AMANDEMEN I KONSTITUSI USA

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

Etika Jurnalistik dan UU Pers

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

KODE ETIK JURNALISTIK

HUKUM PERS ANDRYAN, SH., MH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

Media Siber. Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers

PEMBATALAN SURAT IZIN USAHA PENERBITAN PERS MAJALAH MINGGUAN TEMPO, EDITOR DAN SURAT KABAR TABLOIT DETIK SERTA PERMASALAHAN HUKUMNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

PERKEMBANGAN HUKUM MEDIA DI INDONESIA. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PADA TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA PERS JURNAL

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

JURNAL SKRIPSI PENGGUNAAN HAK JAWAB DAN HAK KOREKSI DALAM PENYELESAIAN DELIK PERS BERDASARKAN UU NOMOR 40 TAHUN 1999

KETETAPAN BADAN LEGISLATIF MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. itu terjadi pada skala lokal, regional maupun nasional.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I. Pendahuluan. yang terbaik adalah untuk pers begitulah kira-kira persepsi, anggapan, dan harapan

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB 3 PERANAN PERS. 3. Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi.

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP KEMERDEKAAN PERS DI INDONESIA

Hak Azasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersama dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 99/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Larangan quick count pada pilpres

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik tingkat kemajuan dan taraf berpikirnya dapat dicermati.

b.segala Peraturan Perundangan yang bertentangan dengan Undang-undang

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM PEMBERITAAN PERS DI DALAM RUU KUHP

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 005/PUU-I/2003

Pengertian Hukum Dalam Arti Luas : Semua peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis Dalam arti Sempit : Peraturan perundang-undangan yang tertulis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II. Pengaturan Hukum Terhadap Jurnalis Korban Tindak Penganiayaan. A. Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB VII PENUTUP. Universitas Indonesia. Pembubaran partai..., Muchamad Ali Safa at, FH UI., 2009.

d. Hak atas kelangsungan hidup. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan Berkembang.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RANTAU TV (RAN TV) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tonggak penting sebuah sistem demokrasi di Indonesia. Dimana

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

PENTINGNYA DEKRIMINALISASI PERS DALAM RUU KUHP

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers

BAB I PENDAHULUAN. negatif maupun positif. Pers dan media massa juga sangat beperan sebagai

Komitmen Dan Kebersamaan Untuk Memperjuangkan Hak Asasi Manusia diselenggarakan oleh Pusham UII bekerjasama dengan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

PARTISIPASI PUBLIK DALAM PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

KEMERDEKAAN PERS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERS INDONESIA 1 Oleh : Stefan Obadja Voges 2

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya dan keakuratannya suatu informasi 1. Arus informasi yang. akan menentukan masa depan kesejahteraan bangsa 2.

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

Demokrasi di Indonesia

UU NO 40 TAHUN 1999 SEBAGAI ALAT ADVOKASI DAN PERLINDUNGAN JURNALIS

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP WARTAWAN DARI TINDAK PIDANA KEKERASAN YANG SEDANG MENJALANKAN TUGAS PROFESI

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Universitas Indo Global Mandiri Palembang

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PERS SEHAT, BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018

Dikdik Baehaqi Arif

BAB VIII Politik Hukum Pada Masa Reformasi Oleh: Prof.Gunarto.SH.SE,Akt.Mhum. Pada masa reformasi, konfigurasi politik di DPR dan MPR tidak berubah,

7. Hak Cipta Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MATERI UUD NRI TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

11 ALASAN PENOLAKAN RUU ORMAS Disiapkan oleh: Koalisi Kebebasan Berserikat [KKB]

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

Transkripsi:

KEBEBASAN PERS? = freedom of the press Deklarasi Magna Charta (1215). Pasal 12 Virginia Bill of Right (15 Mei 1776). Naskah Pernyataan Hak Asasi Manusia dan Warganegara Perancis, 1789. The freedom of the institutional press is an integral part of the liberty secured more broadly by the first amendment of the US Constitution (1791).

AMANDEMEN I KONSTITUSI USA Congress shall make no law respecting an establishment of religion, or prohibiting the free exercise thereof; or abridging the freedom of speech, or of the press, or the right of people peaceably to assemble

ATURAN DI INDONESIA Konstitusi-konstitusi (UUD 1945; KRIS 1949; UUDS 1950; UUD Negara RI Tahun 1945). Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 10 Tahun 1960 tentang Izin Terbit terhadap Penerbitan Surat Kabar dan Majalah. UU No.11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers. UU No.4 Tahun 1967 tentang Perubahan UU No. 11 Tahun 1966. UU No.21 Tahun 1982 tentang Perubahan UU No. 11 Tahun 1966. Peraturan Menteri Penerangan RI Nomor 01/Per/Menpen/1984 tentang Surat Izin Usaha Penerbitan Pers. UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers. UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia. Kode Etik Aliansi Jurnalis Independen.

PERDEBATAN BPUPKI 1945 HATTA-HIAN VS. SOEPOMO-SOEKARNO Lim Koen Hian Kemerdekaan pers mencegah kejelekan sosial dan pemerintah Perlu masuk UUD Moh. Hatta Akar demokrasi Mencegah kekuasaan otoriter Perlu masuk UUD Soepomo Individualistik-liberal Bertentangan dengan asas kekeluargaanintegralistik Tolak masuk UUD Soekarno Economisch-liberale Sumber konflik Tolak masuk UUD

UUD 1945 Pasal 28, Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Tidak secara eksplisit menyebutkan kebebasan pers. Merupakan pasal karet dan banci bagi kebebasan pers. Praktik kebebasan pers diserahkan kepada selera penguasa diatur lebih lanjut dengan UU.

UUDS 1950 Pasal 19 Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat. Sama persis dengan ketentuan dalam Pasal 19 Konstitusi RIS. Karena situasi politik, meski sebenarnya masih diatur secara banci, tetap melahirkan pers yang liberal. Mendapat tentangan dari kelompok antiindividualistik dan liberalisme. Masih tergantung selera penguasa.

UUD 1950 CONT D Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 tentang Penerangan Massa sebagai Landasan Pelaksanaan Manipolisasi Pers Nasional dalam sistem Demokrasi Terpimpin. Pers menjadi terompet kepentingan pemerintah. Lahirlah pembatasan melalui Peperti No.10 Tahun 1960, Wajib SIT (Surat Izin Terbit). Penandatangan 19 pasal surat pernyataan calon pemilik izin terbit, bahwa penerbitan akan patuh pada visi dan misi konfigurasi politik demokrasi terpimpin yang berkolaborasi dengan militer. Berlaku hingga lahirnya UU No. 11 Tahun 1966. Produk Hukum yang Represif.

AWAL ORDE BARU Ketetapan MPRS No. XXXII/MPRS/1966 tentang Pembinaan Pers: Pasal 1: Mutlak perlu adanya UU Pers, sesuai dengan bunyi Pasal 28 UUD 1945. Pasal 2 ayat (2): Kebebasan pers Indonesia adalah kebebasan untuk menyatakan serta menegakkan kebenaran dan keadilan dan bukanlah kebebasan dalam pengertian liberalisme.

AWAL ORDE BARU CONT D Pasal 3 Tap MPRS No. XXXII/MPRS/1966 Penerbitan pers yang bertentangan dengan Pancasila seperti halnya yang bertolak dari faham komunisme/marxisme, Leninisme, dilarang untuk selama-lamanya. Tap MPRS ini demikian pisau bermata dua: Mencoba memberikan kepastian hukum pembuatan UU, tetapi: Memberikan banyak batasan. Pembinaan pers = cek kosong.

UU NO. 11 TAHUN 1966 Pasal 3: Hak kontrol, kritik dan koreksi pers yang bersifat korektif dan konstruktif. Pasal 4: menjamin tidak ada lagi sensor dan pembredelan. Pasal 5 ayat (1): mempertegas jaminan hukum bahwa kemerdekaan pers adalah sesuai dengan hak asasi warga negara. Pasal 8 ayat (2): mencabut tentang keharusan mempunyai SIT. Tidak lagi menyinggung soal pelarangan pers liberal. Secara tertulis merupakan produk hukum yang responsif.

DIINGKARINYA UU 11 TAHUN 1966 Peristiwa Malari, 1974. Pencabutan SIT untuk Nusantara, Suluh Berita, Mahasiswa Indonesia, Harian KAMI, Indonesia Raya, Abadi, Jakarta Times, Wewang dan Pemuda Indonesia. Karena menghasut rakyat, merusak wibawa dan kepercayaan terhadap kepemimpinan nasional.

PENGINGKARAN CONT D Menjelang Sidang Umum MPR 1978. Sinar Harapan, Kompas, Pelita, dan Empat Lima dibredel. Keempatnya dianggap membandel karena masih membesar-besarkan gerakan mahasiswa yang menolak NKK/BKK (Normalisasi Kegiatan Kampus/Badan Kegiatan Kemahasiswaan). 21/09/2010

TAP MPR NOMOR IV/MPR/1978 Gejala represif. Bagian f: untuk menjamin pertumbuhan pers yang sehat, pers yang bebas dan bertanggung jawab maka undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers perlu ditinjaukembali.

UU NO. 21 TAHUN 1982 Elaborasi Tap No. IV/MPR/1978. Represif. Pasal 13 ayat (5): Setiap penerbitan yang diselenggarakan oleh perusahaan pers memerlukan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) yang dikeluarkan pemerintah.

PERMENPEN NO. 1 TAHUN 1984 Tentang SIUPP. Pelaksanaan UU 21 Tahun 1982. Mempertegas SIUPP sebenarnya adalah SIT sebagaimana pernah diatur dalam Peperti No. 10 Tahun 1960. Menpen yang berwenang mengeluarkan SIUPP. Pasal 33: SIUPP yang telah diberikan dapat dibatalkan oleh Menpen setelah mendengar Dewan Pers. Dewan Pers (Wakil Organisasi Pers, Pemerintah, Tokoh Masyarakat) tidak independen.

PEMBREDELAN BERDASAR PERMENPEN Tahun 1996, tabloid Detik, majalah Tempo dan Editor dicabut SIUPP-nya. Pencabutan SIUPP Tempo berkait dengan dugaan korupsi yang dilakukan BJ Habibie, berkenaan dengan pembelian kapal perang bekas Jerman Timur.

ORDE BARU: REPRESIF Pemberlakuan SIUPP Pembredelan pers melalui pencabutan SIUPP. Pembatasan fungsi pers melalui pemanggilanpemanggilan wartawan dan pemimpin redaksi oleh penguasa. Melalui teror telepon bahkan ancaman fisik dan pembunuhan. 21/09/2010

21/09/2010

PEMBUNUHAN Udin, Fuad Muhammad Syarifudin, wartawan harian Bernas, Yogyakarta, adalah salah seorang korban pembunuhan di era Orde Baru. Kasusnya hingga kini tak pernah jelas.

21/09/2010

21/09/2010

DI MASA REFORMASI Ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998 tentang HAM. UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers. Relatif demokratis. Dibuat oleh DPR hasil Pemilu 1999. Pasal 28F UUD Negara RI Tahun 1945.

PASAL 28F UUD NEGARA RI TAHUN 1945 Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Dengan pasal ini lahirlah UU No.14 Tahun 2008 tentang Kebebasan Informasi Publik. Pasal 28 tidak berubah. Tidak ada aturan yang tegas-eksplisit menjamin kebebasan pers.

UU 40 Tahun 1999 Pasal 9 ayat (2): meniadakan SIUPP. Pasal 4 ayat (2): menghilangkan sensor dan pembredelan. Pasal 18 ayat (1): memberikan ancaman pidana bagi yang menghambat kebebasan pers. 21/09/2010

UU 40 TAHUN 1999 CONT D Pasal 2: kebebasan pers adalah perwujudan dari kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan supremasi hukum. Pasal 4 ayat (1): Kemerdekaan pers adalah hak asasi warga negara yang hakiki dalam rangka menegakkan keadilan dan kebenaran, serta mengajukan dan mencerdaskan bangsa.

KEBEBASAN PERS Disikapi mendua: Pilar demokrasi. Pengaduan Pers:Total dari Tahun 2000-2009: 2200 Kasus: 2000-03 427 2003 101 2004 153 2005 127 2006 207 2007 319 2008 424 2009 442 Data Pengaduan (2009): Jenis Pengaduan: Langsung: 89 kasus Tidak Langsung : 353kasus Pihak yang terlibat: Pemerintah mengadukan media: 222 Pengaduan Media mengadukan Pemerintah:21 Pengaduan Masyarakat mengadukan Media:147 Pengaduan Media mengadukan Pemerintah:11 Pengaduan Wartawan mengadukan Media17 Pengaduan Lain-lain (Diluar kasus Pers):. 24 Pengaduan 21/09/2010

PEMBATASAN Ketetapan MPRS No. XXXII/MPRS/1966: Pasal 2 ayat (1): Kebebasan Pers berhubungan erat dengan keharusan adanya pertanggungan jawab kepada: Tuhan YME, Kepentingan rakyat dan keselamatan negara, Kelangsungan dan penyelesaian revolusi sehingga terwujudnya tiga seri kerangka tujuan revolusi, Moral dan tata susila, Kepribadian bangsa.

PEMBATASAN CONT D Pasal 13 UU 40 Tahun 1999, pers dilarang memuat iklan yang: Merendahkan martabat suatu agama atau mengganggu kerukunan hidup antarumat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan; Minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; Peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.

KASUS HUKUM Tommy Winata vs Tempo (Tanah Abang), Tommy Winata vs Koran Tempo (Pemulung Besar), Texmaco vs Kompas (Denda 11,5 Trilyun), Trust vs Ationg (Bandar Judi), Goenawan Mohammad vs Tommy Winata (Jangan jatuh ke tangan preman juga jangan jatuh ke tangan Tommy Winata). 21/09/2010

KEBEBASAN PERS VS KRIMINALISASI Penentuan UU Pers dan UU Penyiaran sebagai lex specialis. Defamation (fitnah). Premanisme harus dilawan.

PERLINDUNGAN PERS Institusional: Jaminan dalam konstitusi. Dewan Pers dan Komisi Penyiaran yang independen. UU Pers dan Penyiaran sebagai lex specialis.

PERLINDUNGAN CONT D Personal Kode Etik wartawan, Profesional, Menghormati hak masyarakat memperoleh informasi, Menempuh cara etis, Menghormati asas praduga tidak bersalah, Tidak menyiarkan dusta, Tidak menerima suap, Memiliki hak tolak, Meralat kekeliruan, memuat hak jawab.

KODE ETIK CONT D Tidak diperkenankan menjiplak. Peliputan berimbang. Menghormati off the record. Menjaga sumber rahasia: Kode Etik AJI 12 Juli 1998. 21/09/2010

UU Terkait UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Infromasi Publik.

JENIS PERS Wilbur Schram dalam The Four Theories of the Press: Sistem pers otoriter Tidak mengizinkan kemerdekaan pers Sistem pers komunis Tidak mengizinkan kemerdekaan pers Sistem pers liberal Demokrasi liberal Sistem responsibility of the press Tidak jelas bertanggungjawab kepada siapa.

PERMASALAHAN Indonesia masuk sistem pers yang mana? Di zaman Demokrasi Liberal Di zaman Orde Lama Di zaman awal Orde Baru Di zaman Orde Baru Di zaman Reformasi Adakah pengaruh rezim pemerintahan dengan sistem pers yang terbangun?

READING ASSIGNMENT: Miriam Budiardjo, Demokrasi di Indonesia, hal. 242-268. Internasional IDEA, Melanjutkan Dialog menuju Reformasi Konstitusi di Indonesia, hal. 17-24. Jimly Asshiddiqie, Pengantar HTN Jilid II, hal.153-190.