OTONOMI DAN PEMBANGUNAN DAERAH FX. SUGIYANTO Thanks for Keeping Silent your Mobile Phone
GOVERNMENT ROLE Theoretical Perspective and Practices
MENGAPA PEMERINTAH HARUS MENGAMBIL PERAN Kegagalan Pasar dan Ekses Negatif terhadap Kesejahteraan Masyarakat Dalam dunia nyata tidak ada pasar persaingan sempurna, tetapi oligopoli atau monopoli Distorsi dalam mobilitas barang dan jasa serta informasi Barang Publik
KEGIATAN PEMERINTAH Menyiapkan Kerangka Legal Memproduksi barang dan jasa; kadang-kadang bekerjasama dengan swasta Mengatur dan mensubsidi sektor swasta Membeli barang dan jasa, untuk kebutuhan khusus Melaksanakan kegiatan redistribusi pendapatan
OTONOMI DAERAH
Dasar Teori Desentralisasi Pandangan ttg Desentralisasi: Efisiensi Menagemen Pemerintahan Aspirasi Masyarakat akan dapat tersalurkan dengan lebih cepat Pemerataan menjadi lebih baik Pandangan (anti) Desentralisasi (mis: Prud homme, Remy, 1995) Menciptakan Kesenjangan Tidak efisien
Pasal 10 UU 32 th 2004 Perkecualian: Politik Luar Negeri Pertahanan Keamanan Yustisi Moneter dan Fiskan Nasional Agama
Problema yg Sering terjadi Otonomi daerah dipahami hanya sebagai meningkatkan PAD jk Pendek Perang tarif retribusi Desinkronisasi pembangunan antar daerah Masalah antar pemerintahan daerah: SDA Lingkungan Koordinasi antara Provinsi dan Kabupaten/kota tidak efektif
Pembangunan Daerah
1. UU No. 17 Thn 2003 ttg Keuangan Negara; 2. UU No. 25 Thn 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3. UU No. 32 Thn 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 4. PP No. 20 Thn 2004 ttg Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah; 5. PP No. 21 Thn 2004 ttg Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; 6. PP No. 58 Thn 2005 ttg Pengelolaan Keuangan Daerah; 7. Permendagri No. 13 Thn 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 8. SE Mendagri No. 050/2020/SJ ttg Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah tgl. 11 Agustus 2005. 10
1. DISUSUN SESUAI DENGAN KEWENANGAN DAERAH SEBAGAI SATU KESATUAN DALAM SISTEM PERENCANAAN NASIONAL 2. JANGKA PANJANG, JANGKA MENENGAH, DAN JANGKA PENDEK (TAHUNAN) 3. MENJAMIN KETERKAITAN DAN KONSISTENSI ANTARA PERENCANAAN & PENGANGGARAN, PELAKSANAAN, EVALUASI, DAN PENGENDALIAN 11
diac u RPJP NASIONAL Pedoman RENSTRA KL Pedoman RPJM NASIONAL Pedoma n dijabarkan RENJA KL Pedoman RKA - KL RINCIAN APBN Pedoman RKP RAPBN APBN Pemerinta h Pusat diacu RPJP DAERAH Pedoman diperhatikan RPJM DAERAH Pedoman RENSTRA SKPD Diserasikan melalui MUSRENBANG dijabarkan Pedoman RKPD Pedoman KUA Pedoman RAPBD APBD PPAS RENJA SKPD Pedoman RKA SKPD PENJABARAN APBD Pemerint ah Daerah PERENCANAAN PENGANGGARAN 12
KEBIJAKAN BANGNAS & KEUDA Penjaringan RENSTRADA KERANGKA EK. MAKRO PRIORITAS PEMBANGUNAN PERENCANAAN PROGRAM DAN PENGANGGARAN DAERAH (UU 17/2003. ps 16 20) Aspirasi RKPD EVALUASI KINERJA MASA LALU TARGET YG AKAN DICAPAI RENSTRA SKPD PEMDA Kebijakan Umum APBD DPRD Prioritas & Plafon Anggaran Sementara RK KPD SATKER SATKER SATKER PERATURAN KDH Juklak & Juknis Plafon Anggaran Standar Harga Formulir RKASKPD PANITIA ANGGARAN LEGISLATIF RKA SKPD Klarifikasi RAPBD TIM ANGGARAN EKSEKUTIF Sosialisasi kpd Masy RAPBD Pengajuan Raperda APBD Perda APBD Evaluasi Raperda APBD Persetujuan Raperda APBD
SK PENGANGKATAN (PENDELEGASIAN WEWENANG) Asumsi Dasar & Estimasi Kapasitas Keuda Renstrada Arahan, mandat dan pembinaan dari Pemerintah Pusat PROSES PENYUSUNAN PROGRAM DAN ANGGARAN DAERAH Kinerja Masa Lalu Penjaringan Aspirasi MASYARAKAT Tokoh Masyarakat, LSM, Ormas, Asosiasi Profesi, Perguruan Tinggi dan lain-lain Penjaringan Aspirasi Partisipasi PEMDA Arah & Kebijakan Umum APBD 1 Pokok-pokok Pikiran DPRD DPRD TARGET YG AKAN DICAPAI TIM ANGGARAN EKSEKUTIF Strategi & Prioritas APBD 2 PANITIA ANGGARAN LEGISLATIF Renstra UK UNIT KERJA Surat Edaran 3 Rencana Anggaran Satker 4 Pra R A P B D 5 PANITIA ANGGARAN LEGISLATIF Pengajuan RAPBD R A P B D 6 Klarifikasi & Ratifikasi RAPBD Perda APBD 7
Hak Untuk: RUANG LINGKUP KN Memungut Pajak (UU Perpajakan) Mengeluarkan dan Mengedarkan Uang (UU Kebansentralan) Melakukan Pinjaman Kewajiban untuk: Menyelenggarakan Pelayan Umum Membayar Tagihan Pihak Ketiga Penerimaan Negara (UU Perpajakan dan UU lainnya) Pengeluaran Negara (UU o 32 dan 33 th 2004, UU lain yang terkait)
RUANG LINGKUP KN Penerimaan Daerah (UU dan Perda) Pengeluaran Daerah (UU dan Perda) Kekayaan Negara / Daerah berupa uang, surat berharga, dll Kekayaan pihak Lain yang dikuasi Negara Kekayaan pihak lain yang diperoleh dg menggunakan fasilitas Negara
IMPLIKASI Ada banyak UU yang berkaitan dengan KN: UU Perpajakan, UU no 18/1999 dll (diamandemen: UU no 28 th 2009) UU Pengeluaran dan Pengedaran Uang diatur tersendiri ttg Ke- Bank Sentral-an
KEUANGAN NEGARA DAN KEBIJAKAN FISKAL Kebijakan Fiskal: Pendapatan Perpajakan (tdk termasuk pendapatan di luar pajak) Pengeluaran / Belanja: Komsumsi Pemerintah Investasi Publik Transfer dan Subsidi Kebijakan Fiskal: Pusat Daerah (Desentralisasi Fiskal: UU No 32 th 2004, No 33 tahun 2004, UU no 18 thn 1999, dll)
DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL Pendapatan / Pengenaan Pajak: Sifat: Kontraktif thd Perekonomian Mengurangi daya beli masyarakat Belanja untuk Barang dan Jasa Publik: Sifat: ekspansif thd Perekonomian Tujuan: Pelayanan Publik Jenis: (1) Konsumsi dan (2) Investasi Publik Subsidi / transfer: Langsung Tdk Langsung
DESENTRALISASI FISKAL DAN OTONOMI DAERAH Desentralisasi Fiskal = desentralisasi Pengeluaran Tdk ada desentralisasi kebijakan Moneter Struktur APBN sama dengan Struktur APBD
PENDEKATAN APBD: NEW PUBLIC MANAGEMENT Konsep dasar: anggaran sbg alat perencanaan (alokasi anggaran didasarkan pada tujuan dan visi) dan alat pengawasan (memuat detail pendp & belanja, shg terhindar dari overspending dan overlapping) (UU 17/2003 pasal 3) Performance Budgeting: anggaran berbasis program (PPBS: Planning, Programming, Budgeting System) (pasal UU 17/2003, 19) Zero Based Budgeting (seolah penganggaran baru) Standar Analisis Belanja Audit Manajemen, Keuangan & Ev. Kinerja
PENDEKATAN APBD: PENDEKATAN LAMA: Struktur bersifat line item (betulkah pengeluaran dan penerimaan Y memang masih relevan?) Penyusunan dg pend. Incremental (betulkah anggaran sebesar X memang dibutuhkan?) Krg memperhatikan Value for money (Akibatnya sering muncul SIAP di akhir anggaran) Tdk memungkinkan utk melakukan penilaian kinerja (karena hanya berorientasi pada input)
PARADIGMA APBD APBD berorientasi ke Kepentingan Publik Disusun dengan pendekatan Kinerja dengan melibatkan: Masyarakat DPRD Pemerintah Daerah Sinergi hub. APDB Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keu Pengelola keu unit pengelola layanan Publik Melibatkan: Masy., DPRD dan Pemda
PRINSIP AKUNTABILITAS AKUNTABILITAS MELIPUTI: Sistem akuntansi dan sistem anggaran yang konsisten sesuai dg peraturan Pengeluaran berorientasi pada pencapaian Visi, misi, tujuan, sasaran dan hasil (manfaat) yg akan dicapai
PERENCANAAN ANGGARAN PENDEKATAN LAMA Line Item Incremental Krg memperhatikan Value of money Berorientasi input dan tdk mungkin melakukan penilaian kinerja PENDEKATAN BARU Berbasis Program Zero Based Budgeting Standar Analisis Belanja Alokasi Anggaran berdasarkan pada tujuan
STRUKTUR APBD Pendapatan Penerimaan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Laba BUMD Dana Perimbangan Lain-lain PAD yang Sah Belanja Belanja Langsung Belanja Tak Langsung Surplus/Defisit Pembiayaan Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Rincian Sumber-sumber PAD; dapat dilihat pada UU no 18/1999, PP no 65/2001 dan PP 66/2001 Pengertian Pajak Daerah dan Retribusi Lihat UU no 18/1999
KONSEP DASAR PENGAWASAN Pengawasan vs Pemeriksaan Tujuan menjamin tercapaianya sasaran yang telah ditetapkan Memahami Sasaran, target capaian, output dan outcome APBD: Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Cakupan: (1) Substansi, (2) Indikator, (3) Azas
SUBSTANSI EFEKTIFITAS; apakah target yg sdh ditetapkan dapat dicapai atau tidak, apakah indikator-indikator capaian mengarah pada tercapainya hasil/outcome Apabila belum dapat dicapai, apa penyebabnya Apakah targetnya realistis (terlalu rendah atau terlalu tinggi)
SUBSTANSI EFISIENSI (cara mencapai tujuan); Kewajaran biaya yang diperlukan untuk mencapai target yang sdh ditetapkan Pendekatan Activity Based Cost Rumusan Biaya Standar (perlu analisis biaya standar; dan tentu juga standar aktifitas dalam suatu kegiatan) Rumusan Harga Standar
SUBSTANSI Proses Perencanaan: dari penjaringan aspirasi hingga penentuan target Penetapan Sasaran dan penetapan indikator utama secara kuantitatif dan dasar asumsinya: Target pertumbuhan ekonomi daerah Penurunan tingkat pengangguran Penurunan tingkat kemiskinan Penurunan kesenjangan antar wilayah
INDIKATOR MDGs 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 2. Mencapai Pendidikan Dasar utk Semua 3. Mendorong Kesetaraan Gender 4. Menurunkan Tingkat Kematian Anak 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Persen PENDUDUK DI BAWAH GARIS KEMISKINAN: Capaian dan Target (Tujuan 1) 11.0 10.6 10.0 9.9 9.0 8.0 7.0 6.0 5.0 2002 2006 2010 2014 5.3 Capaian Target (2002) Target (2004)
Persen ANGKA PARTISIPASI PENDIDIKAN SD/MI: capaian dan target (Tujuan 2) 100.0 99.5 100.0 99.0 98.5 98.9 98.9 98.0 97.5 97.0 2000 2005 2010 2015 Capaian Target (2000) Target (2004)
Persen ANGKA PARTISIPASI SMP/MTS; Capaian dan Target (Tujuan 2) 100.0 95.0 100.0 90.0 85.0 86.3 80.0 75.0 70.0 79.4 2000 2005 2010 2015 Capaian Target (2000) Target (2004)
Persen ANGKA MELEK HURUP USIA 15-25 TAHUN: Capaian dan Target (Tujuan 2) 105.0 100.0 95.0 100.0 90.0 87.0 85.0 80.0 2002 2005 2008 2011 2014 Capaian Target
Persen ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) SD/MI Capaian dan Target (Tujuan 3) 102.5 102.0 101.5 101.0 100.5 100.0 99.5 99.0 98.5 98.0 100.0 99.7 98.9 2000 2006 2010 2014 Capaian Target (2000) Target (2004)
per 1000 kelahiran hidup ANGKA KEMATIAN BALITA Cpaian dan Target (tujuan 4) 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 7.87 4.00 3.00 2.00 2.62 2003 2007 2011 2015 Capaian Target
Per 1000 Kelahiran Hidup ANGKA KEMATIAN BAYI Capaian dan Target (tujuan 4) 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 6.08 4.51 2.00 1.00 0.00 2.03 2003 2007 2011 2015 Capaian Target (2003) Target (2004)
ANGKA KEMATIAN IBU: Capaian dan Target (Tujuan 5) 120 100 80 60 85 104 40 21 20 0 2000 2004 2007 2010 2013 Capaian Target (2000) Target (2004)
ASAS Asas Efektifitas Asas Efisiensi Asas Akuntabilitas Asas Keterbukaan Asas Profesionalitas Asas Kepentingan Umum Asas Proporsionalitas Asas Tertib penyelenggara negara Asas Kepastian Hukum
KELEMAHAN Ketidaksinkronan antara Perencanaan dan Penganggaran Pada pelaksanaannya anggaran masih disusun secara incremental Konsep kinerja belum dapat diimplementasikan dengan optimal Tidak aspiratif Target Capaian Tidak Jelas Indikator capaian tdk jelas: besaran maupun tahapannya Ketidakseriusan dalam menyusun Perencanaan
NO JENIS KEGIATAN WAKTU 1 Penyusunan RKPD s/d Maret 2 Penyusunan Kebijakan Umum APBD Juni 3 Penyampaian Kebijakan Umum APBD kpd DPRD Medio Juni 4 Pembahasan Kebijakan Umum APBD PPAS dgn DPRD Akhir Juni s/d Medio Juli 5 Penyusunan RKA SKPD Akhir Juli s/d Mg IV Agustus 6 Evaluasi RKA SKPD oleh Tim Anggaran Eksekutif Daerah Mg I September 7 Penyusunan Raperda APBD & Raper KDH ttg Penjabaran APBD Mg II - III September 8 Penyebarluasan Raperda ttg APBD kpd masyarakat Mg IV September 9 Pengajuan Raperda tentang APBD kpd DPRD Minggu I Oktober 10 Pembahasan Raperda APBD & persetujuan bersama DPRD Mg I IV November 11 Penyampaian Raperda APBD & Raper KDH ttg Penjabaran APBD u/ dievaluasi (3 hari) 12 Evaluasi Raperda APBD dan Raper KDH tentang Penjabaran APBD (15 hari) 13 JADWAL PERENCANAAN PROGRAM DAN PENGANGGARAN DAERAH Penyempurnaan hasil evaluasi (7 hari) 14 Pengesahan Raperda APBD Minggu I Desember
PENTINGNYA ASB (Alasasan Yuridis) Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 93 disebutkan bahwa penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) berdasarkan pada indikator kinerja, capaian atau target kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.
ANGGARAN BERBASIS KINERJA
VISI - MISI ANGGARAN BERBASIS KINERJA: Perspektif Teori Anggaran Kinerja OUPUT YG AKAN DICAPAI COST A B C KEGIATAN- KEGIATAN SUMBER DAYA PROGRAM SASARAN - TUJUAN
TAHAPAN PERENCANAAN ANGGARAN: Mulai dari Belakang Menentukan Target Output; Memedomani Standar Pelayanan Minimum (SPM) Merumuskan Program yang harus diadakan untuk menghasilakn output tersebut Mendasarkan pada Visi Misi Tujuan dan Aspirasi Masyarakat Mengestimasi Outcome yang akan didapatkan Mengidentifikasi, merumuskan dan menetapkan kegiatan serta mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan Mengidentifikasi dan mengestimasi Ongkos: Memedomani Standar Operasional Prosedur (SOP)
TAHAPAN PERENCANAAN VISI - MISI ANGGARAN: Mulai dari Belakang SASARAN - TUJUAN PROGRA M KEGIATA N OUTPUT OUTCO ME ANGGAR AN 3 4 1 2 5
BERAPA BESARNYA BELANJA: APA DASARNYA (konsep) COST = f (OUTPUT) KEGI ATAN COST timbul karena adanya kegiatan untuk menghasilkan ouput Output sebagai COST DRIVER Kegiatan Pelatihan (LEVEL KEGIATAN) ANGGARAN PELATIHAN = f (JUMLAH PESERTA)
BERAPA BESARNYA BELANJA: APA DASARANYA (konsep) Belanja pada LEVEL RINCIAN OBYEK ANGGARAN BELANJA LISTIK (Kegiatan Pelayanan Administrasi Perkantoran, Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik) = f (LUAS RUANGAN, JUMLAH KOMPUTER) Tetap Konsisten secara teori: C = f (Output); dimana Output = f (sumber daya) APA STANDARNYA (konsep efektifitas dan efisiensi) Apakah Output bisa dicapai dengan cara yang tepat? (teori: efisiensi teknologi)
BERAPA BESARNYA BELANJA: APA STANDARNYA (konsep efektifitas dan efisiensi) Rumuskan Standar Pelayanan Minimum (SPM) SPM merupakan pendekatan teknis untuk mengukur efektifitas Rumuskan Standar Operasional Prosedur (SOP) Apakah belanja yang digunakan sudah standar? Apabila sudah ditentukan standar harganya, belanja sudah standar? (teori: efisiensi ekonomi) Ikuti SOP Analisis Standar Biaya (ASB): (seharusnya) memenuhi persyaratan efektifitas dan efisiensi
TERIMAKASIH