadi hujan dengan intensitas besar dan tinggi umumnya mengakibatkan wilayah menjadi rentan terhadap bencana banjir, sehingga mengakibatkan sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga air menjadi meluap. Daya tampung sistem pengaliran air tidak semuanya sama, penampung air berubah diakibatkan karena beberapa hal seperti penyempitan sungai, fenomena alam dan ulah manusia, tersumbatnya sampah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan didaerah tangkapan air hujan kemudian berkurangnya daerah resapan air ikut berkontribusi pada meningkatnya debit banjir. Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi terjadi banjir, dan saat ini dapat dikatakan bahwa Kecamatan Tanjung Karang Pusat merupakan kawasan yang termasuk rawan banjir. Banjir pada Januari silam terjadi dikarenakan intensitas hujan yang tinggi selama sepekan, akibatnya banjir merendam 20 Kecamatan di wilayah Kota Bandar Lampung. Tidak terkecuali enam dari tujuh wilayah kelurahan pada kecamatan Tanjung Karang Pusat, keenam kelurahan tersebut direndam oleh banjir dan dampaknya adalah sebanyak 2.166 KK menjadi korban kerusakan. (Data Rekapitulasi Kerusakan Akibat Bencana Banjir bulan Januari 2013)

75 Banjir yang melanda Kecamatan Tanjung Karang Pusat disebabkan oleh tersumbatnya sungai dan tidak adanya kawasan resapan air. Kecamatan Tanjung Karang Pusat diakui secara khusus oleh Ibu Maryamah selaku Camat Tanjung Karang Pusat, bahwa Kecamatan Tanjung Karang Pusat memang tidak memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH), sehingga bencana banjir terjadi hampir disetiap musim penghujan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor berupa curah hujan yang diatas normal. (Riset pada Selasa, 23 Juli 2013) Disamping itu faktor lainnya adalah ulah manusia juga seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di kawasan DAS yang didirikan diatas wilayah resapan air), pembuangan sampah ke dalam sungai dan sebagainya. Banjir merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan biasanya terjadi secara mendadak serta disertai jatuhnya korban. Keadaan ini bila tidak ditangani secara cepat dan tepat dapat menghambat, mengganggu, serta menimbulkan kerugian bagi kehidupan masyarakat. Upaya mengantisipasi dan mencegah potensi bencana banjir sangat membutuhkan kinerja yang ditangani oleh BPBD, karena pada hakekatnya merupakan kewajiban dari BPBD untuk memberikan kontribusi pelayanan terhadap ancaman bencana. Sebenarnya upaya mencegah dan menanggulangi banjir bukan hanya menjadi tugas pemerintah daerah dan BPBD saja, akan tetapi juga membutuhkan komitmen dan partisipasi berbagai pihak termasuk pihak masyarakat untuk menghindarkan wilayah Kecamatan Tanjung Karang Pusat dari bencana banjir.

76 Hal ini dikarenakan masyarakat sendiri merupakan salah satu dalang yang menjadi penyebab bencana banjir selain dikarenakan faktor alam, masyarakat juga yang harus bersama-sama menyelamatkan wilayahnya agar dapat terhindar dari bencana banjir. Tujuan dengan melibatkan masyarakat adalah upaya pengurangan risiko bencana yang tidak akan membutuhkan biaya mahal. Partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan bencana banjir dalam hal pencegahan banjir dapat dilakukan dengan cara menanam pohon dilahan kosong dan tidak lagi menebang pohon secara sembarangan, mengingat Kecamatan Tanjung Karang Pusat tidak lagi memiliki ruang terbuka hijau (RTH). Penanaman pohon berguna untuk menyerap air saat terjadi bencana banjir, selain itu untuk mencegah banjir masyarakat diharuskan membuang sampah pada tempatnya bukan lagi disungai. Pembuangan sampah juga ada baiknya dipisahkan antara sampah organik dan anorganik agar dapat dimanfaatkan kembali, misalnya sampah organik dijadikan sebagai pupuk dan sampah anorganik dijadikan sebagai kerajinan tangan. Upaya lain yang perlu dilakukan masyarakat untuk mencegah banjir adalah dengan kerja bakti dan melakukan gotong royong untuk mengeruk sampah yang ada disungai dan anak sungai yang sekarang ini sudah menjadi dangkal karena sampah yang terus menerus menumpuk dan mulai menyempit dikarenakan pembangunan pemukiman yang perlahan-lahan menggusur keberadaan sungai dan anak sungai. Masyarakat juga diharapkan tidak menutup sistem drainase secara permanen, karena berdasarkan hasil

77 pengamatan pada saat riset yang peneliti lakukan, masih banyak rumah-rumah masyarakat di Kecamatan Tanjung Karang Pusat yang masih belum memiliki drianase kalaupun sudah memiliki drainase ukurannya terbilang kecil, tertutup dan tidak memungkinkan menampung air apabila terjadi banjir. Masyarakat sendiri seolah menyepelekan adanya sistem drainase, yang sangat berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Banjir yang sering terjadi juga disebabkan oleh pelanggaran dalam pemberian ijin yang tidak sesuai ruang tata ruang wilayah (RTRW). Pelanggaran tata ruang yang dimaksud adalah mengubah kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan hijau yaitu lahan gunung yang beralih fungsi menjadi lahan pemukiman dan mendirikan bangunan diatas daerah aliran sungai. Berdasarkan Perda Nomor 10 Tahun 2011 pasal 13 ayat 3 poin C tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2030 menyebutkan untuk strategi pengembangan mewajibkan penyediaan RTH, prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) pada setiap perumahan dan permukiman, RTH publik ditetapkan sekurang-kurangnya 20 persen dari luas kota/wilayah. Masyarakat harus ikut berperan dalam mengawasi apakah terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan pembangunan tata ruang wilayah di Kecamatan Tanjung Karang Pusat. Kemudian untuk merealisasikan kebijakan pengembangan kawasan strategis kota pada pasal 14 ayat 1 poin c perlu dilakukannya perlindungan terhadap kawasan yang memiliki peran ekologis dan penyelamatan lingkungan serta antisipasi terhadap terjadinya bencana yang diakibatkan oleh kerusakan ekosistem, yaitu melindungi wilayah sungai.

78 Untuk itu mayarakat dilarang untuk menutup sistem drainase secara permanen, dan mendirikan bangunan diatas daerah aliran sungai (DAS) dan mengubah kawasan resapan. Berikut hasil Rekapitulasi Kerusakan Akibat Bencana Banjir bulan Januari 2013 Per Kecamatan di Kota Bandar Lampung, yaitu: Tabel 6. Rekapitulasi Kerusakan Akibat Bencana Banjir bulan Januari 2013 Per Kecamatan di Kota Bandar Lampung No Kecamatan Kelurahan Kerusakan Ket Ringan Sedang Berat 1. Tanjung Karang Pusat 2. Tanjung Karang Barat 3. Tanjung Karang Timur Pasir Gintung Kelapa Tiga Palapa Kaliawi Persada Kaliawi Durian Payung Gedong Air Kelapa Tiga Permai Sukadanaham Suka Jawa Baru Suka Jawa Segalamider Kebun Jeruk Sawah Brebes Sawah Lama Kota Baru Tanjung Agung 915 KK 148 KK 1 KK 48 KK 72 KK 189 KK 27 KK 59 KK 11 KK 107 KK 41 KK 18 KK 30 KK 55 KK 175 KK 158 KK 2 KK 4. Enggal Tanjunga Karang Enggal 41 KK 283 KK 5. Kemiling Sumber Agung 1 KK 6. Langkapura Bilabong Gunung Terang Langkapura Baru Gunung Agung 1 KK 8 KK 21 KK 10 KK 7. Labuhan Ratu Labuhan Ratu Raya Labuhan Ratu Kota Sepang Sepang Jaya 8. Rajabasa Pramuka Rajabasa Nunyai (Tambahan) 9. Way Halim Way Halim Jagabaya I Jagabaya II 49 KK 78 KK 8 KK 121 KK 44 KK 28 KK 462 KK 557 KK 118 KK 97 KK 252 KK 9 KK 131 KK 47 KK 7 KK 79 KK 7 KK 1 KK 5 KK 16 KK 1 KK 56 KK 28 KK 3 KK 7 KK 15 KK 30 KK 10 KK 33 KK 7 KK 2 KK 3 KK 1 KK 1 KK 5 KK 2 KK 1 KK 6 KK

79 No Kecamatan Kelurahan Kerusakan Ket Ringan Sedang Berat 10. Kedamaian Kalibalok Kencana Tanjung Agung Raya 271 KK 10 KK Tanjung Raya 36 KK 2 KK Tanjung Gading 56 KK 1 KK Tanjung Baru 80 KK 11. Tanjung Senang Pematang Wangi Tanjung Senang (Tambahan) 203 KK 26 KK 16 KK 12. Sukarame Berupa Foto 13. Sukabumi Sukabumi Sukabumi Indah Nusantara Indah Campang Raya Way Laga Way Gubak 14. Teluk Betung Utara 15. Teluk Betung Barat 16. Teluk Betung Selatan 17. Teluk Betung Timur 18. Bumi Waras Kupang Kota Kupang Teba Gulak Galik Pengajaran Negeri Olok Gading Bakung Kuripan Sukarame II (Tambahan) Talang Gedung Pakuon Sumur Putri Pesawahan Gunung Mas (Tambahan) Kota Karang Raya Perwata Kota Karang Keteguhan Bumi Waras Garuntang Garuntang Bumi Waras Sukaraja Kangkung Bumi Raya 40 KK 30 KK 334 KK 75 KK 51 KK 1 KK 4 KK 4 KK 28 KK 8 KK 299 KK 325 KK 112 KK 9 KK 10 KK 1 KK 166 KK 12 KK 853 KK 2 KK 484 KK 49 KK 323 KK 474 KK 364 KK 260 KK 171 KK 29 KK 605 KK 497 KK 1 Kk 705 KK 19. Panjang - 112 KK Sumber : BPBD Kota Bandar Lampung 2013 5 KK 3 KK 14 KK 36 KK 2 KK 10 KK 26 KK 5 KK 3 KK 7 KK 14 KK 10 KK 4 KK 1 KK 1 KK