LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2010

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2011

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2015

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup.

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PAREPAREIKOTA PAREPARE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA

Transkripsi:

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr.Wb. Dengan Rahmat Allah SWT "Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010" ini dapat disusun sesuai dengan Pedoman Penyusunan Status Lingkungan Hidup Provinsi yang diterbitkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta memuat informasi tentang, Tekanan terhadap Lingkungan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan serta Analisis Hasil Kebijaksanaan, yang dilaporkan dalam 2 (dua) bagian. Buku pertama memuat laporan dalam bentuk narasi dan buku kedua memuat data numerik secara rinci. Harapan Saya, semoga Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta ini dapat dijadikan acuan dalam penyusunan rencana pembangunan dan pengambilan keputusan, dalam rangka mewujudkan kota Jakarta yang nyaman untuk semua. Akhirnya, kepada Tim Penyusun dan semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu penyusunan laporan ini, saya ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr.Wb. Jakarta, Maret 2010 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, TTD FAUZI BOWO

KATA PENGANTAR Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan pada pokoknya tertuju pada peningkatan kesejahteraan, peningkatan SDM dan sekaligus memberikan jaminan kepentingan terhadap aspirasi generasi masa kini dan masa yang akan datang. Tujuan pembangunan berwawasan lingkungan dapat berhasil, apabila dalam memenuhi tuntutan rencana pembangunan memperhatikan perubahan kependudukan, peningkatan kebutuhan penduduk, peningkatan kegiatan sosial ekonomi yang dapat memberikan tekanan pada sumber daya alam. Untuk itu agar dapat tersusun rencana pembangunan berkelanjutan diperlukan informasi yang lengkap, akurat dan aktual dari berbagai aspek. Agar dapat menyusun rencana pembangunan dalam rangka implementasi konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan diperlukan Informasi yang akurat dan aktual yang terangkum dalam buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta yang penyusunannya didasarkan pada pedoman umum penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi yang diterbitkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Mengingat luas cakupan data dan informasi yang berkaitan dengan kualitas lingkungan hidup, maka disadari bahwa penyusunan buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta masih belum cukup sempurna. Untuk itu saran dan masukan dari semua pihak guna peningkatan kualitas buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta senantiasa kami harapkan. Kepada seluruh anggota Tim Penyusun serta pihak lain yang telah turut berpartisipasi menyusun dan mengembangkan kualitas buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah ini, saya ucapkan terima kasih. Semoga niat mulia kita semua dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup ini senantiasa mendapat petunjuk dan ridho Tuhan Yang Maha Esa. Jakarta, 24 Maret 2011 KEPALA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TTD Ir. PENI SUSANTI, Dipl. Est NIP 195507301980012001

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR GUBERNUR KDKI JAKARTA KATA PENGANTAR KEPALA BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GRAFIK... viii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi ABSTRAK... I BAB 1 PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah... 1 C. Metodologi Penyusunan... 2 1. Sumber Data... 2 2. Pendekatan Penyusunan... 2 D. Prosedur Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah... 3 1. Proses Kegiatan... 3 2. Pelaksanaan Kegiatan... 4 E. Sistematika Penyajian... 4 F. Isu-isu Utama Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta... 5 1. Sumber Daya dan Lingkungan Hidup... 5 2. Bidang Sarana dan Prasarana Kota... 5 3. Bidang Ekonomi... 5 4. Bidang Sosial Budaya... 6 5. Kependudukan dan Ketenagakerjaan... 6 G. Kebijakan Pembangunan Daerah Berkelanjutan Provinsi DKI Jakarta... 8 1. Visi dan Misi Pemerintah Provinsi dan BPLHD Provinsi DKI Jakarta... 8 2. Prioritas Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta... 9 3. Prioritas Pengalokasian APBD 2010... 13 BAB 2 KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA...14 A. Lahan dan Hutan... 14 1. Lahan... 14 2. Hutan... 17 i

B. Keanekaragaman Hayati... 42 1. Keanekaragaman Ekosistem... 42 2. Keanekaragaman Spesies... 43 C. Air... 51 1. Air Tanah... 54 2. Situ-situ (Waduk)... 68 3. Sungai... 108 D. Udara... 153 1. Kualitas Udara Ambien Metode Sesaat (manual)... 158 2. Dampak Kualitas Udara Ambien Terhadap Kesehatan Masyarakat... 162 E. Laut, Pesisir dan Pantai... 186 1. Kondisi Umum Hidro-Oseanografi di Wilayah Pantura... 187 2. Arti Penting Wilayah Pesisir Teluk Jakarta... 188 3. Gambaran Ancaman terhadap Wilayah Pesisir Teluk Jakarta... 189 4. Mangrove... 194 5. Perairan Teluk... 205 F. Iklim... 245 G. Bencana Alam... 252 BAB 3 TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN...258 A. Kependudukan... 258 1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk... 258 2. Sebaran dan Kepadatan Penduduk... 259 B. Permukiman... 278 1. Persebaran dan Kepadatan Penduduk... 280 2. Kepadatan Penduduk... 281 3. Sanitasi Lingkungan... 281 4. Akses Terhadap Infrastruktur Permukiman (Air Bersih, Listrik, dsb)... 286 5. Kemiskinan... 289 6. Kebakaran... 291 C. Kesehatan... 292 1. Status Kesehatan dan Gizi... 293 2. Upaya Perbaikan Kesehatan dan Gizi... 295 D. Pertanian... 297 E. Industri... 299 F. Pertambangan... 302 G. Energi... 304 ii

H. Transportasi... 307 I. Pariwisata... 317 1. Pengembangan Atraksi Pariwisata... 319 2. Pengembangan Tata Ruang Pariwisata... 320 J. Limbah B3... 321 BAB 4 UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN...351 A. Rehabilitas Lingkungan... 351 B. Amdal... 353 C. Penegakan Hukum... 362 D. Peran Serta Masyarakat... 364 E. Kelembagaan... 367 LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA iii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel : II.1 Tabel : II.2 Inventarisasi Sumberdaya Lahan Menurut Klasifikasi Penggunaan Lahan, 2010... 15 Jumlah Sumberdaya Hutan Menurut Fungsi dan Tipe Hutan di DKI Jakarta Tahun 2010... 19 Tabel : II.3 Lokasi Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta, 2010... 20 Tabel : II.4 Jenis Vegetasi di Kawasan Lindung Muara Angke, Angke Kapuk dan Kamal, Tahun 2010... 47 Tabel : II.5 Fauna yang dilindungi di suaka margasatwa Muara Angke, Tahun 2010... 49 Tabel : II.6 Neraca Sumberdaya Air : Air Permukaan Provinsi DKI Jakarta, 2009... 53 Tabel : II.7 Neraca Sumberdaya Air : Air Tanah Provinsi DKI Jakarta, 2009... 54 Tabel : II.8 Kondisi Pemukiman Pemantauan Kualitas Air Tanah di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2009... 59 Tabel : II.9 Jarak Sumur dengan Septik Tank di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2009... 59 Tabel : II.10 Kisaran Kualitas Fisik Air Tanah di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2009... 60 Tabel : II.11 Persentase Parameter Fisik Air Tanah Yang Melebihi Baku Mutu, Tahun 2009 61 Tabel : II.12 Kisaran Kadar Kimia Organik/Anorganik Air Tanah, 2009... 61 Tabel : II.13 Tabel : II.14 Tabel : II.15 Tabel : II.16 Tabel : II.17 Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Besi (Fe) Provinsi DKI Jakarta, 2009... 63 Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Mangan (Mn) Provinsi DKI Jakarta, 2009... 64 Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Detergent Provinsi DKI Jakarta, 2009... 64 Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Organik Provinsi DKI Jakarta, 2009... 65 Persentase Jumlah Sumur Tidak Memenuhi Baku Mutu Untuk Parameter Coliform Provinsi DKI Jakarta, 2009... 65 Tabel : II.18 Status Mutu (Indeks Pencemaran) Air Tanah Provinsi DKI Jakarta, 2009... 66 Tabel : II.19 Lokasi Pengambilan Sampel Situ/Waduk di DKI Jakarta Tahun 2010... 69 Tabel : II.20 Peralatan Sampling Air Situ/Waduk... 70 Tabel : II.21 Nilai Indeks Pencemar (IP) Air dan Kategorinya... 71 Tabel : II.22 Kondisi Umum Lokasi Pemantauan Situ Tahun 2010... 72 iv

Tabel : II.23 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Timur Tahun 2010... 81 Tabel : II.24 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Barat Tahun 2010... 81 Tabel : II.25 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Utara Tahun 2010... 82 Tabel : II.26 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010... 83 Tabel : II.27 Kualitas Fisik Situ di Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010... 83 Tabel : II.28 Kisaran Konsentrasi Mikrobiologi Situ/Waduk DKI Jakarta Tahun 2010... 101 Tabel : II.29 Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Tahun 2010... 109 Tabel : II.30 Peralatan Sampling Air Sungai... 111 Tabel : II.31 Nilai Indeks Pencemar (IP) Air Sungai dan Kategorinya... 111 Tabel : II.32 Klasifikasi Derajat Pencemaran Berdasarkan Shannon-Wiener... 112 Tabel : II.33 Rerata Kualitas Fisik Sungai Ciliwung Tahun 2010... 112 Tabel : II.34 Rerata Kualitas Biologi Sungai Ciliwung Tahun 2010... 115 Tabel : II.35 Rerata Kualitas Fisik DAS Cipinang Tahun 2010... 116 Tabel : II.36 Rerata Kualitas Biologi Sungai Cipinang Tahun 2010... 118 Tabel : II.37 Rerata Kualitas Fisik Sungai Mookervart Tahun 2010... 121 Tabel : II.38 Rerata Kualitas Fisik Sungai Sunter Tahun 2010... 126 Tabel : II.39 Rerata Kualitas Biologi DAS Sunter Tahun 2010... 129 Tabel : II.40 Jumlah Titik Pemantauan dan Status IP Sungai di DKI Jakarta Tahun 2010... 146 Tabel : II.41 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara Ambien DKI Jakarta dan Peruntukannya Tahun 2010... 156 Tabel : II.42 Metode Analisa Kualitas Udara... 157 Tabel : II.43 Kualitas Udara Ambien Parameter Debu (TSP) DKI Jakarta Tahun 2010... 158 Tabel : II.44 Kualitas Udara Ambien Parameter NO 2 DKI Jakarta Tahun 2010... 159 Tabel : II.45 Kualitas Udara Ambien Parameter SO 2 DKI Jakarta Tahun 2010... 160 Tabel : II.46 Kualitas Udara Ambien Parameter Pb DKI Jakarta Tahun 2010... 161 Tabel : II.47 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Kuningan, Jakarta Selatan (Peruntukan Perkantoran)... 166 Tabel : II.48 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Tebet, Jakarta Selatan (Peruntukan Pemukiman)... 167 Tabel : II.49 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Kawasan PT. JIEP, Jakarta Timur (Peruntukan Industri)... 168 Tabel : II.50 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Istiqlal, Jakarta Pusat (Peruntukan Niaga)... 169 v

Tabel : II.51 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara (Kawasan Rekreasi) 170 Tabel : II.52 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Cilincing, Jakarta Utara (Peruntukan Industri dan Pemukiman) 171 Tabel : II.53 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Lubang Buaya, Jakarta Timur (Peruntukan Pemukiman)... 172 Tabel : II.54 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Kahfi, Jakarta Selatan (Peruntukan Pemukiman)... 173 Tabel : II.55 Tingkat Kualitas Udara Ambien Lokasi Pantau : Kalideres, Jakarta Barat (Peruntukan Pemukiman)... 174 Tabel : II.56 Vegetasi Mangrove di Kawasan Pesisir Teluk Jakarta Bagian Barat... 195 Tabel : II.57 Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove... 196 Tabel : II.58 Tabel : II.59 Keberadaan Jenis Karang batu Pada beberapa Pulau di Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu... 201 Keberadaan Jenis Ikan Karang di Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu... 202 Tabel : II.60 Posisi koordinat stasiun di Teluk Jakarta... 206 Tabel : II.61 Jumlah Penduduk DKI Jakarta, 1961-2010... 259 Tabel : II.62 Persentase Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Administrasi Tahun 1971 2010... 260 Tabel : II.63 Rata-rata Anak Lahir Hidup per Perempuan menurut Kelompok Umur, 1990 2010... 265 Tabel : II.64 CDR, IMR dan Angka Harapan Hidup (e0)... 266 Tabel : II.65 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Menurut Jenis Kelamin di DKI Jakarta, 1980 2010... 267 Tabel : II.66 Migran Masuk Selama Hidup Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin... 270 Tabel : II.67 Tabel : II.68 Tabel : II.69 Kegiatan Utama Penduduk Usia 15-64 Tahun Menurut Jenis Kelamin Tahun 2000 dan 2010 (Ribu Orang)... 274 Partisipasi Angkatan Kerja Usia 15-64 Tahun Menurut Tingkat Pendidikan, 2010 (Persen)... 275 Komposisi Penduduk Usia 15-64 Tahun yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin, 2010 (Persen)... 276 Tabel : II.70 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai di DKI Jakarta, 2010... 282 Tabel : II.71 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai di DKI Jakarta, 2010... 284 Tabel : II.72 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Terbanyak di DKI Jakarta, 2010... 285 Tabel : II.73 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air Minum Tahun, 2010... 287 vi

Tabel : II.74 Persentase Rumah Tangga Menurut Cara Memperoleh Air Minum di DKI Jakarta, 2010... 288 Tabel : II.75 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di DKI Jakarta, Tahun 2000 2010... 294 Tabel : II.76 Tabel : II.77 Angka Kesakitan, Rata-rata Lama Sakit dan Rata-rata Lama Pemberian Asi di DKI Jakarta, 2010... 295 Jumlah Penduduk, Luas Daerah, Tenaga Medis dan Jarak Rata-rata Fasilitas Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Administrasi... 296 Tabel : II.78 Penolong persalinan balita di DKI Jakarta, 2010... 297 Tabel : II.79 Besarnya Bagi Hasil yang Diperoleh Provinsi DKI Jakarta... 303 Tabel : II.80 Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian... 303 Tabel : II.81 Distribusi Bahan Bakar Berdasarkan Sektor Pengguna (Liter)... 305 Tabel : II.82 Jumlah Kendaraan di Provinsi DKI Jakarta... 306 Tabel : II.83 Panjang dan Luas Jalan Menurut Kota Administrasi dan Jenis Jalan, 2010... 308 Tabel : II.84 Panjang, Luas dan Status Jalan Menurut Jenisnya, 2010... 309 Tabel : II.85 Tabel : II.86 Tabel : II.87 Tabel : II.88 Tabel : II.89 Jumlah Penumpang Kapal yang Datang dan Berangkat Melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok, 1998-2010... 309 Jumlah Barang yang Dibongkar dan Dimuat Melalui Pelabuhan Laut Tanjung Priok, 2004 2010 (Ton)... 311 Jumlah Penumpang dan Barang yang diangkut Melalui Pelabuhan Tanjung Priok Menurut Jenis Pelayaran dan Jasa Pelayaran Pelabuhan, 2004-2010... 312 Jumlah Lalu Lintas Pesawat Udara yang Berangkat dan Datang Melalui Pelabuhan Udara Soekarno-Hatta, 2004-2010... 312 Jumlah Lalu Lintas Pesawat Udara yang Berangkat dan Datang Melalui Pelabuhan Udara Halim Perdana Kusuma, 2004-2010... 313 Tabel : II.90 Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke DKI Jakarta, 2010... 318 Tabel : II.91 Perusahaan Penghasil Limbah B3, Jenis Limbah dan Volumenya... 328 Tabel : II.92 Tabel : II.93 Perusahaan yang Mendapat Izin Untuk Penyimpanan, Pengumpulan, Pengolahan, Pemanfaatan, dan Pemusnahan (Land fill) Limbah B3... 339 Perusahaan yang Mendapat Rekomendasi dan Izin dari Perhubungan Untuk Pengangkutan Limbah B3... 348 Tabel : III.94 Rekomendasi Amdal/UKL-UPL... 355 Tabel : III.95 Pelaksanaan Legal Sampling dan Tindak Lanjut Tahun 2010... 362 Tabel : III.96 Hasil Pengawasan dan Penertiban Pemanfaatan Air Bawah Tanah di DKI Jakarta Tahun 2010... 364 vii

DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik : II.1 Konsentrasi BOD Situ/Waduk di Wilayah Jakarta Timur, 2010... 84 Grafik : II.2 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur, 2010... 85 Grafik : II.3 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur, 2010... 85 Grafik : II.4 Konsentrasi Phospat Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur, 2010... 86 Grafik : II.5 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur Tahun 2010... 87 Grafik : II.6 Konsentrasi Detergent Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur Tahun 2010... 87 Grafik : II.7 Konsentrasi BOD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010... 88 Grafik : II.8 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010... 89 Grafik : II.9 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010... 89 Grafik : II.10 Konsentrasi Phospat Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010... 90 Grafik : II.11 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010... 90 Grafik : II.12 Konsentrasi Detergent Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010... 91 Grafik : II.13 Konsentrasi BOD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010... 92 Grafik : II.14 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010... 92 Grafik : II.15 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010... 93 Grafik : II.16 Konsentrasi Phospat Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010... 94 Grafik : II.17 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010... 94 Grafik : II.18 Konsentrasi Detergent Situ/waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010... 95 Grafik : II.19 Konsentrasi BOD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun 2010... 95 Grafik : II.20 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun 2010... 96 Grafik : II.21 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat, 2010... 96 Grafik : II.22 Konsentrasi Phospat Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun 2010... 97 Grafik : II.23 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun 2010... 97 Grafik : II.24 Konsentrasi Detergent Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun 2010... 98 Grafik : II.25 Konsentrasi COD Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun 2010... 99 Grafik : II.26 Konsentrasi DO Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun 2010... 99 Grafik : II.27 Konsentrasi Phospat Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun 2010... 100 viii

Grafik : II.28 Konsentrasi Organik Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun 2010... 100 Grafik : II.29 Konsentrasi Detergent Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun 2010... 101 Grafik : II.30 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah DKI Jakarta Tahun 2010... 103 Grafik : II.31 Persentase Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah DKI Jakarta Tahun 2010... 104 Grafik : II.32 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Timur Tahun 2010... 104 Grafik : II.33 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2010... 105 Grafik : II.34 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Pusat Tahun 2010... 106 Grafik : II.35 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Barat Tahun 2010... 106 Grafik : II.36 Indeks Pencemaran Situ/Waduk Wilayah Jakarta Utara Tahun 2010... 107 Grafik : II.37 Konsentrasi Phospat Sungai Ciliwung Tahun 2010... 113 Grafik : II.38 Konsentrasi Detergent Sungai Ciliwung Tahun 2010... 113 Grafik : II.39 Konsentrasi Organik Sungai Ciliwung Tahun 2010... 113 Grafik : II.40 Konsentrasi BOD Sungai Ciliwung Tahun 2010... 114 Grafik : II.41 Konsentrasi COD Sungai Ciliwung Tahun 2010... 114 Grafik : II.42 Konsentrasi DO Sungai Ciliwung Tahun 2010... 115 Grafik : II.43 Konsentrasi Phospat Sungai Cipinang Tahun 2010... 116 Grafik : II.44 Konsentrasi Detergent Sungai Cipinang Tahun 2010... 117 Grafik : II.45 Konsentrasi Organik Sungai Cipinang Tahun 2010... 117 Grafik : II.46 Konsentrasi BOD Sungai Cipinang Tahun 2010... 117 Grafik : II.47 Konsentrasi BOD Sungai Cipinang Tahun 2010... 117 Grafik : II.48 Konsentrasi DO Sungai Cipinang Tahun 2010... 118 Grafik : II.49 Konsentrasi Phospat Sungai Angke Tahun 2010... 119 Grafik : II.50 Konsentrasi Detergent Sungai Angke Tahun 2010... 119 Grafik : II.51 Konsentrasi Organik Sungai Angke Tahun 2010... 119 Grafik : II.52 Konsentrasi BOD Sungai Angke Tahun 2010... 119 Grafik : II.53 Konsentrasi COD Sungai Angke Tahun 2010... 120 Grafik : II.54 Konsentrasi DO Sungai Angke Tahun 2010... 120 Grafik : II.55 Konsentrasi Phospat Sungai Mookervart Tahun 2010... 121 Grafik : II.56 Konsentrasi Detergent Sungai Mookervart Tahun 2010... 122 Grafik : II.57 Konsentrasi Organik S. Mookervart Tahun 2010... 122 ix

Grafik : II.58 Konsentrasi BOD S. Mookervart Tahun 2010... 122 Grafik : II.59 Konsentrasi COD Sungai Mookervart Tahun 2010... 123 Grafik : II.60 Konsentrasi DO Sungai Mookervart Tahun 2010... 123 Grafik : II.61 Konsentrasi Phospat Sungai Grogol Tahun 2010... 124 Grafik : II.62 Konsentrasi Detergent Sungai Grogol Tahun 2010... 124 Grafik : II.63 Konsentrasi Organik Sungai Grogol Tahun 2010... 125 Grafik : II.64 Konsentrasi BOD Sungai Grogol Tahun 2010... 125 Grafik : II.65 Konsentrasi COD Sungai Grogol Tahun 2010... 125 Grafik : II.66 Konsentrasi DO Sungai Grogol Tahun 2010... 126 Grafik : II.67 Konsentrasi Phospat Sungai Sunter Tahun 2010... 127 Grafik : II.68 Konsentrasi Detergent Sungai Sunter Tahun 2010... 127 Grafik : II.69 Konsentrasi Organik Sungai Sunter Tahun 2010... 127 Grafik : II.70 Konsentrasi BOD Sungai Sunter Tahun 2010... 128 Grafik : II.71 Konsentrasi COD Sungai Sunter Tahun 2010... 128 Grafik : II.72 Konsentrasi DO Sungai Sunter Tahun 2010... 128 Grafik : II.73 Konsentrasi Phospat Sungai Pesanggrahan Tahun 2010... 129 Grafik : II.74 Konsentrasi Detergent Sungai Pesanggrahan Tahun 2010... 129 Grafik : II.75 Konsentrasi Organik Sungai Pesanggrahan Tahun 2010... 130 Grafik : II.76 Konsentrasi BOD Sungai Pesanggrahan Tahun 2010... 130 Grafik : II.77 Konsentrasi COD Sungai Pesanggrahan Tahun 2010... 130 Grafik : II.78 Konsentrasi DO Sungai Pesanggrahan Tahun 2010... 131 Grafik : II.79 Konsentrasi Phospat Sungai Krukut & Tarum Barat Tahun 2010... 132 Grafik : II.80 Konsentrasi Detergent Sungai Krukut & Tarum Barat Tahun 2010... 132 Grafik : II.81 Konsentrasi Organik Sungai Krukut & Tarum Barat Tahun 2010... 132 Grafik : II.82 Konsentrasi BOD Sungai Krukut & Tarum Barat Tahun 2010... 132 Grafik : II.83 Konsentrasi COD Sungai Krukut & tarum barat Tahun 2010... 132 Grafik : II.84 Konsentrasi DO Sungai Krukut & tarum barat Tahun 2010... 133 Grafik : II.85 Konsentrasi Phospat S. Cengkareng Drain & Kali Baru Timur Tahun 2010... 134 Grafik : II.86 Grafik : II.87 Konsentrasi Detergent Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun 2010... 134 Konsentrasi Organik Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun 2010... 134 x

Grafik : II.88 Grafik : II.89 Grafik : II.90 Konsentrasi BOD Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun 2010... Konsentrasi COD Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun 2010... Konsentrasi DO Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun 2010... 135 135 135 Grafik : II.91 Grafik : II.92 Grafik : II.93 Konsentrasi Phospat Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010... 136 Konsentrasi Detergent Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010... 136 Konsentrasi Organik Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010... 137 Grafik : II.94 Konsentrasi BOD Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010 137 Grafik : II.95 Konsentrasi COD Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010 137 Grafik : II.96 Konsentrasi DO Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010.. 137 Grafik : II.97 Konsentrasi Phospat Sungai Petukangan dan Sungai kamal Tahun 2010... 138 Grafik : II.98 Konsentrasi Detergent Sungai Petukangan dan Sungai Kamal... 138 Grafik : II.99 Konsentrasi Organik Sungai Petukangan dan Sungai Kamal Tahun 2010... 139 Grafik : II.100 Konsentrasi BOD Sungai Petukangan dan Sungai Kamal Tahun 2010... 139 Grafik : II.101 Konsentrasi COD Sungai Petukangan dan Sungai Kamal Tahun 2010... 139 Grafik : II.102 Konsentrasi DO Sungai Petukangan dan Sungai Kamal Tahun 2010... 139 Grafik : II.103 Beban Pencemar COD di Sungai Ciliwung Tahun 2010... 140 Grafik : II.104 Beban Pencemar BOD di Sungai Ciliwung Tahun 2010... 140 Grafik : II.105 Beban Pencemar COD di Sungai Cipinang Tahun 2010... 141 Grafik : II.106 Beban Pencemar BOD di Sungai Cipinang Tahun 2010... 141 Grafik : II.107 Beban Pencemar COD di Kali Angke Tahun 2010... 141 Grafik : II.108 Beban Pencemar BOD di Kali Angke Tahun 2010... 141 Grafik : II.109 Beban Pencemar COD di Sungai Mookervart Tahun 2010... 142 Grafik : II.110 Beban Pencemar BOD di Sungai Mookervart Tahun 2010... 142 Grafik : II.111 Beban Pencemar COD di Sungai Grogol Tahun 2010... 142 Grafik : II.112 Beban Pencemar BOD di Sungai Grogol Tahun 2010... 142 Grafik : II.113 Beban Pencemar COD di Sungai Sunter Tahun 2010... 143 Grafik : II.114 Beban Pencemar BOD di Sungai Sunter Tahun 2010... 143 Grafik : II.115 Beban Pencemar COD di Sungai Pesanggrahan Tahun 2010... 143 xi

Grafik : II.116 Beban Pencemar BOD di Sungai Pesanggrahan Tahun 2010... 143 Grafik : II.117 Grafik : II.118 Grafik : II.119 Grafik : II.120 Grafik : II.121 Grafik : II.122 Beban Pencemar COD di Sungai Krukut dan Sungai Tarum Barat Tahun 2010... 144 Beban Pencemar BOD di Sungai Krukut dan Sungai Tarum Barat Tahun 2010... 144 Beban Pencemar COD di S.Cengkareng Drain dan Sungai Kali Baru Timur Tahun 2010... 145 Beban Pencemar BOD di S.Cengkareng Drain dan Sungai Kali Baru Timur Tahun 2010... 145 Beban Pencemar COD Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010... 145 Beban Pencemar BOD Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010... 145 Grafik : II.123 Beban Pencemar COD di Sungai Petukangan dan Kamal Tahun 2010... 146 Grafik : II.124 Beban Pencemar BOD di Sungai Petukangan dan Kamal Tahun 2010... 146 Grafik : II.125 Indeks Pencemaran Sungai Ciliwung Tahun 2010... 147 Grafik : II.126 Indeks Pencemaran Sungai Cipinang Tahun 2010... 147 Grafik : II.127 Indeks Pencemaran Sungai Angke Tahun 2010... 148 Grafik : II.128 Indeks Pencemaran Sungai Mookervart Tahun 2010... 148 Grafik : II.129 Indeks Pencemaran Sungai Grogol Tahun 2010... 149 Grafik : II.130 Indeks Pencemaran Sungai Sunter Tahun 2010... 149 Grafik : II.131 Indeks Pencemaran Sungai Pesanggrahan Tahun 2010... 150 Grafik : II.132 Indeks Pencemaran Sungai Krukut dan Tarum Barat Tahun 2010... 150 Grafik : II.133 Indeks Pencemaran Sungai Cengkareng Drain dan Kali Baru Timur Tahun 2010... 151 Grafik : II.134 Indeks Pencemaran Sungai Buaran, Cakung Drain dan Blencong Tahun 2010... 151 Grafik : II.135 Indeks Pencemaran Sungai Petukangan dan Kamal Tahun 2010... 152 Grafik : II.136 Kualitas Udara Ambien Parameter Debu (TSP) DKI Jakarta Tahun 2010... 159 Grafik : II.137 Kualitas Udara Ambien Parameter NO 2 DKI Jakarta Tahun 2010... 160 Grafik : II.138 Kualitas Udara Ambien Parameter SO 2 DKI Jakarta Tahun 2010... 161 Grafik : II.139 Kualitas Udara Ambien Parameter Pb DKI Jakarta Tahun 2010... 162 Grafik : II.140 Komposisi Jenis Zooplankton di Perairan Laut Teluk Jakarta... 210 Grafik : II.141 Kelimpahan Zooplankton (ind/m3) di Perairan Laut Teluk Jakarta... 211 xii

Grafik : II.142 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E)... 211 Grafik : II.143 Komposisi Jenis Zooplankton di Perairan Muara Teluk Jakarta (Pasang)... 212 Grafik : II.144 Kelimpahan Zooplankton (ind/m3) di Perairan Muara Teluk Jakarta (Pasang)... 212 Grafik : II.145 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E)... 213 Grafik : II.146 Komposisi Jenis Zooplankton di Perairan Muara Teluk Jakarta (Surut)... 213 Grafik : II.147 Kelimpahan Zooplankton (ind/m 3 ) di Perairan Muara Teluk Jakarta (Surut).. 214 Grafik : II.148 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E)... 214 Grafik : II.149 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Laut Teluk Jakarta... 215 Grafik : II.150 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Muara Pada Saat Surut... 215 Grafik : II.151 Kisaran Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Muara Pada Saat Pasang... 215 Grafik : II.152 Komposisi Jenis Makrozoobentos Perairan Laut Teluk Jakarta... 216 Grafik : II.153 Kepadatan Makrozoobentos Perairan Laut Teluk Jakarta... 216 Grafik : II.154 Komposisi Jenis Makrozoobentos Perairan Muara Teluk Jakarta... 217 Grafik : II.155 Kepadatan Makrozoobentos Perairan Muara Teluk Jakarta... 217 Grafik : II.156 Komposisi Jenis Zooplankton Perairan Muara Saat Pasang Surut... 220 Grafik : II.157 Kelimpahan Jenis Zooplankton Perairan Muara Saat Pasang Surut... 221 Grafik : II.158 Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Zooplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang Surut... 221 Grafik : II.159 Komposisi Jenis Zooplankton Perairan Laut Teluk Jakarta... 222 Grafik : II.160 Kelimpahan Jenis Zooplankton Perairan Laut Teluk Jakarta... 222 Grafik : II.161 Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Zooplankton Perairan Laut Teluk Jakarta... 223 Grafik : II.162 Komposisi Jenis Fitoplankton Perairan Muara Saat Pasang Surut... 223 Grafik : II.163 Kelimpahan Jenis Fitoplankton di Perairan Muara Saat Pasang Surut... 224 Grafik : II.164 Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Fitoplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang Surut... 224 Grafik : II.165 Komposisi Jenis Fitoplankton Perairan Laut Teluk Jakarta... 225 Grafik : II.166 Kelimpahan Jenis Fitoplankton Perairan Laut Teluk Jakarta... 225 xiii

Grafik : II.167 Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Dominansi (D) dan Keseragaman (E) Fitoplankton Perairan Laut Teluk Jakarta... 226 Grafik : II.168 Komposisi Jenis Makrozoobentos Perairan Laut Teluk Jakarta... 226 Grafik : II.169 Kepadatan Makrozoobentos Perairan Laut Teluk Jakarta... 227 Grafik : II.170 Komposisi Jenis Makrozoobentos Perairan Muara Teluk Jakarta... 228 Grafik : II.171 Kepadatan Makrozoobentos Perairan Muara Teluk Jakarta... 228 Grafik : II.172 Grafik : II.173 Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Keseragaman (E), dan Dominansi (D) Perairan Laut Teluk Jakarta... 229 Nilai Indeks Keanekaragaman (H ), Keseragaman (E), dan Dominansi (D) Perairan Muara Teluk Jakarta... 230 Grafik : II.174 Komposisi Jenis Fitoplankton Perairan Laut Teluk Jakarta... 232 Grafik : II.175 Sebaran kelimpahan Fitoplankton (sel/m 3 ) Perairan Laut Teluk Jakarta... 233 Grafik : II.176 Grafik : II.177 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Fitoplankton Perairan Laut Teluk Jakarta... 233 Komposisi Jenis Fitoplankton yang ditemukan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang Surut... 234 Grafik : II.178 Sebaran kelimpahan Fitoplankton (sel/m 3 ) Muara Teluk Jakarta Saat Pasang... 234 Grafik : II.179 Sebaran kelimpahan Fitoplankton (sel/m 3 ) Muara Teluk Jakarta Saat Surut. 235 Grafik : II.180 Grafik : II.181 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Fitoplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang... 235 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Fitoplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Surut... 236 Grafik : II.182 Komposisi Jenis Zooplankton yang ditemukan Perairan Laut Teluk Jakarta.. 236 Grafik : II.183 Sebaran kelimpahan Zooplankton (ind/m3) Perairan Laut Teluk Jakarta... 237 Grafik : II.184 Grafik : II.185 Grafik : II.186 Grafik : II.187 Grafik : II.188 Grafik : II.189 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Zooplankton Perairan Laut Teluk Jakarta... 237 Komposisi Jenis Zooplankton yang ditemukan Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang... 238 Komposisi Jenis Zooplankton yang ditemukan Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Surut... 238 Sebaran kelimpahan Zooplankton (ind/m 3 ) di Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang... 239 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Zooplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Surut... 239 Sebaran Nilai Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Indeks Keseragaman Zooplankton Perairan Muara Teluk Jakarta Saat Pasang... 240 xiv

Grafik : II.190 Komposisi Jenis Makrozoobentos di Perairan Laut Teluk Jakarta... 241 Grafik : II.191 Kepadatan Makrozoobentos di Perairan Laut Teluk Jakarta... 241 Grafik : II.192 Komposisi Jenis Makrozoobentos di Perairan Muara Teluk Jakarta... 242 Grafik : II.193 Kepadatan Makrozoobentos di Perairan Muara Teluk Jakarta... 243 Grafik : II.194 Komposisi Jenis Makrozoobentos di Perairan Kepulauan Seribu... 244 Grafik : II.195 Kepadatan Makrozoobentos di Perairan Kepulauan Seribu... 244 Grafik : II.196 Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 1961-2010 (ribuan)... 279 Grafik : II.197 Distribusi Penduduk Menurut Kotamadya, Tahun 1961-2010... 280 Grafik : II.198 Perkembangan Penduduk Miskin DKI Jakarta, 2002-2010... 290 xv

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar : II.1 Lokasi Pemantauan Kualitas Air Tanah Dangkal di DKI Jakarta, 2009... 58 Gambar : II.2 Lokasi Pengambilan sample Kualitas Air Situ/Waduk Tahun 2010... 70 Gambar : II.3 Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Tahun 2010... 109 Gambar : II.4 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara Ambien DKI Jakarta Tahun 2010... 156 Gambar : II.5 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara (Metode Sesaat)... 157 Gambar : II.6 Interaksi Antara Tiga Ekosistem Utama di Pesisir (dimodifikasi dari Ogden dan Gladfelter, 1983)... 189 Gambar : II.7 Peta Lokasi Penelitian Kualitas Air Muara Sungai... 207 Gambar : II.8 Peta Genangan Air Hujan di Provinsi DKI Jakarta, 2006... 253 xvi

DAFTAR LAMPIRAN 1. SK Gubernur KDKI Nomor 1822/2002 tentang Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2. SK Kepala BPLHD Nomor 13/2010 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2010. 3. Peta Pemantauan Kualitas Air Tanah. 4. Peta Pemantauan Kualitas Air Situ/Waduk Provinsi DKI Jakarta. 5. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2010. 6. Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai di Wilayah DKI Jakarta Tahun 2010. 7. Lokasi Pemantauan Kimiawi Air Sungai di Wilayah DKI Jakarta Tahun 2010. 8. Peta Pemantauan Kualitas Air Muara dan Teluk. 9. Peta Lokasi Pemantauan Perairan dan Muara Teluk Jakarta Tahun 2010. 10. Lokasi Pemantauan Perairan dan Muara Teluk Jakarta Tahun 2010. 11. Pulau-pulau di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. 12. Peta Lokasi Pemantau Kualitas Udara Provinsi DKI Jakarta Metode Sesaat. 13. Peta Lokasi Pemantau Kualitas Udara Provinsi DKI Jakarta Metode Kontinue. xvii

ABSTRAK Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 adalah suatu gambaran secara umum mengenai kondisi lingkungan dan sebuah jabaran dari segala aktifitas manusia/masyarakat dalam mengelola lingkungan dan pengaruhnya pada permasalahan sosial, ekonomi dan kesehatan. Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia yang berada di dataran rendah pantai utara bagian barat Pulau Jawa, terletak pada 106 O 48 bujur timur dan 6 O 12 lintang selatan yang mempunyai luas wilayah 650 km 2, dimana pada kota ini mengalir sekitar 13 (tiga belas) sungai baik alami maupun buatan. Sungai-sungai besar yang ada di kota Jakarta adalah sungai Ciliwung, sungai Moorkervart dan sungai Cipinang. Provinsi DKI Jakarta yang terletak pada dataran rendah dengan ketinggian antara 0 10 meter diatas permukaan laut, berbatasan secara administratif di bagian barat dengan Tangerang (Banten), bagian selatan dengan Bogor (Jawa Barat), bagian timur dengan Bekasi (Jawa Barat) dan di bagian utara dengan Laut Jawa. Suhu rata-rata tahunan mencapai 27 O C dan iklim dipengaruhi oleh angin muson. Tinggi curah hujan setiap tahun rata-rata 2.000 mm dengan maksimum curah hujan tertinggi pada bulan Januari, sedang temperatur bervariasi antara 23,42 O C (minimum) sampai 31,7 O C (maksimum), dan kelembaban (nisbi) 77,97 persen. Pada penulisan Pendahuluan memuat tentang latar belakang penulisan, isu utama lingkungan hidup dan tingkat kesadaran berbagai lapisan masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Adapun isu utama lingkungan hidup yang terjadi di tahun 2010 tidak berbeda jauh dengan tahun 2009 walaupun sudah banyak dilakukan pembenahan secara signifikan dalam hal pengelolaan lingkungan di wilayah provinsi DKI Jakarta tetapi masalah banjir, pencemaran (Situ, Sungai, Laut, Udara), limbah padat dan cair, transportasi, selain itu dalam hal penulisannya juga memuat kebijakan pembangunan daerah berkelanjutan Provinsi DKI Jakarta, yang meliputi kebijakan pembangunan lingkungan hidup, kebijakan tata ruang dan kebijakan sosial, ekonomi dan budaya. Bab I memuat tentang, yang meliputi tentang Lahan dan Hutan, Keanekaragaman Hayati, Air, Udara, Laut Pesisir dan Pantai, Iklim, Bencana Alam beserta perbandingan dengan baku mutu (standar/kriteria), perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu, serta analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum dan rata-rata). Bab II memuat tentang Tekanan Terhadap Lingkungan yang meliputi tentang Kependudukan, Permukiman, Kesehatan, Pertanian, Industri, Pertambangan, Energi, Transportasi, Pariwisata, Limbah B3 beserta perbandingan dengan baku mutu (standar/kriteria), perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu, serta analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum dan rata-rata). Bab III memuat tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan yang meliputi tentang Rehabilitasi Lingkungan, Pengawasan Amdal, Penegakan Hukum, Peran serta masyarakat, dan Kelembagaan serta perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu, serta analisis statistik sederhana (frekuensi, maksimum, minimum dan rata-rata). Rekomendasi bagi pengelolaan lingkungan di tahun 2010 disajikan secara umum, isi rekomendasi menekankan pada keberlanjutan dan upaya peningkatan program pengelolaan yang telah ada, upaya peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat serta koordinasi antar lembaga dan antar wilayah administrasi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Data bagi penulisan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2010 ini berasal dari berbagai sumber termasuk instansi-instansi terkait di wilayah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, hasil penelitian dan pemberitaan dari media massa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahkluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya, sehingga kualitas lingkungan hidup perlu dijaga dan dikelola dengan bijaksana. Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber penting bagi kehidupan umat manusia dan mahkluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktivitasnya sehingga pengelolaan sumber daya alam harus mengacu pada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara dan pusat kegiatan dan pesatnya pembangunan di berbagai sektor selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga dapat menambah beban pada lingkungan terutama akibat meningkatnya limbat padat, cair, gas serta eksploitasi sumber daya alam telah memberikan dampak pada semakin berkurangnya daya dukung lahan dan lingkungan. Perjalanan pembangunan kota yang pada tahap awalnya hanya ditekankan pada peningkatan produktivitas/pertumbuhan ekonomi telah mulai bergeser pada upaya-upaya yang lebih proporsionil antara kepentingan ekonomi dan keseimbangan lingkungan melalui proses perencanaan pembangunan yang lebih partisipatif yang melibatkan peran serta para pelaku pembangunan (stake holder) dan masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan guna terwujudnya tata pemerintahan yang baik (good governance). B. Tujuan Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Tujuan utama penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta adalah : 1. Menyediakan dasar bagi perbaikan pengambilan keputusan pada semua tingkat; 2. Meningkatkan kesadaran dan kefahaman akan kecenderungan dan kondisi lingkungan; 3. Memfasilitasi pengukuran kemajuan menuju keberlanjutan. Laporan ini dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan kecenderungan kondisi lingkungan. Pelaporan yang rutin akan menjamin akses informasi lingkungan yang terkini dan akurat Pendahuluan Halaman I - 1

secara ilmiah bagi publik, industri, organisasi non-pemerintah, serta semua tingkatan lembaga pemerintah. Laporan SLHD juga menyediakan referensi dasar tentang keadaan lingkungan bagi pengambil kebijakan sehingga memungkinkan dapat menjadi kebijakan yang baik dalam rangka mempertahankan proses ekologis serta meningkatkan kualitas kehidupan di masa kini dan masa datang. C. Metodologi Penyusunan 1. Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk menyusun buku laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta adalah data dan informasi yang dikumpulkan oleh instansi yang ada di lingkungan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan data yang bersumber dari laporan penelitian tahun 2010. 2. Pendekatan Penyusunan Untuk mencapai maksud dan tujuan penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta sebagaimana dikemukakan di atas, diupayakan koordinasi penyusunan dengan memperhatikan beberapa aspek, terutama : Aspek fungsional, yakni penelusuran adanya kaitan kegiatan dan keterpaduan fungsi antara satu instansi dengan instansi lainnya yang menangani urusan yang telah menjadi kewenangan Pemda DKI Jakarta. Selain itu diidentifikasi juga tugas pemerintahan dan tugas pembangunan yang masih menjadi kewenangan pemerintah pusat. Aspek formal, yakni upaya penerapan petunjuk tingkat nasional, yang disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan DKI Jakarta. Aspek struktural, yakni penelusuran kaitan dan koordinasi kerja setiap tingkatan instansi. Aspek material, yakni penelusuran adanya kaitan dan koordinasi antar instansi dalam penyajian dan pemanfaatan data. Aspek operasional, yakni penelusuran adanya kaitan dan keterpaduan dalam penentuan langkah-langkah penyusunan, baik dari segi waktu dan lingkup data. Untuk mencapai tujuan dan sasaran buku Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta ini, pendekatan yang ditempuh dalam rangka pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut : Penelusuran kembali berbagai dokumen yang memuat rumusan kebijaksanaan baik produk Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, baik tentang pembangunan sektoral di daerah maupun tentang pengelolaan lingkungan hidup. Pendahuluan Halaman I - 2

Pengumpulan data Tekanan terhadap lingkungan tahun 2010 dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta, dan BPLHD Provinsi DKI Jakarta. Data kegiatan diperoleh dari BAPEDA DKI Jakarta, BPS Provinsi DKI Jakarta, Dinas Kelautan dan Pertanian, Dinas Kesehatan, Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, BPLHD Provinsi DKI Jakarta dan instansi terkait lainnya. Data tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan diperoleh dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Dearah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta. D. Prosedur Penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah 1. Proses Kegiatan 1.1. Tahap Pemantauan Pemantauan dilakukan terhadap semua aspek kependudukan dan lingkungan hidup, melalui pengumpulan data yang dilakukan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD), Dinas Teknis lainnya secara berkala yang selanjutnya disusun menjadi data dasar oleh Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. 1.2. Tahap Evaluasi Evaluasi diarahkan pada tiga aspek utama, yaitu : Kegiatan sosial ekonomi yang potensial menimbulkan dampak pada komponen kependudukan dan lingkungan hidup. Upaya pengendalian dampak baik yang telah dilaksanakan oleh masing-masing instansi sesuai dengan tugas pokoknya maupun melalui koordinasi instansi terkait. Gambaran tentang kualitas lingkungan hidup DKI Jakarta tahun 2010. 1.3. Tahapan Penyusunan Buku Laporan dan Buku Data Penyusunan Buku Laporan (Buku I) dan Buku Data (Buku II) dilaksanakan secara simultan. Data Lingkungan yang terkumpul baik berasal dari sektor maupun hasil monitoring dan evaluasi (monev) BPLHD Provinsi DKI Jakarta disusun dan dianalisis secara komprehensif. Penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta meliputi pemantauan kualitas lingkungan hidup di wilayah DKI Jakarta, pengumpulan dan pengolahan data, analisis data, Pendahuluan Halaman I - 3

dokumentasi kebijakan, dan penyajian laporan dengan menggunakan pendekatan model P-S-R (Pressure-State-Response). Ruang lingkup pedoman ini meliputi : a b c Kualitas lingkungan hidup berdasarkan media air, udara, dan lahan. Kualitas dan kuantitas sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati. Kualitas penduduk dan sosial ekonomi. 2. Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan penyusunan laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 paralel dengan kegiatan rutin BPLHD dan didukung berbagai sektor terkait termasuk pengumpulan data monev yang dilakukan sepanjang tahunnya. Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1822 tahun 2002 tentang Pembentukan Tim Penyusun Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta merupakan landasan legal yang menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan penyusunan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. E. Sistematika Penyajian (1) Buku II (Buku Data) Penyusunan Buku Data didasarkan pada data lingkungan hidup yang benar, akurat dan ilmiah, sedangkan analisis dalam penyusunan laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta, tergantung dan didasarkan pada data dasar yang digunakan sebagai informasi bagi peningkatan kesadaran dan keterlibatan masyarakat serta para pengambil keputusan dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Buku II (Buku Data) merupakan kumpulan data dasar tentang, Tekanan Terhadap Lingkungan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan. Data tersebut dikumpulkan menurut prosedur pendataan sesuai dengan kaidah data yang benar. Walaupun kondisi dan permasalahan Provinsi DKI Jakarta relatif berbeda dengan Daerah Tingkat I lainnya, namun tetap diupayakan untuk memenuhi jumlah dan jenis data (tabel data) semaksimal mungkin. (2) Buku I (Buku Laporan) Buku I merupakan penjelasan hasil identifikasi dan analisis data yang disajikan pada buku II. Buku I tersebut disistematisir menjadi tiga bab yaitu : Bab 1 menjelaskan. Bab 2 menjelaskan Tekanan Terhadap Lingkungan. Bab 3 menjelaskan Upaya Pengelolaan Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pendahuluan Halaman I - 4

F. Isu-isu Utama Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Secara umum gambaran isu-isu yang mempengaruhi kualitas lingkungan hidup di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2010 adalah sebagai berikut : 1. Sumber Daya dan Lingkungan Hidup Jakarta dengan jumlah penduduk yang besar dan pendapatan masyarakat yang relatif tinggi dibanding masyarakat lainnya di Indonesia, menghadapi dua persoalan besar berkaitan dengan isu SDA dan lingkungan hidup, yaitu [1] terus berlangsungnya dalam mengkonsumsi produk yang berasal dari SDA seperti, BBM dan air tanah; [2] pola dan perilaku masyarakat dan dunia bisnis cenderung kurang bersahabat pada lingkungan hidup, sehingga pencemaran Jakarta masih terus berlangsung. Beberapa catatan berikut ini menunjukkan keriusan sebagian besar masyarakat pada masalah SDA dan lingkungan hidup di Jakarta : [1] terus berlangsungnya peningkatan konsumsi BBM tanpa upaya penghematan serta kesadaran yang rendah pada pemanfaatan energi alternatif; [2] meningkatnya produksi sampah kota dan belum tersedianya pola penanganan yang efektif dan efisien; [3] bahaya banjir tetap mengancam setiap tahun, karena pesatnya pembangunan dan sistem drainase yang kurang baik; [4] Jakarta sangat polutif dan merupakan kota yang memiliki tingkat pencemaran tinggi, [5] belum optimalnya penataan ruang dan peruntukan penggunaan lahan. 2. Bidang Sarana dan Prasarana Kota Persoalan menonjol yang memerlukan perhatian serius berkaitan dengan prasarana dan sarana publik adalah : [1] belum berhasilnya penanganan permukiman kumuh melalui ressetlement; [2] banjir yang terus terjadi setiap tahun di sejumlah lokasi walaupun saat ini sifatnya hanya genangan sementara; [3] belum tertanganinya masalah sampah dengan teknologi modern; [4] belum memadainya fasilitas jalan, trotoar; [5] belum optimalnya penataan ruang dan peruntukan penggunaan lahan; [6] masih buruknya prasarana dan sarana pelayanan publik. 3. Bidang Ekonomi Meskipun Pemerintah DKI Jakarta telah berupaya melakukan terobosan namun hasilnya belum terlihat maksimal, dimana roda perekonomian belum berjalan secara optimal. Kesenjangan ekonomi baik antar pelaku ekonomi maupun antar golongan pendapatan masih cukup tajam dan terjadi pada segala aspek kehidupan, sehingga struktur dan fundamental ekonomi sangat rentan terhadap gejolak yang terjadi. Pendahuluan Halaman I - 5

4. Bidang Sosial Budaya Bidang sosial budaya mencakup aspek yang sangat luas meliputi aspek kehidupan beragama, kesejahteraan sosial, pemberdayaan masyarakat, seni budaya, permuseuman, olah raga dan kepemudaan. Namun demikian dalam banyak hal dalam berbagai aspek ini saling kait-mengait yang memerlukan penanganan secara terpadu. Beragamnya masyarakat yang tinggal di DKI Jakarta dapat menimbulkan terjadinya peristiwaperistiwa yang bersifat primordial dan partisan. Sebagian dari mereka terutama akar rumput (grassroot) sangat fanatik terhadap kelompoknya sendiri dan menganggap kelompok lain sebagai saingan dan musuhnya. Kondisi ini dapat menimbulkan ketegangan dalam masyarakat sehingga mudah emosi dan ter-provokasi menjadi perkelahian antar warga masyarakat. Konflik sosial semacam ini sering terjadi di sejumlah wilayah dengan latar belakang dan penyebab yang sangat kecil. Masalah sosial lainnya yang timbul akibat krisis dan sulitnya lapangan kerja adalah semakin banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Sebagian dari mereka adalah pengamen, pedagang di lampu lalu lintas, pengemis dan anak jalanan yang memerlukan perhatian dan pertolongan di satu sisi tetapi juga dibutuhkan ketegasan dalam penanganannya di lain pihak, karena berpotensi mengganggu ketentraman dan ketertiban umum. Sementara itu, jumlah pengguna narkoba juga semakin bertambah. Banyaknya masyarakat yang terpuruk akibat krisis multi dimensi yang lalu, bukan hanya menyebabkan pendapatan mereka turun drastis, tetapi juga banyak diantara golongan masyarakat kecil itu kehilangan pekerjaan ataupun usahanya menjadi bangkrut. Tentunya kondisi ini tidak boleh berlangsung secara terus menerus dan harus ditanggulangi segera, sehingga program-program tentang penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat perlu terus dilanjutkan. 5. Kependudukan dan Ketenagakerjaan Persoalan kependudukan di DKI Jakarta pada dasarnya adalah jumlah penduduk yang terlalu besar jika dibanding dengan daya tampung wilayah dan pelayanan yang bisa diberikan oleh kota. Besarnya jumlah penduduk ini antara lain disebabkan oleh tingginya angka kelahiran serta banyaknya pendatang dari luar daerah ke Provinsi DKI Jakarta. Hal ini menjadi masalah ketika kota tidak mampu untuk menyediakan fasilitas kehidupan yang layak bagi pendatang dan keluarga kurang mampu dengan angka kelahiran yang tinggi. Sehingga akhirnya mereka harus tinggal di pemukiman yang padat dengan kualitas lingkungan hidup yang tidak sehat. Pendahuluan Halaman I - 6

Beberapa permasalahan bidang kependudukan di Provinsi DKI Jakarta : 1. Pelayanan mengenai kependudukan dirasakan masih belum memadai. 2. Urbanisasi ke Provinsi DKI Jakarta masih sulit dikendalikan. 3. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk Dalam Kerangka Sistem Informasi Manajemen Kependudukan Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta belum berjalan baik.. 4. Rendahnya sikap dan pengetahuan tentang kesehatan keluarga dan kesejahteraan keluarga terutama di kalangan penduduk miskin. Berkait dengan masalah kependudukan di Provinsi DKI Jakarta, masalah ketenagakerjaan yang muncul adalah pengangguran dan kualitas tenaga kerja yang masih belum memadai atau tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan yang tersedia. Persoalan semacam ini tentu saja menjadi kendala pembangunan Provinsi DKI Jakarta yang dituntut memiliki sumber daya manusia yang produktif dan efektif dalam bekerja, terutama dalam era perdagangan bebas AFTA 2013. Beberapa masalah yang menonjol yaitu : 1. Tingginya tingkat pengangguran. 2. Pencari kerja melebihi ketersediaan lapangan kerja. 3. Ketidaksesuaian antara kualitas angkatan kerja dengan persyaratan lapangan kerja. 4. Penduduk Provinsi DKI Jakarta kurang berminat jadi TKI. 5. Ketaatan terhadap peraturan ketenagakerjaan masih rendah. Provinsi DKI Jakarta yang berperan ganda baik sebagai pemerintahan daerah juga sebagai Ibu Kota Negara memiliki kompleksitas permasalahan terutama dibidang pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Walaupun demikian sangat dipahami dalam proses realisasi pembangunan tersebut (pra-konstruksi, konstruksi, dan operasional) dipastikan akan menimbulkan dampak negatif dan dampak positif yang besar ataupun yang penting bagi lingkungan hidup disekitarnya, namun demikian bukan berarti pembangunan terhambat maka yang perlu dilakukan adalah pengelolaan pembangunan yang ramah lingkungan. Dalam upaya mengantisipasi dan mengelola perubahan-perubahan yang timbul akibat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan yang berpotensi menimbulkan dampak-dampak penting, maka diwajibkan kepada pemrakarsa dan pelaku usaha untuk membuat/memiliki dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) serta Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL), dalam konteks menciptakan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan dan bertanggung jawab. Pendahuluan Halaman I - 7