KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2015 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.1 SPT MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) (F )

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2)

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-32/PJ/2009 TANGGAL : 25 MEI 2009

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-42/PJ/2008 TANGGAL : 20 OKTOBER 2008

FORMAT FORMULIR LAPORAN PENGALIHAN PARTICIPATING INTEREST

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23. Jenis Penghasilan. Jumlah Penghasilan Bruto

SURAT SETORAN PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SSP. 25 April STIE Widya Praja Tanah Grogot

DAFTAR FORMULIR SPT MASA PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 DAN BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26

PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-240/PJ./2002, Tgl

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-241/PJ./2002, Tgl

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

PERTEMUAN 6 By Ely Suhayati SE MSi Ak

Penghasilan Lainnya Bulan... Tahun... Biaya (Rp) Jumlah Bruto (Rp) (1) (2) (3) (4) (5) (6)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2013 TENTANG

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 24/PJ/2013 TENTANG

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR SURAT PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SEDERHANA

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat

SOSIALISASI. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Tahun Pajak 2017

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

FAKTUR PAJAK. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG

Materi E-Learning Perpajakan

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

A. PENENTUAN WAJIB PAJAK YANG WAJIB MENYELENGGARAKAN DAN MENYIMPAN DOKUMEN PENENTUAN HARGA TRANSFER

PER - 43/PJ/2009 BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2),

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

(FORMULIR 1771 DAN FORMULIR 1771/$) PETUNJUK UMUM

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

TABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 6

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SURAT SETORAN PAJAK (SSP) Beri tanda silang (x) pada kolom bulan, sesuai dengan pembayaran untuk masa yang berkenaan. Nama Jelas :. Nama Jelas :..

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PA JAK PENGHASILAN F INAL

Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga?

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2013 Tanggal 25 September 2013

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi. Tahun Pajak 2014 PJ.091/KUP/S/006/

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar

Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 04/PJ/2017 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bisa ditarik apa yang telah dibahas dan dianalisis oleh penulis dalam skripsi ini

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Y. PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI FORMULIR TAHUN PAJAK

SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) Nomor Telepon : Nomor Faksimile : Nomor Telepon Baru Kegiatan Usaha :

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

a. Peredaran kegiatan usaha dan/atau penerimaan bruto dari pekerjaan bebas harus dicatat secara teratur dan kronologis menurut urutan waktu.

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-5/PJ/2011 TENTANG : TATA CARA PENGAJUAN DAN PENELITIAN ATAS PERMOHONAN

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

PPh Pasal 26. Pengantar

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang)

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 6

PPh Pasal 21. Maksud. Dasar Hukum. Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21. Bukan Pemotong PPh Pasal 21. Penerima Penghasilan

BAB III. 3.1 Tinjauan Teori Tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2

BAB II LANDASAN TEORI. Ilyas dan Richard Burton (2010:6), Pajak adalah prestasi yang dapat dipaksakan

Keputusan Menteri Keuangan No. 121/KMK.03/2002, Tgl

BAB III PEMBAHASAN TENTANG MEKANISME PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN SURAT SETORAN PAJAK (SSP) ATAS PPH FINAL PASAL 4 AYAT (2)

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN/

Transkripsi:

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 53/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2), SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15, PASAL 22, PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTANNYA

Lampiran I.1 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-01/PJ/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-53/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2), SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15, PASAL 22, PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTANNYA

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.1 SPT MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) (F.1.1.32.04) Petunjuk Umum: SPT Masa PPh Final Pasal 4 Ayat (2) menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) Petunjuk Khusus: 1. Bagian Judul - Beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris "SPT Normal" jika SPT yang disampaikan merupakan SPT biasa, dan beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris "SPT Pembetulan Ke- _" jika SPT yang disampaikan merupakan SPT Pembetulan. - Untuk SPT Pembetulan, maka pada baris: "SPT Pembetulan Ke- _" diisi dengan angka kesekian kalinya Wajib Pajak melakukan pembetulan. - Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan-tahun. Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan. 2. Bagian A Diisi dengan identitas lengkap (NPWP, Nomor ID, Kode Identitas, nama, dan alamat) Pemotong Pajak/Wajib Pajak. Nomor ID diisi dengan nomor identitas Kode Identitas diisi sesuai dengan kode jenis identitas yang dimiliki, yaitu: 1. NIK/KTP 2. SIM 3. Paspor 4. KITAS/KITAP 5. Lainnya 3. Bagian B Kolom (1) Kolom (2) Kolom (3) Kolom (4) Kolom (5) Terbilang : Uraian, cukup jelas. : KAP/KJS Merupakan Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) yang harus diisikan pada Surat Setoran Pajak (SSP). : Nilai Objek Pajak Diisi dengan jumlah bruto bunga deposito/tabungan, diskonto Sertifikat Bank Indonesia, jasa giro, transaksi penjualan saham, bunga/diskonto obligasi, hadiah undian, nilai sewa tanah dan atau bangunan, imbalan atas jasa konstruksi. : Tarif, cukup jelas. Tarif atas jasa konstruksi ditulis sesuai dengan pemotongan/penyetoran yang dilakukan. Contoh : Jika pada Masa Pajak yang sama dilakukan pemotongan PPh atas jasa pelaksanaan konstruksi oleh penyedia jasa dengan kualifikasi usaha kecil dan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha maka kolom tarif diisi: 2 / 4. : PPh yang dipotong/dipungut/disetor sendiri Diisi dengan jumlah Pajak Penghasilan yang dipotong/dipungut/disetor sendiri yaitu sebesar Nilai Objek Pajak x Tarif. : Diisi untuk jumlah PPh. 4. Bagian C Beri tanda X dalam kotak sesuai dengan dokumen yang dilampirkan dan isi jumlah dokumen yang dilampirkan pada kotak yang tersedia. Jika SPT ditandatangani oleh bukan Pemotong Pajak/Wajib Pajak, maka harap dilampirkan Surat Kuasa Khusus bermaterai cukup. Lampiran Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2) meliputi: Formulir I.2 : Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan selain atas Bunga Deposito/Tabungan, Diskonto SBI, Jasa Giro. Formulir I.3 : Daftar Bukti Pemotongan/Pemungutan atas Bunga Deposito/Tabungan, Diskonto SBI, Jasa Giro.

Formulir I.7 Formulir I.8 Formulir I.9 Formulir I.10 Formulir I.11 Diperdagangkan di Bursa Efek. : Bukti Pemotongan/Pemungutan atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan. : Bukti Pemotongan/Pemungutan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi. : Bukti Pemotongan/Pemungutan atas Bunga dan/atau Diskonto Obligasi dan Surat Berharga Negara (SBN). : Bukti Pemotongan/Pemungutan atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi. : Bukti Pemotongan/Pemungutan atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri. Formulir lainnya : Bukti Pemotongan/Pemungutan PPh Final Pasal 4 ayat (2) selain yang disebutkan di atas. 5. Bagian D - Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemotong Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang bersangkutan serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan. Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya SPT dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun. - Kotak yang harus diisi oleh petugas cukup dikosongkan saja oleh Wajib Pajak. 6. Selain oleh Pemotong Pajak, SPT Masa ini juga wajib diisi dan dilaporkan oleh Wajib Pajak yang menurut ketentuan yang berlaku wajib menyetor sendiri Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) yang terutang. 7. Penyetoran dilakukan dengan menggunakan SSP ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro. Jadwal penyetoran PPh dan pelaporan SPT untuk masing-masing jenis penghasilan adalah sebagai berikut: Jenis Penghasilan Penyetoran Pelaporan Bunga Deposito/Tabungan, Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya Paling lambat 20 hari setelah Masa Diskonto SBI, Bunga/Diskonto. setelah Masa Pajak berakhir. Pajak berakhir. Transaksi Penjualan Saham. Paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya Paling lambat tanggal 25 bulan setelah bulan terjadinya transaksi penjualan berikutnya setelah bulan terjadinya saham. transaksi penjualan saham. Hadiah Undian. Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya Paling lambat 20 hari setelah masa setelah bulan saat terutangnya pajak. pajak berakhir. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan Jasa Konstruksi Paling lambat tanggal 10 (bagi Pemotong Pajak) atau tanggal 15 (bagi WP pengusaha persewaan) dari bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Paling lambat tanggal 10 (bagi Pemotong Pajak) dan tanggal 15 (bagi WP jasa konstruksi) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir. Paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.

Lampiran I.2 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-01/PJ/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-53/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2), SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15, PASAL 22, PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTANNYA

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.2 DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) (D.1.1.32.06) Petunjuk Umum: SPT Masa Final PPh Pasal 4 Ayat (2) menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) Petunjuk Khusus: 1. Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan/tahun. Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan. 2. Kolom (1) : Cukup jelas. Kolom (2) : Diisi NPWP pihak yang dipotong atau jika pihak yang dipotong tidak memiliki NPWP maka diisi alamat lengkap (dalam hal Pemberi Hasil sebagai Pemotong Pajak), atau Diisi NPWP Pemotong (dalam hal Wajib Pajak dipotong oleh Pihak Lain). Kolom (3) : Diisi sesuai dengan kode jenis identitas pihak yang dipotong, yaitu: 1. NIK/KTP 2. SIM 3. Paspor 4. KITAS/KITAP 5. Lainnya Kolom (4) : Diisi dengan nomor identitas pihak yang dipotong. Kolom (5) : Diisi nama pihak yang dipotong (dalam hal Pemberi Hasil sebagai Pemotong Pajak), atau Diisi nama pemotong (dalam hal Wajib Pajak dipotong oleh pihak lain). Kolom (6) : Cukup jelas. Kolom (7) : Cukup jelas. Kolom (8) : Cukup jelas. Kolom (9) : Diisi dengan jumlah bruto objek Pajak Penghasilan untuk setiap Bukti Pemotongan/Pemungutan. Kolom (10) : Cukup jelas. 3. Bagian Tanda Tangan Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemotong Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang bersangkutan serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan. Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya Daftar Bukti Pemotongan dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun.

Lampiran I.3 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-01/PJ/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-53/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2), SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15, PASAL 22, PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTANNYA

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.3 DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) (D.1.1.32.10) Petunjuk Umum: SPT Masa PPh Final Pasal 4 Ayat (2) menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) Petunjuk Khusus: 1. Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan/tahun. Untuk SPT Pembetulan, Masa Pajak diisi dengan Masa Pajak dari SPT yang dibetulkan. 2. Kolom (1) : Cukup jelas. Kolom (2) : Diisi NPWP pihak yang dipotong atau jika pihak yang dipotong tidak memiliki NPWP maka diisi alamat lengkap (dalam hal Pemberi Hasil sebagai Pemotong Pajak), atau Diisi NPWP Pemotong (dalam hal Wajib Pajak dipotong oleh Pihak Lain). Kolom (3) : Diisi sesuai dengan kode jenis identitas pihak yang dipotong, yaitu: 1. NIK/KTP 2. SIM 3. Paspor 4. KITAS/KITAP 5. Lainnya Kolom (4) : Diisi dengan nomor identitas pihak yang dipotong. Kolom (5) : Diisi nama pihak yang dipotong (dalam hal Pemberi Hasil sebagai Pemotong Pajak), atau Diisi nama pemotong (dalam hal Wajib Pajak dipotong oleh pihak lain). Kolom (6) : Cukup jelas. Kolom (7) : Cukup jelas. Kolom (8) : Cukup jelas. Kolom (9) : Cukup jelas. 2. Bagian Tanda Tangan Beri tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pemotong Pajak/Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang bersangkutan serta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan. Tanggal diisi dengan tanggal dibuatnya Daftar Bukti Pemotongan dengan format penulisan tanggal-bulan-tahun.

Lampiran I.4 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-01/PJ/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-53/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2), SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15, PASAL 22, PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTANNYA

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.4 BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS HADIAH UNDIAN (F.1.1.33.09) Petunjuk Umum: SPT Masa Final PPh Pasal 4 Ayat (2) menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) (1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP). (2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Penyelenggara Undian. (3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang menerima penghasilan sehubungan dengan hadiah yang diterima/diperoleh. Nomor Identitas diisi dengan nomor identitas pihak yang dipotong. Kode Identitas diisi sesuai dengan kode jenis identitas pihak yang dipotong, yaitu: 1. NIK/KTP 2. SIM 3. Paspor 4. KITAS/KITAP 5. Lainnya (4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan/Pemungutan. (5) Diisi dengan identitas Pemotong/Pemungut Pajak dalam hal ini adalah Penyelenggara Undian baik orang pribadi/badan. (6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Penyelenggara Undian. Petunjuk Khusus: Bukti Pemotongan/Pemungutan ini dibuat oleh Penyelenggara Undian pada saat dibayarkannya/diserahkannya Hadiah Undian pada yang berhak (penerima Hadiah Undian). Bukti Pemotongan/Pemungutan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga), yaitu: Lembar ke 1 : Untuk Penerima Hadiah Undian. Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). Lembar ke 3 : Untuk Penyelenggara Hadiah Undian. Kolom 1 : Nomor, cukup jelas. Kolom 2 : Jenis Hadiah Undian. Diisi dengan nama/bentuk hadiah yang diberikan. Contoh : Tabungan Bank XYZ. Tiket Pesawat dan akomodasi ke Pulau Bali. Kolom 3 : Jumlah Bruto Hadiah Undian. Diisi dengan nilai bruto Hadiah Undian. Dalam hal hadiah undian diserahkan dalam bentuk natura/kenikmatan maka jumlah nilai bruto adalah sebesar nilai uang atau nilai pasar hadiah tersebut sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000. Kolom 4 : Tarif, diisi sesuai dengan tarif pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Hadiah Undian. Kolom 5 : PPh yang dipotong/dipungut Diisi dengan PPh atas hadiah undian yang telah dipotong/dipungut yaitu sebesar Jumlah Nilai Bruto x Tarif. Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh.

Lampiran I.5 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-01/PJ/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-53/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2), SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15, PASAL 22, PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTANNYA

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.5 BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS BUNGA DEPOSITO/TABUNGAN, DISKONTO SBI, JASA GIRO (F.1.1.33.10) Petunjuk Umum: SPT Masa Final PPh Pasal 4 Ayat (2) menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) (1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP). (2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Bank sebagai Pemotong Pajak. (3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak (penerima penghasilan) yang dipotong PPh atas Bunga Deposito/Tabungan, Diskonto SBI, Jasa Giro. Nomor Identitas diisi dengan nomor identitas pihak yang dipotong. Kode Identitas diisi sesuai dengan kode jenis identitas pihak yang dipotong, yaitu: 1. NIK/KTP 2. SIM 3. Paspor 4. KITAS/KITAP 5. Lainnya (4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan/Pemungutan. (5) Diisi dengan identitas lengkap Bank Pemotong Pajak. (6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Bank Pemotong Pajak. Petunjuk Khusus: Bank, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04/2001, berkewajiban memotong PPh yang terutang atas penghasilan berupa Bunga Deposito/Tabungan, Diskonto SBI, dan Jasa Giro yang dibayarkan oleh Bank. Bukti Pemotongan dibuat dalam rangkap 3 (tiga) yaitu: Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak. Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa PPh Pasal 4 Final ayat (2). Lembar ke 3 : Untuk Pemotong Pajak. Kolom 1 : Nomor, cukup jelas. Kolom 2 : Jenis Penghasilan Cukup jelas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kolom 3 : Jumlah Bruto Bunga/Diskonto/Jasa Giro. Diisi dengan jumlah bunga/diskonto/jasa Giro yang diberikan kepada Wajib Pajak. Kolom 4 : Tarif Diisi sesuai dengan tarif pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas Bunga Deposito/Tabungan dan Diskonto SBI/Jasa Giro, yaitu: a. 20% atas penghasilan berupa Bunga Deposito/Tabungan dan Diskonto SBI/Jasa Giro yang diterima/diperoleh Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). b. 20% atau tarif menurut tax treaty atas penghasilan berupa Bunga Deposito/Tabungan dan Diskonto SBI/Jasa Giro yang diterima/diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri. Kolom 5 : PPh yang dipotong Diisi dengan jumlah PPh yang dipotong, yaitu sebesar : Jumlah Bruto Bunga/Diskonto/Jasa Giro x tarif. Kolom 6 : DN /LN Jika ditempatkan di dalam negeri maka diisi DN, sedangkan jika ditempatkan di luar negeri maka diisi LN. Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh.

Lampiran I.6 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-01/PJ/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-53/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2), SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15, PASAL 22, PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTANNYA

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.6 BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS PENGHASILAN DARI PENJUALAN SAHAM YANG DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK (F.1.1.33.11) Petunjuk Umum: SPT Masa PPh Final Pasal 4 Ayat (2) menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) (1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Pemotong Pajak terdaftar. (2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai administrasi yang dibuat oleh Penyelenggara Bursa Efek. (3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang menerima penghasilan dari penjualan saham yang dimilikinya. Nomor Identitas diisi dengan nomor identitas pihak yang dipotong. Kode Identitas diisi sesuai dengan kode jenis identitas pihak yang dipotong, yaitu: 1. NIK/KTP 2. SIM 3. Paspor 4. KITAS/KITAP 5. Lainnya (4) Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dibuatnya Bukti Pemotongan Pajak. (5) Diisi dengan identitas lengkap Pemotong Pajak. (6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak. Petunjuk Khusus: Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pemotongan Pajak Penghasilan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari transaksi penjualan saham di bursa efek dilakukan oleh penyelenggaraan bursa efek melalui perantara pedagang efek. Bukti Pemotongan dibuat dalam rangkap 3 (tiga) yaitu: Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak. Lembar ke 2 : Untuk Penyelenggara Bursa Efek. Lembar ke 3 : Arsip Pemotong Pajak. Kolom 1 : Nomor, cukup jelas. Kolom 2 : uraian, cukup jelas. Kolom 3 : nilai transaksi penjualan Diisi dengan jumlah nilai seluruh transaksi penjualan. Kolom 4 : tarif, diisi sesuai dengan tarif pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari penjualan saham yang diperdagangkan di bursa efek. Kolom 5 : PPh yang dipotong Diisi dengan jumlah Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) yang dipotong, yaitu sebesar Nilai Transaksi Penjualan x Tarif. Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh.

Lampiran I.7 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-01/PJ/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-53/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2), SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15, PASAL 22, PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTANNYA

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.7 BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN (F.1.1.33.12) Petunjuk Umum: SPT Masa PPh Final Pasal 4 Ayat (2) menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) (1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP). (2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak. (3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang menerima penghasilan dari sewa tanah dan/atau bangunan Nomor Identitas diisi dengan nomor identitas pihak yang dipotong. Kode Identitas diisi sesuai dengan kode jenis identitas pihak yang dipotong, yaitu: 1. NIK/KTP 2. SIM 3. Paspor 4. KITAS/KITAP 5. Lainnya (4) Diisi dengan Nomor Objek Pajak Bumi dan Bangunan. (5) Diisi dengan lokasi tanah dan/atau bangunan. (6) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan. (7) Diisi dengan identitas Pemotong Pajak. (8) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak. Petunjuk Khusus: Bukti Pemotongan dibuat dalam rangkap 3 (tiga) yaitu: Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak. Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). Lembar ke 3 : Untuk Pemotong Pajak. Kolom 1 : Jumlah Bruto Nilai Sewa Diisi dengan jumlah bruto penghasilan yang dibayarkan/terutang atas penyewaan tanah dan/atau bangunan. Kolom 2 : Tarif, diisi sesuai dengan tarif pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan. Kolom 3 : PPh yang dipotong Diisi dengan jumlah PPh yang harus dipotong, yaitu sebesar Jumlah Bruto Nilai Sewa x Tarif. Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh.

Lampiran I.8 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-01/PJ/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-53/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2), SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15, PASAL 22, PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTANNYA

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.8 BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI (F.1.1.33.16) Petunjuk Umum: SPT Masa PPh Final Pasal 4 Ayat (2) menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) (1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP). (2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan/Pemungutan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh pemberi hasil sebagai Pemotong/Pemungut Pajak. (3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang menerima penghasilan sehubungan dengan imbalan jasa konstruksi yang diterima/diperoleh. Nomor Identitas diisi dengan nomor identitas pihak yang dipotong. Kode Identitas diisi sesuai dengan kode jenis identitas pihak yang dipotong, yaitu: 1. NIK/KTP 2. SIM 3. Paspor 4. KITAS/KITAP 5. Lainnya (4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan/Pemungutan. (5) Diisi dengan identitas Pemotong/Pemungut Pajak dalam hal ini adalah pemotong/pemungut pajak baik orang pribadi/badan. (6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong/Pemungut Pajak. Petunjuk Khusus: Bukti Pemotongan/Pemungutan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga), yaitu: Lembar ke 1 : Untuk Penerima Penghasilan. Lembar ke 2 : Untuk KPP melalui pemotong/pemungut pajak, dilampirkan pada saat SPT PPh Final Pasal 4 ayat (2). Lembar ke 3 : Untuk pemotong/pemungut pajak. Kolom 1 : Nomor, cukup jelas. Kolom 2 : Uraian Diisi dengan jenis jasa yang diberikan. Kolom 3 : Jumlah Nilai Bruto Diisi dengan jumlah penghasilan yang diterima/diperoleh. Kolom 4 : Tarif Diisi sesuai dengan tarif pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi. Kolom 5 : PPh yang dipotong/dipungut Diisi dengan PPh atas penghasilan yang telah dipotong/dipungut, yaitu sebesar Jumlah Nilai Bruto x Tarif. Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh.

Lampiran I.9 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-01/PJ/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-53/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2), SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15, PASAL 22, PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTANNYA

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.9 BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS BUNGA DAN/ATAU DISKONTO OBLIGASI DAN SURAT BERHARGA NEGARA (SBN) (F.1.1.33.17) Petunjuk Umum: SPT Masa PPh Final Pasal 4 Ayat (2) menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) (1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Pemotong Pajak terdaftar. (2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai administrasi yang dibuat oleh Pemotong Pajak. (3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang menerima penghasilan berupa bunga obligasi. Nomor Identitas diisi dengan nomor identitas pihak yang dipotong. Kode Identitas diisi sesuai dengan kode jenis identitas pihak yang dipotong, yaitu: 1. NIK/KTP 2. SIM 3. Paspor 4. KITAS/KITAP 5. Lainnya (4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan. (5) Diisi dengan identitas Pemotong Pajak. (6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak. Petunjuk Khusus: Sesuai dengan ketentuan yang berlaku pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) atas penghasilan yang diterima atau diperoleh berupa bunga obligasi dilakukan oleh penerbit obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk, serta oleh perusahaan efek, dealer atau bank selaku pedagang perantara dan/atau pembeli. Bukti Pemotongan ini dibuat rangkap 4 (empat) oleh Pemotong Pajak, yaitu: Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak yang dipotong. Lembar ke-2 : untuk Penyelenggara Bursa Efek. Lembar ke-3 : untuk Arsip Pemotong Pajak. Lembar ke-4 : untuk Pembeli/Pemegang Obligasi. Kolom 1 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf I Huruf j Huruf k Kolom 2 Terbilang : Uraian, terdiri atas: : Nama obligasi/sbn Obligasi sebagaimana dimaksud pada kolom ini termasuk surat utang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, seperti Medium Term Note, Floating Rate Note yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Surat Berharga Negara meliputi Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara. Surat Utang Negara meliputi Obligasi Negara dan Surat Perbendaharaan Negara. : Jumlah nilai nominal, cukup jelas. : Nomor seri, cukup jelas. : Tingkat bunga/tahun, cukup jelas. : Tanggal jatuh tempo bunga terakhir, dengan format penulisan: tanggal-bulan -tahun. : Tanggal perolehan, dengan format penulisan: tanggal-bulan -tahun. : Tanggal penjualan, dengan format penulisan: tanggal-bulan -tahun. : Jumlah harga perolehan bersih (tanpa bunga), cukup jelas. : Jumlah harga jual bersih (tanpa bunga), cukup jelas. : Diskonto (i - h), cukup jelas. : Bunga, cukup jelas. : Bunga/Diskonto, cukup jelas. : Diisi untuk jumlah PPh.

Lampiran I.10 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-01/PJ/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-53/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2), SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15, PASAL 22, PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTANNYA

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.10 BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI (F.1.1.33.19) Petunjuk Umum: SPT Masa PPh Final Pasal 4 Ayat (2) menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) (1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP). (2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak. (3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak (penerima penghasilan) yang dipotong PPh atas bunga simpanan koperasi. Nomor Identitas diisi dengan nomor identitas pihak yang dipotong. Kode Identitas diisi sesuai dengan kode jenis identitas pihak yang dipotong, yaitu: 1. NIK/KTP 2. SIM 3. Paspor 4. KITAS/KITAP 5. Lainnya (4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan. (5) Diisi dengan identitas Pemotong Pajak. (6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak. Petunjuk Khusus: Bukti Pemotongan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga). Lembar ke 1 : Untuk Penerima Hadiah Undian. Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). Lembar ke 3 : Untuk Pemotong Pajak. Kolom 1 : Jumlah Bruto Bunga Simpanan Diisi dengan jumlah bruto bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi. Kolom 2 : Tarif, diisi sesuai dengan tarif pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi. Kolom 3 : PPh yang dipotong Diisi dengan jumlah PPh yang harus dipotong, yaitu sebesar Tarif x Jumlah Bruto Bunga Simpanan. Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh.

Lampiran I.11 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-01/PJ/2015 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-53/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2), SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 15, PASAL 22, PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTANNYA

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.11 BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI (F.1.1.33.21) Petunjuk Umum: SPT Masa PPh Final Pasal 4 Ayat (2) menggunakan format yang dapat dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: - Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, berilah tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan. - Kertas berukuran F4/Folio (8.5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70 gram. - Kertas tidak boleh dilipat atau kusut. - Kolom Identitas: Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan komputer atau tulis tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis di dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun tidak boleh melewati batas kotak paling kanan. Contoh : Nama - Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal. Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah: 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00) dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50) (1) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Pajak (KPP). (2) Diisi dengan Nomor Bukti Pemotongan sesuai dengan urutan yang dibuat oleh Pemotong Pajak. (3) Diisi dengan Identitas Wajib Pajak yang dipotong PPh. Nomor Identitas diisi dengan nomor identitas pihak yang dipotong. Kode Identitas diisi sesuai dengan kode jenis identitas pihak yang dipotong, yaitu: 1. NIK/KTP 2. SIM 3. Paspor 4. KITAS/KITAP 5. Lainnya (4) Diisi dengan tanggal dibuatnya Bukti Pemotongan. (5) Diisi dengan identitas Pemotong Pajak. (6) Diisi dengan tanda tangan, nama dan cap Pemotong Pajak. Petunjuk Khusus: Bukti Pemotongan ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga). Lembar ke 1 : Untuk Wajib Pajak. Lembar ke 2 : Untuk KPP sebagai lampiran pada saat pelaporan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat (2). Lembar ke 3 : Untuk Pemotong Pajak. Kolom 1 : Jumlah Bruto Dividen Diisi dengan jumlah dividen yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri. Kolom 2 : Tarif, diisi sesuai dengan tarif pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas dividen. Kolom 3 : PPh yang dipotong Diisi dengan jumlah PPh yang harus dipotong, yaitu sebesar jumlah bruto dividen x tarif. Terbilang : Diisi untuk jumlah PPh.