24 HUKUM DALAM PERMASALAHAN PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA. Oleh: Andi Rezky Aprilianty Punagi, Ishartono, & Gigin Ginanjar Kamil Basar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

Institute for Criminal Justice Reform

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA. No.1048, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Perdagangan Orang. Pencegahan. Penanganan. Panduan.

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA?

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

ANGGOTA GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pelacuran dan pornografi merupakan eksploitasi seksual secara komersial

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. di India sangat memperhatinkan sekali. Di satu sisi anak-anak dipaksakan oleh

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Menurut Sadjijono dalam bukunya mengatakan:

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

PERLINDUNGAN HAK ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam

SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING) DI INDONESIA

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina. terjadi dikalangan masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu lembaga atau

Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN-PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA. Oleh: Nurul Hidayati, SH. 1.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda *

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. sangat mengkhawatirkan. Pada era globalisasi sekarang ini, modern slavery marak

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. orang migrasi ke kota untuk bekerja. Adanya migrasi ke kota membawa

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak

BAB I PENDAHULUAN. serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang. ditentukan dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2007.

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KEP/MENKO/KESRA/IX/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan perhatian, sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 30 TAHUN 2014

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI JAWA BARAT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BALITA SEBAGAI KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI TINJAU DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

I. PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini, sebab sebagai mahluk yang bermartabat tinggi, manusia bagaimana pun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK

B A B 1 P E N D A H U L U A N. Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK. A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK TERHADAP PRAKTIK PERDAGANGAN ANAK (TRAFFICKING) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum pidana menempati posisi penting dalam seluruh sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fakta kejahatan atau kekekerasan seksual harus menjadi isu bersama. Semua

KATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.

Transkripsi:

24 HUKUM DALAM PERMASALAHAN PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA Oleh: Andi Rezky Aprilianty Punagi, Ishartono, & Gigin Ginanjar Kamil Basar Email: rezkyaprilianty@gmail.com; ishartono@gmail.com; giginkb@yahoo.com ABSTRAK Kebanyakan orang-orang yang menjadi korban trafficking itu miskin dan tidak cukup memiliki peluang ekonomi. Orang yang kurang pendidikan, kurang memiliki keterampilan, atau tersisih dari peluang ekonomi dikarenakan alasan-alasan lain (seperti deskriminasi) adalah pihak yang paling rentan. Perdagangan anak merupakan suatu masalah kompleks yang memerlukan pendekatan dari berbagai sisi. Pembuat undang-undang harus didesak untuk meneliti undang-undang/hukum nasionalnya secara kritis dengan maksud memperkuat atau melengkapi undang-undang tersebut akan membentuk suatu wujud perundang-undangan yang mampu melindungi anak-anak dari eksploitasi seksual dan eksploitasi ekonomi. depan. Agar mampu memikul tanggung jawab tersebut maka anak perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mewujudkan potensinya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar dan optimal baik secara jasmani, rohani dan sosialnya. Kebutuhan dasar Maslow ada lima tingkatan yaitu kebutuhan sosiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Hukum yang mengatur mengenai anak di Indonesia telah banyak dibuat. Beberapa diantaranya yaitu Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak merupakan peraturan khusus yang mengatur mengenai masalah anak. Dan juga adanya Undang Undang No.21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Akan tetapi, permasalahan perdagangan anak masih belum terselesaikan dengan baik dan menyeluruh dikarenakan para pelaku kejahatan yang tidak memiliki ketakutan akan hukum yang dibuat. Maka dari itu, sudut pandang rubah tidak hanya melihat dari pelaku tetapi juga melihat dari faktor-faktor pendukung terjadinya perdagangan anak. Kata Kunci: Anak, Perdagangan, Hukum, Undang-Undang PENDAHULUAN Anak merupakan harapan atau dambaan setiap orang atau keluarga. Namun dalam kenyataannya sebagaimana banyak diberitakan, masih banyak anak mendapatkan perlakuan yang tidak wajar, hak-hak anak semakin terabaikan, bahkan permasalahan anakpun semakin kompleks. Permasalahan yang menonjol antara lain anak putus sekolah, anak jalanan, anak terlantar, pekerja anak, anak-anak korban konflik bersenjata, anak-anak korban trafficking, sampai anak-anak yang dilacurkan. Di Indonesia, akhir-akhir ini telah banyak memberitakan mengenai perdagangan anak, baik yang masih bayi, maupun yang remaja untuk dijadikan pekerja seks komersial. Contoh kasus yang menimpa 3 bayi yang menjadi korban perdagangan anak oleh salah satu yayasan yang ada di Bogor. 142

Kasus yang lain yaitu yang menimpa pelajar perempuan yang baru berumur 14 dan 15 tahun yang merupakan korban perdagangan manusia dan dijadikan pekerja seks komersial. Dalam buku Panduan Bagi Pembuat Undang-Undang dari Unicef, ada banyak faktor yang mendorong terjadinya trafficking dan memberi andil bagi keberhasilan jaringan kejahatan yang terlibat dalam perdagangan manusia. Kebanyakan orang-orang yang menjadi korban trafficking itu miskin dan tidak cukup memiliki peluang ekonomi. Orang yang kurang pendidikan, kurang memiliki keterampilan, atau tersisih dari peluang ekonomi dikarenakan alasan-alasan lain (seperti deskriminasi) adalah pihak yang paling rentan. Faktor-faktor ini, ditingkah dengan adanya deskriminasi jender, ras, etnis, kemiskinan dan pengangguran atau keadaan tidak aman karena konflik bersenjata, memungkinkan jaringan perdagangan manusia tumbuh subur. Upaya-upaya pencegahan yang dirancang untuk menurunkan permintaan dan pasokan orang yang diperdagangkan harus berfokus pada faktor/akar masalah yang menyebabkan trafficking. Sementara upaya-upaya pencegahan sifatnya penegak hukum, para pembuat undang-undang dapat memanfaatkan kepemimpinan mencoba mencari akar penyebab. Dimana perundang-undangan dipandang sesuai, pembuatan undang-undang harus mengambil langkah-langkah untuk mengesahkan undang-undang yang cocok atau memperbaharui undang-undang yang ada. Dalam hal demikian, halhal berikut harus dipertimbangkan oleh para pembuat undang-undang: Banyak orang diperdagangkan karena kemiskinan; tekankan pada kebutuhan untuk mengidentifikasi sumber pendapatan alternative, dan penciptaan kesempatan untuk memperoleh pendapatan bagi kaum miskin. Secara khusus, wanita dan anak-anak rentan terhadap pekerjaanpekerjaan eksploitasi karena berbagai faktor seperti buruknya akses terhadap pendidikan dan lapangan kerja, dan undang-undang tentang status pribadi dan kepemilikan. Sayangnya, strategi pembangunan sering gagal untuk mencermati dimensi kemiskinan dari sudut jender, dan karenanya, mempertajam perbedaan antara pria dan wanita dalam pembangunan ekonomi. Anak rentan terhadap pekerjaan yang eksploitatif bila mereka dipaksa bekerja untuk memberikan tambahan pendapatan bagi keluarganya. Karena anak-anak biasanya hanya memiliki keterampilan rendah, mereka dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang kasar dan berubah rendah atau dipaksa melakukan berbagai bentuk pekerjaan yang dieksploitatif yang mungkin menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi untuk keluarganya.22 Perdagangan anak merupakan suatu masalah kompleks yang memerlukan pendekatan dari berbagai sisi. Pembuat undang-undang harus didesak untuk meneliti undang-undang/hukum nasionalnya secara kritis dengan maksud memperkuat atau melengkapi undang-undang tersebut akan membentuk suatu wujud perundang-undangan yang mampu melindungi anak-anak dari eksploitasi seksual dan eksploitasi ekonomi. PEMBAHASAN depan. Anak merupakan potensi sumber daya manusia sebagai penerus cita-cita bangsa yang diletakkan oleh generasi sebelumnya. Oleh karena itu, agar mampu memikul tanggung jawab tersebut maka anak perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mewujudkan potensinya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar dan optimal baik secara jasmani, rohani dan sosialnya. Pertama, akan dibahas terlebih dahulu mengenai kebutuhan dan hak terhadap anak. Apa yang dibutuhkan anak-anak untuk keselamatan dan perkembangan? Dengan pertanyaan tadi, pertamatama, dijelaskan terlebih dahulu mengenai hierarki kebututan. Psikolog Abraham Maslow pertama kali memperkenalkan konsep hierarki kebutuhan di tahun 1943. Hierarki ini menunjukkan bahwa orang termotivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar sebelum pindah ke kebutuhan lain. Hierarki kebutuhan Maslow paling sering ditampilkan sebagai sebuah 22 Unicef. Memerangi Perdagangan Anak. Panduan Bagi Pembuat Undang-Undang. 143

pirmida. Tingkat terendah piramida terdiri dari kebutuhan yang paling dasar, sementara kebutuhan yang paling kompleks terletak di bagian atas piramida. Kebutuhan di bagian bawah piramida merupakan persyaratan fisik dasar termasuk kebutuhan makanan, air, tidur, dan kehangatan. Setelah kebutuhan tingkat bawah ini telah terpenuhi, orang bisa melanjutkan ke tingkat kebutuhan berikutnya, yaitu untuk keselamatan dan keamanan. Ketika orang melakukan kemajuan dalam piramida, kebutuhan semakin menjadi bersifat psikologis dan sosial. Tak lama kemudian, kebutuhan akan cinta, persahabatan dan keintiman menjadi penting. Lebih lanjut ke atas piramida, kebutuhan harga diri dan perasaan berprestasi memperoleh prioritas. Maslow menekankan pentingnya aktualisasi diri yang merupakan proses tumbuh dan berkembang sebagai seseorang untuk mencapai potensi individu. Ada lima tingkat yang berbeda dalam hierarki kebutuhan Maslow: 1. Kebutuhan Sosiologis Ini termasuk kebutuhan palinh dasar yang penting untuk kelangsungan hidup, seperti kebutuhan air, udara, makanan, dan tidur. 2. Kebutuhan Keamanan Ini termasuk kebutuhan untuk keselamatan dan keamanan. Kebutuhan keamanana penting untuk kelangsungan hidup, tetapi kebutuhan ini tidak terlalu menuntut seperti kebutuhan fisiologis. Contoh kebutuhan keamanan termasuk keinginan untuk tetap kerja, pendidikan, lingkungan aman dan naungan/perlindungan dari lingkungan. 3. Kebutuhan Sosial Ini termasuk kebutuhan untuk memiliki, cinta dan kasih saying. Maslow menganggap kebutuhan ini kurang begitu mendasar dari pada kebutuhan fisiologis dan keamanan. Hubungan seperti persahabatan, ikatan romantic dan keluarga membantu memenuhi kebutuhan akan persahabatan dan penerimaan, seperti halnya keterlibatan dalam kelompok-kelompok sosial, komunitas atau keagamaan. 4. Kebutuhan Harga Diri Setelah tiga kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, kebutuhan harga diri menjadi semakin penting. Ini termasuk kebutuhan untuk hal-hal yang mencerminkan tentang harga diri, nilai pribadi, pengakuan sosial dan prestasi. 5. Kebutuhan Aktualisasi diri Ini adalah tingkat tertinggi dari hierarki kebutuhan Maslow. Orang yang mengaktualisasikan dirinya adalah orang yang sadar diri, peduli dengan pertumbuhan pribadi, kurang peduli dengan pendapat orang lain dan tertarik untuk memebuhi potensi mereka.23 Menurut Justika (2002), ada 4 hak anak yang telah disesuaikan dengan konvensi hak anak PBB tahun 1989 yaitu: a. Hak kelangsungan hidup (survival right) adalah hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan terbaik, sehingga terhindar dari beberapa penyakit infeksi yang mematikan. b. Hak berkembang (development right) bahwa pemberian gizi dan pendidikan yang baik serta lingkungan sosial budaya yang memungkinkan anak berkembang sebagai manusia dewasa yang beridentitas dan bermartabat. c. Hak memperoleh perlindungan (protection right) yaitu memperoleh perlindungan dari berbagai deskriminasi dari tindak kekerasan baik oleh warna kulit, ideology, politik, agama maupun kondisi fisik. d. Hak untuk berpartisipasi dalam berbagai keputusan yang menyangkut kepentingan hidupnya. (Justika, S.B. 2002: 29) 23 Mallon, Gerald P. dan Joan Morse. 2012. Modul Latihan Pekerjaan Sosial Berpusat pada Anak dan Keluarga. Perlindungan Anak dan Perencanaan Permanensi. Save The Children, Jakarta 144

Pertanyaan selanjutnya yang akan dibahas adalah mengenai masalah apa yang terjadi sehingga mengakibatkan masih banyak dan maraknya perdagangan anak yang terjadi di Indonesia. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak merupakan peraturan khusus yang mengatur mengenai masalah anak. Tujuan dari perlindungan anak sendiri disebutkan dalam Pasal 3 UU No. 23/ 2003: Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hakhak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Dan juga adanya Undang Undang No.21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorangdengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atauposisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat,sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atasorang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antarnegara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Dengan adanya peraturan tersebut, menyiratkan keinginan negara untuk memberikan perlindungan dan juga pengamanan bagi generasi bangsa yang akan datang yang merupakan penerus dalam memajukan bangsa dan memberi bukti adanya perhatian pemerintah untuk melindungi hakhak anak dan menjamin serta melindungi masa depan anak. Tetapi, kenyataan yang terjadi adalah masih banyak kasus-kasus anak yang menjadi korban perdagangan manusia di Indonesia. Hukum telah menjadi salah satu harapan yang diberikan pemerintah untuk menaggulangi permasalahan perdagangan anak. Akan tetapi, banyaknya pemberitaan di media masa mengenai kasus perdagangan anak menunjukkan bahwa Undang-Undang yang telah ada dan telah dibuat masih belum efektif dalam menangani dan memberantas perdagangan anak. Permasalahan perdagangan anak merupakan permasalahan yang komplek yang mengakibatkan sulit untuk ditanggulangi oleh hukum disebabkan Perdagangan anak merupakan kejahatan dengan modus yang bermacam-macam serta terorganisir dengan rapi pada umumnya, juga kejahatan ini terorganisir sampai keluar negeri sehingga menyulitkan para penegak hukum untuk menyelesaikan permasalahan ini. Semua pasal yang dituangkan dalam undang-undang tidak membuat para pelaku menjadi ketakutan, tetapi menciptakan modus baru dalam perdagangan anak. Para pelaku kejahatan perdagangan anak bisanya melakukan berbagai macam modus seperti penculikan, pemalsuan identitas, iming-iming pekerjaan, dan lain sebagainya. Pemimpin dari kejahatan ini belum dapat diungkap oleh hukum, sehingga hukum dirasa belum efektif untuk menanggulangi permasalahan perdagangan anak ini.24 PENUTUP depan. Anak merupakan potensi sumber daya manusia sebagai penerus cita-cita bangsa yang diletakkan oleh generasi sebelumnya. Oleh karena itu, agar mampu memikul tanggung jawab tersebut maka anak perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya dalam mewujudkan potensinya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar dan optimal baik secara jasmani, rohani dan sosialnya. Anak merupakan harapan atau dambaan setiap orang atau keluarga. Namun dalam kenyataannya sebagaimana banyak diberitakan, masih banyak anak mendapatkan perlakuan yang tidak wajar, hakhak anak semakin terabaikan, bahkan permasalahan anakpun semakin kompleks. 24 Markus Tampubolon dalam Makalah Efektivitas Hukum Dalam Menanggulangi Permasalahan Perdagangan Anak Di Indonesia. 145

Dari penjabaran di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa adanya hukum serta Undang-Undang yang secara jelas menentang adanya perdagangan anak tidak menjadikan pelaku kejahatan jera dan merasa takut, serta tidak menjadikan permasalahan perdagangan anak terselesaikan. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya perdagangan anak adalah kemiskinan serta pendidikan yang relatif rendah. Kebanyakan orang-orang yang menjadi korban trafficking itu miskin dan tidak cukup memiliki peluang ekonomi. Orang yang kurang pendidikan, kurang memiliki keterampilan, atau tersisih dari peluang ekonomi dikarenakan alasan-alasan lain (seperti deskriminasi) adalah pihak yang paling rentan. Faktor-faktor ini, ditingkah dengan adanya deskriminasi jender, ras, etnis, kemiskinan dan pengangguran atau keadaan tidak aman karena konflik bersenjata, memungkinkan jaringan perdagangan manusia tumbuh subur. Maka dari itu, upaya-upaya yang dibutuhkan harus melihat dan mengintervensi lebih dulu faktor-faktor penyebab perdagangan anak, seperti untuk masalah kemiskinan, pemerintah dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi para orang tua, serta keterampilan-keterampilan yang akan berguna kelak untuk rakyat miskin. Untuk pendidikan sendiri, bisa melalui bantuan operasional sekolah serta akses sekolah murah. Tetapi, upaya-upaya tersebut tidak akan berjalan dengan semestinya dan tidak akan berjalan dengan baik jika tidak didukung dan tidak adanya partisipasi dan kerjasama dari masyarakatnya. Permasalahan perdagangan anak tidak sepenuhnya urusan pemerintah tetapi juga banyak pihak yang ikut andil seperti masyarakat serta LSM yang menangani permasalahan anak. Intervensi sosial dapat diartikan sebagai cara untuk strategi pemberian bantuan kepada masyarakat. Intervensi sosial merupakan metode yang digunakan dalam praktik di lapangan pada bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial. Pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial adalah dua bidang yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan seseorang melalui upaya memfungsikan kembali fungsi sosialnya. Keberfungsian sosial menunjuk pada kondisi di mana seseorang dapat berperan sebagaimana seharusnya sesuai dengan harapan lingkungan dan peran yang dimilikinya.25 Pekerja sosial pada masalah ini sangat memiliki andil dalam penyelesaian masalah. Pekerja sosial selain menjadi profesi yang memahami mengenai intervensi, juga dapat menjadi educator dalam memberikan penyuluhan tentang perdagangan anak, dapat menjadi bagian dalam pembuatan ataupun perbaikan dalam Undang-Undang, serta kerjasama dengan pihak LSM yang menangani permasalahan anak. DAFTAR PUSTAKA Ikawati. 2007. Pengkajian Model Pemberdayaan Lembaga Perlindungan Anak Dalam Pelayanan Kesejahteraan Anak. Departemen Sosial RI, Yogyakarta. Mallon, Gerald P. dan Joan Morse. 2012. Modul Latihan Pekerjaan Sosial Berpusat pada Anak dan Keluarga. Perlindungan Anak Dan Perencanaan Permanensi. Save The Children, Jakarta Unicef. Memerangi Perdagangan Anak. Panduan Bagi Pembuat Undang-Undang Sumber Lain Tampubolon, Markus. 2012. Efektivitas Hukum Dalam Menanggulangi Permasalahan Perdagangan Anak Di Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/intervensi_sosial 25 http://id.wikipedia.org/wiki/intervensi_sosial 146