MENERAPKAN PRINSIP KESEJAHTERAAN HEWAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN DI RUMAH POTONG HEWAN Oleh. drh. Aryani Widyawati

MENETAPKAN KESIAPAN HEWAN UNTUK DISEMBELIH

MEMERIKSA KELAYAKAN PROSES PENYEMBELIHAN

MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK HEWAN

MENGKOORDINASIKAN PEKERJAAN

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI

MENETAPKAN STATUS KEMATIAN HEWAN

MENERAPKAN TEKNIK PENYEMBELIHAN HEWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, karena daging merupakan sumber protein

MENERAPKAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. hewan (Animal Welfare) menjadi hal yang sangat penting karena tidak saja

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging

TINJAUAN ASPEK KESEJAHTERAAN HEWAN PADA SAPI YANG DIPOTONG DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KOTAMADYA BANDA ACEH

Tempat Penampungan Sementara Hewan Kurban

PENILAIAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEJAHTERAAN HEWAN PETUGAS DAN PELAKSANA PEMOTONGAN DI RUMAH POTONG HEWAN KOTA SALATIGA RIAN ADHIWIARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Mambal Kabupaten Badung

MENYIAPKAN PERALATAN PENYEMBELIHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

Standar Kerja dan Perencanaan Kualitas Potongan Daging Sapi dari RPH Sampai Display Pasar Tradisional

Penilaian Penerapan Animal Welfare pada Proses Pemotongan Sapi di Rumah Pemotongan Hewan Mambal Kabupaten Badung

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN KURBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 501

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. ventilasi tidak memadai, suhu dan kelembaban ekstrem serta kecepatan angin

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

KURBAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 141 TAHUN 2009 TENTANG

SOSIALISASI ZOONOSIS DAN KESEJAHTERAAN HEWAN (KESRAWAN)

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun. Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik D.I

HUBUNGAN STRES DAN BIOKIMIA NUTRISI PADA TERNAK OLEH : NOVI MAYASARI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAD PADJADJARAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERAWATAN HEWAN DAN ANIMAL WELFARE

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang)

TEMPAT PENJUALAN HEWAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masing-masing berlokasi di Denpasar dan Tabanan, Tempat Pemotongan Ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

DAGING. Theresia Puspita Titis Sari Kusuma. There - 1

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMOTONGAN HEWAN DAN PENANGANAN DAGING

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

METODE PENELITIAN. Karakteristik Pemilik Kennel Umur Pendidikan formal Pelatihan Pengalaman usaha Skala usaha. Praktik Pemilik Kennel

DAGING. Pengertian daging

b. Sapi/kerbau: Berumur di atas 2 (dua) tahun ditandai dengan tumbuhnya sepasang gigi tetap. (Lihat Gambar 1b).

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG

Prosedur standar operasional untuk kesejahteraan ternak

Prosedur Operasional Standard Pemotongan Hewan di RPH

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

PENDAHULUAN. suatu usaha peternakan Domba Priangan sehingga penyebaran dari suatu daerah

03 PEMBAHASAN PERSOALAN DESAIN

RINGKASAN. Kata kunci : Desinfektan, total bakteri, ph susu. vii

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015

PENDAHULUAN. (KPBS) Pangalengan. Jumlah anggota koperasi per januari 2015 sebanyak 3.420

Analisa Mikroorganisme

PERUBAHAN NILAI ph POSTMORTEM DAGING SAPI YANG DIPOTONG DENGAN MENGGUNAKAN RESTRAINING BOX ROHIMAN ALIYANA HERMANSYAH

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

KUALITAS FISIK DAGING SAPI DARI TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN DI BANDAR LAMPUNG. Physical Quality of Beef from Slaughterhouses in Bandar Lampung

Badan Standardisasi Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

Transkripsi:

BAHAN AJAR PELATIHAN JURU SEMBELIH HALAL KODE UNIT KOMPETENSI : A. 016200.007.01 MENERAPKAN PRINSIP KESEJAHTERAAN HEWAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1

DAFTAR ISI I II III IV V VI VII VIII IX JUDUL KOMPETENSI DASAR IDIKATOR KOMPETENSI LANGKAH KEGIATAN GAMBAR Teori Fungsioal A. Perilaku alami hewan B. Definisi kesejahteraan hewan C. Penanganan hewan di RPH terkait penerapan kesrawan ALAT DAN BAHAN ASPEK YANG DINILAI KEAMANAN KERJA DAFTAR PUSTAKA LEMBAR EVALUASI KUNCI JAWABAN TIM PENYUSUN Halaman 2

I. JUDUL : MENERAPKAN PRINSIP KESEJAHTERAAN HEWAN II. KOMPETENSI DASAR : Setelah selesai mengikuti proses berlatih, peserta diharapkan mampu memahami penerapan prinsip kesejahteraan hewan dengan benar. III. INDIKATOR KOMPETENSI Setelah selesai mengikuti proses berlatih, peserta mampu: a. menjelaskan prinsip kesejahteraan hewan. b. mengidentifikasi kondisi fisik dan perilaku hewan sesuai dengan jenis hewan. c. melakukan tata cara pemeriksaan hewan sesuai dengan prinsip kesejahteraan hewan. d. mengidentifikasi kondisi sarana dan prasarana diidentifikasi dengan syarat yang ditentukan. e. memeriksa kesesuaian tata lingkungan sesuai dengan jenis hewan. IV. LANGKAH KEGIATAN No URUTAN URAIAN 1. 3. 4. Menyiapkan alat dan bahan Mengidentifikasi kondisi fisik dan perilaku hewan sesuai dengan jenis hewan. Melakukan pemeriksaan hewan sesuai dengan prinsip kesejahteraan hewan Siapkan alat restrain dan alat pelindung diri : tali rami, sepatu boot, apron dan hairnet Identifikasi kondisi fisik dan perilaku hewan melalui : - performans hewan - perilaku hewan Lakukan pemeriksaan hewan : - dengan tidak menyakiti hewan saat restrain 3

-hewan dengan tidak menyakiti hewan saat perobohan No URUTAN URAIAN 5. Melakukan identifikasi kondisi Identifikasi kondisi sarana sarana dan prasarana prasarana : dengan syarat yang ditentukan. - pisau : ketajaman, ukuran, bentuk - alat pengasah : jenis, bahan - restraining box - ruang penyembelihan 6. Melakukan pemeriksaan kesesuaian tata lingkungan dengan jenis hewan. Periksa kesesuaian tata lingkungan di RPH dengan jenis hewan - indentifikasi benda-benda yang berpotensi mencederai hewan - pastikan alat berfungsi dengan baik V. GAMBAR 4

Berbagai ekspresi wajah sapi Berbagai ekspresi ekor sapi X X Lantai ruang penyembelihan licin dan tidak rata Hewan lama di restrain 5

X Hewan masih melihat proses penyembelihan Pisau penyembelihan pendek X VI. TEORI FUNGSIONAL Perilaku alami hewan Sapi merupakan mahluk sosial ditandai dengan hidup berkelompok sehingga tidak boleh ditinggal sendirian, karena akan stres. Secara kodrati sulit untuk direbahkan sehingga proses perobahan harus hati-hati (titik berat tubuh). Sapi boleh masuk ke ruang penyembelihan apabila proses penyembelihan telah siap dilakukan. Sapi yang agresif/temperamen harus ditenangkan, sehingga penyembelihan harus ditunda terlebih dahulu Definis kesejahteraan hewan Kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Kesejahteraan hewan merupakan bentuk kepedulian dan perlakuan manusia pada masing-masing hewan, dalam meningkatkan kualitas hidup hewan secara individual. Sasaran kesejahteraanhewan adalah semua hewan yang berinteraksi dengan manusia dimana intervensi manusia sangat mempengaruhi kelangsungan hidup hewan, bukan yang hidup di alam. Dalam hal ini adalah hewan liar dalam 6

kurungan (lembaga konservasi, entertainment, laboratorium), hewan ternak dan hewan potong (ternak besar/kecil), hewan kerja dan hewan kesayangan. Pada prinsipnya kesejahteraan hewan adalah tanggung jawab manusia selaku pemilik atau pengelola hewan untuk memastikan hewan memenuhi lima azas kesejahteraan hewan. 1. Bebas dari rasa lapar dan haus Kesediaan pakan dan air minum bagi hewan di RPH harus terjamin. Bagi hewan yang berada di kandang isolasi, penyediaan pakan yang baik bukan hanya bertujuan memenuhi kebutuhan nutrisi hewan, namun untuk mengembalikan kondisifisiologis hewan yang terganggu atau menurun akibat stres perjalanan (akibat perlakuan transportasi yang kurang baik). 2. Bebas dari rasa sakit dan tidak nyaman Rumah Potong Hewan harus mampu menyediakan kandang yang berfungsi sebagai tempat tinggal sementara yang nyaman dan mampu melindungi hewan dari gangguan yang dapat menyebabkan stres fisik maupun psikis. Bebas dari ketidak nyamanan diantaranya bebas dari cuaca panas, hujan, dan bebas bergerak dalam suatu wlayah. Oleh karena itu kandang isolasi di RPH harus memiliki luas yang cukup, perlindungan dari cuaca panas dan dingin serta struktur yang meminimalisasi trauma fisik pada hewan. Selain itu lokasi penyembelihan harus diberi jarak yang cukup dan terpisah darikandang penampungan sementara. 3. Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit Menjaga kesehatan hewan bukan semata-mata mengupayakan kesehateraan hewan saja, namun ikutberpartisipasi dalam menjaga kesehatan masyarakat melalui penyediaan daging yang aman, sehat, utuh dan halal. Menjaga hewan bebas dari rasa sakit dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan yang baik selama penanganan di RPH. Upaya yang dapat dilakukan diataranya pemeliharaan, penggiringan dan penyembelihan yang baik. 4. Bebas mengekspresikan perilaku normal 7

Rumah Potong Hewan harus didesain dengan fasilitas yang mendukung perilaku alamaih hewan. Proses yang memerlukan waktu cukup lama seperti pemeliharaan dan penggiringan dibuat sealamiah mungkin. Penggiringan hewan dapat dilakukan tanpa menimbulkan stres yang tidak perlu dengan cara memanfaatkan flight zone dan point of balance pada hewan. 5. Bebas dari rasa stress dan tertekan. Daging yang berasa; dari hewan yang mengalami stres akan berpengaruh pada ph sehingga berpotensi mengalami DFD (dark, firm, dry) dan PSE (pale, sot, dan exudative). Hewan yang mengalami stres juga berakibat pada menurunnya imunats dan dapat mudah terserang penyakit. Hewan lebih peka terhadap suara daripada manusia sehingga fasilitas yang berada di RPH sebisa mungkin diatur untuk mengurangi gangguan pendengaran. Rasa takut dapat dihindarkan dengan menjauhkan hewan darisuara-suara bisik. Kelima faktor dari 5 kebebasan saling berkait dan akan berpengaruh pada semua faktor apabila salah satu tidak terpenuhi atau terganggu. Berdasarkan uraian diatas maka gangguan pada kesejahteraan hewan dapat diamati berdasarkan 3 indikator yaitu: Indikator fisiologi dan psikologi, indikator immun dan produksi serta indikator perilaku. Perubahan yang terjadi pada hewan dapat diamati berdasarkan perubahan pada fisik, mental maupun perilaku. Kondisi kesejahteraan yang buruk yang berkelanjutan akan memicu timbulnya penyakit sebagai bentuk nyata dari gangguan kesejahteraan hewan. Yang mana efek penyakit pada kesejahteraan satwa adalah penderitaan panjang pada hewan. Pengabaian kesejahteraan hewan pada hewan ternak dan hewan potong akan menimbulkan ketakutan, distress dan rasa sakit. Keadaan ini dapat terjadi selama proses penyembelihan, pengangkutan dan pemasaran karena keterbatasan hewan dalam membangun group sosial juga karena persediaan pakan dan minum yang buruk. Efek stress pada hewan sebelum dipotong akan berdampak buruk pada kualitas karkas yang disebut Dark Firm Dry (DFD). 8

Dark Firm Dry (DFD) terjadi akibat dari stress pre-slaughter sehingga mengosongkan persediaan glycogen pada otot. Keadaan ini menyebabkan kadar Asam laktat pada otot berkurang dan meningkatkan ph daging melebihi dari normal. Pada kondisi seperti ini maka proses post mortem tidak berjalan sempurna terlihat pada warna daging terlihat lebih gelap, kaku dan kering yang mana secara umum lebih alot dan tidak enak. ph daging yang tinggi akan mengakibatkan daging lebih sensitif terhadap tumbuhnya bakteri. DFD beef adalah indikator dari stress, luka, penyakit atau kelelahan pada hewan sebelum disembelih. Hal lain yang juga penting yaitu perlakuan terhadap hewan itu sendiri. Perlakuan yang kasar pada hewan sebelum dipotong akan menyebabkan memar pada daging sehingga akan menurunkan kualitas dari pada karkas. Oleh karena itu untuk mengurangi penurunan kualitas karkas, stres lingkungan harus dihindari dan hewan harus diperlakukan dengan baik. Penanganan hewan di RPH terkait penerapan kesrawan Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan hewan di RPH adalah: 1. Penyediaan kandang untuk hewan selama berada di RPH harus menunjang kesejahteraan hewan. Kandang yang digunakan sebagai tempat penampungan harus bersih untuk menghindari kontaminasi oleh agen penyakit. Kandang penampungan juga harus mampu menghindarkan hewan dari gangguan di lingkungan sekitar kandang, memiliki luas yang cukup sehingga bisa digunakan untuk hewan beristirahat dan lingkungan yang nyaman (cukup ventilasi, udara bersih dan lantai yang tidak licin). 2. Manajemen pakan, minum dan pemeriksaan kondisi kesehatan hewan. Hewan diberi pakan dan minum sesuai kebutuhan dan juga pemeriksaan kondisi kesehatan hewan untuk mengetahui kondisi fisiologis yang disertai dengan penimbangan bobot badan hewan. Pemeriksaan kesehatan harus dilakukan oleh dokter hewan selama berada di tempat penampungan. 9

3. Desain fasilitas penampungan hewan seperti kandang dan lorong (gangway) yang aman (lantai yang tidak licin dan dinding yang cukup tinggi), bersih dan pengkondisian lingkungan sehingga hewan tidak stres (mengurangi keributan dan cahaya yang menyilaukan). VI. Alat dan bahan Alat : Alat restrain Alat pelindung diri VII. ALAT DAN BAHAN Peralatan : alat restrain, alat pelindung diri Bahan : sapi VIII. ASPEK YANG DINILAI - Kecermatan mengidentifikasi kondisi fisik dan perilaku hewan - Ketelitian memeriksa penerapan prinsip kesejahteraan hewan IX. ASPEK KEAMANAN KERJA Sarana dan prasarana RPH yang tidak memenuhi syarat yang ditetapkan dapat mengakibatkan hewan tidak sejahtera X. DAFTAR PUSTAKA Anonimous.2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 95 tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan. Lukman DW, Latif H, Purnawarman T, Sanjaya AW, Soedjono RR, Sudarwanto M. 2009. Higiene Pangan. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bogor [OIE] Office des Epizootica. 2010. Slaughter of Animals. OIE Terrestrial Animal Health Code Chapter 7.5 10

TIM PENYUSUN 1. Drh. Dwi Windiana, MSi 2. Drh. Iskandar Muda, MSc 3. Drh. Reni Indarwati 4. Drh. Wisnu Wasisa Putra, MP 5. Drh. Supratikno, MSi 6. Drs. Asnawi 11