DAMPAK PROGRAM REKLAMASI BAGI EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN DI KOTA MANADO. Max Wagiu ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

Permasalahan pemanfaatan ruang terbangun di kawasan pesisir Kota Manado antara lain adanya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN NELAYAN DI DESA BUHIAS KECAMATAN SIAU TIMUR SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida (

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan panjang garis pantai km, memiliki potensi sumber daya pesisir dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Identifikasi Lokasi Prioritas Konservasi di Indonesia Berdasarkan Konektivitas Darat-Laut

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

MOTIVATION LEVEL FISHERMEN DUANO TO FISHING ENTERPRISE TANJUNG PASIR VILLAGE OF RIAU PROVINCE. Abstract I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

PANDUAN PENCEGAHAN BENCANA ABRASI PANTAI

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PENDAHULUAN Latar Belakang

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

BAB I PENDAHULUAN. berfokus pada aspek Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan. Hasil studi

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR PANTAI DAN PULAU-PULAU KECIL MELALUI PROGRAM AGROMARINE POLITAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

MANAGEMENT OF THE NATURAL RESOURCES OF SMALL ISLAND AROUND MALUKU PROVINCE

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KEL. MALALAYANG 1 TIMUR KEC. MALALAYANG KOTA MANADO

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena Desa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai km

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

ALIANSI SELAMATKAN PESISIR TOLAK ALOKASI RUANG REKLAMASI DALAM RANPERDA RTRW KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

Olivie Palit 1, Grace Tambani 2, dan Vonne Lumenta 2. perikanan ini dengan memperhatikan analisis finansial dalam sektor perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

BEKASI (6/8/2016)

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

rovinsi alam ngka 2011

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Vol. VII-1. April 2011 DAMPAK PROGRAM REKLAMASI BAGI EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN DI KOTA MANADO Max Wagiu Program Studi Agro Bisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNSRAT. Manado 95115. ABSTRACT This study focused on the economic and the social impacts of the reclamation program for the traditional fishermen who live along the coastal area of Manado City set the reclamation program, particularly Wenang Selatan, Titiwungen, and Bahu- Malalayang, using direct observation and guided interview techniques to selected respondent. The results found that in economic aspect, the local people gained higher income before reclamation than after it; in social aspect, the former fishermen had to alter their profession to the one they did not know or were sent outside the city, even far from social facilities, such as school, health services, etc. Keywords : Reclamation, fishermen, social, economic aspect. PENDAHULUAN Indonesia, sebagai negara kepulauan, secara tetap senantiasa dihadapkan pada problem abrasi pantai. Di pantai utara pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku dan pulau-pulau lain di Indonesia bagian Timur, abrasi pantai merupakan fenomena yang terus menerus terjadi. Selama ada angin yang memicu terjadinya ombak dan gelombang laut, pengikisan garis pantai akan terus menerus berlangsung tanpa henti. Beberapa upaya dilakukan untuk memperoleh kembali bagi pantai yang hilang, diantaranya dengan melakukan Menurut Peterson (2005), reklamasi diartikan sebagai upaya pengadaan lahan dengan cara mengeringkan rawa, daerah pasang surut dan sebagainya. Dalam tulisan ini, penulis mendefinisikan reklamasi sebagai kegiatan untuk memperoleh kembali tanah yang hilang akibat abrasi di daerah pesisir pantai. Abrasi adalah hilangnya sebagian daerah pesisir akibat terjangan gelombang laut yang menghancurkan tanah daratan di pesisir pantai. Ini merupakan proses alam yang mencari keseimbangan baru akibat kerusakan lingkungan kawasan pantai, antara laut dan daratan, yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti punahnya hutan mangrove dan rusaknya terumbu karang yang sebenarnya menjadi benteng bagi perlindungan garis pantai. Ada 3 tujuan dari program reklamasi adalah: a. Untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang akibat terjangan gelombang laut. b. Untuk memperoleh tanah baru di kawasan depan garis pantai untuk mandirikan bangunan yang akan difungsikan sebagai benteng perlindungan garis pantai. c. Untuk alasan ekonomis, pembangunan atau untuk mendirikan konstruksi bangunan dalam skala lebih besar. Tujuan ekonomisnya adalah untuk membangun pemukiman baru atau kompleks perdagangan seperti yang terjadi di kawasan Boulevard Manado. Bagi komunitas nelayan tradisional, ada 3 dampak dari reklamasi bagi kehidupan mereka, yakni: Dampak Fisik Dampak fisik terjadi karena adanya perubahan lingkungan. Berdirinya bangunan konstruksi di daerah pantai yang direklamasi, membawa perubahan arus laut, yang berakibat menjauhnya ikan yang tadinya berdiam dan mencari makanan di kawasan Akibat lebih jauh, komunitas nelayan tradisional yang biasanya mencari dan menangkap ikan di kawasan tersebut, 12 Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis

Vol. VII-1, April 2011 harus bertolak lebih jauh dalam usaha mencari dan menangkap ikan. Dampak Sosial Dampak sosial terjadi karena dengan berdirinya bangunan konstruksi di kawasan reklamasi, komunitas nelayan di daerah tersebut terpaksa pindah ke tempat lain, karena 2 alasan penting: - Mereka terpaksa menjual tanah tempat mereka bermukim karena tidak dapat lagi menjalankan profesinya seperti biasa dan juga karena tertarik dengan harga tanah yang meningkat. - Mereka tidak dapat berinteraksi dengan orang baru yang menempati kawasan reklamasi yang modern dan yang pasti ada jurang perbedaan yang dalam di antara masyarakat komunitas nelayan tradisional dengan para pendatang baru akibat orientasi sosial yang berbeda. Pindah ke pemukiman baru akan selalu membawa dampak bagi kehidupan sosial terutama anak-anak yang perlu membangun suatu kehidupan sosial yang baru dan masih asing bagi mereka. Belum lagi jika tidak tersedianya fasilitas pelayanan sosial di pemukiman yang baru, seperti sekolah, tempat ibadah, kesehatan, listrik, telepon dan berbagai hal yang diperlukan bagi kehidupan sosial yang minimal. Dampak Ekonomi Dampak ekonomi, terutama terjadi pada tingkat pendapatan keluarga. Perubahan daerah pemukiman, pasti tidak selalu menjamin kelangsungan profesinya sebagai nelayan karena mungkin kawasan pemukiman yang baru itu jauh dari pantai. Kalau hal ini terjadi, pasti sulit melangsungkan profesi nelayan dimana laut seakan sudah menjadi satu dengan kehidupan nelayan. Hal ini membawa kekacauan dalam kehidupan ekonomi keluarga, akibat bertempat tinggal di kawasan pemukiman yang kurang kondusif bagi kehidupan sebagai nelayan. Mengubah profesi tentu memerlukan waktu yang lama. Di kota ini, sebagai kota yang kondisi geografinya terletak di tepi pantai, banyak nelayan tradisional yang sehari-hari menggantungkan hidup dari pantai dan laut. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh program reklamasi di kota Manado telah mempengaruhi kehidupan ekonomi keluarga nelayan yang berdiam di sekitar kawasan METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada 3 kelurahan di pantai kota Manado, yaitu Wenang Selatan, Titiwungen dan Bahu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif berdasarkan pendekatan studi kasus. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan para nelayan yang dijadikan sampel melalui kuisioner dengan opsi jawaban menggunakan teknik skala interval (Sudjana, 1974). Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi dan berbagai referensi yang berkaitan dengan topik penelitian. Dari 153 keluarga nelayan di kota Manado, telah dipilih secara acak 20 keluarga dari 35 keluarga nelayan di Kelurahan Bahu, 20 keluarga dari 63 keluarga di Kelurahan Wenang Selatan, dan 20 keluarga dari 55 keluarga di Kelurahan Titiwungen. Jumlah sampel adalah 60 keluarga nelayan atau 39,2% dari populasi keluarga nelayan di kota Manado. Data yang diperoleh, setelah ditabulasi dan dimasukkan ke dalam tabel-tabel kerja, dianalisis secara statistik dengan menggunakan perangkat lunak statistik SPSS 13.0. Sesuai dengan tujuan penelitian, yakni mengetahui dampak reklamasi terhadap kehidupan ekonomi keluarga nelayan di bidang pendapatan, maka 3 buah hipotesa diuji dengan menggunakan uji statistik pada taraf nyata 5%. Ketiga hipotesa itu adalah: 1. Program reklamasi tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat pendapatan nelayan. 2. Secara rata-rata, produksi hasil tangkapan ikan oleh nelayan tidak berbeda secara signifikan antara waktu sebelum dan sesudah 3. Terdapat korelasi antara tingkat pendidikan dengan tingkat pendapatan nelayan di kawasan 13 Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis

Dampak Program Reklamasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum nelayan di kawasan reklamasi Luas kawasan yang direklamasi adalah 48 ha yang dilakukan oleh 4 pengembang, yaitu PT. Megasurya Nusa Lestari (15 ha), PT. MultiCipta Perkasa Nusantara (24 ha), PT. Bahu Cipta Persada (7,5 ha) dan PT. Papetra Perkasa Utama (1,5 ha). Di wilayah reklamasi tersebut, bermukim sejumlah nelayan tradisional dengan alat tangkap yang sederhana seperti pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Jumlah nelayan dan jenis alat tangkap di kota Manado Peneltian yang difokuskan pada dampak sosial ekonomi reklamasi terhadap masyarakat nelayan tradisional ini yang berjumlah 153 KK, dengan menguji 3 hipotesa yang telah dilakukan di atas, ternyata: 1. Reklamasi pantai Manado berpengaruh secara nyata pada tingkat pendapatan nelayan, di ketiga kelurahan sebagai populasi penelitian (t hit >t tab ). 2. Terdapat perbedaan nyata dalam jumlah rata-rata jumlah hasil tangkapan ikan di ketiga kelurahan yang menjadi penelitian (t hit >t tab ) bagi nelayan yang menggunakan alat tangkap soma dampar sebelum dan sesudah reklamsi, tapi sebaliknya tidak terdapat perbedaan yang nyata (t hit >t tab ) dari rata-rata tangkapan ikan menggunakan soma landra sebelum dan sesudah 3. Analisis korelasi tiap jenis alat tangkap dengan hasil tangkapan ternyata hanya alat tangkap soma dampar yang berkorelasi secara kuat (π=0,70) terhadap pendapatan nelayan, sedangkan alat tangkap pancing noru tidak cukup kuat (π=0,37) dan terhadap alat pancing soma landra tidak terdeteksi. Hasil analisis ini, menandakan bahwa hanya alat tangkap soma dampar (pukat pantai) yang secara positif memberi hasil tangkapan yang berpengaruh positif dan efektif bagi kehidupan nelayan di ketiga kelurahan yang menjadi populasi penelitian sedangkan alat pancing noru (pancing ulur) dan soma landra (jaring insang) tidak cukup efektif. Penggunaan alat tangkap soma landra tidak cukup efektif dalam menunjang produksi hasil tangkapan ikan karena penggunaan jaring ini sebelum dan sesudah reklamasi terjadi penurunan dari 9 unit menjadi 4 unit. Begitu pula hasil tangkapannya menurun, dari 39.740 kg menjadi 24.000 kg. Hasil tangkapan nelayan yang menggunakan alat tangkap soma dampar, menurun dari 44.528 Kg sebelum reklamasi menjadi 28.808 Kg sesudah reklamasi atau berkurang 34%. Hal ini dikarenakan berkurangnya kawasan pantai yang tadinya digunakan sebagai daerah tangkapan alat tangkap ini akibat program Selanjutnya penelitian ini mendapati penggunaan alat tangkap pancing noru, mengalami penurunan sebesar 17,5% dari 1.940 Kg sebelum reklamasi menjadi 1.600 Kg sesudah reklamasi namun analisis satistika tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dari kedua periode (t tab >t hit ). Menurunnya jumlah tangkapan pancing noru ini secara kuantitatif akibat: 1. Perubahan lingkungan kawasan garis pantai oleh reklamasi menyebabkan berubahnya habitat ikan di daerah tangkapan. 2. Ikan-ikan semakin menjauh dari daerah tangkapan nelayan. Akibat reklamasi, pendapatan nelayan mengalami penurunan yang sangat berarti dari Rp. 22.753.500 sebelum reklamasi menjadi Rp. 9.631.500 per nelayan per tahun sesudah Hal itu digambarkan pada Tabel 2. Penurunan tingkat pendapatan ini dikarenakan menurunnya hasil tangkapan akibat perubahan yang terjadi dihabitat dikawasan pantai Konsentrasi ikan semakin jauh ke arah laut dalam. Akibat reklamasi telah terjadi perubahan arus yang mempengaruhi iklim habitat ikan dimana tadinya terdapat terumbu karang tempat ikan bertelur dan mencari makan. Bagi nelayan yang hanya mengandalkan perahu tanpa motor dan alat tangkap pancing noru, soma landra dan soma dampar yang tergolong alat tangkap tradisio- 14

Vol. VII-1, April 2011 nal, reklamasi akan berpengaruh pada hasil tangkapan dan tingkat pendapatan. Tabel 2. Pendapatan nelayan tradisional di kota Manado sebelum dan sesudah reklamasi Pendapatan Nelayan Kelurahan per-tahun (Rp) Penurunan Sebelum Sesudah % Reklamasi Reklamasi Wenang 6.506.500 2.904.000 55,37 Selatan Titiwungen 8.943.000 3.283.500 63,28 Bahu- 7.304.000 3.444.000 52,85 Malalayang Jumlah 22.763.500 9.631.500 57,67 Rataan 7.584.500 3.210.500 Pengoperasian perahu tanpa motor dan penggunaan alat tangkap pancing noru, soma landra dan soma dampar oleh para nelayan kurang efektif bagi perolehan hasil tangkapan ikan, karena: 1. Konsentrasi ikan yang telah menjauh dari daerah tangkapan setelah reklamasi sulit dijangkau dan sulit dideteksi kebenarannya dengan penggunaan perahu tanpa motor dan alat tangkap tradisional berupa pancing noru, soma landra, dan soma dampar. 2. Kawasan pantai yang sebelum direklamasi menjadi pendaratan ikan, bagi pengguna soma dampar telah direklamasi menjadi daerah perdagangan sehingga tidak mungkin lagi digunakan. 3. Karena perubahan-perubahan pada poin 1 dan 2, motivasi para nelayan untuk melaut berkurang. Dampak sosial ekonomi yang terjadi sesudah reklamasi bagi keluarga nelayan tradisional: 1. Berkurangnya produksi tangkapan yang berimbas pada penurunan tingkat pendapatan menimbulkan turunnya kesejahteraan ekonomi dan sosial keluarga nelayan. Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga banyak nelayan yang harus beralih profesi menjadi buruh harian di proyek konstruksi tanpa keahlian di bidang konstruksi sehingga mereka berstatus sebagai pekerja lepas. 2. Ada keluarga nelayan yang terpaksa pindah ke tempat lain (umumnya di pinggir kota) yang minim sarana pelayanan sosial seperti sekolah untuk anak-anak, fasilitas kesehatan, fasilitas listrik dan yang terpenting mereka harus merubah komunikasi sosial di tempat yang baru, harus menjalani kehidupan sosial yang sama sekali berbeda dari yang dijalani di tempat bermukim semula. Akibatnya mereka dapat mengalami cultural shock akibat perubahan dalam kehidupan sosialnya. Ada keuntungan ekonomis dari program reklamasi, antara lain: 1. Terbukanya banyak lapangan kerja oleh adanya investasi. 2. Efek multiplier dari investasi akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat pada umumnya. 3. Meningkatkan pendapatan asli daerah. 4. Membuka perkembangan sektor pariwisata. Namun intangible public cost yang harus dibayar perlu diperhitungkan akibat dampak reklamasi bagi keluarga nelayan yang sudah bermukim di kawasan lingkungan KESIMPULAN Reklamasi yang dilakukan di kawasan pantai Manado membawa dampak sosial, fisik lingkungan, dampak ekonomi dan budaya bagi masyarakat nelayan tradisional di kota Manado, khususnya yang bermukim di Kelurahan Wenang Selatan, Titiwungen dan Bahu Malalayang. Di samping keuntungan ekonomis yang dapat dinikmati oleh masyarakat, juga ada social cost yang harus diperhitungkan dalam setiap kajian program. Reklamasi kawasan pantai di kota Manado telah mengakibatkan menurunnya tingkat pendapatan yang berdampak langsung pada kehidupan ekonomi sosial masyarakat nelayan. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 1974. How to Treatment the Beach Abration, Foreshore Protection, Australia. Nanapriatna dan Setiawan, R. 2005. Pengantar Statistika, Graha Ilmu. Petterson, Y.MA. 2005. Kamus Lengkap Inggris Indonesia, Karya Agung, Surabaya. Rangkuti, F. 2000. Bussiness plan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 15 Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis

Dampak Program Reklamasi Tampi, I. 2000. Dampak Reklamasi Pantai Manado Terhadap Pendapatan Masyarakat Nelayan di Kelurahan Wenang Selatan, Titiwungen, dan Bahu, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat, Manado, 2000 Teguh, W. 2004. Cara mudah melakukan analisis statistik dengan SPSS, Gaya Media, Salatiga. 16