Deskripsi Singkat Topik :

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN (RKA-SKPD)

[A.3] PENYUSUNAN RKA SKPD

Penyusunan & Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)-SKPD

SISTEM DAN PROSEDUR PENGELUARAN

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN & PENGESAHAN DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN (DPPA) - SKPD

Penyusunan & Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran (DPPA)-SKPD

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

CONTOH FORMAT RKA-SKPD DINAS KESEHATAN. Provinsi/Kabupaten/Kota *) RENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RKA-SKPD) TAHUN ANGGARAN.

[A.2] PENYUSUNAN RKA PPKD

Jakarta, 5 Mei Kepada

Jakarta, 5 Mei Kepada

A. CONTOH FORMAT RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH RKAS TRIWULAN URAIAN I II III IV JUMLAH (Rp)

CONTOH FORMAT DPA-SKPD DINAS KESEHATAN PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).

SISTEM DAN PROSEDUR PERGESERAN ANGGARAN

TEKNIS PENYUSUNAN RKA SKPD

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DEPARTEMEN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH TAHUN 2006

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG

A. PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RANCANGAN APBD

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENYUSUNAN RKA SKPD

STRUKTUR APBD DAN KODE REKENING

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA.

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

SISTEM DAN PROSEDUR PEMBAHASAN RANPERDA APBD DAN PENYUSUNAN RANPERBUP PENJABARAN APBD

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI DAIRI,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO SERI C

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAMAYU

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

BAPPEDA PROVINSI BANTEN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG POKOK - POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 26 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 542 TAHUN 2008 TENTANG

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

PENDAHULUAN. Rencana Kerja Pemerintah Daerah merupakan pedoman untuk penyusunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

STRUKTUR ANGGARAN BELANJA DAN PENDAPATAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 2 TAHUN 2007

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 76 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2006

WALIKOTA BUKITTINGGI

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 10 TAHUN 2016

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Penyusunan & Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan (DPAL)-SKPD

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2016

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH DESA... KECAMATAN... KABUPATEN...

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN Mengingat

Transkripsi:

BAB V PENGELOLAAN KEUANGAN KECAMATAN Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : Pengelolaan Keuangan Kecamatan Sub Pokok Bahasan : 1. Pendahuluan 2. Siklus Pengelolan Keuangan Kecamatan 3. Pendekatan Tipologi Untuk Menentukan Besaran Anggaran Kecamatan 4. Stuktur RKA SKPD Waktu Tujuan Metode : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan : Praja dapat memahami siklus pengelolaan keuangan kecamatan terutama pada siklus perencanaan dan penganggaran dan mengenal formulir-formulir penyusunan anggaran kecamatan : Ceramah/Tatap Muka A. Pendahuluan Pada saat kecamatan sebagai wilayah administrasi pemerintahan dalam rangka asas dekonsentrasi, anggaran kecamatan bersumber dari APBN dan bantuan dari APBD (Provinsi dan kabupaten/kota). Setelah kedudukan kecamatan berubah menjadi wilayah kerja perangkat daerah dan Camat sebagai perangkat daerah, sumber utama anggaran penyelenggaraan pemerintahan kecamatan berasal dari APBD kabupaten/kota. Konsekuensi logis dari perubahan tersebut, maka anggaran kecamatan disusun dengan prinsip anggaran berbasis kinerja (Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002) dan anggaran berdasarkan prestasi kerja - 84 -

(Permendagri Nomor 13 Tahun 2006) dan diperlakukan sama dengan organisasi perangkat daerah lainnya. Tugas pokok dan fungsi unit kerja merupakan dasar dalam penyusunan anggaran unit kerja perangkat daerah. Kebijakan penyelenggaraan pemerintahan kecamatan oleh masingmasing daerah mengalami peralihan. Kondisi obyektif perlakuan kecamatan khususnya anggaran kecamatan belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta beban kerja kecamatan, tetapi masih menggunakan pendekatan pragmatis dan praktis dalam menentukan kriteria dan besaran alokasi anggaran sehingga cenderung dibuat seragam. Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa setiap Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah termasuk Camat sebagai salah satu Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah - mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; 2. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; 3. Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; 4. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak; 5. Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; 6. Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; dan 7. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya. - 85 -

Uraian lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan kecamatan dapat dilihat dalam butir butir berikut : 1. Dilihat dari segi pengelolaannya, keuangan daerah dapat dibagi menjadi keuangan daerah yang pengelolaannya dilakukan secara terpisah (contoh BUMD) dan pengelolaan keuangan daerah yang pengelolaannya dilakukan secara tidak terpisah (contoh APBD). 2. Kecamatan sebagai bagian integral dari satuan kerja perangkat daerah (SKPD) memiliki kewenangan untuk menyusun dan mengelola anggarannya sendiri. 3. Camat sebagai pengguna anggaran setiap tahun memiliki kewajiban untuk menyusun rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah (RKA SKPD) dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. 4. Kecamatan sebagai SKPD wajib menyusun program dan anggaran sesuai pedoman (Permendagri No. 13/2006). 5. Program tahunan kecamatan merupakan pejabaran dari Renstra Kecamatan (5 tahunan) yang setiap tahunnya masih harus diselaraskan dengan RKPD. 6. Program tahunan yang sudah diselaraskan dengan RKPD dirinci lebih lanjut dalam kegiatan atau aktivitas sesuai dengan jenis urusan atau fungsinya. 7. Berdasarkan rincian program (kegiatan/aktivitas) sebagaimana butir 3 di atas disusunlah anggaran kecamatan. Adapun penyusunan program dan kegiatan satuan kerja perangkat daerah, termasuk untuk kecamatan mekanismenya adalah sebagai berikut : - 86 -

1. Berdasarkan kewenangan atributif (Pasal 126 UU No. 32/2004) dan kewenangan delegatif yang dilimpahkan oleh kepala daerah serta berdasarkan potensi unggulan daerah, Camat menyusun visi misi kecamatan yang dituangkan dalam renstra kecamatan. 2. Renstra kecamatan berisi program kerja indikatif dan terukur yang akan dicapai selama lima tahun guna mendukung atau memberikan kontribusi pencapaian visi dan misi yang tertuang dalam RPJMD. 3. Program-program indikatif dan terukur yang tercantum di dalam renstra kecamatan harus digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran kecamatan. 4. Program kerja lima tahunan tersebut secara sistematis dan logis dijabarkan ke dalam program kerja tahunan sebagai dasar penyusunan anggaran kecamatan. 5. Program kerja tahunan kecamatan setelah diselaraskan dengan RKPD dirinci ke dalam kegiatan menurut jenis urusan dan fungsinya. 6. Jenis urusan terbagi menjadi 2 (dua) yakni : (1) Urusan wajib dan (2) Urusan pilihan. TABEL 4.1 CONTOH TARGET PENCAPAIAN KINERJA TERUKUR DARI SETIAP URUSAN PEMERINTAH Kode Rek. Bidang Urusan Pemerintahan 1 Urusan Wajib 1 01 Pendidikan Program. Kegiatan. dst 2 Urusan Pilihan 2 02 Pendidikan Program. Kegiatan. dst Sasaran Program/ Kegiatan Target (%) Organisasi Pagu Indikatif - 87 -

Untuk kecamatan, urusan wajib dan urusan pilihannya mengikuti urusan tersebut pada tingkat kabupaten/kota dengan penekanan sesuai dengan potensi kecamatan masing-masing. Jenis urusan menurut fungsi terbagi menjadi 9 (sembilan), yaitu : 1. Fungsi pelayanan umum; 2. Fungsi ketertiban dan ketentraman; 3. Fungsi ekonomi; 4. Fungsi lingkungan hidup; 5. Fungsi perumahan dan fasilitas umum; 6. Fungsi kesehatan; 7. Fungsi pariwisata dan budaya; 8. Fungsi pendidikan; 9. Fungsi perlindungan sosial; Sedangkan penyusunan program anggaran satuan kerja perangkat daerah, termasuk untuk kecamatan mekanismenya adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan Surat Edaran Kepala Daerah (SE KDH) tentang permintaan anggaran dari kerja satuan pemerintah daerah, Camat menyusun RKA SKPD kecamatan. 2. SE KDH berisi tentang jumlah atau plafond anggaran sementara, petunjuk teknis pengisian RKA SKPD dan lampiran Keputusan Kepala Daerah tentang harga satuan barang dan jasa. - 88 -

B. Siklus Pengelolaan Keuangan Kecamatan Penyusunan program kerja dan kegiatan kecamatan sebagai dasar dalam menyusun anggaran mengacu pada tugas pokok dan fungsi yang merupakan penjabaran dari kewenangan atributif (Pasal 126 UU Nomor 32 Tahun 2004) dan kewenangan delegatif yang diberikan oleh Kepala Daerah. Penyusunan anggaran kecamatan mekanismenya adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan Surat Edaran Kepala Daerah (SE KDH) tentang Permintaan anggaran dari satuan kerja pemerintah daerah, selanjutnya Camat menyusun RKA SKPD Kecamatan. 2. SE KDH berisi tentang jumlah atau pagu anggaran sementara, petunjuk teknis (juknis) pengisian RKA SKPD dan lampiran Keputusan Kepala Daerah tentang Harga Satuan Barang dan Jasa. Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang dimaksud Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan definisi tersebut, dikaitkan dengan pengelolaan keuangan kecamatan maka dapat dibuat siklus sebagai berikut : - 89 -

TABEL 5.1 SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN KECAMATAN Secara garis besar, siklus pengelolaan keuangan kecamatan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Perencanaan, pada siklus ini berisi : a. Pelaksanaan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) tingkat kecamatan, b. Penyusunan Renstra Kecamatan (periode 5 tahunan), c. Penyusunan Renja Kecamatan (periode 1 tahunan). 2. Penganggaran, pada siklus ini berisi penyusunan Anggaran Kecamatan yang terdiri dari : a. Pendapatan Kecamatan Pendapatan kecamatan adalah semua unsur pendapatan asli daerah yang pemungutannya didelegasikan kepada Camat. - 90 -

b. Belanja Kecamatan; Belanja kecamatan terdiri atas Belanja Tidak Langsung (BTL) dan Belanja Langsung (BL). 1) Belanja tidak langsung adalah belanja (pengeluaran) yang tidak dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya program/kegiatan. Belanja tidak langsung terdiri dari : a). Belanja pegawai b). Belanja bunga c). Belanja subsidi d). Belanja hibah e). Belanja bantuan sosial f). Belanja bagi hasil g). Belanja bantuan keuangan h). Belanja tidak terduga 2) Belanja langsung adalah belanja (pengeluaran) yang dipengaruhi oleh adanya program/kegiatan. Belanja langsung terdiri dari : a). Belanja pegawai. b). Belanja barang dan jasa c). Belanja modal c. Pembiayaan Kecamatan - Pembiayaan adalah selisih antara pendapatan dengan belanja - Pendapatan > Belanja = surplus ~> dipakai untuk apa - Pendapatan < Belanja = devisit ~< ditutup dari mana Untuk anggaran kecamatan tidak disarankan ada defisit, kecuali untuk pengeluaran mendesak atau darurat seperti penanggulangan bencana alam, wabah penyakit dsb. 3. Penatausahaan Keuangan Kecamatan a. Penatausahaan Penerimaan Bendahara Kecamatan wajib mempertanggungjawabkan penerimaan uang - 91 -

yang menjadi tanggung jawabnya melalui laporan pertanggungjawaban penerimaan. b. Penatausahaan Pengeluaran Bendahara Kecamatan wajib mempertanggungjawabkan penggunaan uang yang menjadi tanggung jawabnya melalui laporan pertanggungjawaban pengeluaran. 4. Pelaporan Setelah berakhirnya tahun anggaran, Camat wajib menyusun pelaporan pelaksanaan anggaran yang disampaikan kepada Kepala Daerah. 5. Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Setelah berakhirnya tahun anggaran, Camat wajib menyusun pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran yang disampaikan kepada Kepala Daerah. 6. Evaluasi Evaluasi dilakukan oleh Kepala Daerah untuk melihat sejauhmana perkembangan antara perencanaan dan capaian. - 92 -

C. Pendekatan Tipologi Untuk Menentukan Besaran Anggaran Kecamatan Kebiasaan pemda selama ini dalam memberikan anggaran kepada kecamatan tidak didasarkan pada kebutuhan riil, namun besarannya sudah dalam pagu tertentu (tergantung kebijakan pemda). Anggaran kecamatan diberikan secara seragam terutama belanja langsungnya (BL), sedangkan belanja tidak langsung (BTL) tergantung jumlah pegawai kecamatan masing-masing. Besaran BL sangat berpengaruh terhadap aktivitas/kegiatan kecamatan. Semakin besar jumlah BL kecamatan berarti program dan kegiatan kecamatan tsb dipastikan banyak. Sebaliknya semakin kecil BL kecamatan berarti aktivitas kecamatan dimaksud juga terbatas, konsekuensinya pegawai kecamatan banyak yang menganggur. Seragamnya BL karena kecamatan kesulitan dalam membuat uraian program dan kegiatan karena dianggap rutinitas belaka. Program dan kegiatan kecamatan umumnya tidak didasarkan pada besaran kewenangannya baik kewenangan atributif maupun kewenangan delegatif. Untuk BTL, setelah kewenangan, struktur organisasi dan personil kecamatan disusun berdasarkan kebutuhan masing-masing tipe kecamatan. Tipe A, karena jumlah personilnya lebih banyak dibandingkan kecamatan dengan tipe B dan C, dipastikan BTLnya akan besar (apabila pemerintah daerah membuat kebijakan penerapan tipologi kecamatan sehingga terdapat Kecamatan Tipe A, B dan C). - 93 -

Bagaimana agar Balanja Langsung Kecamatan besar? Prinsip money follow function (uang mengikuti fungsi). Agar kecamatan berfungsi dengan baik maka harus dilihat dulu kewenangan/urusan kecamatan. Ada 2 (dua) sumber kewenangan kecamatan yaitu : 1. Kewenangan atributif 2. Kewenangan delegatif Ad.1. Kewenangan atributif Kewenangan atributif adalah kewenangan yang melekat sesuai peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Kewenangan atributif ini merupakan tugas pemerintahan umum sebagaimana diatur dalam PP Nomor 19 Tahun 2008. Ad.2. Kewenangan delegatif Kewenangan delegatif merupakan kewenangan yang dilimpahkan dari Bupati kepada Camat. Berdasarkan penjelasan di atas, maka besaran anggaran kecamatan dapat disusun melalui 2 (dua) pendekatan : 1. Pendekatan rata-rata Analogi pendekatan ini dapat diibaratkan seorang ayah yang mempunyai tiga orang anak yang duduk di bangku SMA, SMP dan SD. Karena si ayah hanya mempunyai uang Rp 10rb maka distribusi kepada ketiga anaknya agar dirasakan adil adalah yang SMA diberi uang jajan harian Rp. 4rb, anak SMP sebesar Rp. 3rb, dan anak SD diberikan Rp. 2rb. (asumsinya, uang jajan anak SMA pasti besar). - 94 -

Pendekatan ini sama rata untuk tiap tipe, belum dibedakan berdasarkan hasil skor tipologi (bisa saja besaran anggaran tiap tipe berbeda berdasarkan skor). Pendekatan ini bersifat sementara karena besaran/plafond anggaran untuk kecamatan sudah disiapkan oleh pemda (dengan asumsi besaran anggaran nantinya hanya didasarkan pada tipologi kecamatan). Dengan pendekatan ini akan terlihat bahwa kecamatan-kecamatan yang selama ini mendapatkan anggaran besar, tetapi karena bobot kerjanya kecil (yang tercermin dari tipe B atau C), maka akan mendapatkan anggaran yang kecil. Konsekuensinya anggarannya akan dipangkas dan disesuaikan dengan besaran tipologinya. 2. Pendekatan kebutuhan riil Analoginya, untuk uang jajan, uang SPP dan uang transport dianalisis kembali untuk menentukan kebutuhan riil masing-masing anak. Dimungkinkan kebutuhan anak SMP akan lebih besar dibandingkan anak SMA karena jarak sekolahnya jauh, sekolahnya favorit sehingga SPPnya mahal. Yang pertama harus dilihat adalah apakah tipologi kecamatan yang sudah dibuat sudah benar? Masalahnya apabila dalam penyusunan anggaran ini terjadi kasus kebutuhan riil kecamatan tipe B atau bahkan tipe C, kebutuhan riilnya melebihi kecamatan dengan tipe A. Apabila ini terjadi, kesalahan terletak pada menentukan skala prioritas/bobot variabel tipologinya terutama variabel yang bobotnya paling besar dan dominan seperti kewenangan kecamatan. - 95 -

Secara umum berdasarkan uraian di atas, untuk membedakan kebutuhan riil BL dan BTLnya, perlu dianalisis lebih lanjut komponen apa saja yang mempengaruhi keduanya : 1. Belanja Langsung (BL) Kecamatan Dari kewenangan atributif diuraikan menjadi uraian tugas pokok dan fungsi (dan menjadi kewenangan masing-masing sekcam dan seksi). Masing-masing seksi kemudian menyusun kebijakan, program dan kegiatan sesuai dengan tupoksinya sebagai dasar dalam menyusun anggaran. NO UNIT KERJA KEBI- JAKAN PRO- GRAM KEGIA- TAN BIAYA YANG DIBUTUHKAN 1. Sekretaris Kecamatan 2. Seksi Pemerintahan 3. Seksi... 4. Seksi... dst Tiap kebijakan terdiri dari beberapa program, dan tiap program terdiri dari berbagai kegiatan, sehingga tiap-tiap kegiatan dapat dilihat besaran anggarannya. Demikian juga menurut kewenangan delegatifnya, uraian kewenangan kecamatan dibagi menurut tupoksi masing-masing seksi. Masing-masing seksi kemudian menyusun kebijakan, program dan kegiatan sesuai dengan tupoksinya sebagai dasar dalam menyusun anggaran. - 96 -

NO RINCIAN BIDANG KEWENANGAN OBYEK BESARAN OBYEK YANG DIURUS VOLUME OBYEK YANG DIURUS VOLUME/ FREKUENSI KEGIATAN 1 Bidang Ketentraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat 1 Melaksanakan operasi Jalan Panjang Frekuensi operasi penertiban : penertiban pada jalan lingkungan Lingkungan jalan lingkungan... Rata-rata per bulan... Rata-rata per tahun... Jumlah personil yang 2 Melaksanakan operasi penertiban pada jalur hijau terlibat... Jalur Hijau Jumlah kawasan/ jalur hijau... Panjang jalur hijau... Jumlah personil yang terlibat... Frekuensi operasi penertiban : Rata-rata per bulan... Rata-rata per tahun... KET. Biaya yang dibutuh kan tiap operasi... Biaya yang dibutuh kan tiap operasi... Catatan : Belanja langsung diatas sudah termasuk rincian kebutuhan ATK, belanja modal dan perjalanan dinas. 2. Belanja Tidak Langsung (BTL) kecamatan BTL kecamatan sangat dipengaruhi oleh besaran pegawai di kecamatan. Untuk kecamatan tipe A karena jumlah personilnya banyak maka BTL kecamatan otomatis akan besar pula (berkaitan dengan gaji pokok dan tunjangan). Untuk menentukan besaran jumlah personil kecamatan perlu diperhatikan apakah adanya pelimpahan kewenangan sudah disertai dengan kemampuan SDM yang memadai. Hal ini penting karena berkaitan dengan alokasi kebutuhan personil sesuai dengan tipe kecamatan. - 97 -

NO PERSONIL KECAMATAN GAJI POKOK TUN- JANGAN LAINNYA JUM-LAH 1. Camat 2. Sekcam 3. Kasi 4. Staf golongan IV I 5. Honorer/Kontrak Cat : Plus gaji ke-13. Untuk menentukan uraian kebijakan, program dan kegiatan, organisasi kecamatan harus mempunyai renstra kecamatan sesuai dengan dominasi PDRB kecamatan, mata pencaharian penduduk dan luas penggunaan lahan. Tanpa renstra yang jelas, sulit untuk menentukan kebutuhan riil kecamatan. Besaran anggaran riil tiap kecamatan ini setiap tahun senantiasa akan berubah seiring dengan banyaknya program dan kegiatan (BL), sedangkan BTL dipengaruhi oleh kenaikan pangkat pegawai, tunjangan jabatan (untuk struktural) dan gaji berkala, termasuk gaji ke-13 PNS. Adapun tata urutan alur pikir/penataan organisasi kecamatan dapat ditata sebagai berikut : 1. Kewenangan kecamatan Apakah perlu ditinjau/dievaluasi kembali efektifitasnya terutama kewenangan delegatifnya. Evaluasi ini penting untuk melihat sejauhmana pelaksanaannya di lapangan terutama kewenangan yang sudah didelegasikan namun tidak dilaksanakan. Perlu kejelasan mengapa kewenangan tsb tidak dilaksanakan. Besaran kewenangan merupakan dasar dalam penyusunan anggaran kecamatan. - 98 -

2. SOTK Dalam PP 19/2008 disebutkan bahwa organisasi kecamatan sekurangkurangnya adalah 5 seksi, artinya dimungkinkan penerapan SOTK sesuai tipologinya. SOTK Tipe A adalah 5, Tipe B adalah 4 dan tipe C adalah 3. Kelebihan dari penerapan metode ini akan diperoleh efisiensi anggaran terutama pada tipe B dan C karena seksinya berkurang. Walaupun demikian, SOTK yang sedikit, fungsi organisasi kecamatan ada yang mengadopsi agar tupoksi berjalan normal. 3. Personil Sesuai tipologi kecamatan, besaran personil menentukan besaran BTL. Pelimpahan kewenangan seharusnya diikuti dengan SDM yang mempunyai kemampuan teknis sesuai kewenangannya. Perekrutan personil bagi kecamatan yang kurang dapat diperoleh dari pindahan kecamatan yang lebih personilnya, atau dari dinas teknis yang menguasai bidang kewenangan yang dilimpahkan atau pegawai yang ada dididik terlebih dulu dalam penguasaan teknis. 4. Sarana/prasarana/dokumentasi Sesuai Permendagri Nomor 6 Tahun 2006 dan Nomor 11 Tahun 2007, kecamatan dengan tipe A akan memperoleh sarana yang optimal atau mendekati 100%, kecamatan tipe B, ketersediaan sarana dan prasarananya minimal di atas 66% dan kecamatan tipe C minimal 33%. 5. Pembiayaan Terdapat 2 model yaitu model rata-rata dan model sesuai kebutuhan riil. - 99 -

D. Struktur RKA SKPD Dalam struktur anggaran daerah, terdapat 3 (tiga) formulir RKA SKPD yaitu RKA SKPD 1, RKA SKPD 2 dan RKA SKPD 3. Pengisian formulir RKA SKPD 1 tergantung pada kewenangan untuk memungut pendapatan, dan khusus pengisian formulir RKA SKPD 3.1 dan 3.2 (Pembiayaan) tidak perlu diisi oleh kecamatan (formulir tersebut hanya diisi oleh Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah). BAGAN 5.2. ALIR PENGERJAAN RKA SKPD RKA SKPD 1 RKA SKPD 2.1 RKA SKPD 2.2.1 RKA SKPD 2.2 RKA SKPD RKA SKPD 3.1 RKA SKPD 3.2 Penjelasan/Keterangan Bagan Alir Pengerjaan RKA SKPD Nama Formulir Keterangan RKA-SKPD Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Kecamatan RKA-SKPD 1 RKA-SKPD 2.1 RKA-SKPD 2.2 RKA-SKPD 2.2.1 Rincian Anggaran Pendapatan Kecamatan Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung Kecamatan Rincian Anggaran Belanja Langsung Kecamatan Rincian Anggaran Belanja Langsung Kecamatan Menurut Program dan Per Kegiatan - 100 -

Nama Formulir RKA-SKPD 3.1 RKA-SKPD 3.2 Keterangan Rincian Penerimaan Pembiayaan Kecamatan Rincian Pengeluaran Pembiayaan Kecamatan Uraian : 1. RKA SKPD Jenis dan contoh formulir Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD) dapat dijelaskan sebagai berikut : TABEL 6.2. FORMULIR RKA SKPD RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Provinsi/Kabupaten/Kota... Tahun Anggaran... Formulir RKA SKPD Urusan Pemerintahan :.. Organisasi :.. Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kode Rekening Uraian Jumlah (Rp) 1 2 3 Surplus/(Defisit) Pembiayaan netto.., tanggal, bulan, tahun.. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (nama jelas) NIP... - 101 -

Cara Pengisian Formulir RKA SKPD Formulir RKA-SKPD merupakan formulir anggaran satuan kerja perangkat daerah yang sumber datanya berasal dari ringkasan jumlah pendapatan menurut kelompok dan jenis yang isinya dalam formulir RKA SKPD 1, jumlah belanja tidak langsung menurut kelompok dan jenis belanja yang diisi dalam formulir RKA SKPD- 2.1, dan penggabungan dari seluruh jumlah kelompok dan jenis belanja langsung yang diisi dalam setiap formulir RKA SKPD- 2.2.1. Khusus formulir RKA SKPD Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah setelah baris surplus dan defisit anggaran diuraikan kembali penerimaan dan pengeluaran pembiayaan sebagaimana tercantum dalam formulir RKA SKPD- 3.1 dan formulir RKA SKPD- 3.2. Penjelasan : 1. Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. 2. Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan. 3. Urusan pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD. 4. Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). 5. Kolom 1, diisi dengan nomor kode rekening pendapatan/nomor kode rekening belanja/nomor rekening pembiayaan. Pengisian kode rekening dimaksud secara berurutan dimulai dari kode rekening akun pendapatan/belanja/pembiayaan, diikuti dengan masing-masing kode rekening kelompok pendapatan/belanja/ pembiayaan dan diakhiri dengan kode rekening jenis pendapatan/ belanja/pembiayaan. 6. Kolom 2, diisi dengan uraian pendapatan/belanja/pembiayaan a. Pencantuman pendapatan diawali dengan uraian pendapatan, selanjutnya diikuti dengan uraian kelompok dan setiap uraian kelompok diikuti dengan uraian jenis pendapatan yang dipungut atau diterima oleh satuan kerja perangkat daerah sebagaimana dianggarkan dalam formulir SKPD 1. b. Untuk belanja diawali dengan pencantuman uraian belanja, selanjutnya uraian belanja dikelompokkan ke dalam Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Dalam kelompok Belanja Tidak Langsung diuraikan jenis-jenis belanja sesuai dengan yang tercantum dalam formulir RKA SKPD 2.1 Dalam kelompok belanja langsung diuraikan jenis-jenis belanja sesuai dengan yang tercantum dalam formulir RKA SKPD 2.2.1. - 102 -

c. Untuk pembiayaan diawali dengan pencantuman uraian pembiayaan, selanjutnya uraian pembiayaan dikelompokkan ke dalam penerimaan dan pengeluaran pembiayaan. Dalam kelompok penerimaan pembiayaan diuraikan jenis-jenis penerimaan sesuai dengan yang tercantum dalam formulir RKA SKPD 3.1. Dalam kelompok pengeluaran pembiayaan diuraikan jenis-jenis pengeluaran sesuai dengan yang tercantum dalam formulir RKA SKPD 3.2. 7. Kolom 3 diisi dengan jumlah menurut kelompok, menurut jenis pendapatan, menurut jenis belanja. Jumlah dimaksud merupakan penjumlahan dari jumlah yang tercantum dari formulir RKA SKPD 1, formulir RKA SKPD 2.1, dan seluruh formulir RKA SKPD 2.2.1. 8. Surplus diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih besar dari jumlah anggaran belanja. 9. Defisit diisi apabila jumlah anggaran pendapatan diperkirakan lebih kecil dari jumlah anggaran belanja, dan ditulis dalam tanda kurung. 10. Khusus formulir RKA SKPD sekretariat daerah atau satuan kerja pengelola keuangan daerah sebagaimana diterangkan di atas, pada kolom 3 diisi dengan jumlah menurut kelompok, menurut jenis penerimaan dan pengeluaran pembiayaan. Selanjutnya pada kolom 2 diisi dengan uraian pembiayaan netto untuk menerangkan selisih antara jumlah penerimaan pembiayaan dengan jumlah pengeluaran pembiayaan yang tercantum dalam kolom 3. Pencantuman mengenai ringkasan pembiayaan pada formulir RKA SKPD pada prinsipnya sama dengan yang diuraikan dalam formulir RKA SKPD 3.1 dan formulir RKA SKPD 3.2. 11. Nama ibukota, bulan, tahun diisi berdasarkan pembuatan formulir RKA SKPD, dengan mencantumkan nama jabatan kepala SKPD. 12. Formulir RKA SKPD ditandatangani oleh Kepala SKPD dengan mencantumkan nama lengkap dan Nomor Induk Pegawai (NIP). 13. Formulir RKA SKPD dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan. 14. Apabila formulir RKA SKPD lebih dari satu halaman, maka pada halaman berikutnya cukup diisi mulai dari ringkasan anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan Satuan Kerja Perangkat Daerah serta pengisian nama ibukota, bulan, tahun, nama jabatan, tanda tangan kepala SKPD, ditempatkan pada halaman terakhir dan setiap halaman diberi nomor urut halaman. - 103 -

2. RKA SKPD 1 Jenis dan contoh formulir Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah 1 (RKA SKPD 1) dapat dijelaskan sebagai berikut : TABEL 6.3 FORMULIR RKA SKPD 1 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Provinsi/Kabupaten/Kota... Tahun Anggaran... Urusan Pemerintahan : x.xx... Oganisasi : x.xx.xx... Rincian Anggaran Pendapatan Satuan Kerja Perangkat Daerah Rincian Penghitungan Kode Rekening Uraian Volume Satuan Tarif/ Harga 1 2 3 4 5 Formulir RKA SKPD 1 Jumlah (Rp.) 6 = (3x5) Jumlah.., tanggal, bulan, tahun.. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Keterangan Tanggal Pembahasan Catatan Hasil Pembahasan 1. 2. Dst (nama jelas) NIP... Tim Anggaran Daerah : No Nama NIP Jabatan Tanda Tangan 1. 2. 3. - 104 -

Formulir RKA SKPD 1 sebagai formulir untuk menyusun rencana pendapatan atau penerimaan satuan kerja perangkat daerah dalam tahun anggaran yang telah direncanakan. Oleh karena itu nomor kode rekening dan uraian nama kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan yang dicantumkan dalam formulir RKA SKPD- 1 disesuaikan dengan pendapatan tertentu yang akan dipungut atau penerimaan tertentu dari pelaksanaan tugas pokok dan satuan fungsi kerja perangkat daerah sebagaimana ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan. Pengisian formulir RKA SKPD- 1 berpedoman pada ketentuan Pasal 25 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Untuk memenuhi asas transparansi dan prinsip anggaran berdasarkan rencana pendapatan yang dianggarkan, pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, up, maupun lumpsum. Penjelasan : 1. Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. 2. Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan. 3. Urusan pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD. 4. Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah. 5. Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan nomor kode rekening akun, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan satuan kerja perangkat daerah. 6. Kolom 2 (kode uraian) diisi dengan uraian nama akun, kelompok, jenis, obyek dan rincian pendapatan. 7. Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah target dari rincian obyek pendapatan yang direncanakan, seperti jumlah kendaraan bermotor, jumlah liter bahan bakar kendaraan bermotor, jumlah tingkat hunian hotel, jumlah pengunjung restoran, jumlah kepala keluarga, jumlah pasien, jumlah pengunjung, jumlah kendaraan yang memanfaatkan lahan parkir, jumlah bibit peternakan/pertanian/kehutanan/ perkebunan, jumlah limbah yang diuji, jumlah uang yang ditempatkan pada bank tertentu dalam bentuk tabungan atau giro, jumlah modal yang disertakan atau diinvestasikan. - 105 -

8. Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari rincian obyek yang direncanakan seperti unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya. 9. Kolom 5 (tarif/harga) diisi dengan tarif pajak/retribusi atau harga/nilai satuan lainnya dapat berupa besarnya tingkat suku bunga, persentase bagian laba, atau harga atas penjualan barang milik daerah yang tidak dipisahkan. 10. Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah pendapatan yang direncanakan menurut kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan. Jumlah pendapatan dari setiap rincian obyek yang dianggarkan merupakan hasil perkalian kolom 3 dengan kolom 5. 11. Formulir RKA SKPD 1 merupakan input data untuk menyusun formulir RKA SKPD. 12. Nama ibukota, bulan, dan tahun diisi berdasarkan pembuatan formulir RKA SKPD 1, dengan mencantumkan nama jabatan Kepala SKPD. 13. Formulir RKA SKPD-1 ditandatangani oleh Kepala SKPD dengan mencantumkan nama lengkap dan Nomor Induk Pegawai (NIP). 14. Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir RKA SKPD oleh tim anggaran pemerintah daerah. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim anggaran pemerintah daerah untuk mendapatkan perhatian Kepala SKPD dicantumkan dalam baris catatan hasil penelitian. 15. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani formulir RKA SKPD 1 yang telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP dan jabatan. 16. Formulir RKA SKPD 1 lebih dari satu halaman, maka pada halaman berikutnya cukup diisi mulai dari rekapitulasi anggaran belanja langsung berdasarkan program dan kegiatan serta pengisian nama ibukota, bulan, tahun, nama jabatan, tandatangan kepala SKPD ditempatkan pada halaman terakhir dan setiap halaman diberi nomor urut halaman. - 106 -

3. RKA SKPD 2.1 RKA SKPD 2.1 adalah Rincian Anggaran dan Kegiatan Belanja Tidak Langsung Kecamatan. Jenis dan contoh formulir Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah 2.1 (RKA SKPD 2.1) dapat dijelaskan sebagai berikut : TABEL 6.3 FORMULIR RKA SKPD 2.1. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir Provinsi/Kabupaten/Kota... RKA SKPD 2.1 Tahun Anggaran... Urusan Pemerintahan : x.xx..... Oganisasi : x.xx.xx.... Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja Perangkat Daerah Rincian perhitungan Kode Rekening Tahun Uraian Volume Satuan Harga Jumlah n + 1 Satuan (Rp.) Keterangan Tanggal Pembahasan Catatan Hasil Pembahasan 1. 2. Dst Jumlah.., tanggal, bulan, tahun.. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (nama jelas) NIP... Tim Anggaran Daerah : No Nama NIP Jabatan Tandatangan 1. 2. Dst - 107 -

Formulir RKA SKPD 2.1 merupakan formulir untuk menyusun rencana kebutuhan belanja tidak langsung satuan kerja perangkat daerah dalam tahun anggaran yang direncanakan. Pengisian jenis belanja tidak langsung supaya mempedomani ketentuan Pasal 37 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Untuk memenuhi azas transparansi dari prinsip anggaran berdasarkan prestasi kerja, pengisian rincian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, up, maupun lumpsum. Penjelasan : 1. Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. 2. Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan. 3. Urusan pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD. 2. Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah. 3. Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan nomor kode rekening akun, kelompok, jenis obyek, dan rincian obyek rincian obyek Belanja Tidak Langsung. 4. Kolom 2 (uraian) diisi dengan uraian nama akun, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek Belanja Tidak Langsung. 5. Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah satuan dapat berupa jumlah orang/pegawai. 6. Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncanakan seperti unit, waktu/jam/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya. 7. Kolom 5 (harga satuan) diisi dengan harga satuan dapat berupa tarif, harga, tingkat suku bunga, atau nilai kurs. 8. Kolom 6 (jumlah n) diisi dengan jumlah perkalian antara jumlah volume dengan jumlah harga satuan. Setiap jumlah uraian rincian obyek dijumlahkan menjadi jumlah rincian obyek belanja. Setiap jumlah rincian obyek pada masing-masing obyek belanja pada masing-masing jenis belanja kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis belanja. 9. Kolom 7 (jumlah tahun n + 1) diisi dengan perkiraan jumlah menurut jenis belanja untuk 1 tahun berikutnya. 10. Baris jumlah pada kolom 7 merupakan penjumlahan dari seluruh jenis belanja tidak langsung yang tercantum dalam kolom 7. 11. Formulir RKA SKPD 2.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan. 12. Apabila formulir RKA SKPD 3.1 lebih dari satu halaman, maka pada halaman berikutnya cukup diisi mulai dari rincian penerimaan pembiayaan dan setiap halaman diberi nomor urut halaman. 13. Tanggal, bulan, dan tahun diisi berdasarkan pembuatan RKA SKPD 2.1. 14. Formulir RKA SKPD 2.1 ditandatangani oleh Kepala SKPD dengan mencantumkan nama lengkap dan NIP yang bersangkutan. - 108 -

15. Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir RKA SKPD 2.1 oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim anggaran pemerintah daerah untuk mendapatkan perhatian Kepala SKPD dicantumkan dalam kolom catatan hasil pembahasan. 16. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani formulir RKA SKPD 2.1 yang telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP, dan jabatan. 17. Apabila formulir RKA SKPD 2.1 lebih dari satu halaman, maka tanggal, bulan dan tahun pembuatan, kolom tanda tangan dan nama Kepala SKPD, serta keterangan, tanggal pembahasan, catatan hasil pembahasan, nama, NIP, jabatan dan tanda tangan Tim Anggaran Pemerintah Daerah ditempatkan pada halaman terakhir. Selanjutnya setiap lembar RKA SKPD 2.1 yang telah dibahas diparaf oleh setiap anggota Tim Anggaran Pemerintah Daerah. 18. Formulir RKA SKPD 2.1 merupakan input data untuk menyusun formulir RKA SKPD. - 109 -

4. RKA SKPD 2.2 RKA SKPD 2.2 adalah Rincian Anggaran dan Kegiatan Belanja Langsung Kecamatan. Jenis dan contoh formulir Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah 2.2 (RKA SKPD 2.2) dapat dijelaskan sebagai berikut : TABEL 6.3 FORMULIR RKA SKPD 2.2 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir Provinsi/Kabupaten/Kota... RKA SKPD 2.2 Tahun Anggaran... Urusan Pemerintahan : x.xx..... Organisasi : x.xx.xx.... Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan Kode Jumlah Program Kegiatan Lokasi Target kinerja Tahun n Uraian kegiatan (kuantitatif) Belanja Barang & Tahun Pegawai Jasa Modal Jumlah n + 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9=6+7+8 10 xx Program... Xx Kegiatan... Xx dst... xx Program... Xx Kegiatan... Xx dst... xx Program... Xx Kegiatan... Xx Kegiatan... xx dst... xx dst... Xx dst... xx dst... xx dst... Xx dst... xx dst... xx dst... Xx dst... xx dst... xx dst... Xx dst... Jumlah.., tanggal, bulan, tahun.. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (nama jelas) NIP... - 110 -

Formulir RKA SKPD 2.2 merupakan formulir rekapitulasi dari seluruh program dan kegiatan satuan kerja perangkat daerah yang dikutip dari setiap formulir RKA SKPD 2.2.1 (Rincian Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah). Penjelasan : 1. Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. 2. Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan. 3. Urusan pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD. 4. Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah. 5. Kolom 1 (kode program) diisi dengan nomor kode program. 6. Kolom 2 (kode kegiatan) diisi dengan nomor kode kegiatan. 7. Untuk kode program dan kegiatan tersebut pada angka 5 dan 6 tersebut diatas disesuaikan dengan kebutuhan daerah. 8. Kolom 3 (uraian) diisi dengan uraian nama program yang selanjutnya diikuti dengan penjabaran uraian kegiatan untuk mendukung terlaksananya program dimaksud. 9. Kolom 4 (lokasi kegiatan) diisi dengan nama lokasi atau tempat setiap kegiatan dilaksanakan. Lokasi atau tempat dimaksud dapat berupa kecamatan atau unit organisasi lain. 10. Kolom 5 (target kinerja kualitatif) diisi dengan target capaian program dari masingmasing program dan target kinerja dari masing-masing kegiatan. 11. Kolom 6 (jumlah tahun n belanja pegawai) diisi dengan jumlah belanja pegawai per program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan. Jumlah belanja pegawai per program merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah belanja pegawai per kegiatan yang termasuk dalam program dimaksud, sedangkan untuk jumlah belanja pegawai setiap kegiatan merupakan jumlah belanja pegawai untuk mendukung pelaksanaan masing-masing kegiatan. 12. Kolom 7 (jumlah tahun n barang dan jasa) diisi dengan jumlah belanja barang dan jasa per program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan. Jumlah belanja barang dan jasa per program merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah belanja pegawai per kegiatan yang termasuk dalam program kegiatan dimaksud, sedangkan untuk jumlah belanja pegawai setiap kegiatan merupakan jumlah belanja modal untuk mendukung pelaksanaan masingmasing kegiatan. 13. Kolom 8 (jumlah tahun n modal) diisi dengan jumlah belanja modal per program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan. Jumlah belanja modal per program merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah belanja modal per kegiatan yang termasuk dalam program dimaksud, sedangkan untuk jumlah belanja modal setiap kegiatan merupakan jumlah belanja modal untuk mendukung pelaksanaan masing-masing kegiatan. 14. Kolom 9 (jumlah tahun n) diisi dengan jumlah menurut program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun yang direncanakan. Jumlah program merupakan penjumlahan dari seluruh jumlah kegiatan yang termasuk dalam program - 111 -

dimaksud, sedangkan untuk jumlah setiap kegiatan merupakan penjumlahan dari seluruh jenis usaha untuk mendukung pelaksanaan masing-masing kegiatan. 15. Kolom 10 (jumlah tahun n + 1) diisi dengan jumlah menurut program dan kegiatan yang akan dilaksanakan 1 tahun berikutnya dari jumlah yang direncanakan. Kolom ini diisi apabila program dan kegiatan tersebut diselesaikan lebih dari satu tahun. Dalam hal program dan kegiatan tersebut dalam tahun yang direncanakan merupakan tahun terakhir maka kolom 10 tidak perlu diisi. 16. Baris jumlah pada kolom 6, 7, 8, 9 dan kolom 10. 17. Nama ibukota, bulan, dan tahun diisi berdasarkan pembukuan formulir RKA SKPD 2.2 dengan mencantumkan nama jabatan Kepala SKPD. 18. Formulir RKA SKPD 2.2 ditandatangani oleh Kepala SKPD dengan mencantumkan nama lengkap dan Nomor Induk Pegawai (NIP). 19. Formulir RKA SKPD 2.2 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan. 20. Apabila formulir RKA SKPD 2.2 lebih dari satu halaman, maka pada halaman berikutnya cukup diisi mulai dari rekapitulasi anggaran belanja langsung berdasarkan program dan kegiatan serta pengisian nama ibukota, bulan, tahun, nama jabatan, dan tanda tangan kepala SKPD ditempatkan pada halaman terakhir dan setiap halaman diberi nomor urut halaman. - 112 -

5. RKA SKPD 2.2.1 RKA SKPD 2.2.1 adalah Rincian Anggaran dan Kegiatan Belanja Langsung Kecamatan menurut program dan kegiatan. Jenis dan contoh formulir Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah 2.2.1 (RKA SKPD 2.2.1) dapat dijelaskan sebagai berikut : TABEL 6.3 FORMULIR RKA SKPD 2.2.1. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Provinsi/Kabupaten/Kota.. Tahun Anggaran.. Urusan Pemerintahan : x.xx.. Organisasi : x.xx.xx.. Program : x.xx.xx.xx.. Kegiatan : x.xx.xx.xx.xx.. Lokasi Kegiatan :. Jumlah Tahun n-1 : Rp...(..) Jumlah Tahun n : Rp...(..) Jumlah Tahun n+1 : Rp...(..) Indikator & Tolok Ukur Kinerja Belanja Langsung Indikator Tolok Ukur Target Kinerja Kinerja Formulir RKA SKPD 2.2.1 Capaian Program Masukan Keluaran Hasil Kelompok Sasaran Kegiatan :. Rincian Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah Rincian Penghitungan Jumlah (Rp.) Kode Rekening Uraian Volume Satuan Harga satuan 1 2 3 3 3 6 = (3X5) Jumlah.., tanggal, bulan, tahun.. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (nama jelas) NIP... - 113 -

Keterangan Tanggal Pembahasan Catatan Hasil Pembahasan 1. 2. dst. Tim Anggaran Daerah : No Nama NIP Jabatan Tandatangan 1. 2. dst. Formulir RKA SKPD 2.2.1 digunakan untuk merencanakan belanja langsung dari setiap kegiatan yang diprogramkan. Dengan demikian apabila dalam 1 (satu) program terdapat 1 (satu) atau lebih kegiatan maka setiap kegiatan dituangkan dalam formulir RKA SKPD 2.2.1 masing-masing. Pengisian jenis belanja langsung supaya mempedomani ketentuan Pasal 50 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Untuk memenuhi azas transparansi dan prinsip anggaran berdasarkan prestasi kerja, perincian pengisian penghitungan tidak diperkenankan mencantumkan satuan ukuran yang tidak terukur, seperti paket, pm, up, maupun lumpsum. Penjelasan : 1. Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. 2. Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan. 3. Urusan pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD. 4. Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah. 5. Baris kolom diisi dengan nomor kode program dan nama program dari kegiatan yang berkenaan. Program merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh satuan kerja perangkat daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan kegiatan yang ditetapkan untuk memperoleh alokasi anggaran. 6. Baris kolom kegiatan diisi dengan nomor kode kegiatan dan nama kegiatan yang akan dilaksanakan. 7. Baris kolom lokasi kegiatan diisi dengan nama lokasi atau tempat dari setiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Lokasi atau tempat dimaksud dapat berupa nama kecamatan. - 114 -

8. Baris kolom jumlah tahun n-1 diisi dengan jumlah perkiraan belanja kegiatan berkenaan untuk 1 (satu) tahun sebelumnya. 9. Baris kolom jumlah tahun n diisi dengan jumlah perkiraan belanja kegiatan berkenaan pada tahun yang direncanakan. 10. Baris kolom jumlah tahun n + 1 diisi dengan jumlah perkiraan belanja kegiatan berkenaan untuk satu tahun berikutnya. 11. Indikator dan tolok ukur kinerja belanja langsung. Contoh 1 : Program : Peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan. Kegiatan : Pelatihan keterampilan dalam rangka peningkatan kualitas dan produktivitas hasil jahitan ibu-ibu rumah tangga. Tolok ukur untuk capaian program : ibu-ibu rumah tangga yang berkenaan di bidang usaha jahit menjahit. Target kinerja untuk capaian program : 5.000 orang Tolok ukur untuk masukan : jumlah dana yang dibutuhkan Target kinerja dari tolok ukur masukan : Rp. 100 juta Tolok ukur untuk keluaran : terlatihnya ibu-ibu rumah tangga mendayagunakan peralatan menjahit secara optimal. Target kinerja dari tolok ukur keluaran : 500 orang Tolok ukur untuk hasil : meningkatnya kemampuan menjahit ibu-ibu rumah tangga yang dilatih. Target kinerja dari tolok ukur hasil : 450 orang dari 5.000 orang (9% dari target capaian program). Contoh 2 Program : Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Kegiatan : Pembangunan gedung sekolah SMP Tolok ukur untuk capaian program : kualitas pendidikan bagi seluruh anak usia pendidikan SMP Target kinerja untuk capaian program : 1.000 anak didik usia SMP Tolok ukur untuk masukan : jumlah dana yang dibutuhkan Target kinerja dari tolok ukur masukan : Rp. 5 miliar - 115 -

Tolok ukur untuk keluaran : tersedianya ruang belajar bagi peserta didik SMP Target kinerja dari tolok ukur keluaran : 5 gedung SMP Tolok ukur untuk hasil : tersedianya ruang belajar yang dapat menampung peserta didik SMP Target kinerja dari tolok ukur hasil : 5 gedung untuk 600 peserta didik atau 60% dari target capaian program 12. Kelompok sasaran kegiatan diisi dengan penjelasan terhadap karakteristik kelompok sasaran seperti status ekonomi dan jender. Contoh 1 : Ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai potensi menjahit yang perlu dikembangkan namun di sisi lain kemampuan ekonomi terbatas. 2 : Peserta didik usia SMP yang belum tertampung di sekolah SMP 13. Kolom 1 (kode rekening) diisi dengan kode rekening akun, kelompok, jenis obyek, rincian obyek, dan rincian obyek belanja langsung. 14. Kolom 2 (uraian) diisi dengan uraian nama akun, kelompok, obyek dan rincian obyek belanja langsung. 15. Kolom 3 (volume) diisi dengan jumlah satuan dapat berupa jumlah orang/pegawai. 16. Kolom 4 (satuan) diisi dengan satuan hitung dari target rincian obyek yang direncanakan seperti unit, waktu/jam/hari/bulan/tahun, ukuran berat, ukuran luas, ukuran isi dan sebagainya. 17. Kolom 5 (harga satuan) diisi dengan harga satuan dapat berupa tarif, harga, tingkat suku bunga, atau nilai kurs. 18. Kolom 6 (jumlah) diisi dengan jumlah perkalian antara jumlah volume dengan jumlah harga satuan. Setiap jumlah uraian rincian obyek pada masing-masing obyek belanja selanjutnya dijumlahkan menjadi obyek belanja berkenaan. Setiap obyek belanja pada masing-masing jenis belanja kemudian dijumlahkan menjadi jumlah jenis belanja. Penjumlahan dari seluruh jenis belanja merupakan jumlah kelompok belanja langsung yang dituangkan dalam formulir RKA SKPD 2.2. 19. Baris jumlah pada kolom 7 merupakan penjumlahan dari seluruh jenis belanja langsung yang tercantum dalam kolom 7. 20. Formulir RKA SKPD 2.2.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan. 21. Apabila formulir RKA SKPD 2.2.1 lebih dari satu halaman, maka pada halaman berikutnya cukup diisi mulai dari rincian belanja langsung program per kegiatan satuan kerja perangkat daerah dan setiap halaman diberi nomor urut halaman. 22. Tanggal, bulan, dan tahun diisi berdasarkan pembuatan RKA SKPD 2.2.1. 23. Formulis RKA SKPD 2.2.1 ditandatangani oleh Kepala SKPD dengan mencantumkan nama lengkap dan NIP yang bersangkutan. 24. Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir RKA SKPD 2.2.1 oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim Anggaran Pemerintah Daerah untuk mendapatkan perhatian Kepala SKPD dicantumkan dalam baris catatan hasil pembahasan. 25. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani formulir RKA SKPD 2.2.1 yang telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP dan jabatan. - 116 -

26. Apabila formulir RKA SKPD 2.2.1 lebih dari satu halaman maka tanggal, bulan dan tahun pembuatan, kolom tanda tangan dan nama lengkap SKPD, serta keterangan, tanggal pembahasan, catatan hasil pembahasan, nama, NIP, jabatan dan tanda tangan Tim Anggaran Pemerintah Daerah ditempatkan pada halaman terakhir. Selanjutnya setiap lembar RKA SKPD 2.2.1 yang telah dibahas diparaf oleh setiap anggota Tim Anggaran Pemerintah Daerah. 27. Formulir RKA SKPD 2.2.1 merupakan input data untuk menyusun formulir RKA SKPD dan RKA SKPD 2.2. - 117 -

6. RKA SKPD 3.1 RKA SKPD 3.1 adalah Rincian Penerimaan Pembiayaan. Jenis dan contoh formulir Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah 3.1 (RKA SKPD 3.1) dapat dijelaskan sebagai berikut : TABEL 6.3 FORMULIR RKA SKPD 3.1. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Provinsi/Kabupaten/Kota... Tahun Anggaran... Pemerintahan : x.xx.... Perangkat Daerah : x.xx.... Rincian Penerimaan Pembiayaan Formulir RKA SKPD 3.1 Kode Rekening Uraian Jumlah (Rp.) 1 2 3 x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx Jumlah Penerimaan.., tanggal, bulan, tahun.. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (nama jelas) NIP... Keterangan Tanggal Pembahasan Catatan Hasil Pembahasan 1. 2. Dst Tim Anggaran Pemerintah Daerah : No Nama NIP Jabatan Tandatangan 1. 2. Dst - 118 -

Formulir ini tidak diisi oleh satuan kerja perangkat daerah lainnya, pengerjaan dilakukan oleh satuan kerja pengelolaan keuangan daerah. Penjelasan : 1. Provinsi/kabupaten/kota diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. 2. Tahun anggaran diisi dengan tahun anggaran yang direncanakan. 3. Urusan pemerintahan diisi dengan nomor kode urusan pemerintahan dan nama urusan pemerintahan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD. 4. Organisasi diisi dengan nomor kode perangkat daerah dan nama satuan kerja perangkat daerah. 5. Kolom 1 (program kerja) diisi dengan nomor kode rekening akun/ kelompok/jenis/obyek/rincian obyek penerimaan pembiayaan. 6. Kolom 2 (uraian) diisi dengan nama akun, jenis, obyek, dan rincian obyek penerimaan pembiayaan. 7. Kolom 3 (jumlah) diisi dengan jumlah jenis penerimaan pembiayaan berkenaan yang merupakan hasil penjumlahan dari seluruh obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam jenis penerimaan pembiayaan bersangkutan. Jumlah obyek penerimaan merupakan penjumlahan dari seluruh rincian obyek penerimaan pembiayaan yang termasuk dalam obyek penerimaan pembiayaan bersangkutan. 8. Jumlah penerimaan merupakan hasil dari penjumlahan seluruh jenis penerimaan pembiayaan. 9. Formulir RKA SKPD 3.1 dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan. 10. Apabila formulir RKA SKPD 3.1 lebih dari satu halaman, maka pada halamanhalaman berikutnya cukup diisi mulai dari rincian penerimaan pembiayaan dan setiap halaman diberi nomor urut halaman. 11. Tanggal, bulan, dan tahun diisi berdasarkan pembuatan RKA SKPD 3.1. 12. Formulir RKA SKPD 3.1 ditandatanani oleh kepala SKPD dengan mencantumkan nama lengkap dan NIP yang bersangkutan. 13. Keterangan diisi dengan tanggal pembahasan formulir RKA SKPD 3.1 oleh tim anggaran pemerintah daerah. Apabila terdapat catatan dari hasil pembahasan oleh tim anggaran pemerintah daerah untuk mendapatkan perhatian Kepala SKPD dicantumkan dalam kolom catatan hail pembahasan. 14. Seluruh anggota tim anggaran pemerintah daerah menandatangani formulir RKA SKPD 3.1 yang telah dibahas yang dilengkapi dengan nama, NIP, dan jabatan. 15. Apabila formulir RKA SKPD 3.1 lebih dari satu halaman, maka tanggal, bulan dan tahun pembuatan, kolom tanda tangan dan nama Kepala SKPD, serta keterangan, tanggal pembahasan, catatan hasil pembahasan, nama, NIP, jabatan dan tanda tangan Tim Anggaran Pemerintah Daerah ditempatkan pada halaman terakhir. Selanjutnya setiap lembar RKA SKPD 3.1 yang telah dibahas diparaf oleh setiap anggota Tim Anggaran Pemerintah Daerah. 16. Formulis RKA SKPD 3.1 merupakan input data untuk menyusun formulir RKA SKPD. - 119 -

7. RKA SKPD 3.2 RKA SKPD 3.2 adalah Rincian Pengeluaran Pembiayaan. Jenis dan contoh formulir Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah 3.2 (RKA SKPD 3.2) dapat dijelaskan sebagai berikut : TABEL 6.3 FORMULIR RKA SKPD 3.2. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Provinsi/Kabupaten/Kota... Tahun Anggaran... Pemerintahan : x.xx.... Perangkat Daerah : x.xx.... Rincian Pengeluaran Pembiayaan Formulir RKA SKPD 3.2 Kode Rekening Uraian Jumlah (Rp.) 1 2 3 x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx x x x xx xx Jumlah Pengeluaran.., tanggal, bulan, tahun.. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (nama jelas) NIP... Keterangan Tanggal Pembahasan Catatan Hasil Pembahasan 1. 2. dst. Tim Anggaran Pemerintah Daerah : No Nama NIP Jabatan Tanda tangan 1. 2. dst. - 120 -