Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

PENGARUH PENGGUNAAN WATER COOLANT TERHADAP PERFORMANCE MESIN DIESEL. Gatot Soebiyakto 1)

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

Pemanfaatan Energi Gas Buang Motor Diesel Stasioner untuk Pemanas Air

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi bidang otomotif berkembang sangat pesat mendorong

Peningkatan Performance dengan Pendingin Udara Masuk pada Motor Diesel 4JA1

PENGARUH VARIASI SUDU KIPAS RADIATOR TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN PADA MOBIL TOYOTA K3-VI, 1300 CC. Mastur 1, Nugroho Aji

ANALISIS VOLUME AIR RADIATOR TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA MOTOR DIESEL CHEVROLET

1. PENDAHULUAN. kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen,

STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

Perbandingan Konfigurasi Pipa Paralel dan Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

Modifikasi Ruang Panggang Oven

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

ANALISIS VOLUME AIR RADIATOR TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATUR PADA MOTOR DIESEL CHEVROLET ABSTRAK

Analisa Penurunan Suhu Pada Pendingin Mesin Sterling Engine Stem. Mualim, Nidia Yunarsih, Nugroho P. Ariyanto. Teknik Mesin,Politeknik Negeri Batam

TINJAUAN FAKTOR PENGOTORAN ( FOULING ) TERHADAP PRESTASI RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOBIL

PEMINAR PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT. Oleh: Ir. Harman, M.T.

Pendahuluan Motor Diesel Tujuan Rudolf Diesel Kesulitan Rudolf Diesel

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan alat transportasi seperti kendaraan bermotor kian hari kian

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK

BAB III LANDASAN TEORI

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195

BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPTIMALISASI KINERJA MOTOR DIESEL DENGAN SISTEM PEMANASAN BAHAN BAKAR

Unjuk Kerja Motor Bakar Bensin Dengan Turbojet Accelerator

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

BAB II TINJAUAN LITERATUR

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI.. xi BAB I PENDAHULUAN 1

Abstrak. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh keausan ring piston terhadap kinerja mesin diesel

BAB III PEMBAHASAN. Tabel 3.1 data spesifikasi Engine Toyota Kijang Innova 1TR-FE. Tipe Mesin 2,0 L,4 Silinder Segaris 16.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP TORSI

PENGARUH PERUBAHAN DIMENSI DIAMETER PULI POMPA AIR TERHADAP KERJA SISTEM PENDINGIN PADA MESIN KIJANG TIPE 5K 4 SILINDER

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER

PRESTASI MOTOR BENSIN HONDA KARISMA 125 CC TERHADAP BAHAN BAKAR BIOGASOLINE, GAS LPG DAN ASETILEN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

Tabel 2.3 Daftar Faktor Pengotoran Normal ( Frank Kreit )


COOLING TOWER. Disusun oleh : Ahmad Andriansyah Pratama ( ) Wiliardy Pramana ( ) Muhamad Wandy Amrullah ( )

UNJUK KERJA MESIN BENSIN 4 SILINDER TYPE 4G63 SOHC 2000 CC MPI

OPTIMASI DESAIN SISTEM PENDINGIN PADA MOBIL BERBAHAN BAKAR ETANOL BERKAPASITAS MESIN 1100 CC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan adalah alat trasportasi yang di ciptakan oleh manusia untuk

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI DAYA MELALUI VARIASI BAHAN BAKAR BIODIESEL MESIN DIESEL 2500 CCKENDERAAN RODA EMPAT

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

BAB III METODE PENGUJIAN. Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) seperti Uji emisi, Akselerasi, dan. Kendaraan uji yang disiapkan adalah :

BAB III METODE PENGUJIAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

BAB II DASAR TEORI Sistem Pendingin. Sistem pendingin adalah suatu rangkaian untuk mengatasi terjadinya overheating

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan bidang teknologi mesin sekarang ini, khususnya otomotif

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TEKNIK MESIN 9 Meningkatkan Penelitian dan Inovasi di bidang Teknik Mesin Dalam menyongsong AFTA 2015

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN:

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

MAKALAH MOTOR BAKAR DAN TENAGA PERTANIAN SISTEM PENDINGINAN

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

Pengaruh Variasi Putaran Dan Debit Air Terhadap Efektifitas Radiator

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA DAN PEMBUATAN SISTEM WATER COOLANT INJECTION PADA MOTOR BENSIN TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR. Analisa Performansi dan Perancangan Ulang Radiator Sebagai Optimasi Cooling System pada Mesin Sinjai

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018)

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13 Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Rahardjo Tirtoatmodjo Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Abstrak Suatu motor diesel yang banyak dipakai di huller untuk menggiling gabah membutuhkan pendinginan oleh air yang bersirkulasi. Salah satu cara untuk menghemat bahan bakar adalah dengan mencari temperatur air pendingin masuk engine yang optimal. Dari penelitian di sebuah huller di Lumajang, didapat bahwa untuk menggiling gabah IR64 dan IR70 temperatur optimal tersebut adalah 65 o C. Penghematan bahan bakar jika air masuk engine pada 65 o C dibanding jika masuk pada 40 o C adalah 13,6% saat menggiling gabah IR64 dan 14,3% saat menggiling gabah IR70. Untuk menjaga air pendingin masuk engine pada temperatur optimal dilakukan pengaturan volume (atau ketinggian) air pendingin dalam bak pencampur, yaitu 220 liter saat menggiling IR64 dan 230,6 liter saat menggiling IR70. Kata kunci : air pendingin, motor diesel stasioner Abstract A diesel engine that is used widely in a rice mill needs to be cooled by water that is circulated. One way to reduce the fuel used is to find the optimum cooling water entering the engine. A research is done in a rice mill in Lumajang. It is found that the optimum temperature to get the rice milled both for IR64 and IR70 is 65 o C. The fuel is reduced as much as 13.6% for IR64 if the water enters the engine at 65 o C compared to 40 o C. Meanwhile, it is 14.3% for IR70. The temperature of the cooling water entering the engine is maintained at the optimum temperature by controlling the volume (or the height) of the water in the cooling pond, i.e. 220 liters for IR64 and 230.6 liters for IR70. Keywords : cooling water, stationary diesel engine 1. Pendahuluan Sebagai negara agraris, di Indonesia terdapat banyak tempat penggilingan beras (huller). Kebanyakan huller menggunakan motor diesel stasioner sebagai tenaga penggerak. Energi yang digunakan untuk menggiling gabah didapatkan dari pembakaran bahan bakar di ruang bakar. Energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran tersebut tidak semuanya digunakan untuk menghasilkan kerja, sebagian energi tersisa dalam gas buang, sebagian hilang karena kerugian mekanis dan sebagian lagi terserap media pendingin, baik pelumas maupun air. Catatan : Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Agustus 1999. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Jurnal Teknik Mesin Volume 1 Nomor 2 Oktober 1999. Agar temperatur engine terjaga stabil, diperlukan air pendingin yang disirkulasikan oleh pompa. Dalam huller yang ditinjau, air pendingin disirkulasikan dari engine ke bak pencampur melalui pipa. Sebelum ditampung dalam bak pencampur, air mengalir dalam pipa yang dilubangi yang berada pada ketinggian tertentu dari bak pencampur. Di atas pipa yang dilubangi tersebut terdapat suatu fan yang memaksa udara mengalir melalui air yang jatuh dari pipa berlubang. Dengan demikian terjadi perpindahan panas dan massa antara air dan udara seperti dalam sebuah cooling tower sehingga temperatur air yang tertampung dalam bak pencampur menjadi lebih rendah. Air pendingin ini kemudian disirkulasikan kembali ke engine. Air pendingin mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap efisiensi total engine serta umur engine. Apabila temperatur air pendingin 8

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller (Ekadewi Anggraini Handoyo) masuk engine terlalu tinggi, maka efisiensi mekanis engine akan menurun dan dikuatirkan dapat terjadi over-heating pada engine. Sedang bila temperatur air terlalu rendah, maka efisiensi thermal akan menurun. Mengacu pada hal ini, maka dilakukan penelitian untuk mendapatkan temperatur optimum air pendingin. Diduga ada korelasi antara temperatur air pendingin yang masuk engine dengan banyaknya air dalam bak pencampur. Air pendingin setelah mengalami perpindahan panas dan massa dengan udara di dalam cooling tower ditampung dalam bak pencampur (bak 1). Air pendingin yang tertampung dalam bak 1 ini temperaturnya lebih rendah dibanding dengan saat keluar dari engine. Setelah tertampung dalam bak 1, air pendingin tersebut sempat memberikan panas ke lingkungan yang lebih rendah temperaturnya. Dengan demikian, semakin banyak air yang tertampung dalam bak 1 (ketinggian air bertambah), semakin rendah temperatur air pendingin yang keluar dari bak 1 (siap masuk engine). Mengacu pada hal ini, maka temperatur air pendingin akan diatur dengan mengatur volume air dalam bak pencampur. Dengan menjaga volume air pendingin dalam bak pencampur sebanyak yang didapat dari hasil penelitian ini, diharapkan jumlah bahan bakar yang diperlukan lebih sedikit (harga beras lebih murah). 2. Metodologi Penelitian dilakukan pada sebuah huller di Lumajang yang menggiling gabah dengan jumlah yang konstan, dengan cara menjalankan engine dengan kecepatan konstan yaitu 1600 rpm. Sistem pendinginan motor diesel pada huller ini dapat dilihat pada gambar 1. Spesifikasi motor diesel yang digunakan dapat dilihat dalam lampiran. Keterangan : Penunjukan *1, *2, *3, *4 adalah letak diambilnya data yang berupa temperatur Gambar 1. Sistem Pendingin pada Motor Diesel Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: temperatur air masuk engine (titik *1), temperatur air keluar engine (titik *2), temperatur air keluar pipa berlubang (titik *4), temperatur air di permukaan bak 1 (titik *3), ketinggian air dalam bak 1, serta jumlah bahan bakar yang diperlukan. Penelitian dilakukan sesuai diagram alir Pengisian bahan bakar berikut: Gambar 2. Diagram alir penelitian Pengaturan (setting) temperatur air pendingin yang masuk engine dilakukan dengan mengatur volume air dalam bak pencampur (bak 1) seperti skema pada gambar 3. Pengaturan banyaknya air dalam bak ini dilakukan oleh thermo-control yang memerlukan peralatan tambahan seperti: pompa, solenoide valve dan suatu bak penampung (bak 2). Valve 'on', Air dari bak 2 bak 1 > T set engine dinyalakan, Putaran diatur 1600 rpm Pengambilan data =? < T set Pompa 'on', Air dari bak 1 bak 2 setting temperatur air masuk pada thermo-control Gabah digiling = T set Air dari bak 1 engine Gambar 3. Skema pengaturan temperatur air pendingin Air pendingin dari bak 1 yang akan masuk engine diukur Tin. Harga ini dibandingkan dengan setting temperatur yang telah ditentukan, Tset. Jika Tin = Tset : air pendingin akan langsung dialirkan terus dari bak 1. Jika Tin < Tset : thermo-control akan membuat pompa on : sebagian air dari bak 1 diambil dan dialirkan ke bak 2. Jika Tin > Tset : thermo-control akan membuat valve terbuka sehingga air dari bak 2 akan mengalir masuk ke bak 1; terjadi pencampuran antara air dari bak 2 yang lebih rendah temperaturnya dengan air di bak 1. 9

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13 3. Sistem Pendinginan Motor Diesel Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combution engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak berat sebagai bahan bakar dengan prinsip bahan bakar tersebut disemprotkan ke dalam silinder yang di dalamnya sudah terdapat udara dengan tekanan dan suhu yang cukup tinggi sehingga bahan bakar tersebut dapat terbakar dengan spontan. Pembakaran yang terjadi membuat temperatur ruang bakar dapat mencapai 1000 o C. Untuk menghindari terjadinya kerusakan-kerusakan pada silinder karena panas mesin yang berlebihan, maka silinder tersebut perlu didinginkan yaitu dengan mengalirakan air melalui water jacket yang dipasang di sekeliling silinder tersebut. Pendinginan pada moter diesel ada yang menggunakan media udara dan ada yang menggunakan media air. a. Sistem pendinginan air Dalam sistem ini, pendinginan pada silinder motor diesel menggunakan air. Berdasarkan sirkulasi air, sistem ini dibedakan menjadi: 1. Sistem pendinginan air tertutup Air menyerap panas dari water jacket kemudian disirkulasikan masuk radiator. Air pendingin dalam radiator didinginkan oleh aliran udara. Udara melewati radiator karena laju kendaraan atau karena adanya kipas udara. Penggunaan thermostat untuk mencegah proses pendinginan oleh air saat motor masih dingin. 2. Sistem terbuka Dalam sistem pendinginan ini, air disirkulasikan ke pipa dari water jacket dan kemudian dijatuhkan bebas ke dalam bak pencampur. Agar air tersebut dapat bersikulasi, maka diperlukan pompa yang memanfaatkan tenaga motor itu sendiri. Dalam sistem pendinginan ini, saat air dijatuhkan bebas terjadi perpindahan panas dan massa dari air ke udara seperti halnya yang terjadi dalam cooling tower. Udara dapat mengalir secara alami atau karena adanya kipas. Air pendingin yang tertampung dalam bak kemudian disirkulasikan masuk ke water jacket kembali. b. Sistem pendinginan udara Dalam sistem pendinginan yang mempergunakan udara sebagai media pendinginan, terjadi perpindahan panas dari engine ke udara secara langsung. Keuntungan sistem ini adalah tidak diperlukan air sebagai media pendingin sehingga sistim pendinginan udara ini sangat cocok dipergunakan untuk daerah-daerah yang kekurangan air dan daerah dengan suhu yang rendah. Sistem pendinginan udara ini hanya dipergunakan untuk motor-motor dengan kapasitas yang kecil. Sistem pendinginan dalam huller yang diteliti dapat dilihat pada gambar 1. Air pendingin yang keluar dari engine disirkulasikan oleh pompa dan mengalir dalam pipa berlubang (spray). Air ini kemudian berhubungan langsung dengan udara yang mengalir secara paksa oleh adanya fan yang dipasang di atas pipa berlubang. Kontak langsung ini menyebabkan terjadinya perpindahan panas dan massa dari air ke udara. Prinsip ini adalah dasar dari beroperasinya suatu cooling tower. Air pendingin setelah keluar dari pipa akan jatuh ke dalam bak pencampur (bak 1). Dari bak ini, air akan bersirkulasi masuk kembali ke engine (water jacket). Bak pencampur ini digunakan untuk mencampur air pendingin dari pipa berlubang dengan air dingin dari bak lain (bak 2). Pencampuran ini dilakukan jika temperatur air yang terukur dalam bak 1 lebih tinggi dari temperatur yang telah ditentukan. Aliran air dari bak 2 ke bak 1 diatur oleh solenoide valve yang menerima perintah dari thermo control. Sedang jika temperatur air di bak 1 lebih rendah dari temperatur yang telah ditentukan, maka sebagian air dalam bak 1 akan dipindahkan ke bak 2 oleh pompa. Pengaturan ini terjadi secara otomatis dengan bantuan thermo control. Dengan pengaturan ini diharapkan temperatur air masuk engine lebih konstan. 4. Analisa Data Data didapat selama penelitian dengan asumsi: temperatur pada permukaan bak 1 merata, debit dan temperatur air yang keluar dari pipa berlubang dalam cooling tower adalah sama, fan pada cooling tower selalu bekerja saat pengambilan data. Batasan yang dilakukan selama penelitian: Debit air pendingin yang masuk engine dijaga konstan selama penelitian. Penelitian dilakukan untuk menggiling gabah jenis IR64 dan IR70. Pengaturan banyaknya (ketinggian) air dalam bak 1 dengan menggunakan suatu thermocontrol. Alat ini bekerja berdasar temperatur. Thermocontrol memberi perintah 10

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller (Ekadewi Anggraini Handoyo) apakah pompa atau solenoide valve yang harus bekerja. Dari hasil percobaan didapat: Hubungan antara temperatur air pendingin dengan konsumsi bahan bakar. Semakin rendah temperatur air pendingin yang masuk engine, semakin banyak bahan bakar yang diperlukan untuk menggiling beras dengan jumlah yang konstan baik untuk gabah jenis IR64 maupun IR70. Hal ini dapat dilihat dalam gambar 4. Namun, temperatur air masuk engine dibatasi hingga 65 o C. Hal ini disebabkan, dari penelitian yang dilakukan, jika temperatur air masuk engine 70 o C, ternyata didapatkan bahwa temperatur air keluar engine lebih dari 100 o C. Jika air berada pada tekanan atmosfir (1 atm) dan temperatur lebih dari 100 o C, maka air akan berada pada fase uap. Mengingat air akan kontak dengan udara di dalam cooling tower yang berarti air akan berada pada tekanan atmosfir (1 atm), maka temperatur air masuk engine dibatasi hingga 65 o C. Konsumsi bahan bakar (Lt/jam) 19 18 17 16 15 14 13 12 40 45 50 55 60 65 T masuk engine (C) IR 64 IR 70 Gambar 4. Hasil pengukuran rata-rata konsumsi bahan bakar selama 5 hari. Pembakaran yang terjadi dalam engine menyebabkan temperatur engine meningkat. Agar temperatur ini tidak terus meningkat, air pendingin dengan temperatur lebih rendah dialirkan dengan bantuan pompa. Karena perpindahan panas disebabkan oleh adanya perbedaan temperatur, maka terjadi perpindahan panas antara engine dengan air pendingin. Semakin besar beda temperatur maka semakin besar pula perpindahan panas yang terjadi. Jika air pendingin mengalir dengan temperatur lebih rendah berarti terdapat perbedaan temperatur yang lebih besar antara engine dengan air pendingin. Hal ini berakibat panas yang diserap air pendingin dari hasil pembakaran lebih banyak, sehingga untuk menghasilkan kerja yang sama (menggiling beras dengan jumlah yang sama) diperlukan bahan bakar lebih banyak jika air pendingin masuk engine dengan temperatur lebih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini dimana penurunan konsumsi dari bahan bakar terjadi karena dengan mengoperasikan engine pada suhu yang makin tinggi terlihat jumlah panas yang terbuang ke fluida pendingin juga makin kecil, dalam hal ini berarti lebih banyak energi panas yang bermanfaat untuk menghasilkan kerja yang berguna. T (C) 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 40 45 50 55 60 engine (C) IR 64 IR 70 Gambar 5. Perbedaan temperatur air yang keluar dan masuk engine fungsi suhu air masuk Hubungan antara temperatur air pendingin dengan volume air dalam bak pencampur. Dari hasil pengukuran, terbukti bahwa semakin banyak air pendingin yang ada dalam bak pencampur (bak 1), semakin rendah temperatur air pendingin yang masuk engine, baik untuk gabah IR64 maupun IR70. Hal ini dapat dilihat dalam gambar 6. Air pendingin yang keluar dari engine dialirkan dalam pipa berlubang (spray) yang terletak di atas bak pencampur. Dari hasil pengukuran yang dilakukan, didapat bahwa terjadi penurunan temperatur yang cukup besar antara temperatur air keluar pipa berlubang dengan temperatur air di permukaan bak 1. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 2. Ternyata temperatur air pada permukaan bak 1 masih lebih tinggi daripada temperatur lingkungan. Dengan demikian, terjadi perpindahan panas antara air dalam bak dengan lingkungan, dalam selang waktu tertentu, sehingga temperatur air saat masuk engine lebih rendah dari temperatur air di permukaan bak 1. Jika temperatur air yang masuk engine masih lebih tinggi dari temperatur setting, maka air dalam bak penampung (bak 2) akan dialirkan ke bak 1 agar 11

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13 setelah bercampur menghasilkan air dengan temperatur sama dengan temperatur setting. Dengan masuknya air dari bak 2 ke bak 1 membuat volume air dalam bak 1 bertambah dimana hal ini diiringi dengan penurunan temperatur. Temperatur air dalam bak 2 pasti lebih rendah dari temperatur air dalam bak 1, karena terjadi perpindahan panas secara alami antara air dalam bak 2 dengan lingkungan sekitar. Air dalam bak 2 berasal dari sebagian air dalam bak 1 yang diambil dengan pompa dan ditambah dengan makeup water untuk mengantisipasi air yang hilang karena penguapan dalam cooling tower. Air yang dialirkan dalam pipa berlubang berhubungan langsung dengan udara yang ditarik oleh suatu fan dalam cooling tower. Pada saat ini, akan terjadi perpindahan panas dan massa dari air ke udara karena adanya perbedaan temperatur dan perbedaan tekanan parsial. Udara akan keluar dari cooling tower dengan temperatur yang lebih tinggi karena menerima panas dari air dan mempunyai kelembaban yang lebih tinggi karena sebagian air akan menguap. Hal ini menyebabkan temperatur air akan turun, seperti yang terlihat dalam tabel 2. Tabel 2. Penurunan temperatur air pendingin dalam cooling tower. Tout pipa ( O C) Volume air dalam bak I (liter) Gabah IR64 T di permukaan bak I ( o C) Tout pipa ( O C) Gabah IR70 T di permukaan bak I ( o C) 90.8 76.0 92.8 77.8 87.0 72.9 89.3 74.6 83.2 69.4 85.6 71.7 79.3 66.5 82.3 69.4 75.1 63.1 78.3 66.3 71.8 60.9 74.3 62.7 480 430 380 330 280 230 180 40 45 50 55 60 65 engine (C) IR 64 IR 70 Gambar 6. Hasil pengukuran rata-rata volume air dalam bak pencampur selama 5 hari. 5. Kesimpulan Temperatur air pendingin yang paling optimal masuk engine diesel seperti dalam lampiran 2 di suatu huller dengan sistem pendinginan terbuka seperti dalam lampiran 1 di daerah Lumajang adalah 65 o C untuk gabah jenis IR64 maupun IR70. Konsumsi bahan bakar yang diperlukan jika air pendingin masuk engine pada temperatur 40 o C adalah 16,9 liter/jam untuk gabah IR64 dan 18,2 liter/jam untuk gabah IR70. Sedang jika air pendingin masuk engine pada temperatur 65 o C, konsumsi bahan bakar adalah 14,6 liter/jam untuk gabah IR64 dan 15,6 liter/jam untuk gabah IR70. Untuk mencapai temperatur optimal yaitu 65 o C, diperlukan air pendingin dalam bak pencampur sebanyak 220 liter untuk gabah jenis IR64 dan sebanyak 230,6 liter untuk gabah jenis IR70. 6. Saran Untuk huller dengan sistem pendinginan tertutup, temperatur optimal air pendingin dapat lebih tinggi dari 65 o C, dalam hal ini temperatur yang optimal dibatasi oleh karakteristik oli pelumas yang digunakan. Dengan melakukan modifikasi pada sistem pendinginan, dari sistem pendinginan terbuka menjadi pendinginan tertutup, maka tentu tekanan dalam sistem dapat ditingkatkan sehingga suhu air perdingin boleh lebih tinggi dari 100 o C. Dengan demikian engine dapat bekerja pada suhu lebih tinggi dimana penggunaan bahan bakar dapat lebih ekonomis lagi. Selain dengan meningkatkan tekanan agar suhu air pendingin dapat tetap dalam fase cair walaupun suhu tinggi, dapat juga air dicampur dengan coolant agar titik didihnya meningkat, atau juga dengan menggunakan sistem pendinginan evaporative cooling. Tentu saja dengan melakukan peningkatan suhu kerja dari sistem pendingin ini perlu pula diperhatikan sistem lainnya seperti sistem pelumasan, yaitu kemampuan kerja dari minyak pelumas hingga suhu berapa. Selain itu juga perlu diperhitungkan ketahanan dari material engine itu sendiri. Secara prinsip sebenarnya makin tinggi suhu dari ruang bakar, maka makin sedikit pula endapan atau kerak yang tertinggal di dalamnya. 12

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller (Ekadewi Anggraini Handoyo) Daftar Pustaka 1. Fox, Robert W. and McDonald, Alan T. Introduction to Fluid Mechanics, 3 rd ed. John Wiley & Sons. Inc, 1985. 2. Hariyanto. Perencanaan Pengaturan Temperatur Air Pendingin Dengan Mengubah Volume Air Pendingin pada Bak Pencampur Untuk Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller, Tugas Akhir tidak dipublikasikan. Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra di Surabaya, 1999. Lampiran : Spesifikasi motor diesel yang digunakan: Merk : Mitshubisi Model engine : 6 D 14 Type ruang bakar : Direct Injection type Diameter Bore x panjang stroke (mm) : 110 x 115 Total Displacement (cc) : 6557 Compression ratio : 17 Jumlah silinder : 6 Firing order : 1 5 3 6 2 4 Maximal output : 155 PS / 2900 rpm Maximal Torsi : 41,5 N.m / 1800 rpm Engine idling (rpm) : 550 600 rpm Maximal engine rpm tanpa beban : 3180 3220 rpm 13