KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

TATA CARA PERENCANAAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERKOTAAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB III LANDASAN TEORI

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Persyaratan Teknis jalan

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TATA CARA PERENCANAAN PEMISAH NO. 014/T/BNKT/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 DATA DAN ANALISA

SURVEY TC (Traffic Counting) PEJALAN KAKI

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswanto (2006), Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

JALUR PEJALAN KAKI / PEDESTRIAN PADA JALAN UMUM

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97).

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER < < <

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya jaringan jalan diadakan karena adanya kebutuhan

Penempatan marka jalan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

Spesifikasi geometri teluk bus

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang

IDENTIFIKASI KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN BERKESELAMATAN

Agus Surandono 1,a*, Amri Faizal 2,b

1. Manajemen Pejalan Kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

TUGAS AKHIR STUDI KEBUTUHAN FASILITAS PENYEBERANGAN DI KOTA TANGERANG ( STUDI KASUS JL. JENDERAL SUDIRMAN DAN JL. MH. THAMRIN )

PRASARANA KOTA DI JALAN KOLONEL ATMO PALEMBANG

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 19/PRT/M/2011 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sementara (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1996).

BAB III METODA PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 03/PRT/M/2014 TANGGAL : 26 Februari 2014 PEDOMAN

KAJIAN TEKNIS PERENCANAAN KORIDOR JALAN PANDANARAN SEMARANG

Spesifikasi bukaan pemisah jalur

Perencanaan Geometrik Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ABSTRAK. Kata kunci: keselamatan pengguna jalan, kecepatan pengemudi kendaraan, ZoSS

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

Transkripsi:

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN Supriyanto Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam Kalau kita berjalan kaki di suatu kawasan atau daerah, kita mempunyai tempat untuk mengekspresikan diri ( yaitu : berjalan dengan nyaman ), itulah disebut, itulah yang disebut dengan Pedestrian street atau kawasan pejalan kaki / pedestrian. Pada dasarnya pedestrian street adalah suatu area yang diperuntukkan bagi pejalan kaki, diciptakan untuk memfasilitasi kegiatan mereka, dan kendaraan bermotor ( motor, mobil ) mempunyai tempat khusus, tidak menjadi satu dgn kawasan pedestrian. Pengolahan ruang publik dengan segala elemen pembingkainya sangat diperlukan, terutama dalam pengolahan street-nya melalui beberapa teknik, yaitu: Pedestrian Environment Pedestrian merupakan space yang disediakan untuk pejalan kaki untuk mengembalikan suasana nyaman bagi pengunjung. Keberadaan pedestrian dikiri- kanan jalan pada kawasan akan mengembalikan dan memperkuat image kawasan perencanaan sebagai kawasan perkantoran, sehingga perlu diciptakan suatu pedestrian environment yang nyaman dan artistik serta urban arsitektur yang koheren. Pedestrian Environment Lane way 1

Lane way Lane way merupakan pendekatan desain dimana jalur pergerakan dan pedestrian terakumulasi dalam sebuah jalan yang berperan sebagai pelataran, dengan tidak memiliki perbedaan ketinggian. Dari pendekatan tersebut diharapkan tercipta amenity publik yang nyaman. Street For People Jalan bertrap Street for People Mengembalikan fungsi jalan sebagai street as locus solus of communication and signification. Bukan sebagai road as chanel. Locus merupakan artefak individual yang ditentukan oleh ruang dan bentuk, di sini street dianggap sebagai tempat yang bermakna dan berkarakter untuk mengembalikan jalan di sepanjang kawasan perencanaan sebagai ruang publik. Jalan Bertrap Jalan bertrap di maksudkan untuk menciptakan dan memberikan bentuk estetika dan amenity baru pada kawasan perencanaan terutama pada kawasan yang berkontur/ perbukitan (menyesuaikan kondisi alam). Pengembangan ini merupakan salah satu teknik yang dapat memberikan image kawasan sebagai tetenger/ landmark. 1. KONSEP STREET FURNITURE 2

Konsep street furniture yang dapat diterapkan pada kawasan disesuaikan dengan: Langgam arsitektur kawasan Fungsi Komposisi dengan bangunan dan lingkungan keseluruhan Perencanaan street furniture pada kawasan meliputi elemen-elemen sebagai berikut: Papan peta dan informasi (signage) Papan peta dan informasi berfungsi untuk memberikan pertandaan dan aksessibilitas menuju kawasan perencanaan. Memberi kemudahan bagi pengunjung untuk menuju dan memasuki kawasan perencanaan. Shelter signage sketsa ilustrasi sebagai peneduh Shelter merupakan simpul pemberhentian pejalan kaki pada jalur pedestrian suatu kawasan, mempunyai atap untuk perlindungan dari kondisi iklim yang ekstrim (panas dan hujan) Tempat sampah Kenyamanan, ketertiban dan keindahan lingkungan dapat dirasakan apabila ditunjang dengan pengelolaan persampahan dengan baik, salah satunya dengan penyediaan sarana tempat sampah dibeberapa tempat. 3

4

2. PERENCANAAN PEDESTRIAN A. Definisi Terkait dengan Pedestrian 1. Fasilitas Pejalan Kaki adalah seluruh bangunan pelengkap yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan demi kelancaran, keamanan dan kenyamanan, serta keselamatan bagi pejalan kaki. 2. Jalur Pejalan Kaki adalah lintasan yang diperuntukkan untuk berjalan kaki, dapat berupa Trotoar, Penyeberangan Sebidang (penyeberangan zebra atau penyeberangan pelikan), dan Penyeberangan Tak Sebidang. 3. Trotoar adalah Jalur Pejalan Kaki yang terletak pada Daerah Milik Jalan yang diberi lapisan permukaaan dengan elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan. 4. Penyeberangan Zebra adalah fasilitas penyeberangan bagi pejalan kaki sebidang yang dilengkapi marka untuk memberi ketegasan/batas dalam melakukan lintasan. 5

5. Penyeberangan Pelikan adalah fasilitas untuk penyeberangan bagi pejalan kaki sebidang yang dilengkapi dengan marka dan lampu pengatur lau lintas. 6. Arus Pejalan Kaki adalah jumlah pejalan kaki yang melewati suatu penapang tertentu, yang biasanya dinyatakan dengan jumlah pejalan kaki per satuan waktu (pejalan/menit). 7. Lapak Tunggu adalah fasilitas untuk berhenti sementara pejalan kaki dalam melakukan penyeberangan. Penyeberangan dapat berhenti sementara sambil menunggu kesempatan melakukan penyeberangan berikutnya. Fasilitas tersebut diletakkan pada median jalan. B. Ketentuan Pedestrian Kota 1. Ketentuan Umum Jalur Pejalan Kaki dan perlengkapannya harus direncanakan sesuai ketentuan. Ketentuan secara umum adalah sebagai berikut: Pada hakekatnya pejalan kaki untuk mencapai tujuannya ingin menggunakan lintasan sedekat mungkin, dengan nyaman, lancar dan aman dari gangguan. 6

Adanya kontinuitas Jalur Pejalan Kaki, yang menghubungkan antara tempat asal ke tempat tujuan, dan begitu juga sebaliknya. Jalur Pejalan Kaki harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitasnya seperti: ramburambu, penerangan, marka, dan perlengkapan jalan lainnya, sehingga pejalan kaki lebih mendapat kepastian dalam berjalan, terutama bagi pejalan kaki penyandang cacat. Fasilitas Pejalan Kaki tidak dikaitkan dengan fungsi jalan. Jalur Pejalan Kaki harus diperkeras dan dibuat sedemikian rupa sehingga apabila hujan permukaannya tidak licin, tidak terjadi genangan air, serta disarankan untuk dilengkapi dengan peneduh. Untuk menjaga kesalamatan dan keleluasaan pejalan kaki, sebaiknya dipisahkan secara fisik dari jalur lalu lintas kendaraan. Pertemuan antara jenis Jalur Pejalan Kaki yang menjadi satu kesatuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki 2. Fasilitas Pejalan Kaki 1) Jalur Pejalan Kaki terdiri atas: a) Trotoar b) Penyeberangan Sebidang Penyeberangan Zebra Penyeberangan Pelikan. c) Penyeberangan Tak Sebidang Jembatan penyeberangan Terowongan. 2) Lapak tunggu 3) Lampu penerangan 4) Rambu 5) Pagar pembatas 7

6) Marka jalan. 7) Pelindung/Peneduh 3. Kriteria Fasilitas Fasilitas Pejalan Kaki dapat dipasang dengan kriteria sebagai berikut: 1) Jalur Pejalan Kaki a. Pada tempat-tempat dimana pejalan kaki keberadaannya sudah menimbulkan konflik dengan lalu lintas kendaraan atau mengganggu peruntukan lain, seperti taman, dan lainlain. b. Pada lokasi yang dapat memberikan manfaat baik dari segi keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kelancaran. c. Jika berpotongan dengan jalur lalu lintas kendaraan harus dilengkapi rambu dan marka atau lampu yang menyatakan peringatan/petunjuk bagi pengguna jalan. d. Koridor Jalur Pejalan Kaki (selain terowongan) mempunyai jarak pandang yang bebas ke semua arah. e. Dalam merencanakan lebar lajur dan spesifikasi teknik harus memperhatikan peruntukan bagi penyandang cacat. 2) Lapak Tunggu a. Disediakan pada median jalan. b. Disediakan pada pergantian roda, yaitu dari pejalan kaki ke roda kendaraan umum. 8

3) Lampu Penerangan a. Ditempatkan pada jalur penyeberangan jalan. b. Pemasangan bersifat tetap dan bernilai struktur. c. Cahaya lampu cukup terang sehingga apabila pejalan kaki melakukan penyeberangan bisa terlihat pengguna jalan baik di waktu gelap/malan hari. d. Cahaya lampu tidak membuat silau pengguna jalan lalu lintas kendaraan. 4) Perambuan a. Penempatan dan dimensi rambu sesuai dengan spesifikasi rambu b. Jenis rambu sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan keadaan medan. 5) Pagar Pembatas a. Apabila volume pejalan kaki di satu sisi jalan sudah > 450 orang/jam/lebar fektif (dalam meter) 9

500 kendaraan/jam. c. Apabila volume kendaraan sudah > d. Kecepatan kendaraan > 40 km/janl. e. Kecenderungan pejalan kaki tidak meggunakan fasilitas penyeberangan. f. Bahan pagar bisa terbuat dari konstruksi bangunan atau tanaman. 6) Marka a. Marka hanya ditempatkan pada Jalur Pejalan Kaki penyeberangan sebidang. b. Keberadaan marka mudah terlihat dengan jelas oleh pengguna jalan baik di siang hari maupun malam hari. c. Pemasangan marka harus bersifat tetap dan tidak berdampak licin bagi penguna jalan. 7) Peneduh / Pelindung Jenis peneduh disesuaikan dengun jenis Jalur Pejalan Kaki, dapat berupa: Pohon pelindung, atap (mengikuti pedoman teknik lansekap) Atap dll. C. Aspek Lokasi 10

Lokasi Jalur Pejalan Kaki dan fasilitasnya dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Trotoar 1) Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA). Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan jalan, akan tempat Trotoar dapat tidak sejajar dengan jalan bila keadaan topografi atau keadaan setempat yang tidak memungkinkan. 2) Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase terbuka atau di atas saluran drainase yang telah ditutup. 3) Trotoar pada tempat pemberhentian bus harus ditempatkan secara berdampingan/ sejajar dengan jalur bus. 2. Penyeberangan Sebidang 1) Penyeberangan Zebra Bisa dipasang di kaki persimpangan tanpa apil atau di ruas/link. Apabila persimpangan diatur dengan lampu pengatur lalu lintas, hendaknya pemberian waktu penyeberangan menjadi satu kesatuan dengan lampu pengatur lalu lintas persimpangan. Apabila persimpangan tidak diatur dengn lampu pengatur lalu lintas, maka kriteria batas kecepatan adalah < 40 km/jam. 2) Penyeberangan Pelikan Dipasang pada ruas/link jalan, minimal 300 meter dari persimpangan. Pada jalan dengan kecepatan operasional rata-rata lalu lintas kendaraan > 40 km/jam. 3. Penyeberangan Tak Sebidang 1) Jembatan Bila jenis jalur penyeberangan dengan menggunakan zebra atau pelikan sudah mengganggu lalu lintas kendaraan yang ada. Pada ruas jalan dimana frekwensi terjadinya kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki cukup tinggi. 11

Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki yang cukup. 2) Terowongan Bila jenis jalur penyeberangan dengan menggunakan jembatan tidak memungkinkan untuk diadakan. Bila lokasi lahan atau medan memungkinkan untuk dibangun terowongan D. Kriteria Desain Kriteria desain yang dibahas secara teknik hanya untuk Jalur Pejalan Kaki, sedangkan kelengkapannya dibahas di lain tempat. 1. Jalur Pejalan Kaki a. Lebar efektif minimum ruang pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang adalah 60 cm ditambah 15 cm untuk bergoyang tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 orang pejalan kaki berpapasan tanpa terjadi berpapasan menjadi 150 cm. b. Dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum Jalur Pejalan Kaki (W) dipakai rumus sebagai berikut: Keterangan: P = volume pejalan kaki (orang/menit/ meter) W = lebar Jalur Pejalan Kaki. c. Lebar Jalur Pejalan Kaki harus ditambah, bila pada jalur tersebut terdapat perlengkapan jalan (road furniture) seperti patok rambu lalu lintas, kotak surat, pohon peneduh atau fasilitas umum lainnya. d. Penambahan lebar Jalur Pejalan Kaki apabila dilengkapi fasilitas dapat dilihat seperti pada Tabel di bawah ini. Tabel Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki 12

e. Jalur Pejalan Kaki harus diperkeras dan apabila mempunyai perbedaan tinggi dengan sekitarnya harus diberi pembatas yang dapat berupa kerb atau batas penghalang. f. Perkerasan dapat dibuat dari blok beton, perkerasan aspal atau plesteran. g. Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan melintang 2-3 % supaya tidak terjadi genangan air. Kemiringan memanjang disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan, yaitu maksimum 7%. 2. Jenis Jalur Pejalan Kaki 1) Trotoar (1) Geometrik Trotoar harus mengikuti pedoman teknik tentang spesifikasi Trotoar. (2) Tinggi ruang bebas tidak kurang dari 2,2 meter dan kedalaman bebas tidak kurang dari 1 meter, yang diukur dari permukaan trotoar, kebebasan samping tidak kurang dari 0,3 meter. (3) Pemasangan utilitas harus mempertahankan ruang bebas Trotoar. 2) Penyeberangan Sebidang a) Geometrik penyeberangan jalan harus mengikuti spesifikasi teknik penyeberangan jalan dan manual geometri perkotaan. b) Jalur penyeberangan sebidang pejalan kaki yang merupakan terusan dari jalur Trotoar, maka dimensi lebar jalur minimal dibuat sama dengan dimensi lebar jalur Trotoar. c) Dasar penentuan jenis-jenis fasilitas penyeberangan adalah seperti tertera pada Tabel berikut Tabel Jenis Fasilitas Penyeberangan Berdasarkan PV 2 13

Keterangan : P = Arus lalu lintas pcnyebcrangan pejalan kaki sepanjang 100 meter, dinyatakan dengan orang/jam; V = Arus lalu lintas kendaraan dua arah per jam, dinyatakan kendaraan/jam Catatan : Arus penyeberangan jalan dan arus lalu lintas adalah rata-rata arus lalu lintas pada jam-jam sibuk. d) Lokasi penyeberangan harus terlihat oleh pengendara kendaraan, minimal memenuhi jarak pandangan henti. e) Ditempatkan tegak lurus terhadap sumbu jalan. 3) Penyeberangan Tak Sebidang a. Jembatan Penyeberangan Konstruksi harus mengikuti spesifikasi, teknik jembatan penyeberangan. Ruang bebas jalur lalu lintas kendaraan tidak kurang dari 2,5 meter. b. Terowongan Konstruksi harus mengikuti spesifikasi teknik terowongan. Dilengkapi dengan penerangan. E. Prosedur Perencanaan 1. Umum Dalam perencanaan Jalur Pejalan Kaki yang perlu diperhatikan adalah kondisi medan, dan kebutuhan bagi pengguna fasilitas prasarana Jalur Pejalan Kaki seperti: umur, asal dan tujuan, penyandang cacat, dll. 2. Teknik 1) Pengumpulan Data 14

Pengumpulan data harus dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut: Volume lalu lintas kendaraan (kendaraan/jam). Kecepatan lalu lintas kendaraan (km/jam). Volume lalu lintas pejalan kaki dalam satu lintasan (orang/jam). Volume lalu lintas penyeberangan 2 arah sepanjang 100 meter (orang/jam). Data geometrik jalan seperti, lebar lintasan lalu lintas kendaraan, lebar hahu, lebar median, dan kemiringan, bahwa data tersebut diilustrasikan dalam bentuk denah. 2) Perencanaan a. Trotoar Tentukan besarnya arus pejalan kaki dalam orang/menit/meter dalam satu lintasan, satu seksi yang mewakili ruas jalan. Dengan menggunakan rumus dimensi lebar Jalur Pejalan Kaki, tetapkan lebar Jalur Pejalan Kaki dalam meter. Kalau ada fasilitas pelengkap, tetapkan penambahan lebar Jalur Pejalan Kaki. b. Penyeberangan Sebidang Tentukan besarnya arus lalu lintas penyeberangan jalan (P) dalam orang/jam. Tentukan volume lalu lintas kendaraan (V) dalam kendaraan/jam. Hitung besarnya nilai PV2. Dengan nilai PV2, Tetapkan jenis fasilitas penyeberangan jalan dari Tabel Jenis Fasilitas Penyeberangan. c. Penyeberangan Tak Sebidang Tentukan besarnya arus lalu lintas penyeberangan jalan (P) dalam orang/jam. Tentukan volume lalu lintas kendaraan (V) dalam kendaraan/jam. Hitung besarnya nilai PV2. Dengan nilai PV2, Tetapkan jenis fasilitas penyeberangan pejalan kaki dari Tabel Jenis Fasilitas Penyeberangan. 15

d. Ikuti ketentuan-ketentuan sesuai menurut jenis Fasilitas Pejalan Kaki yang direncanakan. 16