LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 55 TAHUN 2003 SERI E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perda Kab. Belitung No. 8 Tahun

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 12

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG : POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWATENGAH NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 1 TAHUN 2003 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2005

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 1 TAHUN 2003 SERI E NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 09 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 18 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN ANGGARAN 2016

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 37 TAHUN 2000 T E N T A N G PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN 2000 KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2009 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN BARANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO


LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR: 5 TAHUN 2003 SERI: E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

NOMOR 6 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA PEMERINTAH KABUPATEN BIMA. Pemerintah Kabupaten Bima Bagian Hukum Setda Bima

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO SERI C

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN ANGGARAN 2014

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 21 TAHUN 2002 SERI A PPEERRAATTUURRAANN DDAAEERRAAHH KKAABBUUPPAATTEENN LLEEBBAAKK NNOOMMOORR 1177 TTAAHHUUNN 22000022 TTEENNTTAANNGG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan dan peninkatan kualitas pembangunan, penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme serta berorientasi kepada pelayanan umum, perlu adanya pedoman pengelolaan Keungan Daerah yang efektif, efesien, transparan dan bertanggungjawab ; b. bahwa sehubungan dengan huruf a tersebut di atas, dan dalam rangka melaksanakan Keuangan Daerah sesuai kaidah pengelolaan keuangan publik serta sebagai pelaksanaan lebih lanjut Pasal 23 ayat (1) Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 dan Pasal 14 ayat (1) Peraturan Daerah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, perlu menetapkan pokok-pokok pengelolaan keuangan Daerah dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848)

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ; 3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Kuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848 ; 4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas dan Bersih dari KKN (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851) ; 5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4021) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022) ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawban Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 203, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4023) ; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 203, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4024) ; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4027) ; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 206, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4026) ;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 207, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4027) ; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090) ; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4138) ; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139) ; 17. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 4 Tahun 2000 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Daerah dan Penerbitan Lembaran Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2000 Nomor 4 Seri D) ; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 4 Tahun 2000 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lebak (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2000 Nomor 8 Seri D) ; Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LEBAK MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TENTANG POKOK- POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lebak ; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lebak ;

3. Bupati adalah Bupati Lebak ; 4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Lebak ; 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lebak ; 6. Persetujuan DPRD adalah persetujuan dengan mekanisme Rapat Paripurna 7. Perangkat Daerah adalah orang/ lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab kepada Bupati dan membantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretaris Dewan, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan ; 8. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak ; 9. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban Daerah tersebut dalam rangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ; 10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah suatu rencana tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD ; 11. Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Bupati yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah dan mempunyai kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban atas kewenangan tersebut kepada DPRD ; 12. Perangkat Pengelola Keuangan Daerah adalah perangkat daerah yang bertangungjawab kepada Bupati dan membantu Bupati dalam pengelolaan keuangan daerah ; 13. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah pejabat dan atau Pegawai Unit Daerah yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku diberi kewenangan tertentu dalam kerangka pengelolaan keuangan daerah ; 14. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah unsur penunjang Pemerintah Daerah dibidang perencanaan pembangunan ; 15. Badan Pengawas Daerah adalah unsur penunjang Pemerintah Daerah di bidang pengawasan ; 16. Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Pemegang Kekuasaan Umum Pengelola Keuangan Daerah untuk mengelola penerimaan dan pengeluaran Kas Daerah serta segala bentuk kekayaan Daerah lainnya ; 17. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh Bendahara Umum Daerah ; 18. Pemegang Kas adalah orang yang ditunjuk dan diserahi tugas melaksanakan kegiatan kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan APBD di setiap unit kerja Pengguna Anggaran Daerah ; 19. Pengguna Anggaran Daerah adalah Pejabat pemegang kekuasaan penggunaan anggaran belanja Daerah ; 20. Tim Anggaran adalah Tim yang ditetapkan oleh Bupati yang bertugas menyusun strategi dan prioritas APBD bersama-sama dengan Paniia Anggaran dan menyiapkan rancangan APBD ; 21. Panitia Anggaran adalah alat kelengkapan DPRD sebagaimana diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD ; 22. Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan Daerah yang menjadi hak daerah dalam periode tahun anggaran tertentu ; 23. Belanja Daerah adalah semua pengeluaran daerah dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang memenuhi kekayaan daerah ;

24. Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara Pendapatan dan Belanja Daerah ; 25. Penerimaan Daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode tahunan anggaran tertentu ; 26. Pengeluaran Daerah adalah semua pengeluaran Kas Daerah dalam periode tahunan anggaran tertentu ; 27. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi ; 28. Dana Cadangan adalah dana yang disediakan dari sisa anggaran lebih tahun lalu dan atau dari sumber pendapatan ; 29. Sisa Lebih Perhitungan APBD adalah selisih lebih realisasi pendapatan terhadap realisasi belanja Daerah dan merupakan komponen pembiayaan ; 30. Barang Daerah adalah semua barang yang dimiliki dan atau dikuasai Daerah yang berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD dan atau berasal dari perolehan lainnya yang sah ; 31. Hutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Daerah sebagian akibat penerimaan uang barang dan atau jasa sebagai pinjaman daerah atau akibat lainnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku ; 32. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang menjadi hak daerah atau kewajiban pihak lain kepada daerah sebagai akibat penyerahan uang barang dan atau jasa oleh daerah atau akibat lainnya berdasarkan perundang-undangan yang berlaku ; 33. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima dari pihak lain sejumlah uang, barang dan atau jasa, sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali tidak termasuk kredit dalam jangka pendek ; 34. Rencana Strategis atau Dokumen Perencanaan Daerah lainnya yang disahkan oleh DPRD dan Bupati, yang selanjutnya disebut Renstra, adalah rencana lima tahunan yang menggambarkan visi, misi, tujuan, strategi, program dan kegiatan daerah ; 35. Perencanaan Program dan Kegiatan adalah Perencanaan Operasional yang disusun pada setiap tahun anggaran ; 36. Proyek Tahun Jamak (Multi Years Project) adalah proyek fisik yang merupakan satu kesatuan dalam kontrak induk yang penyelesaiannya/ pelaksanaannya memerlukan waktu lebih dari satu tahun anggaran ; BAB II ASAS UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pasal 2 Pengelolaan Keuangan Daerah dilakkan secara tertib, ekonomis, efektif, efisien, transparan dan bertanggungjawab sesuai perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan asas demokrasi, keadilan dan kepatutan.

Pasal 3 APBD merupakan dasar Pengelolaan Keuangan Daerah dalam tahun anggaran tertentu. Pasal 4 Tahun Anggaran APBD sama dengan Tahun Anggaran Pendapat dan Belanja Negara. Pasal 5 (1) Semua penerimaan dan pengeluaran daerh dalam rangka desentralisasi dicatat dan dikelola dalam APBD. (2) Semua Penerimaan dan Pengeluaran Daerah yang tidak berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan merupakan penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Pasal 6 (1) Jumlah pendapatan yang dianggarkan daslam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. (2) Jumlah Belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis belanja yang bersangkutan. (3) Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya ketersediaan penerimaan dalam jumlah yang cukup. (4) Setiap Pejabat Daerah dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut. Pasal 7 (1) Bupati dapat megusulkan penyediaan anggaran untuk membiayai Belanja Tidak Tersangka. (2) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan pada bagian anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut. (3) Penggunaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Keputusan Bupati dan diberitahukan kepada DPRD paling lambat 1(satu) bulan teritung sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Bupati. BAB III

PENGELOLA KEUANGAN DAERAH Pasal 8 (1) Bupati adalah pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah. (2) Wakil Bupati melaksanakan tugas dan wewenag Bupati selaku pemegang Kekeuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah apabila Bupati berhalangan. Pasal 9 (1) Selaku Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, Bupati mendelegasikan sebagian atau seluruh kewenangannya kepada Sekretaris Daerah dan atau Perangkat Pengelola Keuangan Daerah. (2) Untuk dapat melaksanakan kewenangaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejabat Pengelola Keuangan Daerah ditetapkan oleh Bupati guna melaksanakan anggaran. (3) Pengaturan tugas pokok dan fungsi setiap Perangkat Pengelola Keuangan Daerah ditetapkan dalam Peraturan Daerah. (4) Pemegang Kas tidak boleh merangkap sebagai Pejabat Pengelola Keuangan Daerah lainnya. BAB IV PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD Bagian Pertama Struktur APBD Pasal 10 (1) Sruktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri atas : a. Pendapat Daerah. b. Belanja Daerah. c. Pembiayaan. (2) Selisih Lebih Anggaran Pendapatan Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah dalam periode satu tahun anggaran disebut Surplus Anggaran. (3) Selisih kurang Anggaran Pendapatan Daerah terhadap Anggaran Belanja Daerah dalam periode satu tahun anggaran disaebut Defisit Anggaran. (4) Jumlah anggaran Pembiayaan sama dengan jumlah surplus / Defisit Anggaran. Pasal 11 (1) Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a dirinci menurut kelompok pendapatan dan jenis pendapatan. (2) Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b dirinci menurut unit organisasi, fungsi kelompok balanja dan jenis belanja. (3) Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 (1) huruf c dirinci menurut sumber pembiayaan.

(4) Rincian lebi lanjut mengenai struktur APBD dan daftar kode rekening ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 12 Pembentukan, penambahan dan penggunaan Dana Cadangan Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pasal 13 (1) Pemerintah Daerah dengan persetujuan DPRD dapat menyelenggarakan Proyek Tahun Jamak. (2) Alokasi anggaran untuk proyek tahun jamak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prioritas pada setiap tahun anggaran selama pelaksanaannya. Bagian Kedua Pembiayaan Pasal 14 (1) Pemerintahan Daerah dengan persetujuan DPRD dapat melakukan pinjaman baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri dengan prinsip kehati-hatian. (2) Jenis pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penggunaannya diatur sebagai berikut : a. Pinjaman Jangka Panjang hanya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana yang merupakan aset Daerah dan dapat menghasilkan penerimaan untuk pembayaran kembali serta memberi manfaat bagi pelayanan masyarakat. b. Pinjaman jangka panjang tidak boleh digunakan untuk belanja administrasi umum dan belanja operasi, pemeliharaan sarana dan prasarana publik. c. Pinjaman jangka pendek digunakan hanya untuk pengaturan arus kas dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah. Pasal 15 (1) Batas maksimum jumlah pinjaman jangka panjang, jumlah kumulatif pokok pinjaman Daerah yang wajib dibayar tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah Penerimaan Umum APBD tahun sebelumnya, dan berdasarkan proyeksi penerimaan serta pengeluaran Daerah tahunan selama jangka waktu pinjaman. (2) Batas maksimum pinjaman jangka pendek adalah 1/6 (satu per enam) jumlah APBD tahun anggaran berjalan, dengan mempertimbangkan kecukupan penerimaan Daerah untuk membayar kembali pinjaman tersebut pada waktunya. Pasal 16 Pemerintahan Daerah dilarang melakukan perjanjian yang bersifat pejaminan yang mengakibatkan beban atas keuangan Daerah.

Pasal 17 Semua pembayaran yang menjadi kewajiban Daerah yang jatuh tempo atas pinjaman Daerah merupakan prioritas untuk dianggarkan dalam APBD. Pasal 18 Tata cara pengelolaan pinjaman Daerah ditetapkan dengan keputusan Bupati. Pasal 19 Pemerintahan Daerah dapat menggali sumber-sumber pembiayaan lain melalui kerjasama dengan pihak lain berdasarkan prinsip saling menguntungkan atas persetujuan DPRD. Pasal 20 (1) Pemerintah Daerah dapat menerbitkan obligasi, melakukan investasi dalam bentuk penyertaan modal / pembelian saham atau bentuk investasi lainnya sepanjang hal tersebut menguntungkan bagi Daerah. (2) Penerbitan Obligasi dan investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan pada anggaran pembiayaan dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD. Pasal 21 Pemerintahan Daerah dapat mendepositkan dana yang belum terpakai dalam Tahun Anggaran berjalan dengan tetap memperhatikan aspek keamanan dan menguntungkan serta terjaminnya likuiditas keuangan Daerah. Pasal 22 Pemerintahan Daerah bertanggungjawab atas pengelolaan pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, dan 21 serta setiap akhir tahun anggaran melaporkan hasil pelaksanaan dimaksud kepada DPRD. Bagian Ketiga Proses Penyusunan APBD Pasal 23 (1) APBD disusun dengan pendekatan kinerja yang memuat : a. Sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja ; b. Standar pelayanan yang diaharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan yang bersangkutan. c. Bagian pendapatan APBD yang membiayai administrasi umum, belanja operasi, pemeliharaan sarana dan prasarana publik, serta belanja modal/ pembangunan.

(2) Untuk mengukur kinerja keuangan Pemerintah Daerah dikembangkan standar analisa belanja, tolok ukur kinerja dan standar biaya yang akan ditentukan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 24 (1) Untuk menyiapkan rancangan APBD, Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD menyusun Arah dan Kebijakan Umum APBD. (2) Arah dan Kebijakan Umum APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan analisis terhadap dokumen Perencanaan Daerah dan pokok-pokok pikiran DPRD yang merupakan aspirasi masyarakat. (3) Arah dan Kebijakan Umum APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan selambat-lambatnya pada akhir bulan juni. Pasal 25 (1) Berdasarkan Arah dan Kebijakan Umum APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Pemernitah Daerah menyusun Strategis dan Prioritas APBD. (2) Berdasarkan Strategis dan Prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Daerah terlebih dahulu menyusun program dan kegiatan selambat-lambatnya pada bulan Agustus. (3) Berdasarkan Program dankegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi serta keuangan Daerah, Pemerintah Daerah menyiapkan rancanagan APBD. (4) Mekanisme penyiapan rancangan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Keempat Proses Penetapan APBD Pasal 26 (1) Tim Anggaran Pemerintah Daerah membahas pra rancangan APBD bersama Panitia Anggaran DPRD. (2) Bupati Menyampaikan rancangan APBD kepada DPRD untuk mendapat persetujuan. (3) Rancangan APBD memerlukan persetujuan DPRD untuk ditetapkan menjadi APBD dalam Rapat Paripurna DPRD. (4) Penetapan APBD dengan Peraturan Daerah selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah APBN ditetapkan. Pasal 27 (1) Apabila rancangan APBD tidak disetujui DPRD, Pemerintah Daerah berkewajiban menyempurnakan rancangan APBD tersebut yang harus disampaikan kembali kepada DPRD dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan. (2) Apabila dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja setelah disampaikan penyempurnaan rancangan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum memperleh persetujuan

DPRD, maka Pemerintah Daerah menggunakan APBD tahun sebelumnya sebagai dasar pengelolaan Keuangan Daerah. Bagian Kelima Perubahan APBD Pasal 28 (1) Perubahan APBD dilakukan dengan pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi. (2) Perubahan APBD hanya dapat dilakukan sehubungan dengan : a. penyesuaian akibat tercapainya target penerimaan Daerah dari yang telah ditetapkan ; b. kebijaksanaan Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah yang bersifat strategis ; c. terjadinya kebutuhan yang mendesak. (3) Bupati menyampaikan rancangan Perubahan APBD kepada DPRD untuk mendapat persetujuan ; (4) Rancangan Perubahan APBD ditetapkan menjadi Perubahan APBD dalam Rapat Paripurna DPRD. Bagian Keenam Pergeseran APBD Pasal 29 (1) Bupati dapat melakukan pergeseran APBD. (2) Pergeseran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan pada rincian kegiatan dalam satu kegiatan. (3) Pergeseran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan kepada DPRD. (4) Mekanisme pergeseran APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. BAB V KEDUDUKAN KEUANGAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI Bagian Pertama Gaji dan Tunjangan Pasal 30 (1) Bupati dan Wakil Bupati diberikan gaji yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan jabatan dan tunjangan lainnya. (2) Besarnya gaji pokok Bupati dan Wakil Bupati sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

(3) Bupati dan Wakil Bupati tidak dibenarkan menerima penghasilan dan atau fasilitas rangkap dari Negara. (4) Tunjangan jabatan dan tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi Pejabat Negara, kecuali ditentukan lain oleh perundang-undangan. Bagian Kedua Sarana dan Prasarana Pasal 31 (1) Bupati dan Wakil Bupati disediakan masing-masing : a. sebuah rumah jabatan beserta perlengkapannya ; b. sebuah kendaraan dinas jabatan. (2) Apabila Bupati dan Wakil Bupati berhenti dari jabatannya, rumah jabatan beserta perlengkapannya dan kendaraan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diserahkan kembali secara lengkap dan dalam keadaan baik kepada Pemerintah Daerah. Bagian Ketiga Biaya Operasional Pasal 32 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Bupati dan Wakil Bupati karena jabatannya disediakan anggaran belanja. (2) Anggaran belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Biaya Rumah Tangga ; b. Biaya Pembelian Inventaris Rumah Jabatan ; c. Biaya Pemeliharaan Rumah Jabatan dan Inventaris yang digunakan ; d. Biaya Pemeliharaan Kendaraan Dinas ; e. Biaya Pemeliharaan Kesehatan ; f. Biaya Perjalanan Dinas ; g. Biaya Pakaian Dinas ; h. Biaya Penunjang Operasional. (3) Besarnya anggaran belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. BAB VI KEDUDUKAN KEUANGAN DPRD Bagian Pertama Hak Keuangan/ Adminisrasi Pasal 33

(1) DPRD dalam melaksanakan fungsinya disediakan pembiayaan yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (2) Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan DPRD, atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disediakan pembiayaan DPRD sebagai berikut : a. Uang Representasi ; b. Uang Paket ; c. Tunjngan Jabatan ; d. Tunjangan Komisi ; e. Tunjangan Khusus ; f. Tunjangan Perbaikan Penghasilan ; g. Tunjangan Kesejahteraan ; h. Pakaian Dinas ; i. Tunjangan Kesehatan ; j. Uang Duka. (3) Disamping pembiayaan tersebut pada ayat (1) Pasal ini, sesuai kemampuan keuangan Daerah dapat disediakan tambahan biaya untuk ; a. Sarana Mobilitas Pimpinan ; b. Sarana Mobilitas Fraksi ; c. Sarana Mobilitas Komisi ; d. Sarana Mobilitas Anggota. (4) Sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah, bagi Pimpinan dan Anggota DPRD selama memangku jabatannya dapat disediakan Rumah Dinas Jabatan. (5) Setiap Anggota DPRD berhak memperoleh tunjangan akhir jabatan yang besarnya ditetapkan dalam Anggaran DPRD. (6) Sesuai dengan kemampuan keuangan daerah, bagi Pimpinan dan Anggota DPRD selama memangku jabatannya dapat diasuransikan. (7) DPRD setelah mendapat pertimbangan dari Pimpinan DPRD dapat memerintahkan Sekretaris DPRD untuk mengeluarkan biaya bagi keperluan pelaksanan tugas-tugas DPRD, Skretaris DPRD serta Staf Ahli yang dipertanggungjawabkan langsung kepada Pimpinan DPRD. (8) Hak-hak lain seperti Rumah Dinas, Sarana Mobilitas Pimpinan dan Tunjangan Purna Bhakti ditetapkan dengan Keputusan Pimpinan DPRD. Pasal 34 Jenis serta besarnya hak keuangan Anggota DPRD ditetapkan dengan Keputusan DPRD. Bagian Kedua Biaya Kegiatan DPRD Pasal 35 (1) Anggaran Belanja Sekretaris DPRD ditetapkan dengan Keputusan DPRD dan dicantumkan dalam APBD. (2) Untuk kelancaran pelaksanaan tugas DPRD pada Belanja Sekretariat DPRD disediakan : a. Belanja Pegawai ; b. Belanja Barang ;

c. Belanja Pemeliharaan; d. Belanja Perjalanan Dinas. (3) Besarnya Anggaran Belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku dan disesuaikan dengan kondisi kemampuan Keuangan Daerah. Bagian Ketiga Pengelolaan Keuangan DPRD Pasal 36 (1) DPRD beserta Sekretaris DPRD menyusun Rencana Anggaran Belanja DPRD setiap tahun anggaran. (2) Anggaran Belanja DPRD dilaksanakan oleh Sekretaris DPRD berpedoman pada perundangan-undangan yang berlaku. BAB VII PELAKSANAAN ANGGARAN DAN TATA USAHA KEUANGAN DAERAH Bagian Pertama Penerimaan dan Pengeluaran APBD Pasal 37 Semua transaksi Keuangan Daerah baik Penerimaan Daerah maupun Pengeluaran Daerah dilaksanakan melalui Kas Daerah. Pasal 38 Penerimaan Daerah dalam satu Tahun Anggaran adalah seluruh jumlah uang yang merupakan penerimaan Daerah yang selama tahun itu dimasukan dalam Kas Daerah. Pasal 39 (1) Setiap Perangkat Daerah yang mempunyai tugas memungut atau menerima pendapatan Daerah wajib melaksanakan intensifikasi pemungutan pendapatan tersebut. (2) Semua manfaat yang bernilai uang berupa komisi, rabat, potongan, bunga atau nama lain sebagai akibat pengadaan barang dan jasa penyimpanan dan atau penempatan uang Daerah merupakan pendapatan Daerah. (3) Semua Penerimaan Daerah disetor sepenuhnya dan tepat waktu ke Kas Daerah sesuai dengan perundang-undangan yang brlaku. Pasal 40

Bupati berkewajiban melaksanakan semua peraturan mengenai pendapatan Daerah serta menagih semua piutang Daerah dan dipertanggungjawabkan tepat pada waktunya. Pasal 41 Pengeluaran Daerah dalam satu Tahun Anggaran adalah seluruh jumlah uang yang merupakan pengeluaran Daerah yang selama tahun itu dikeluarkan dari kas Daerah. Pasal 42 Setiap pengeluaran atas beban APBD diterbitkan Surat Keputusan Otorisasi atau surat keputusan lainnya yang disamakan dengan itu oleh pejabat berwenang. Pasal 43 (1) Setiap pembebanan APBD harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh pihak yang menagih. (2) Setiap orang yang diberi wewenang menandatangani dan atau mengesahkan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggungjawab atas kebenaran dan akibat dari penggunaan bukti tersebut. Pasal 44 (1) Pengguna Anggaran Daerah mengajukan Surat Permintaan Pembayaran untuk melaksanakan pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2). (2) Pembayaran yang membebani APBD dilakukan dengan Surat Perintah membayar. (3) Bendahara Umum Daerah membayar berdasarkan Surat Perintah membayar Pasal 45 Tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum Peraturan Daerah tentang APBD disetujui oleh DPRD dalam tahun yang bersangkutan. Bagian Kedua Proses Penatausahaan dan Akutansi Keuangan Daerah Pasal 46 (1) Penatausahaan dan akuntansi Keuangan Daerah berpedoman standar akuntabilitas keuangan pemerintah yang berlaku. (2) Penatausahaan Keuangan Daerah memuat sistem dan prosedur akuntabilitas yang meliputi dokumen, catatan, fungsi yang terkait, dan prosedur penataausahaan dalam mekanisme Pengelolaan Keuangan Daerah. Bagian Ketiga

Pengelolaan Barang dan Jasa Daerah Pasal 47 (1) Bupati mengatur pengelolaan Barang dan Jasa Daerah. (2) Perangkat Daerah dan Sekretaris DPRD sebgai pengguna dan pengelola barang dan jasa bagi unit kerja yang dipimpinnya. Pasal 48 Pengguna barang wajib mengelola Barang Daerah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 49 (1) Perolehan barang Daerah berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD, hibah, bantuan, sumbangan, wakaf dan kewajiban Pihak Ketiga. (2) Pengadaan barang dan atau jasa hanya dapat dibebankan kepada APBD untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi perangkat Daerah yang bersangkutan dan Sekretaris Daerah. (3) Prosedur dan mekanisme pengadaan barang dan jasa atas beban APBD diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 50 Pencatatan barang Daerah dilakukan sesuai dengan standar akuntsi keuangan Pemerintah. Pasal 51 (1) Barang Daerah yang digunakan untuk melayani kepentingan umum tidak dapat digadaikan, dibebani hak tanggungan, dan atau dipindahtangankan. (2) Bupati dengan persetujuan DPRD dapat menetapkan Surat Keputusan tentang : a. penghapusan tagihan Daerah sebagian atau seluruhnya ; b. persetujuan penyelesaian sengketa perdata secara damai ; dan c. tindakan hukum lain mengenai barang milik Daerah, meliputi menjual, menggadaikan, menghibahkan, tukar dan atau memindahtangankan. Pasal 52 Penghapusan barang bergerak dan tidak bergerak ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah memperoleh persetujuan DPRD. Pasal 53 Pelepasan hak atas tanah dan bangunan milik Daerah dengan cara ganti rugi dan atau tukar menukar harus mendapat persetujuan DPRD.

Pasal 54 Dalam hal pengelolaan Barang Daerah menghasilkan penerimaan. Maka seluruh penerimaan tersebut disetor langsung ke Kas Daerah. Pasal 55 (1) Perangkat Daerah dan Sekretaris DPRD bertanggungjawab atas pengamanan Barang Daerah yang berada dalam kewenangannya. (2) Barang Daerah dapat diasuransikan sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah. BAB VIII PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH Bagian Pertama Umum Pasal 56 Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, Bupati bertanggungjawab kepada DPRD. Pasal 57 Pertanggungjawaban Bupati terdiri dari : a. Pertanggungjawabanakhir tahun anggaran ; b. Pertanggungjawabanakhir masa jabatan ; c. Pertanggungjawabana untuk hal tertentu. Pasal 58 (1) Pertanggungjawaban Bupati dinilai berdasarkan tolak ukur Renstra ; (2) Setiap Daerah wajib menetapkan Renstra dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah Bupati dilantik ; (3) Rensta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Bagian Kedua Laporan Keuangan Daerah Pasal 59 Laporan Keuangan Daerah terdiri dari laporan triwulan dan laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran.

Pasal 60 (1) Setiap triwulan Pemerintah Daerah menyusun laporan pelaksanaan APBD dan laoran tersebut di serahkan kepada DPRD. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah berakhir triwulan yang bersangkutan. Pasal 61 Pemerintah Daerah menyusun laporan pertanggungjawaban pada setiap akhir tahun anggaran dalam bentuk perhitungan anggaran yang terdiri atas : a. Laporan Perhitungan APBD ; b. Nota Perhitungan yang memuat tentang kinerja keuangan dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah memuat antara lain : 1) Kinerja Daerah dalam rangka pelaksanaan program yang direncanakan dalam APBD tahun anggaran yang bersangkutan. 2) Kinerja pelayanan yang dicapai. 3) Bagian belanja APBD yang digunakan untuk membiayai administrasi umum, kegiatan operasi, pemeliharaan sarana dan prasarana publik belanja modal, belanja transfer, dan belanja tak tersangka. 4) Bagian belanja APBD yang digunakan untuk anggaran DPRD dan Sekretariat DPRD. 5) Posisi Dana Cadangan Daerah. c. Neraca Daerah ; d. Laporan Aliran Kas. Pasal 62 (1) Laporan Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1) dibacakan Bupati di depan Rapat-rapat Paripurna DPRD paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. (2) Laporan Pertanggungjawaban akhir tahun anggaran yang telah dibacakan Bupati, kemudian diserahkan kepada DPRD, selanjutnya dilakukan penilaian sesuai dengan mekanisme dan ketentuan yang berlaku. Pasal 63 (1) Apabila Laporan Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) tidak disetujui DPRD, Bupati berkewajiban menyempurnakan Laporan Pertanggungjawaban tersebut dan harus disampaiakan kembali kepada DPRD dalam waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan. (2) Apabila dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja setelah disampaikan penyempurnaan Laporan Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditolak untuk kedua kalinya, maka DPRD dapat mengusulkan pemberhentian Bupati dan Wakil Bupati kepada Presiden melalui Gubernur. (3)

Bagian Ketiga Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan dan Pertanggungjawaban Untuk Hal Tertentu Pasal 64 Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan dan Pertanggungjawaban Unuk Hal Tertentu yang berkaitan dengan Keuangan Daerah dilakukan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. BAB IX PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KEUANGAN DAERAH KETENTUAN PENUTUP Bagian Pertama Pengawasan DPRD Pasal 65 Pengawasan atas pelaksanaan APBD dilakukan oleh DPRD. Bagian Kedua Pengawasan Fungsional dan Pemeriksaan Pasal 66 (1) Pengawasan fungsional dan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan Daerah dilakukan oleh Badan Pengawasan Daerah. (2) Hasil pengawasan fungsional dan pemerinksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Bupati dengan tembusan kepada DPRD. BAB X KERUGIAN KEUANGAN DAERAH Pasal 67 (1) Setiap kerugian Daerah baik yang langsung maupun yang tidak langsung sebagai akibat perbuatan melanggar hukum atau kelalian harus diganti oleh yang bersalah dan atau yang lalai.

(2) Setiap Pimpinan Perangkat Daerah dan Sekretaris Daerah wajib segera melaporkan kepada Bupati setiap kerugian keuangan Daerah yang terjadi di lingkungannya. (3) Bupati wajib melakukan tuntutan perbendaharaan dan atau tuntutan ganti rugi atas setiap kerugian keuangan Daerah yang diakibatkan oleh perbuatan melanggar hukum atau kelalaian Pejabat Pengelola Keuangan Daerah. (4) Penyelesaian kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 68 Untuk setiap perbuatan yang menimbulkan kerugian Keuangan Daerah dikenakan sanki administrasi dan atau sanki pidana sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 69 Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diatur, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, masih tetap berlaku sampai ada ketentuan lebih lanjut. BAB XII KETANTUAN PENUTUP Pasal 70 (3) Hal-hal yang merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (4) Peraturan Daerah ini berlaku secara efektif mulai Tahun Anggaran 2003 Pasal 71 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lebak. Disahkan di Rangkasbitung Pada tanggal 10 Oktober 2002 BUPATI LEBAK, ttd. H. MOCH YAS A MULYADI

Diundangkan di Rangkasbitung Pada tanggal 17 Oktoberi 2002 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LEBAK, ttd. Drs. H. NARASOMA Pembina Utama Muda NIP. 480 066 774 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TAHUN 2002 NOMOR 21 SERI A.