BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan dari hasil uraian penelitian dan analisa yang telah

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR: 2 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN

PENUTUP. Perhubungan, Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Tegal untuk segera. waterboom setelah disahkannya APBD tahun anggaran 2008.

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR TAHUN.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 6 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL. No.04,2015 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pedoman, pembentukan, produk hukum, daerah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. 1. Mekanisme pengawasan yang dilakukan DPRD terhadap implementasi. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Negeri di kabupaten

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

2 c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakila

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR : 7 TAHUN 2010

PEMERINTAH KOTA BLITAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Gaffar Karim, Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah Di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB IV KEABSAHAN PENGANGKATAN PEJABAT DAERAH OLEH PEJABAT KEPALA DAERAH. tindakan hukum publik yang diberikan oleh peraturan perundang-undang yang

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Bari Azed, Sistem-Sistem Pemilihan Umum, Suatu Himpunan Pemikiran, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000.

PEMERINTAH KOTA BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 17

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 6 SERI E

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 107 TAHUN : 2010 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KOTA MAGELANG

NOMOR : 13 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2012

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Serdang. Pemekaran tersebut terjadi karena luas wilayah dan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-Undang (UU) maupun

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang baik (good local governace) merupakan

DAFTAR PUSTAKA. Pemilihan Presiden Secara Langsung. Jakarta: Sekertariat Jenderal MK RI. (2006). Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI MITRA DAN PENGAWAS KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA. Oleh : Hendi Budiaman, S.H., M.H.

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

G:\JDIH BPK FINAL 2016\SOFTCOPY PERDA KABUPATEN PANGKEP TAHUN 2010 sd 2016\2012\PERATURAN DAERAH KABUPATEN 2011.doc

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

- 2 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2010 NOMOR 16

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil uraian penelitian dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh suatu kesimpulan dari permasalahan yang ada yaitu : 1. Pengawasan DPRD dilakukan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan APBD. a. Pengawasan DPRD terhadap perencanaan APBD Bentuk pengawasan yang dilakukan DPRD terhadap kegiatan APBD yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan tentu belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, peran serta masyarakat pada proses perencanaan dalam memberikan aspirasi hendaknya bukan sekedar hal formalitas yang dilakukan, tapi merupakan hal prioritas yang dilakukan tanpa mengesampingkan aspek-aspek penting lainnya, mengingat bahwa Rancangan APBD yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan daerah yang akan menggunakannya. DPRD Kota Pekanbaru, sebagai lembaga perwakilan rakyat daerah memiliki wewenang untuk menetapkan arah kebijakan prioritas alokasi dan distribusi keuangan daerah. Mekanisme 110

111 penyusunan strategi dan prioritas APBD dapat dilakukan sebagai berikut : 1) DPRD Kota Pekanbaru melakukan upaya penjaringan aspirasi masyarakat dan menyusun pokok-pokok pikiran dewan. Selanjutnya diadakan komunikasi dan kesepakatan-kesepakatan yang dituangkan dalam bentuk arah dan kebijakan umum APBD. 2) Tim anggaran eksekutif menyusun strategi dan prioritas APBD, yang selanjutnya disampaikan kepada panitia anggaran legislatif untuk konfirmasi kesesuaiannya dengan arah dan kebijakan umum APBD yang telah disepakatai sebelumnya. 3) Pengesahan anggaran daerah oleh DPRD. b. Pengawasan DPRD terhadap Pelaksanaan APBD Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD wujudnya adalah dengan melihat, mendengar, dan mencermati pelaksanaan APBD yang dilakukan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), baik secara langsung maupun berdasarkan informasi yang diberikan oleh konstituen, tanpa masuk ke ranah pengawasan yang bersifat teknis. Pengawasan DPRD Kota Pekanbaru terhadap APBD dilakukan melalui kunjungan lapangan dan Hearing dengan pimpinan unit kerja. Pengawasan tersebut dilakukan dengan tiga tahap. Pada tahap

112 catur wulan pertama ( Januari s/d April ) unit kerja diharapkan telah melaksanakan kegiatannya minimal 20 %. Catur wulan (Mei, Juni s/d Agustus ) ketiga diharapkan kegiatan telah mencapai minimal 60 %, untuk caturwulan ketiga (September s/d Desember) diharapkan telah mencapai 100 %. Setelah hearing yang dilakukan oleh pimpinan unit kerja dengan DPRD ternyata kegiatan tidak terlaksana sesuai dengan target yang diharapkan atau tidak jalan sama sekali, maka DPRD memberikan rekomendasi untuk perbaikan kepada Kepala Daerah. c. Pengawasan DPRD terhadap Pelaporan APBD Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD memuat laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, serta dilampiri dengan laporan kinerja yang telah diperiksa BPK dan ikhtisar laporan keuangan badan usaha milik daerah/perusahaan daerah. Berbagai laporan pelaksanaan APBD diproses dengan melakukan evaluasi terhadap laporan tersebut, yang sekaligus dapat dipergunakan

113 sebagai penilaian pertanggungjawaban Kepala Daerah. DPRD dapat menggunakan laporan keuangan ini sebagai salah satu indikator untuk menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah. Berdasarkan penelitian, belum ada Laporan Pertanggungjawaban Walikota Pekanbaru yang ditolak, yang ada dalam laporan tersebut dapat diterima dengan syarat harus memenuhi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam laporan sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh DPRD. Hal ini merupakan suatu politik bagi anggota DPRD untuk dapat saling memahami akan pemilihan untuk masa yang akan datang, agar dapat dukungan transaksional dari pihak eksekutif pada saat pemilihan umum. 2. Pelaksanaan pengawasan ini tidak selalu dapat berjalan efisien dan efektif, karena proses pengawasan ini memiliki hambatan-hambatan. Terkait dengan faktor-faktor yang menjadi hambatan DPRD dalam pelaksanaan pengawasan terdiri dari 2 (dua) faktor, yakni : a. Faktor Internal, meliputi : 1) Kompetensi Anggota DPRD, 2) Sekretariat, 3) Belum Tersusunnya Agenda Pengawasan DPRD b. Faktor Eksternal, meliputi : 1) Perubahan Peraturan Perundang-undangan; 2) Rekruitmen Politik oleh Partai Politik 3) Partisipasi masyarakat

114 Beberapa kelemahan dalam pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD, antara lain : a. Belum maksimalnya penyusunan rencana kerja DPRD dalam setahun kerja. b. Bentuk pengawasan lebih banyak bersifat reaktif dan sporadik. c. Masih jarang DPRD menyediakan atau memanfaatkan ruang laporan terbuka (seperti Kotak Pos) sebagai wadah laporan masyarakat. d. Belum adanya metodologi pengawasan yang berkenaan dengan masalah metode pengawasan pembagian dari satuan anggota komisi, jangka waktu pengawasan, cara pencarian data yang maksimal. e. Kurang proaktif dalam memfasilitasi aspirasi masyarakat terkait usulan kegiatan pembangunan termasuk di daerah pemilihannya. f. DPRD cenderung hanya berperan secara normatif dan tidak bisa melakukan pengawasan secara detail karena kepala daerah menyerahkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada Badan Pemeriksa Keuangan untuk diperiksa dan diamati. DPRD tinggal menerima hasil akhir untuk menandatangani persetujuan.

115 3. Pemaparan faktor-faktor yang menjadi kendala tersebut, diupayakan suatu solusi dalam mengatasi kendala-kendala dalam melakukan pengawasan. Upaya-upaya yang dilakukan adalah : a. Pengetahuan para nggota DPRD tentang anggaran Pengetahuan para anggota DPRD tentang anggaran dapat diartikan sebagai pengetahuan dewan terhadap mekanisme penyusunan anggaran mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap pertanggungjawaban serta pengetahuan dewan tentang peraturan perundang-undangan yang mengatur pengelolaan keuangan daerah/apbd. Pelatihan/seminar tentang keuangan daerah yang diikuti oleh anggota dewan akan meningkatkan pemahaman anggota dewan proses alokasi anggaran bukan sekedar proses administrasi, tetapi juga politik. b. Terkait dengan faktor pendidikan, supaya ada penyetaraan kompetensi atau pengetahuan anggota DPRD, DPRD mengadakan pelatihan atau pembekalan pendidikan dan hal ini dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan Perguruan Tinggi atau Pemerintah Daerah. c. Mengadakan seminar secara rutin dengan memilih pembahasan yang aktual dan mendatangkan pembicara atau nara sumber yang memang ahli. d. Mengaktifkan anggota DPRD untuk mengadakan pertemuan dengan masyarakat, agar program kerja tidak berjalan ketika

116 ada kasus tertentu saja, dan tentunya hal ini juga akan menstimulus masyarakat untuk lebih dekat dengan wakil rakyatnya. e. Memperbaharui pola pikir partai politik, untuk mengusung calonnya yang sangat kompetensi di bidangnya, disamping itu partai politik juga harus mengadakan pembekalan tersendiri tetapi dengan konsep universal, bahwa setelah menajdi anggota dewan ada kepentingan yang lebih bersifat publik yang harus diperjuangkan, bahwa pengusungan calon dari partai politik hendaknya individu yang mempunyai prinsip dan pola pikir yang humanis-sosialis, terkait dengan Lembaga DPRD sebagai tempat menyampaikan aspirasi masyarakat, dan bukan untuk menjalankan visi-misi kepentingan partai atau golongan. f. Sekretariat DPRD hendaknya menyediakan perpustakaan yang akan membantu anggota DPRD dalam memenuhi referensi pengetahuannya. B. Saran 1. Fungsi perencanaan sebaiknya sudah dilakukan DPRD sejak penjaringan aspirasi masyarakat hingga penetapan arah dan kebijakan umum APBD serta penentuan strategi dan prioritas APBD. Pada proses pelaksanaan diharapkan juga memberikan peranan masyarakat dan media masa untuk berpartisipasi sebagai alat bantu

117 pengawasan DPRD, tujuannya juga mengedepankan proses yang transparan dan terbuka. Pada tahap pelaporan, hendaknya seluruh pihak mengenyampingkan aspek kepentingan golongan, dimana dijelaskan bahwa hasil dari pengawasan pelaporan pada saat ini belum ada masalah yang cukup berat, mengingat ada hubungan timbal balik antara eksekutif dan legislatif untuk keperluan pemilihan umum, tentunya sikap seperti ini telah mengarahkan pada suatu proses yang tidak benar. 2. Berdasarkan kendala yang dihadapi oleh DPRD dalam melakukan pengawasan, dapat diberikan saran sebagai berikut : a. Memberikan pembekalan atau inisiasi yang bersifat akademis bagi anggota DPRD, sebagai bahan peningkatan kemampuan kinerjanya. b. Memilih anggota sekretariat yang sesuai dengan kebutuhan, dan memiliki kompetensi yang tinggi dalam mengatur segala urusan anggota DPRD. c. Mengadakan pelatihan-pelatihan atau seminar yang bersifat membangun bagi para anggota DPRD. d. Memberi ruang gerak yang cukup aktif antara anggota dan masyarakat, agar tidak ada ketakutan masyarakat dalam berpartisipasi, dan memicu masyrakat untuk lebih aktif memberikan laporan. e. DPRD disarankan untuk membentuk/membuat peraturan atau pedoman pokok yang dapat menguatkan posisi DPRD dalam

118 menjalankan tugas dan wewenangnya agar bisa berperan dalam pengawasan secara optimal. f. DPRD disarankan untuk membuka/menyediakan wadah komunikasi yang setiap saat dapat diakses secara mudah, murah dan luas oleh masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan informasi kepada DPRD. g. Bagi partai politik, harus merubah pola pikir dalam mengusung calon yang akan diajukan, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan dalam komisi-komisi terkait.

DAFTAR PUSTAKA Buku Anwar, Saiful dan Marzuki Lubis, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, 2004, Penerbit Gelora Madani Press, Medan. Arinanto, Satya, 2005, Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik di Indonesia, Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta. Ashiddiqie, Jimly, 2004, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, FH UII Press., Yogyakarta. Devas, N., Binder, B., Booth, A., Dave, K., Kelly, R., 1989, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Penerbit Universitas Indonesia, jakarta. Djojosoekato, Agung, 2004, Dinamika dan Kapasitas DPRD dalam Tata Pemerintahan Demokratis, Konrad Adeneur Stiftung, Jakarta. Huda, Ni Matul, 2009, Hukum Pemerintahan Daerah, Penerbit Nusa Media, Bandung., 2005, Otonomi Daerah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta., 2005, Pengawasan Pusat Terhadap Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, FH UII Press, Yogyakarta, 2007. Ibrahim, Johnny, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Penerbit Kanisius, Bandung. Juanda, 2004, Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenangan antara DPRD dan Kepala Daerah, Alumni, Bandung. Kelsen, Hans, 2007, Teori Umum Hukum dan Negara, BEE Media Nusantara, Jakarta. Mahfud M.D. Moh., 1999, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, Penerbit Gama Media, Cet. Pertama, Yogyakarta. MacAndrews, Colins, dan Ichlasul Amal, 2003, Hubungan Pusat-Daerah Dalam Pembangunan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. M. J. Manulang, 1981, Dasar-Dasar Manajemen, Gramedia, Jakarta. Moeliono, Anton M., 1995, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Napitupulu, Paimin, 2007, Menuju Pemerintahan Perwakilan, Penerbit P.T.Alumni, Bandung. Ndraha, Taliziduhu, 2005, Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Peowadarminta, W.J.S., 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Soekanto, Soerjono, 1988, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Penerbit dan Balai Buku Ichtiar, Jakarta Sunarso, Siswanto, 2005, Hubungan Kemitraan Badan Legislatif dan Eksekutif di Daerah, Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung. Syueb, Sudono, 2008, Dinamika Hukum Pemerintah Daerah, Laksbang Mediatama, Surabaya. Terry, George R dan Ruc Leslie W, 1986, Dasar-Dasar Manajemen, Buku Aksara, Jakarta. 119

120 Tjandra, Riawan, 2009, Hukum Keuangan Negara, Penerbit PT Grasindo, Anggota IKAPI, Jakarta. Wasistono, Sadu dan Ondo Riyani, 2003, Etika Hubungan Elislatif dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Penerbit Focus Media, Bandung. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XV/MPR/1998 Tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan; Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional, yang Berkeadilan; Serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Lembaran Negara Republk Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4484. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5043. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Perundang-Undangan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Daerah.

121 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan di Lingkungan Kementrian Dalam Negeri, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 485. Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 6 Tahun 2004 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah, Lembaran Daerah Kota Pekanbaru Tahun 2004 Nomor 9 Seri D Nomor 4. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pekanbaru Nomor: Kpts.05/DPRD/XI/2009 tentang Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pekanbaru.