Arief Riyanda Page 23

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

BAB IV GAMBARAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan pendidikan. menunjang kelancaran pergerakan manusia, pemerintah berkewajiban

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 53 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 10 TAHUN 2008

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

BAB III TINJAUAN WILAYAH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

W A L I K O T A P A D A N G PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GELANGGANG RENANG

REDESAIN KANTOR DINAS PERHUBUNGAN,KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN KUDUS

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

Arief Riyanda Page 34

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG

2015, No Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

ANALISA KARAKTERISTIK SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN KUDUS

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. bernama Tanjungkarang-Teluk Betung, yang kemudian diganti menjadi Bandar

potensi dan sumber daya yang cukup tinggi untuk pembangunan di berbagai bidang kehidupan. Keberhasilan pembangunan didorong

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. dan Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, GARIS SEMPADAN PAGAR, GARIS SEMPADAN SUNGAI, GARIS SEMPADAN PANTAI.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 1998 T E N T A N G

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

BAB III TINJAUAN LOKASI

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

TA Sekolah Alam Gunungpati

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

KABUPATEN KUDUS. Data Agregat per Kecamatan KABUPATEN KUDUS

BAB III TINJAUAN KOTA SEMARANG DAN TINJAUAN SEKOLAH LUAR BIASA DI SEMARANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH

TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Kata Kunci : Transposrtasi, Bandara, Terminal Penumpang Bandara Pusako Anak Nagari, Ikon Daerah

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 123

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

6.1 Program Dasar Perencanaan

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Rumah Susun Di Muarareja Kota Tegal

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUDUS

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus sebagai ibu kota

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

REDESAIN TERMINAL BUS INDUK MADURESO TIPE B DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN PENEKANAN DESAIN EKSPRESI STRUKTUR

TERMINAL BUS TIPE B KABUPATEN MAGELANG Oleh : Fathoni Lutfi Marheinis, Abdul Malik, Bharoto

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1987 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

TERMINAL ANTARMODA MONOREL BUSWAY DI JAKARATA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

Pengembangan Terminal Bandar Udara Tunggul Wulung

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN KOTA KUDUS 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA KUDUS 3.1.1 Kondisi Fisik Kota a. Letak Geografis Kabupaten Kudus secara keseluruhan memiliki luas wilayah sebesar 21.516 Ha atau sekitar 1,31% luas propinsi Jawa Tengah, terbagi menjadi 9 kecamatan dan 124 Desa serta 7 kelurahan, dengan : -Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Kab. Pati -Sebelah Timur : Kabupaten Pati -Sebelah Selatan : Kabupaten Grobobogan dan Kab. Pati -Sebelah Barat : Kabupaten Demak Gambar 3.1 gambar batas-batas kabupaten Kudus Sumber : google.com Letak Kbupaten Kudus antara 100 o 36 dan 110 o 50 Bujur Timur dan antara 6o51 dan 7o16 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Kudus memiliki topografi yang beragam, yang ditunjukkan dengan ketinggian wilayah berkisar antara 5 sampai 1.600 meter di atas permukaan air laut. Wilayah yang memiliki ketinggian terendah, yaitu 5 meter diatas permukaan air laut berada di kecamatan Undaan. Sedangkan wilayah dengan ketinggian tertinggi berda di kecamatan Dawe, yang berupa daratan tinggi dengan ketinggian 1,600 meter diatas permukaan air laut. b. Kependudukan Berdasarkan data kepundudukan, jumlah penduduk yang terdapat di wilayah Kabupaten Kudus pada tahun 2002 sebesar 718.001 jiwa yang tersebar di masing-masing kecamatan. Kecamatan Kota memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu sejumlah 91.700 jiwa (12,77%). Sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu kecamatan Bae yaitu sejumlah 58.841 jiwa (11,74%). Laju pertumbuhan penduduk alami adalah sebesar 2,00%. Dari perkembangan penduduk dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2002 terjadi penurunan jumlah penduduk Kota Kudus yang sangat tinggi pada tahun 1999, yaitu sebanyak 53.234 jiwa, untuk kemudian pertumbuhan meningkat pada tahun 2002. Dengan melihat kondisi pertumbuhan penduduk tersebut yang berfluktuasi terutama pada tahun 1998, maka diambil angka pertumbuhan pada tahun 1999 sampai tahun 2002 dengan tingkat pertumbuhan relatif konstan yaitu 2,00% tiap tahun. 3.1.2 Kondisi Non Fisik Kota a. Keadaan Sosial, Budaya, dan Ekonomi Masyarakat Kudus masih berpegang teguh pada tradisi yang telah lama ada dalama kehidupan mereka. Bahasa jawa, Upacara tradisional, kegiatan-kegiatan keagamaan masih kental dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kekentalan kegiatan keagamaan disebabkan adanya kebudayaan Islam di sekitar daerah Kudus Kulon ( Masjid Menara Kudus) yang merupakan daerah pertama kali masuknya agama Islam yang dibawa oleh Sunan Kudus. Arief Riyanda 21020110110014 Page 23

Namun demikian kegiatan perdagangan dan industri di Kudus cukup pesat. Pendapatan perekonomian kota yang berasal dari industrial 72%, perdagangan 19%, dan kegiatan perbankan 9%, Kegiatan-kegiatan yang paling dominan berkembang di kota Kudus adalah sektor perdagangan dan industri, disamping sektor-sektor lain seperti pemerintahan, pendidikan, pariwisata dan lain-lain. Perkembangan yang pesat dari sektor-sektor produktif inilah yang mendorong pengalihan kegiatan kota dari agraris menjadi industri dan meningkatkan terbentuknya struktur ekonomi kota. KEGIATAN KOTA (%) SWP Pariwisata Olahraga Industri Pendidikan Perdagangan Pemerintahan Permukiman JUMLAH (%) I 5 5 20 10 25 15 20 100 II 5 5 15 10 70 100 III 25 20 10 45 100 IV 5 15 80 100 V 15 5 10 70 100 Tabel 3.1 Pendistribusian kegiatan Kabupaten Kudus Sumber : RUTRK b. Distribusi Kegiatan Kabupaten Kudus terbagi kedalam 5 Sub Wilayah Pembangunan (SWP), adapun wilayah Kota Kudus masuk ke dalam SWP I. Tiap SWP mengatur pendistribusian kegiatan yang berlangsung setiap harinya dalam kota. Tiap-tiap SWP mempunyai fungsi dominan sendiri, yang ditentukan berdasarkan pada kemampuan tiap wilayah. Berdasarkan kemampuan tiap wilayah tersebut, maka dapat ditentukan fungsi dominan dari tiap SWP. 3.1.3 Kebijakan dan Rencana Perkembangan Kota A. Fungsi dan peranan Kota Kudus Sebagai pusat perkembangan yang meliputi Kabupaten Kudus, Jepara, Pati dan Rembang, Kota Kudus mempunyai peran primer terhadap daerah hinterlandnya baik dalam skala Kabupaten Kudus maupun skala wilayah pembangunan, dan bertindak sebagai : -Sebagai pusat kegiatan Industri -Sebagai pusat kegiatan Perdagangan -Sebagai pusat pelayanan Pariwisata sekunder Disamping itu Kota Kudus juga dilalui jalur transportasi regional Jakarta Surabaya yang tentunya akan membawa pengaruh yang besar bagi pertumbuhan Kota Kudus baik terhadap fisik Kota maupun sosial ekonominya. Pusat perdagangan yang ada di Kota Kudus adalah terdapat di wilayah SWP I yang mencakup Kecamatan Kota, Kecamatan Jati, Kecamatan Bae, dan Kecamatan Mejobo. Adapun Kecamatan Kota Kudus merupakan pusat perkembangan dari SWP I. B.Rencana Pembangunan dan Pengembangan Wilayah Kota Kabupaten Kudus dibagi menjadi beberapa Sub Wilayah Pembangunan, meliputi : 1. Sub Wilayah Pembangunan (SWP) I, meliputi Kecamatan Kota, Kecamatan Jati, Kecamatan Bae dan Kecamatan Mejobo dengan pusat pengembangan di Kecamatan Kota Kudus. Arief Riyanda 21020110110014 Page 24

2. Sub Wilayah Pembangunan (SWP) II,meliputi kecamatan Jekulo dengan pusat pengembangan di ibukota Kecamatan Jekulo. 3. Sup Wilayah pembangunan (SWP) III, meliputi Kecamatan Dawe dan Kecamatan Gebog,dengan pusat pengembangan di kecamatan dawe. 4. Sup Wilayah pembangunan (SWP) IV,Meliputi Kecamatan Undaan,dengan pusat pengembangan di ibu kota Kecamatan Undaan. 5. Sup Wilayah pembangunan (SWP) V, meliputi Kecamtan Kaliwungu, dengan pusat pengembangan di ibu kota Kecamatan Kaliwungu. Dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK)tahun 2010-2029 yang merupakan landasan bagi penentuan tata guna lahan di Kabupaten Kudus. Ditetapkan 8 macam atau kelompok kegiatan utama yang akan dikembangakan dalam tiap SWP.Kegiatan-kegiatan ini akan dikembangkan sebagai fungsifungsi dominan dalam setiap SWP. Sesuai dengan fungsi dan peran Kota Kudus sebagai pusat kegiatan sektor-sektor strategis,maka kegiatan yang paling dominan adalah industri,perdagangan,jasa,pemerintahan,pendidikan dan pemukiman. Perkembangan yang pesat pada sektor-sektor tersebut yang mendorong pengalihan kota dari agraris menjadi non agraris yang mempercepat terbentuknya struktur ekonomi kota. Berdasarkan RUTRK Kota Kudus 2010-2029, Kota Kudus dibagi menjadi 5 bagian wilayah kota (BWK),yaitu: 1. BWK 1,di pusat kota dengan luas 1.439,834 Ha,prioritas pengembangan sector-sector kegiatan meliputi perkantoran /pemerintahan,perdagangan,jasa,pusat olahraga dan permukiman dengan kepadatan sedang. 2. BWK II,di bagian barat kota kudus dengan luas wilayah 2.577,159 Ha, prioritas pengembangan sector-sector kegiatan perumahan berkepadatan sedang. 3. BWK III, di bagian timur kota kudus dengan luas wilayah 1.580,911 Ha, prioritas pengembangan sector-sector kegiatan meliputi pusat pendidikan, kegiatan industri (kecil dan rumah tangga) dan perumahan berkepadatan sedang. 4. BWK IV, di bagian selatan kota kudus dengan luas wilayah 3.013,802 Ha, prioritas pengembangan sector-sector kegiatan meliputiindustri (non polutan),perdagangan,dan perumahan berkepadatan sedang. 5. BWK V, di bagian utara kota kudus dengan luas wilayah 1.524,781 Ha, prioritas pengembangan sector-sector kegiatan meliputi perumahan berkepadatan sedang dan industri non polutan. 3.1.4 Peraturan bangunan setempat 1. Rencana Kepadatan Bangunan Kepadatan dan ketinggian bangunan ditentukan berdasarkan penetapan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan(KLB). KDB merupakan maksimum perbandingan luas lahan yang tertutup bangunan atau bangunan dalam tiap petak peruntukan. Sedangkan KLB adalah prosentase luas lantai total bangunan yang terbangun pada lahan yang ada. KLB berkaitan dengan pengaturan rencana jumlah lantai bangunan yang diijinkan dalam suatu lahan. Berdasarkan RDTR Kota Kudus 2010-2029, ketinggian bangunan di Kota Kudus dapat diatur dengan penetapan sebagai berikut: No. Fungsi jalan dan jenis bangunan KDB KLB Ketinggian bangunan Arteri primer 1 Perumahan 50% 1,5 1-3 Bangunan komersial 70% 2,1 1-3 Bangunan non komersial 60% 1,8 1-3 Arief Riyanda 21020110110014 Page 25

Arteri sekunder Perumahan 70% 2,1 1-3 Bangunan komersial 80% 4 1-5 Bangunan non komersial 70% 2,8 1-4 Klektor premier Perumahan 60% 1,8 1-3 Bangunan komersil 70% 2,1 1-3 Bangunan non komersil 60% 1,8 1-3 Kolektor sekunder Perumahan 70% 2,1 1-3 Bangunan komersil 80% 3,2 1-4 Bangunan non komersil 70% 2,8 1-4 Lokal Perumahan 50% 1 1-2 Bangunan komersil 60% 1,2 1-2 Bangunan non komersil 50% 1 1-2 Tabel 3.2 Peraturan pembangunan Sumber : RUTRK 3.1.5 Garis Sempadan bangunan Garis sempadan bangunan bertujuan untuk memberikan batas keamanan bagi penduduk dan lingkungannya. Beberapa kegunaan lain, untuk mempermudah tim pemadan kebakaran dalam menjalankan tugas pengamanan, memberi ruang untuk masuknya cahaya srta pertimbangan estetis. a. Garis sempadan muka bangunan Pemberian garis sempadan muka bangunan di dasarkan pada rencana penggunaan dan pengembangan serta struktur jalan. Penentuan garis sempadan muka bangunan pada masing-masing ruas jalan di atur sebagai berikut: - Jalan arteri primer, berkisar antara 30-50 m dari as jalan - Jalan arteri sekunder, berkisar antara 20-30 m dari as jalan - Jalan kolektor primer, berkisar antara 20-30 m dari as jalan - Jalan kolektor sekunder, berkisar antara 18-30 m dari as jalan b. Garis sempadan samping dan belakang bangunan Garis sempadan samping dan belakang bangunan yang berbatasan dengan persil tetangga ditetapkan sebagai berikut -untuk bangunan tunggal tidak bertingkat dapat berimpit atau berjarak 1,5 m Untuk bangunan berderet sampai ketinggian 3 lantai dapat berhimpit. Arief Riyanda 21020110110014 Page 26

3.2 Tinjauan umum Dinas Perhubungan Kabupaten Kudus Gambar 3. 1 Denah kantor Dishub Gambar 3.2 Denah ruang UJI KIR Arief Riyanda 21020110110014 Page 27

Gambar 3.3 Site Plan Dishub Arief Riyanda 21020110110014 Page 28

Tampak Bangunan Dinas Perhubungan kab. Kudus Tampak bangunan Uji KIR Dinas Perhubungan Arief Riyanda 21020110110014 Tampak samping bangunan uji kir Page 29

Luasan Permen PU Existing No. Jenis Ruang Kapasitas Satuan M 2 /org atau m 2 /unit 1 Ruang Kepala Dinas Ruang Kerja 1 Unit 14 Permen PU 12 Ruang Tamu 1 Unit 12 Permen PU - Ruang Rapat 1 Unit 14 Permen PU - Ruang Sekretaris 1 Unit 10 Permen PU - Ruang Tunggu 1 Unit 12 Permen PU - Ruang Istirahat 1 Unit 5 Permen PU - Toilet 1 Unit 3 Permen PU 3 2 Ruang Sekretaris Dinas Ruang Kepala Sekretaris Dinas Ruang Kerja 1 Unit 12 Permen PU 9 Ruang Tamu 1 Unit 6 Permen PU - Ruang Sekretaris 1 Unit 3 Permen PU - Ruang Subbag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan Ruang Kerja Kasubbag 1 Unit 8 Permen PU 6 Kasubbag Ruang Staff 7 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 7 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Subbag Keuangan Ruang Kerja KaSubbag 1 Unit 8 Permen PU 6 Kasubbag Ruang Staff 7 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 7 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Subbag Umum dan Kepegawaian Ruang Kerja Kasubbag 1 Unit 8 Permen PU 6 Kasubbag Ruang Staff 7 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 7 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Penunjang Ruang Fotocopi 2 Unit 2,52 Permen PU - Arief Riyanda 21020110110014 Page 30

3 Bidang laluu lintas dan angkutan jalan Ruang Kepala Bidang Ruang Kerja 1 Unit 12 Permen PU 6 Ruang Tamu 1 Unit 6 Permen PU - Ruang Sekretaris 1 Unit 3 Permen PU - Penyimpanan Arsip 1 Unit 3 Permen PU - Ruang Seksi lalu lintas Ruang Kepala Seksi 1 Unit 8 Permen PU 6 Kasi Ruang Staff 10 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 10 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Seksi angkutan jalan Ruang Kerja Seksi 1 Unit 8 Permen PU 6 Kasi Ruang Staff 10 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 10 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Penunjang Ruang Fotocopi 2 Unit 2,52 Permen PU - 4 Bidang keselamatan dan sarana Ruang Kepala Bidang Ruang Kerja 1 Unit 12 Permen PU 6 Ruang Tamu 1 Unit 6 Permen PU - Ruang Arsip 1 Unit 3 Permen PU - Ruang Sekretaris 1 Unit 3 Permen PU - Ruang Seksi keselamatan Ruang Kerja Kasi 1 Unit 8 Permen PU 6 Kasi Ruang Staff 10 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 10 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Seksi sarana Ruang Kepala Seksi 1 Unit 8 Permen PU 6 Kasi Ruang Staff 11 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 11 Orang 0,4 Permen PU - Arief Riyanda 21020110110014 Page 31

Ruang Penunjang Ruang Fotocopi 2 Unit 2,25 Permen PU - 5 Bidang kominfo Ruang Kepala Bidang Ruang Kerja 1 Unit 12 Permen PU 6 Ruang Tamu 1 Unit 6 Permen PU - Ruang Arsip 1 Unit 3 Permen PU - Ruang Sekretaris 1 Unit 3 Permen PU - Ruang Seksi informatika Ruang Kepala Seksi 1 Unit 8 Permen PU 6 Ruang Simpan Kasi 1 Unit 2 Permen PU - Ruang Staff 10 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 10 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Seksi komunikasi Ruang Kepala Seksi 1 Unit 8 Permen PU 6 Ruang Simpan Kasi 1 Unit 2 Permen PU - Ruang Staff 11 Orang 2,2 Permen PU - Penyimpanan Arsip 11 Orang 0,4 Permen PU - Ruang Penunjang Ruang Fotocopi 2 Unit 2,52 Permen PU - 6 Kelompok UPT Ruang Kepala UPT per-parkiran Ruang Kerja 1 Unit 12 Permen PU 6 Ruang Tamu 1 Unit 6 Permen PU - Ruang Sekretaris 1 Unit 3 Permen PU - Ruang Arsip 1 Unit 3 Permen PU - Ruang UPT terminal Ruang Kerja 1 Unit 8 Permen PU 6 Koordinator Penyuluh Pertanian Koordinator Ruang Penyuluh 35 Orang 2,2 Permen PU - Pertanian Penyimpanan Arsip 35 Orang 0,4 Permen PU - Tabel 3.1. Perbandingan standar besaran ruang permen pu dan existing Sumber : analisa pribadi Arief Riyanda 21020110110014 Page 32

Ruang penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b terdir atas: a. ruang ibadah; b. lobi; c. ruang pusat data (server); d. ruang arsip; e. ruang perpustakaan; f. ruang penyimpanan barang; g. ruang pusat cctv; h. ruang sentral telepon; i. ruang pos penjagaan keamanan; k. ruang kantin pegawai; l. ruang sumber tenaga diesel (Genset); m. ruang LPSE; n. ruang pantry; o. ruang media center; p. toilet; r. ruang panel listrik; s. ruang merokok; Jumlah Karyawan Dishub = 150 orang Umur Bangunan = 1979 2014 = 35 tahun Dengan Perbandingan ruang dengan standar pemerintah, UU pasal 48 tahun 2013 tentang sarana prasarana bangunan kantor pemerintahan, maka bangunan Dinas Perhubungan Kabupaten Kudus dinyatakan Tidak Memenuhi Standar dan layak untuk di Redesain. Arief Riyanda 21020110110014 Page 33