BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam menjalankan pemerintahan daerah. Dewan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. berwenang untuk membuat Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat istimewa yang diatur dengan Undang- Undang dan negara mengakui dan. menghormati ke satuan-kesatuan masyarakat hukum

PELAKSANAAN PENGAWASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KOTA PADANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun Dalam rangka penyelenggaraan

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. otonom (locale rechtgemeenschappen) yang pembentukannya ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu,

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

BAB I PENDAHULUAN. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

SKRIPSI PELAKSANAAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH KEPADA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBD KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DEMAK KEPUTUSAN BADAN MUSYAWARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi. Dalam

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN PIMPINAN DPRD KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS KEPADA PARTAI POLITIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. sesuai yang diamanatkan pada Pasal 1 ayat (1) UUD RI 1945.

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. implementasi dari pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat terdapat pada Pasal 18 B ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dimana disetiap daerah berdasarkan kewenangan otonomi dibentuk Dewan

PROVINSI JAWA TENGAH

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang dibatasi oleh lautan, sehingga di dalam menjalankan sistem pemerintahannya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NIAS BARAT DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB II PENGATURAN TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI INDONESIA. A. Kewenangan Memberi Pertimbangan dan Fungsi Pengawasan Dewan

TINJAUAN UMUM TERHADAP DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. A. Fungsi dan Peranan Undang-Undang Dasar 1945

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUA N. desentralisasi. Perubahan ini memberikan kewenangan yang luas. kepada Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2007 SERI E =============================================================

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ROTE-NDAO DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENUTUP. Perhubungan, Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Tegal untuk segera. waterboom setelah disahkannya APBD tahun anggaran 2008.

BAB I PENDAHULUAN. disebutkan dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis normatif ( normative legal reserch) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf sebagai perbuatan hukum sudah lama melembaga dan dipraktikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena menjadi poros penting dalam proses demokrasi. Partai politik

2 b. bahwa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah Provinsi,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pelanggaran prosedur perceraian bagi PNS di

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN PIMPINAN DPRD KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Undang-Undang No. 32. Tahun 2004 Pelimpahan. wewenang. pemerintahan oleh. Pemerintah kepada. Gubernur sebagai. wakil pemerintah.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

SISTEM DAN PROSEDUR PEMBAHASAN RANPERDA PERUBAHAN APBD DAN PENYUSUNAN RANPERBUP PENJABARAN PERUBAHAN APBD

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA PERUBAHAN APBD

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 76 TAHUN 2014

KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan mempunyai peranan yang penting dalam menjalankan pemerintahan daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) ada yang berkedudukan di provinsi, kabupaten dan kota. DPRD Provinsi merupakan lembaga yang mewakili rakyat untuk daerah provinsi, DPRD Kabupaten adalah lembaga yang mewakili rakyat daerah kabupaten yang bersangkutan, sedangkan DPRD Kota adalah lembaga yang mewakili rakyat daerah kota yang bersangkutan. DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten dan DPRD Kota, mempunyai fungsi, hak dan kewajiban yang sama tapi yang membedakannya adalah ruang lingkup kerjanya. 1 Anggota DPRD terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umun. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah memiliki tiga fungsi yaitu, fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi anggaran. 2 Fungsi legislasi merupakan fungsi untuk membuat peraturan daerah. Pelaksanaan fungsi legislasi tidaklah sepenuhnya berada ditangan DPRD, yang mana peraturan daerah ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan bersama DPRD. 3 Peraturan daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan daerah merupakan penjabaran dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. 1 Hanif Nurcholis, 2007, Teori dan Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, hlm.225. 2 Pasal 41 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 jo Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pemerintahan Daerah 3 Jimly Asshiddiqie, 2004, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Mahkamah Konstitusi RI dan Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UI, Jakarta, hlm.233.

Fungsi pengawasan merupakan fungsi untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan juga pengawasan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Dengan adanya pengawasan dari DPRD, maka penyimpangan maupun penyelewengan dalam hal menjalankan peraturan perundang-undangan dapat dihindari. Fungsi anggaran adalah fungsi DPRD bersama-sama Pemerintah Daerah untuk menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang didalamnya termasuk anggaran untuk pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan model penganggaran pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah dan mencerminkan program tahunan pemerintah daerah. 5 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan instrumen yang akan menjamin terciptanya kedisiplinan dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah. 6 Pada dasarnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mencerminkan kerangka kebijakan publik yang memuat hak dan kewajiban pemerintah daerah dan masyarakat dalam format pendapatan, belanja maupun pembiayaan. 7 Dengan adanya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maka daerah akan mempunyai pedoman operasional dalam melaksanakan program dan kegiatan dalam rangka menjalankan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tidak hanya dilakukan ditingkat provinsi, tapi juga ditingkat kota maupun kabupaten. Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan 4 Pasal 14 Ayat 3 Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 1 Tahun 2010 Tantang Perubaha Atas Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 39/ KPTS-DPRD/LK/XI/2009 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota 5 Hanif Nurcholis, op. cit.,hlm.197 6 Nurlan Darise, 2006, Pengelolaan Keuangan Daerah, Indeks, hlm. 141. 7 Pheni Chalid, 2005, Keuangan Daerah Investasi Dan Desentralisasi, Kemitraan, Jakarta, Hlm.49.

salah satu kabupaten yang menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2007 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah). Selain itu, penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah juga berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahunnya. Menurut Pasal 1 angka 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, secara ringkas proses penyusunan APBD dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama pengusulan rancangan peraturan daerah tentang APBD, selanjutnya pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD dan yang terakhir evaluasi dan penetapan peraturan daerah tentang APBD dan Peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD. Penyampaian rancangan peraturan daerah tentang APBD menurut Pasal 104 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD besererta lampirannya dan nota keuangan paling lambat minggu pertama bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya dari tahun yang direncanakan untuk mendapatkan persetujuan bersama. Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disetujui, akan dievaluasi oleh gubernur selama 15 hari kerja terhitung sejak

diterimanya rancangan tersebut. Apabila gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka kepala daerah bersama DPRD melakukan penyempurnaan selama 7 hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. 8 Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah dievaluasi oleh gubernur dan hasil evaluasinya menyatakan rancangan peraturan daerah tentang APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka kepala daerah akan menetapkan rancangan tersebut menjadi peraturan daerah, penetapan ini paling lama dilakukan pada tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya. 9 Penyusunan APBD juga telah di atur didalam Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 1 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 39/KPTS- DPRD/LK/XI/2009 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota. Pada Pasal 164 dinyatakan bahwa bupati menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya dari tahun yang direncanakan, sedangkan pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan Peraturan Daerah tentang APBD selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan. Tapi pada tahun 2011 kesepakatan antara DPRD dengan pemerintah daerah mengenai Rancangan Peraturan Daerah Tentang APBD baru ada pada tanggal 7 Januari 2011, padahal menurut Pasal 105 ayat (3) poin c Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dengan tegas menyatakan bahwa persetujuan bersama antara kepala daerah dan DPRD terhadap rencana 8 Pasal 111 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri dalam Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2007 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah 9 Ibid., Pasal 116 ayat (1) dan ayat (2)

peraturan daerah tentang APBD ditandatangani oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD paling lama satu bulan sebelum tahun anggaran berakhir. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011 pada lampirannya juga menyatakan bahwa kesepakatan terhadap Ranperda APBD antara pemerintah daerah dengan DPRD paling lambat tanggal 30 November 2010. Keterlambatan persetujuan bersama antara pemerintah daerah dengan DPRD mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, secara tidak langsung mengakibatkan keterlambatan dalam penetapan APBD. Keterlambatan penetapan APBD menimbulkan kerugian bagi pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota. Menurut Pasal 105A ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa dalam hal penetapan APBD mengalami keterlambatan kepala daeerah melaksanakan pengeluaran setiap bulan setinggi-tingginya sebesar seperduabelas APBD tahun anggaran sebelumnya, pada ayat (2) dinyatakan pengeluaran setinggi-tingginya dibatasi hanya untuk belanja bersifat tetap. Tentunya hal tersebut akan memberikan kerugian yang besar bagi pemerintahan Kabupaten Lima Puluh Kota. Adanya pembatasan pengeluaran yang hanya boleh dilakukan untuk belanja yang bersifat tetap bisa mengakibatkan kegiatan di daerah Kabupaten Lima Puluh Kota tidak terlaksana, bahkan pembangunan di Kabupaten Lima Puluh Kota bisa tertunda. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi anggaran DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2011, serta kendala dalam melaksanakan fungsi anggaran dan upaya apa saja yang dilakukan oleh DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota dalam menyelesaikan kendala tersebut. Hasil penelitian ini penulis tuangkan ke dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul:

PELAKSANAAN FUNGSI ANGGARAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2011 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan fungsi anggaran DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2011? 2. Apakah kendala DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota dalam melaksanakan fungsi anggaran? 3. Bagaimana upaya yang dilakukan DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota untuk menyelesaikan kendala pelaksanaan fungsi anggaran? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji bagaimana pelaksanaan fungsi anggaran DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota. 2. Mengkaji kendala-kendala yang dihadapai oleh DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota dalam melaksanakan fungsi anggaran. 3. Mengkaji upaya yang dilakukan DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota untuk menyelesaikan kendala pelaksanaan fungsi anggaran. D. Manfaaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Tata Negara pada khususnya. b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya refernsi dan literatur dalam dunia keperpustakaan tentang pelaksanaan fungsi anggaran DPRD. 2. Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota dan DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. E. Metode Penelitian Untuk memperoleh data yang kongkret dan hasil yang diharapkan, maka penulisan proposal ini menggunakan metode-metode dalam penelitian, antara lain: 1. Metode Pendekatan Penelitian Metode pendekatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode sosiologis normatif, yaitu suatu pendekatan masalah penelitian hukum dengan melihat norma hukum yang berlaku dan dihubungkan dengan fakta yang ada dalam masalah yang akan diteliti baik melalui keperpustakaan maupun melalui peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tulisan ini. 2. Jenis data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data yang terdiri dari: a) Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data primer ini penulis peroleh dari wawancara yang dilakukan dengan responden 10. b) Data Skunder Data skunder diperoleh dari literatur melalui penelitian pustaka, yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 11 1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat 12, yang terdiri atas: 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana terakhir dirubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah. 2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana terakhir dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Hlm.113-114 12 Ibid. 10 Zainudin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, Hlm.23. 11 Bambang Sunggono, 2011, Metodelogi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011. 6. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 39/KPTS-DPRD/LK/XI/2009 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota 7. Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2011 2) Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, misalnya hasil penelitian, hasil karya ilmiah, bukubuku, dan lain-lain. 13 3. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data adalah prosedur sistimatika untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk mendapatkan data, keterangan dan fakta-fakta selengkap mungkin, maka penelitian menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: a) Studi Pustaka 13 Ibid.

Yaitu mengumpulkan, mempelajari dan menyeleksi data-data yang diperoleh dari buku-buku, peraturan perundangan, serta bahan-bahan pustaka lainnya yang ada hubungan dengan penelitian ini. b) Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 14 Dalam wawancara ini penulis akan mewawancarai Bapak Drh. Harmen, selaku wakil ketua DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota. 4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data a) Pengolahan Data Data yang diperoleh dari penelitian akan diolah melalui proses editing. Proses editing ini dilakukan untuk meneliti kembali dan mengoreksi terhadap hasil penelitian sehingga menghasilkan kesimpulan. b) Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang sesuai. 15 Analisis data dalam penelitian ini adalah bersifat kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan dengan 186. 14 Lexy J. Moleong, 2005,Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hlm. 15 Ibid, hlm. 280.

jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi suatu yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mancari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 16 16 Ibid., hlm. 248.