ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI PANAS PADA HEAT SINK PROCESSOR CPU DENGAN COMSOL MULTIPHYSICS

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA PENDINGIN CPU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Simulasi CFD Perpindahan Panas Pada Heatsink Mikroprosesor

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

BAB III PERANCANGAN SISTEM

SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Termodinamika. Energi dan Hukum 1 Termodinamika

Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

METODOLOGI PENELITIAN

PENGUJIAN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT SINK

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

PENGARUH MODIFIKASI BOUNDARY CONDITION PADA STAMP-TYPE SENSOR TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 4.1 Perbandingan desain

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

Manajemen Termal Heat Sink pada Modul Kendali Motor Kendaraan Hibrid

Rekayasa Komputasional Sistem Pendingin Kluster Komputer

PENGARUH KOEFISIEN PERPINDAHANKALOR KONVEKSI DAN BAHAN TERHADAP LAJU ALIRAN KALOR, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SIRIP DUA DIMENSI KEADAAN TAK TUNAK

RANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES

Pengaruh ketebalan terhadap akurasi persamaan Rosenthal untuk model analitik distribusi suhu proses pengelasan Djarot B. Darmadi

BAB II DASAR TEORI. Elektroforesis adalah pergerakan molekul-molekul kecil yang dibawa oleh

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.2 Tahapan Analisis Persamaan Differensial untuk Transfer Energi

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

BAB III. METODE PENELITIAN

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN COOL BOX BERBASIS HYBRID TERMOELEKTRIK

Maka persamaan energi,

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh : JOKO SUPRIYANTO NIM. I

BAB III DESAIN DAN MANUFAKTUR

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. TEC dilakukan pada tanggal 20 Maret April 2017 bertempat di

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

BAB III PERANCANGAN.

Pemodelan Sistem Sirkulasi Alami pada Reaktor nuklir dengan Variasi Ketinggian Alat yang Berbeda

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

BAB II LANDASAN TEORI

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pendingin Termoelektrik (TEC)

BAB I PENDAHULUAN I.1.

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

Konduksi mantap 1-D pada fin. Shinta Rosalia Dewi (SRD)

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015 Pengaruh Variasi Luas Heat Sink

PERPINDAHAN KALOR J.P. HOLMAN. BAB I PENDAHULUAN Perpindahan kalor merupakan ilmu yang berguna untuk memprediksi laju perpindahan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK

RANCANG BANGUN ALAT PENGONDISI TEMPERATUR AIR PADA BUDI DAYA UDANG CRYSTAL RED

PEMINAR PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT. Oleh: Ir. Harman, M.T.

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

ANALISIS VARIASI MEDIA PENDINGINAN PADA RADIATOR TERHADAP KINERJA LAJU PEMBUANGAN PANAS DENGAN KONVEKSI PAKSA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

Multiple Droplets Studi Eksperimental tentang Pengaruh Konduktivitas Material terhadap Fenomena Multiple droplets

PERCOBAAN PENENTUAN KONDUKTIVITAS TERMAL BERBAGAI LOGAM DENGAN METODE GANDENGAN

KARAKTERISTIK TRANSPORT KALOR PADA SISTEM PENDINGIN (SIMULASI) MOTOR BAKAR MENGGUNAKAN POROUS MEDIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI ANALISA PERPINDAHAN PANAS TERHADAP RECTANGULAR DUCT DENGAN TEBAL m MENGGUNAKAN ANSYS 12 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK

BAB III RANCANGAN ALAT

Tabel 2.3 Daftar Faktor Pengotoran Normal ( Frank Kreit )

BAB 2 ENERGI DAN HUKUM TERMODINAMIKA I

OLEH : DEDDY REZA DWI P DOSEN PEMBIMBING : IR. DENNY M. E. SOEDJONO,MT.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

PENGGUNAAN MODUL TERMOLEKTRIK UNTUK OPTIMASI ALAT ARAGOSE GEL ELEKTROFORESIS TUGAS AKHIR

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

Simulasi Konduktivitas Panas pada Balok dengan Metode Beda Hingga The Simulation of Thermal Conductivity on Shaped Beam with Finite Difference Method

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

Transkripsi:

ANALISIS DAN SIMULASI DISTRIBUSI PANAS PADA HEAT SINK PROCESSOR CPU DENGAN COMSOL MULTIPHYSICS ANALYSIS AND SIMULATION OF HEAT DISTRIBUTION IN HEAT SINK CPU PROCESSOR WITH COMSOL MULTIPHYSICS Tresna Dewi Sugiarto 1, Ismudiati Puri Handayani 2, Reza Fauzi Iskandar 3 Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom 1 sugiartotresnadewi@yahoo.com, 2 dekpuri@gmail.com, 3 rezafauzii@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mensimulasikan proses distribusi panas pada heat sink untuk menghindari terjadi overheat pada processor di CPU. Proses yang dianalisis dan dimodelkan meliputi proses penyerapan panas dari sumber kebagian dasar heat sink, proses konduksi, dan proses konveksi paksa yang disimulasikan dengan software Comsol Multiphysics 4.4. Untuk mendapatkan desain heat sink optimal proses simulasi dilakukan dengan cara melakukan variasi jumlah sirip, ketebalan sirip, jarak antar sirip, luas permukaan sirip, dan nilai koefisien konveksi. Diperoleh hasil optimal desain heat sink dengan jumlah sirip sebanyak 40 buah, ketebalan sirip 0.4 mm, jarak antar sirip 2.4 mm, luas permukaan sirip 9425 mm 2 dan koefisien konveksi 5.26 W/m 2.K. Kata kunci : panas, konduksi, konveksi. Abstract This research is aimed to analyze and simulate the process of heat distribution in heat sink to avoid over heat in the CPU processor. Analyzed and modeled processes include the heat absorption from the heat source to the base of the heat sink, the conduction process, and forced convection process. All processes are simulated by Comsol Multiphysics 4.4 software to obtain the optimal heat sink design. The simulation is performed by varying the number of fins, the fin thickness, the distance between the fins, the fin surface area, and the coefficien of convection. The optimal result shows that the heat sink should have 40 pieces fins with fin thickness of 0.4 mm, spacing between fins of 2.4 mm, fin surface area of 9425 mm 2, and the convection coefficient of 5.26 W/m 2.K. Keywords : heat, conduction, convection. 1. Pendahuluan Kesesuaian spesifikasi alat elektronik dan cara penggunaannya menjadi hal penting untuk menjaga keawetan suatu alat [1]. Selain itu alat elektronik selalu mengeluarkan panas pada saat bekerja [2] sehingga perlu diketahui bagaimana proses distribusi panasnya untuk mencegah kerusakan. Desain alat elektronik perlu dioptimalkan agar proses perpindahan panas yang ada pada sistem tersebut berlangsung secara efektif dan efisien. Salah saatu alat yang perlu diperhatikan proses distribusi panas dan proses pendinginannya adalah prosesor CPU. Prosesor merupakan bagian utama computer personal unit (CPU) yang menentukan kinerja CPU secara keseluruhan. Agar kerja CPU efektif diperlukan penyerapan dan penyebaran panas yang baik. Jika CPU mengalami overheat dengan suhu maksimal 339 K, CPU akan menjadi lambat untuk memproses kerjanya dan umur CPU akan lebih singkat bahkan bisa terjadi kerusakan [3]. Overheat pada prosesor CPU akan terrjadi jika CPU digunakan secara berkelanjutan (terus-menerus) hingga temperatur CPU melebihi batas maksimum CPU, yang biasanya terjadi pada lembaga-lembaga atau perusahaan-perusahaan yang proses produksinya bergantung pada komputer secara terus menerus [4]. Salah satu solusi untuk menghindari overheat adalah dengan mengoptimalkan desain heat sink yang digunakan untuk proses pendinginan pada prosesor CPU. Penelitian ini dilakukan guna mendapatkan desain heat sink yang optimal untuk prosesor CPU agar tidak terjadi overheat. 2. Teori 2.1 Gambaran Umum Proses Penyerapan, Penyebaran, dan Pelepasan Panas Berdasarkan prinsip termodinamika perpindahan panas terjadi dari temperatur tinggi ke temperatur rendah. Prinsip ini berlaku juga pada CPU yang secara umum akan mengalami proses penyerapan, penyebaran, dan pelepasan panas. Secara matematis laju penyerapan panas dan distribusi panas melalui konduksi dan koveksi dari sumber panas Q dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan [2]: Q = m. C p. dt dt + k. A cond. dt dx + h. A conv. T 2 T (1) Dengan Q menyatakan laju aliran panas, m adalah massa, C p adalah kalor jenis, T adalah temperatur, t adalah waktu, k adalah konduktivitas termal, A adalah luas, x adalah ketebalan, dan h adalah koefisien konveksi. Suku 1

ruas kanan menyatakan proses penyerapan panas, suku 2 ruas kanan menyatakan proses konduksi, dan suku 3 ruas kanan menyatakan proses konveksi. Pada simulasi Comsol proses penyebaran panas pada heat sink dapat dianalisis dengan model heat transfer in solid dengan menggunakan persamaan: ρc p T t + ρc pu T = k T + Q (2) Dengan ρ adalah deensitas, C p adalah kalor jenis, T adalah temperatur, t adalah waktu, u adalah vektor kecepatan, k adalah konduktivitas termal, dan Q adalah sumber panas. Persamaan (2) menyatakan persamaan distribusi panas pada solid yang terbagi menjadi proses penyerapan yang berada pada ruas kiri dan konduksi yang berada pada ruas kanan. Selanjutnya proses konveksi pada permukaan heat sink ke lingkungan dengan persamaan n k T = h (T ext T) (3) Dengan n adalah batas vektor normal dan h adalah koefisien konveksi. T ext pada persamaan (3) sama nilainya dengan T pada persamaan (1) yaitu temperatur lingkungan, sedangkan T sama nilainya dengan T 2. 2.2 Rancangan dan Metode Eksperimen Proses distribusi panas pada heat sink CPU akan dianalisis dan disimulasikan menggunakan software Comsol Muliphysics 4.4. Model desain heat sink ditunjukkan oleh gambar 1 dengan luas prosesor 0.0016 m 2 tebal dasar heat sink dengan bahan tembaga 3 mm dan diemeter silinder penghubung sirip 5 mm. Panjang silinder penghubung sirip merupakan penjumlahan dari perkalian jumlah sirip dengan jarak antar sirip dan perkalian jumlah sirip dengan ketebalan sirip. Parameter-parameter jumlah sirip, tebal sirip, jarak antar sirip, luas permukaan sirip, dan koefisien koveksi selanjutnya akan divariasikan. Gambar 1. Desain Heat Sink Proses aliran panas pertama kali terjadi antara sumber energi listrik yang berupa daya dengan nilai 35 watt dengan permukaan dasar heat sink yang terbuat dari bahan tembaga. Pemilihan tembaga didasari atas nilai kapasitas panas yang rendah 395 J/kg.K dan konduktivitas termal yang tinggi 401 W/m.K sehingga proses penyerapan panas berlangsung dengan cepat untuk menghindari overheat pada CPU. Selanjutnya tembaga tersebut akan terhubung langsung ke sirip-sirip yang terbuat dari aluminium dengan konduktivitas termal 273,78 W/m.K. Pengaruh dari masing-masing parameter jumlah sirip, ketebalan sirip, jarak antar sirip, luas permukaan sirip, dan koefisien konveksi dianalisis dengan meninjau suhu bagian atas heat sink yang terhubung langsung dengan udara lingkungan dan bagian dasar heat sink yang terhubung langsungdengan prosesor. Pada simulasi ini antara bagian dasar heat sink dengan prosesor terhubung langsung tanpa perantara pasta thermal yang biasanya berupa material yang sangat tipis yang digunakan sebagai perekat. Parameter-parameter yang diperlukan untuk mensimulasikan proses distribusi panas pada heat sink ditunjukkan pada tabel 1 dan tabel 2.

Temperatur (K) Tabel 1 Kondisi Heat sink CPU pada saat Operasi Parameter Nilai Keterangan Tabel 2 Nilai Konduksi Panas, Kalor Jenis, dan Densitas Bahan Material (Bahan) k (W/m.K) C p (J/kg.K) ρ (kg/m 3 ) T 0 /T 298 Temperatur awal/lingkungan (K) Udara (298 K) 0.0261 1005 1.1855 T sp 318 Temperatur set point (K) Aluminium 237.78 900 2700 T max 339 Temperatur maksimal yang dapat Tembaga 401 395 8940 diterima prosesor (K) Q 35 Sumber panas CPU (W) Proses analisis dan simulasi dilakukan mengikuti blok diagram eksperimen yang ditunjukkan oleh gambar 2 Gambar 2. Blok Diagram Eksperimen yang akan Dilakukan Tahapan awal dimulai dengan menganalisis parameter-parameter yang terlibat dalam sistem heat sink dan proses distribusi panas yang akan tetrjadi pada heat sink. Setelah mengetahui parameter apa saja yang digunakan dan proses distribusi panas seperti apa yang akan digunakan, barulah dilakukan simulasi pemodelan desain heat sink dengan Comsol hingga didapat nilai optimal yang bisa dicapai oleh hasil simulasi. 3. Pembahasan Hasil simulasi dan analisis menunjukkan bahwa parameter jumlah sirip, ketebalan sirip, jarak antar sirip, luas permukaan sirip, dan keofisien konveksi sangat mempengaruhi proses penyebaran panas pada heat sink. Hal ini diperlihatkan oleh kenaikan dan penurunan suhu bagian dasar dan bagian atas heat sink saat parameter-parameter itu divariasikan. Dinamika perubahan suhu sebagai fungsi waktu ditunjukkan oleh gambar 3(a) sedangkan sebagai proses distribusi panas ditunjukkan oleh gambar 3(b). Suhu bagian dasar dan atas heat sink yang dimaksud dalam pembahasan selanjutnya adalah suhu pada saat sistem berada dalam keadaan stabil dan suhu tidak bertambah oleh waktu (6000 detik setelah sumber panas dinyalakan). 0 1000 2000 0 4000 5000 6000 Waktu (s) Gambar 3. (a) Dinamika Perubahan Suhu sebagai Fungsi Waktu (b) Distribusi Panas pada Heat Sink

Temperatur (T, K) Temperatur (T, K) 3.1 Variasi Jumlah Sirip Variasi jumlah sirip yang dilakukan adalah 20, 30, 40, 50, dan 60 sirip dengan ketebalan 0.8 mm, jarak antar sirip 2.4 mm, luas permukaan sirip 9425 mm 2, dan koefisien konveksi 2.63 W/m 2.K. Hasil simulasi diperlihatkan pada gambar 4 20 30 40 50 60 Jumlah Sirip Heat Sink (n) Gambar 4. Suhu Maksimum Bagian Heat Sink dan Heat Sink Berdasarkan Jumlah Sirip pada Terlihat bahwa suhu bagian dasar heat sink tidak mengalami perubahan secara signifikan setelah jumlah sirip lebih dari 40. Sedangkan penurunan suhu pada bagian atas heat sink dapat terjadi karena jarak antara sumber panas dengan bagian atas heat sink semakin jauh seiring dengan bertambahnya jumlah sirip. Hal ini menunjukkan proses konduksi dan konveksi tidak berubah secara signifikan untuk jumlah sirip diatas 40 buah. 3.2 Variasi Ketebalan Sirip Variasi ketebalan sirip yang dilakukan adalah 0.4, 0.8, 1.2, 1.6, dan 2 mm dengan jumlah sirip 30, jarak antar sirip 2.4 mm luas permukaan sirip 9425 mm 2, dan koefisien konveksi 2.63 W/m 2.K. Hasil simulasi diperlihatkan pada gambar 5 0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 Ketebalan Sirip Heat Sink (x, mm) Gambar 5. Suhu Maksimum Bagian Heat Sink dan Heat Sink Berdasarkan Ketebalan Sirip pada Terlihat bahwa semakin tipis sirip maka akan semakin rendah suhu bagian dasar heat sink. Hal ini menunjukkan proses konduksi dan konveksi berlangsung lebih baik jika sirip tipis. Keadaan ini berbeda dengan suhu bagian atas heat sink yang semakin tinggi jika tebal sirip berkurang karena efek kapasitif yang terjadi pada bagian dasar heat sink.

Temperatur (T, K) Temperatur (T, K) 3.3 Variasi Jarak Antar Sirip Jarak antar sirip divariasikan dengan nilai 1.2, 2.4, 3.6, 3.8, 4.1, 4.8, dan 5.5 mm sedangkan jumlah sirip 30, ketebalan sirip 0.8 mm, luas permukaan sirip 9425 mm 2, dan koefisien konveksi 2.63 W/m 2.K. Hasil simulasi diperlihatkan pada gambar 6 1.2 2.4 3.6 4.8 6.0 Jarak antar sirip Heat Sink (l, mm) Gambar 6. Suhu Maksimum Bagian Heat Sink dan Heat Sink Berdasarkan Jarak Antar Sirip pada Terlihat bahwa suhu heat sink mengalami penurunan jika jarak antar sirip ditambah hingga 3.6 mm. Jika jarak antar sirip lebih dari 3.6 mm proses konveksi tidak efektif. Hal ini terlihat dari suhu heat sink yang cenderung konstan atau bahkan naik sedikit terutama pada bagian dasar heat sink. 3.4 Variasi Luas Permukaan Sirip Variasi luas permukaan yang dilakukan adalah 8400 mm 2 (160 mmx40 mm), 8700 mm 2 (165 mmx40 mm), 9100 mm 2 (160 mmx45 mm), 9425 mm 2 (165 mmx45 mm), 9750 mm 2 (170 mmx45 mm), 10150 mm 2 (165 mmx50 mm), dan 10500mm 2 (170 mmx50 mm). Hasil simulasi diperlihatkan pada gambar 7 8500 9000 9500 10000 10500 Luas Permukaan Sirip Heat Sink (A cond, mm 2 ) Gambar 7. Suhu Maksimum Bagian Heat Sink dan Heat Sink Berdasarkan Luas Permukaan Sirip pada Terlihat bahwa suhu bagian dasar dan atas heat sink mengalami penurunan seiring dengan bertamahnya luas permukaan sirip. Hal ini dikarenakan proses konveksi berjalan efektif disetiap luas permukaan sirip. 3.5 Variasi Koefisien Konveksi Variasi koefisien konveksi yang dilakukan adalah 2.63, 3.72, 4.55, 5.26, 5.88, 6.44, 8.31, 9.83, 11.15, dan 11.75 W/m 2.K dengan jumlah sirip 30, ketebalan sirip 0.8 mm, jarak antar sirip 2.4 mm, dan koefisien konveksi 2.63 W/m 2.K. Hasil simulasi diperlihatkan pada gambar 8

Temparatur (T, K) 2 4 6 8 10 12 Koefisien Konveksi Panas (h, W/m 2.K) Gambar 8. Suhu Maksimum Bagian Heat Sink dan Heat Sink Berdasarkan Koefisien Konveksi pada Terlihat bahwa suhu bagian dasar dan atas heat sink tidak mengalami penurunan secara signifikan setelah nilai koefisien konveksi 5.26 W/m 2.K. Hal ini menunjukkan bahwa proses konveksi tidak berjalan efektif setelah nilai 5.26 W/m 2.K, karenan penurunan suhu yang tidak signifikan. 4. Kesimpulan Proses distribusi panas pada heat sink dipengaruhi oleh parameter-parameter jumlah sirip, ketebalan sirip, jarak antar sirip, luas permukaan sirip, dan koefisien konveksi. Dengan memilih nilai parameter-parameter diatas dalam mendesain heat sink, suhu prosesor bisa diatur agar tidak melampaui suhu maksimum yang diperbolehkan (339 K). Daftar Pustaka: [1] Subardjono, Priyanto, Manajemen Perawatan Preventif Laboratorium Komputer, Departemen Pend. Dan Kebudayaan, 1999 [2] Yunus A. Cengel, Heat Transfer A Practical Approach, 2nd ed., McGraw-Hill, NewYork, 2003 [3] Intel, 2013, Intel Core i7-4765t Processor (8M Cache, up to 3.00 GHz), http://ark.intel.com/products/75121/intel-core-i7-4765t-processor-8m-cache-up-to-3_00-ghz, 2014 [4] Pusat Data dan Sarana Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika, Hasil Survei penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Sektor Bisnis Indonesia 2011, ISBN 978-602-98285-3-5, 2011 [5] Chyi-Tsong Chen, Ching-Kuo Wu, and Chyi Hwang, Optimal Design and control of CPU Heat sink Processes, IEEE TRANSACTIONS ON COMPONENTS AND PACKAGING TECHNOLOGIES, VOL. 31, NO. 1, MARCH 2008 [6] Tinton Dwi Atmaja, Ghalya Pikra dan Kristian Ismail, Manajemen Termal Heat sink pada Modul Kendali Motor Kendaraan Hibrid, Seminar Nasional Teknik Mesin X, Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB, ISBN 978 602 19028 0 6, 2-3 November2011 [8] R. Mohan, Dr. P. Govindarajan, Thermal Analysis of CPU with Composite Pin Fin Heat sinks, International Journal of Engineering Science and Technology, Vol. 2(9),2010, 4051-4062