HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN AGRESIVITAS PADA POLISI YANG MENDAPATKAN INVENTARIS SENJATA API

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME KERJA PADA POLISI LALU LINTAS S K R I P S I

PROFESIONALISME KERJA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL PADA ANGGOTA SAMAPTA POLRI SKRIPSI. Diajukan oleh : EVA TRI AGUSTINA F.

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan orang yang melaksanakan hak-haknya, misalnya hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kepolisian Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang untuk menyadari realitas di sekitarnya, yang

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifatsifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan salah satu lembaga

BAB II LANDASAN TEORITIK

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat dan zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu institusi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA ANGGOTA KOMUNITAS MOTOR DI BANDUNG SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemanusiaan dan menjadi contoh masyarakat. Seperti yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. (Jogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelayanan masyarakat (public service) (Maslach dalam Jones,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Masa depan bangsa ini berada di

BAB III METODE PENELITIAN. dimanipulasi atau diubah ubah. Dengan teknik regresi linier sederhana, peneliti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) didirikan pada tahun 1945, personil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Polisi Republik Indonesia (POLRI) merupakan alat negara yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah untuk diakses dan dibaca oleh masyarakat luas. Dalam menghadapi

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN KELAYAKAN POLISI DALAM MEMEGANG SENJATA API MENGGUNAKAN SCORING SYSTEM

ANALISIS KESENJANGAN PERAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (POLRI)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESI REMAJA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan (Stress) merupakan suatu tanggapan adaptif, diperantarai oleh

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri dari angkatan darat, angkatan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

KECERDASAN EMOSI, STRES KERJA DAN KINERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan yang berperan penting dalam proses penegakan hukum. Untung S. Radjab (2000 : 22) menyatakan:

ENDANG MARI ASTUTY NIM F

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS ATLET BELADIRI KARATE

BAB I PENDAHULUAN. Widjaja, 2006). Pegawai memiliki peran yang besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

(Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit.

Manusia adalah makhluk bermasyarakat. Setiap manusia mempunyai cita-cita, keinginan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

BABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan anak dan cara mendidik anak supaya anak dapat mencapai tahapan

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN FEBRUARI DIBANDING BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan merupakan anugerah Allah Subhanahuwatallah yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

Interpersonal Communication Skill

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

kebenaran yang didasarkan atas manfaat atau kegunaannya(soleh, 1988).

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepolisian negara lainnya, namun secara universal terdapat adanya

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN AGRESIVITAS PADA POLISI YANG MENDAPATKAN INVENTARIS SENJATA API Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : NINA ASTARI WIDARYANTI F 100 030 002 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Polisi merupakan salah satu institusi penegak hukum yang bertugas melindungi dan mengayomi masyarakat. Dalam Undang-undang tentang Kepolisian Republik Indonesia Pasal 4 menyebutkan bahwa Kepolisian Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia. Dalam menjalankan tugasnya, seorang anggota polisi yang telah memenuhi kriteria persyaratan tertentu berhak untuk mendapatkan inventaris berupa sepucuk senjata api yang berfungsi guna perlindungan diri bila berada dalam situasi yang membahayakan keselamatannya pada saat menjalankan tugas (Bid Binkum Polda Jateng, 2002) Fenomena yang terjadi dalam masyarakat tentang perilaku agresif menunjukkan keprihatinan. Baru-baru ini banyak terjadi kasus kekerasan yang melibatkan oknum kepolisian sebagai pelakunya. Menurut Amin, (2007) dalam enam bulan terakhir, dua kali diberitakan tentang kekerasan aparat kepolisian. Tindakan yang dilakukan di luar batas kewajiban dan perkara yang harusnya ditangani. Kasus yang bisa dicatat kasus penembakan oleh Briptu M. Hance Christiyanto terhadap atasannya Wakil Kepala Polwiltabes Semarang, AKBP Lilik Purwanto disertai penyanderaan terhadap Aiptu Titik Sumaryati yang terjadi

pada tanggal 14 Maret 2007 dan yang terakhir adalah kasus penembakan yang dilakukan oleh AKP. Rony terhadap bawahannya Bripda. Hidayat di Polres Merauke. Kasus -kasus lain yang terjadi antara lain usaha bunuh diri, pembunuhan pasangan atau keluarga, hingga penyalahgunaan senjata dinas untuk baku hantam dengan aparat keamanan lain (Radio Singapore International, 2007) Dari semua kasus yang terjadi, sebagian besar melibatkan penggunaan senjata api yang sesungguhnya dipercayakan pada seorang polisi sebagai alat perlindungan diri namun ternyata disalah gunakan untuk melukai bahkan menghilangkan nyawa seseorang. Berkowitz (1995) mengatakan agresi adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik maupun psikis. Dan tindakan agresif yang banyak terjadi dan melibatkan oknum kepolisian tersebut merupakan tindakan menyakiti korbannya secara fisik dengan melibatkan penggunaan senjata api. Hal tersebut menjadi salah satu bukti bahwa agresivitas banyak terjadi di segala lapisan masyarakat, bahkan pada oknum polisi sekalipun. Dalam kehidupan sehari-hari, kondisi emosional seseorang sering berubah-ubah menurut kondisi orang tersebut. Perasaan yang muncul pun kadang tidak bisa diprediksi. Menurut Reuven Bar-On (sitat dalam Melianawati, 2001) manusia memerlukan kecerdasan secara emosional yang berupa mengenal dan mampu mengatur perasaannya dengan baik, mampu memotivasi diri sendiri, bersikap empati, ketika menghadapi gejolak emosi dalam diri maupun orang lain. Manusia harus dapat memecahkan suatu masalah, fleksibel dalam situasi dan

kondisi yang kerap berubah. Manusia juga harus mampu mengelola stres dengan baik dan dapat menghadapi kehidupan dengan optimis. Patton (1998) menyebutkan bahwa orang yang cerdas dapat bekerja lebih baik daripada pekerja lainnya. Memiliki kecerdasan emosional pada taraf tinggi ternyata sangat berguna dalam lingkungan kerja Menurut Zillman (dalam Krahe, 2001) menyatakan bahwa orang-orang yang rentan secara emosional memperlihatkan perilaku agresif lebih tinggi, terutama mengikuti frustrasi yang sebelumnya dialami. Mereka juga memperlihatkan peningkatan agresi yang lebih besar bila sebelumnya melakukan latihan fisik. Menurut Cooper dan Sawaf (1998), kecerdasan emosional menuntut untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan pada diri sendiri dan orang lain serta untuk menanggapi dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Karena itu seorang polisi hendaknya memiliki kecerdasan emosional yang baik artinya ia harus sabar, mau dan mampu mendengarkan orang lain dengan empati, bertanggung jawab, berorientasi pada pelayanan, mampu menjaga hubungan baik dengan orang lain, memperluas kepercayaan orang lain dan mampu menikmati hidup dengan baik. Goleman (1996) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional atau yang popular dikenal dengan Emotional Intelligence (EI) mencakup beberapa kemampuan untuk mengelola perasaan, diantaranya: kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan primitif, tidak melebih-lebihkan kesenangan maupun kesusahan dan menjaga agar

beban stres tidak melumpuhkan kemampuan untuk berpikir, serta berempati dan berdoa. Pentingnya kecerdasan emosional dalam kehidupan seseorang telah disitir oleh Goleman (1996) yang menyatakan bahwa kecerdasan bila tidak disertai dengan pengolahan emosi yang baik tidaklah akan menghasilkan seseorang yang sukses dalam hidupnya. Goleman (1996) menyatakan bahwa emosi berperan besar terhadap suatu tindakan bahkan dalam pengambilan keputusan yang paling rasional. Manusia lebih sering bertidak sesuai dengan emosinya daripada menggunakan pikiran, padahal emosi mempunyai peran penting dalam keberhasilan sesorang baik di tempat kerja, tempat belajar, di rumah dan hubungan sesama maupun diri sendiri. Lebih lanjut Goleman (1996) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah sisi lain dari kecerdasan kognitif yang berperan dalam aktivitas manusia yang meliputi kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan dan motivasi diri serta empati dan kecakapan sosial. Dari komponen-komponen kecerdasan emosional yang dikemukakan para ahli tersebut, tampak bahwa segala perilaku termasuk perilaku agresif seorang individu akan sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosionalnya. Kesadaran diri dan kendali dorongan hati berarti kemampuan mengenali perasaan, pikiran dan kondisi emosi serta mampu menahan diri dalam keadaan yang mampu memancing emosi. Ketekunan berarti perilaku individu dalam melakukan sesuatu yang sungguh-sungguh dan ulet. Semangat dan motivasi diri berarti mempunyai kemauan yang kuat dalam mengarahkan emosinya. Empati dan kecakapan sosial berarti kemampuan

mengenali, memahami dan mengelola emosi orang lain dengan bertindak bijaksana dan mampu menempatkan diri sesuai kondisi dan etika. Mengacu pada uraian-uraian diatas maka dapat dibuat suatu rumusan masalah yaitu Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan agresivitas pada polisi yang mendapat inventaris senjata api? B. Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan guna mengetahui : 1. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan agresivitas pada polisi yang mendapatkan inventaris senjata api. 2. Tingkat kecerdasan emosional pada polisi yang mendapat inventaris senjata api. 3. Tingkat agresivitas pada polisi yang mendapat inventaris senjata api. C. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi bagi khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi. Diharapkan pula penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi bagi peneliti lain yang bergerak dalam bidang yang sama.

2. Manfaat Praktis a. Bagi personil kepolisian Penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan bagi personil Kepolisian yang mendapat inventaris senjata api dalam bertindak dan menggunakan senjata api tersebut. b. Bagi institusi Kepolisian Republik Indonesia Diharapkan penelitian ini bisa menjadi rujukan bagi institusi Kepolisian dalam meningkatkan kualitas personilnya baik secara fisik maupun psikisnya terutama bagi anggota yang mendapat inventaris senjata api. c. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat mengenai manfaat kecerdasan emosional dalam mengurangi tindakan-tindakan kekerasan.