Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah dan Swasta di Kabupaten Sleman

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

BAB I PENDAHULUAN. Berkeadilan. Untuk mencapainya, perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BP.GIGI PUSKESMAS KELAYAN DALAM KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

FOKUS UTAMA. *Loka Litbang P2B2 Baturaja Jl. A. Yani KM. 7 Kenelak Baturaja Timur 32111

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Nopia Wahyuliani

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

ABSTRAK TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP BANGSAL BEDAH RUANG KUTILANG DAN MAWAR DI RUMAH SAKIT X DI BANDAR LAMPUNG 2010

HUBUNGAN ANTARA BAURAN PEMASARAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN RAWAT INAP DI UPTD RUMAH SAKIT MATA PROVINSI SULAWESI UATARA

ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PADA PUSKESMAS TALIWANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT TAHUN 2009 (EVALUASI TERHADAP PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN GRATIS)

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 78-83

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS PEGAWAI DAN MASA KERJA DENGAN KUNJUNGAN RAWAT JALAN DI MUHAMMADIYAH MEDICAL CENTER

Windi Tatinggulu*, Rooije.R.H.Rumende**, Tinneke Tololiu**.

VOLUME II No 1 Januari 2014 Halaman 74-84

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. prasarana UPT Kesmas Tegallalang I telah dilengkapi dengan Poskesdes, Pusling,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Pelayanan Gigi Di Puskesmas Way Laga Kota Bandar Lampung

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Persepsi, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN TERHADAP INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TENTANG PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS BANYUMAS

HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TAMALANREA KOTA MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA BPJS. Yustina Kristianingsih

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA BPJS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemanfaatan pelayanan kesehatan secara umum bisa dikaitkan baik. di beberapa daerah yang mengalami kendala dalam

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD AMPANA KABUPATEN TOJO UNA-UNA. Siti Nurhaida 1, Sudirman 2

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA)

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

201 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik)

: Dimensi Kualitas, Kepuasan Pasien, Askes Sosial, Pelayanan Rawat Jalan, Rumah Sakit

Patria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien...

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU

HUBUNGAN ANTARA MUTU JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

Correlation Analysis between Patient Characteristic with Patient Satisfactory Level in RSGMP UMY

HUBUNGAN MUTU ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN PEMILIHAN PELAYANAN KESEHATAN DI DESA KARANGGENENG KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016

Achmad Rizal* Elvi Juliansyah**

PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP RSU. BUNDA THAMRIN MEDAN TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BLORA 2015

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSU BETHESDA GMIM TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, pertumbuhan pasar, strategi pesaing dan faktor-faktor lain yang

EKUITAS DALAM PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN (Studi Pada Ibu Pengguna Jampersal dan Non-Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Dupak Kota Surabaya)

PERSEPSI PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN RAWAT JALAN DI RS MISI LEBAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN ULANG PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD MARIA WALANDA MARAMIS Sherly Nayoan*

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK

HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN BIDAN DALAM MELAKUKAN ANTENATAL CARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan tahun 2009 pasal 54 ayat 1 di

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Desa Moyongkota Baru Kecamatan Modayag Barat

LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016

BAB I PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kata Kunci : Pelatihan, Motivasi, Dukungan Keluarga dan Masyarakat, Keaktifan Kader Posyandu

Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Ruang Rawat Inap Kelas III

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI RSUD LAKIPADADA KABUPATEN TANA TORAJA

Nasution (2004) berpendapat bahwa mutu mencakup suatu usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Penilaian pasien terhadap mutu pelayanan

RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE OF THE FAMILY ON FAMILY TASK IN HEALTH AND THE UTILIZATION OF HEALTH SERVICE AT PANDAK II HEALTH CENTER BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan telah terjadi beberapa perubahan mendasar. Pada awal

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuknya perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku tertutup dan terbuka

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

Transkripsi:

Artikel Penelitian Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah dan Swasta di Kabupaten Sleman Public and Private Health Service Facilities Utilization in Sleman Regency Anita Sulistyorini, Purwanta Bagian Keperawatan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Abstrak Di Sleman, masyarakat yang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan swasta (52%) lebih tinggi daripada yang memanfaatkan fasilitas kesehatan pemerintah (37,6%). Fenomena ini diduga berhubungan dengan kebijakan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pola pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta oleh keluarga di Kabupaten Sleman serta berbagai faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dengan rancangan studi cross sectional ini dilakukan di 13 kecamatan terpilih di Kabupaten Sleman. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling dua tahap menghasilkan jumlah sampel penelitian 240 responden dari 30 cluster. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang sebelumnya telah disiapkan. Metoda uji chi-square digunakan untuk melihat hubungan antara pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta dengan status ekonomi, persepsi akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, persepsi kualitas pelayanan kesehatan, serta persepsi sehat sakit. Angka pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta oleh masyarakat di Kabupaten Sleman ternyata sama tinggi yaitu lebih dari 90%. Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah berhubungan bermakna dengan persepsi aspek waktu pelayanan kualitas pelayanan kesehatan (p value = 0,019). Fasilitas pelayanan kesehatan swasta berhubungan bermakna dengan persepsi aspek biaya kesehatan kualitas pelayanan kesehatan (p value = 0,005). Disimpulkan bahwa pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun swasta oleh keluarga di Kabupaten Sleman dipengaruhi oleh persepsi kualitas pelayanan kesehatan. Kata kunci: Pemanfaatan, fasilitas pelayanan kesehatan, pemerintah, swasta. Abstract In Sleman, the private health service facilities is utilized higher ( 52%) than those of public facilities ( 37,6%). This phenomenon is assumed to be brought about by health policy. This research is aimed at studying the pat- tern of private and public health services facilities utilization in Sleman Regency and the factors influence it. A cross-sectional survey was carried out in 13 selected districts of Sleman Regency. Two steps cluster sampling was administered giving 30 clusters and 240 households as respondents. Chi-square test was used to identify association between private and public health services utilization and economical level; the perception of services facilities s accesibility; the perception of health services quality also the perception of family health and healthy illness perception. Both private and public health services facilities in Sleman Regency were equally utilized (>90)%. Utilization of public health services facilities has significant correlation with perception towards health services quality, especially services time (p valu e = 0,019). The private health services facilities has a significant correlation with the family perception towards health services quality, especially health cost (p value = 0,005). It is concluded that the family perception towards quality of health services influence the pulic and private health services facilities utilization. Keywords: Utilization, health services facilities, public, private Pendahuluan Pembangunan kesehatan merupakan upaya pemenuhan salah satu hak dasar rakyat terakses fasilitas pelayanan kesehatan karena kesehatan merupakan hak asasi manusia. Visi dan misi Indonesia Sehat 2010 merupakan bagian dari langkah menuju pencapai tujuan pembangunan kesehatan (nasional) agar bangsa Indonesia mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai oleh: 1) hidup dalam lingkungan yang sehat, 2) mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta Alamat Korespondensi: Purwanta, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Jl. Farmako Sekip Utara, Yogyakarta, Hp.08122748461, e-mail: purwanta@gmail.com 178

Sulistyorini & Purwanta, Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah dan Swasta 3) mampu menyediakan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. 1 Pembangunan kesehatan menghadapi banyak masalah, antara lain kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan, serta kinerja pelayanan kesehatan yang rendah. 2 Ketidakpuasan terhadap pelayanan kesehatan lebih menonjol pada pelayanan rawat jalan pemerintah di rumah sakit (RS), puskesmas, dan puskesmas pembantu (pustu) daripada pelayanan swasta di RS, klinik atau balai pengobatan, dan praktik dokter/ bidan/perawat. Kepuasan terhadap pelayanan rawat inap RS pemerintah secara umum lebih rendah daripada pelayanan rawat inap RS swasta. 3 Hasil Survei Kesehatan Daerah pada tahun 2003 menyatakan bahwa lebih dari 52% masyarakat di Kabupaten Sleman memanfaatkan pelayanan kesehatan swasta. Angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan total pemanfaatan fasilitas kesehatan pemerintah yang hanya mencapai 37,6%. 4 Berdasarkan temuan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta. Gejala dominasi pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan swasta oleh masyarakat menunjukkan ketidakseimbangan proses pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Fenomena ini tentunya menjadi catatan atas kebijakan yang ditetapkan dalam sistem kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pola pemanfaatan keluarga terhadap fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta di Kabupaten Sleman serta faktor-faktornya. Metode Jenis penelitian deskriptif analitik ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional dengan unit analisis keluarga. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling dua tahap dengan jumlah sampel penelitian 240 responden yang diambil dari 30 cluster (dusun) sehingga dari setiap cluster ditarik 8 responden. Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini berupa kuesioner yang dibagi menjadi enam bagian meliputi identitas responden, pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan, status ekonomi keluarga, persepsi akses fasilitas pelayanan kesehatan, persepsi terhadap kualitas pelayanan kesehatan, dan persepsi sehat sakit. Analisis data menggunakan metode analisis data katagorikal dengan uji chi-square dengan nilai α = 0,05. Hasil Karakteristik Responden Sebagian besar responden adalah perempuan (105 orang; 56,3%), berpendidikan menengah (144; 60%), bekerja sebagai ibu rumah tangga (65; 27,1%) dan petani/peternak (40; 16,7%), berpenghasilan keluarga Rp 1.000.000,-/bulan yang tergolong rendah (156; 65,0%), memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (224; 93,3%) dan fasilitas pelayanan kesehatan swasta (229; 95,4%), dan fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta (130; 54,20%) (Lihat Tabel 1). Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 158 orang (65,8%) mempunyai persepsi bahwa fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah (puskesmas dan RS pemerintah) masih mudah untuk diakses sedangkan sebanyak 150 orang (62,5%) berpendapat bahwa fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta (bidan/perawat praktik, dokter praktik, balai pengobatan swasta, klinik spesialis, dan RS swasta) masih sulit dijangkau secara jarak dan sarana transportasi. Persepsi responden terhadap kualitas pelayanan kesehatan milik pemerintah adalah persepsi pada fasilitas kesehatan yang masuk pada kategori memadai, persepsi terhadap petugas kesehatan masuk kategori memuaskan, persepsi terhadap biaya kesehatan masuk kategori murah, dan persepsi terhadap waktu pelayanan kesehatan masuk kategori tidak memuaskan (142 orang atau 59,2%). Hal ini terlihat berbeda pada persepsi responden terhadap kualitas pelayanan kesehatan milik swasta dimana waktu pelayanan masuk kategori memuaskan (172 orang atau 71,7%), persepsi terhadap fasilitas kesehatan masuk kategori memadai, persepsi terhadap petugas kesehatan masuk kategori memuaskan, dan persepsi terhadap biaya kesehatan antara kategori mahal dan murah hampir sama, yaitu 121 orang dan 119 orang. Hasil penelitian tentang persepsi sehat sakit responden sebagian besar masuk kategori buruk, yaitu 158 orang (65,83%). Adapun responden yang mempunyai persepsi sehat sakit baik hanya sebagian kecil dari total responden yaitu hanya 82 responden (34,17%). Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah dan Swasta Responden yang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (93,3%). Hasil analisis bivariat uji chi-square menunjukkan bahwa variabel status ekonomi, persepsi akses ke pelayanan kesehatan, serta persepsi sehat sakit, kepemilikan asuransi tidak berhubungan bermakna dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah (nilai p>0,05). Variabel persepsi kualitas pelayanan kesehatan tentang waktu pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah (nilai p = 0,019) berhubungan bermakna. Sedangkan, persepsi responden tentang fasilitas, petugas, dan biaya di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah (p value >0,05). Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan fasilitas 179

Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 4, Februari 2011 Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase (%) Jenis kelamin Laki laki 105 43,3 Perempuan 135 56,7 Tingkat pendidikan Dasar 54 22,5 Menengah 144 60,0 Tinggi 42 17,5 Pekerjaan Ibu rumah tangga 65 27,1 Petani/peternak 40 16,7 Wiraswasta 31 12,9 Buruh 31 12,9 Karyawan swasta 22 9,2 PNS/polisi/ABRI 20 8,3 Pensiunan 16 6,7 Lain-lain 14 5,8 Serabutan 1 0,4 Penghasilan Rendah 156 65,0 Tinggi 84 35,0 Pelayanan kesehatan pemerintah Memanfaatkan 224 93,3 Tidak memanfaatkan 16 6,7 Pelayanan kesehatan swasta Memanfaatkan 229 95,4 Tidak memanfaatkan 11 4,6 Memanfaatkan fasilitas Pemerintah 98 40,8 kesehatan milik Swasta 130 54,2 Tidak keduanya 12 5 Total 240 100,0 Tabel 2. Distribusi Berdasarkan Persepsi Akses, Kualitas, dan Sehat- Sakit Persepsi Kategori Frekuensi Persentase (%) Akses yankes pemerintah Mudah 158 65,8 Sulit 82 34,2 Akses yankes swasta Mudah 90 37,5 Sulit 150 62,5 Kualitas yankes pemerintah Memadai 178 77,39 Tidak memadai 62 22,61 Kualitas yankes swasta Memadai 182 79,13 Tidak memadai 58 20,87 Petugas kesehatan pemerintah Memuaskan 154 66,95 Tidak memuaskan 86 33,05 Petugas kesehatan swasta Memuaskan 209 90,87 Tidak memuaskan 31 9,13 Waktu pelayanan pemerintah Memuaskan 98 40,43 Tidak memuaskan 142 59,57 Waktu pelayanan swasta Memuaskan 172 74,78 Tidak memuaskan 68 25,22 Biaya yankes pemerintah Murah 202 87,83 Mahal 38 12,17 Biaya yankes swasta Murah 121 52,60 Mahal 119 47,40 Persepsi sehat sakit Buruk 158 65,83 Baik 82 34,17 pelayanan kesehatan milik pemerintah adalah persepsi terhadap kualitas pelayanan kesehatan yaitu persepsi tentang waktu pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah (Lihat Tabel 3). Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta di Kabupaten Sleman (229; 95,4%) dengan hasil uji chi-square yang menunjukkan bahwa persepsi akses ke pelayanan kesehatan dan persepsi sehat sakit tidak berhubungan bermakna dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan swasta (p value > 0,05). Variabel status ekonomi dan kepemilikan asuransi tidak berhubungan bermakna dengan pemanfaatan fasilitas 180

Sulistyorini & Purwanta, Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah dan Swasta Tabel 3. Determinan Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah Pemanfaatan Variabel Independen Kategori Ya Tidak Nilai p Frek % Frek % Pendapatan Rendah 146 60,9 10 4,17 0,828 TinggI 78 32,5 6 2,50 Persepsi akses yankes Mudah 145 60,4 13 5,42 0,178 Sulit 79 32,9 3 1,25 Persepsi fasilitas kesehatan Memadai 164 68,33 14 5,83 0,207 Tidak 60 25,0 2 0,83 Persepsi petugas kesehatan Memuaskan 143 59,6 11 4,58 0,692 Tidak 81 33,75 5 2,08 Persepsi waktu pelayanan Memuaskan 87 36,25 11 4,58 0,019 Tidak 137 57,08 5 2,08 Persepsi biaya kesehatan Murah 189 78,75 13 5,42 0,741 Mahal 35 14,58 3 1,25 Persepsi sehat sakit Buruk 149 62,08 9 3,75 0,403 Baik 75 31,25 7 2,92 Kepemilikan asuransi Diharuskan 63 58,9 3 2,80 0,289 Tidak 37 34,6 4 3,70 Tabel 4. Determinan Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Swasta Pemanfaatan Variabel Independen Kategori Ya Tidak Nilai p Frek % Frek % Pendapatan Rendah 146 60,9 10 4,17 0,065 Tinggi 83 34,6 1 0,42 Persepsi akses Mudah 120 50,0 4 1,70 0,298 Sulit 109 45,4 7 2,92 Persepsi fasilitas kesehatan Memadai 173 72,08 9 3,75 0,635 Tidak 56 23,33 2 0,83 Persepsi petugas kesehatan Memuaskan 200 83,33 9 3,75 0,074 Tidak 29 12,08 2 0,83 Persepsi waktu pelayanan Memuaskan 163 67,91 9 3,75 0,444 Tidak 66 27,5 2 0,83 Persepsi biaya kesehatan Murah 120 50,0 1 0,42 0,005 Mahal 109 45,41 10 4,16 Persepsi sehat sakit Buruk 151 62,92 7 2,92 0,875 Baik 78 32,5 4 1,67 Kepemilikan asuransi Diharuskan 61 57,0 5 4,70 0,071 Tidak 41 38,3 0 0,00 pelayanan kesehatan milik swasta (nilai p = 0,065 dan 0,071). Persepsi biaya kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan swasta berhubungan bermakna dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan swasta (p value = 0,005). Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta adalah persepsi tentang biaya kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (Lihat Tabel 4). Pembahasan Status Ekonomi Kabupaten Sleman, status ekonomi tidak berhubungan bermakna dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (nilai p = 0,828). Status ekonomi tidak mempengaruhi keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Hal ini terjadi kemungkinan karena responden dengan tingkat pendapatan tinggi yang bekerja sebagai PNS/polisi/ABRI dan pensiunan tetap memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Kepemilikan asuransi mengharuskan mereka memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Di samping itu, responden dengan pendapatan tinggi diduga masih mempertimbangkan pelayanan kesehatan yang murah. Tingkat pendapatan tidak 181

Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 4, Februari 2011 menunjukkan hubungan yang bermakna dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. 5 Di samping itu, upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat terbukti dengan tersertifikasi ISO 9001:2000 di RSUD dan 10 puskesmas. Pada tahun 2010 pemerintah daerah menargetkan semua puskesmas di Kabupaten Sleman berstandar internasional. 6 Hubungan status ekonomi dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan swasta di Kabupaten Sleman menunjukkan hubungan yang hampir bermakna (nilai p = 0,065). Tampaknya keluarga memperhitungkan pendapatan dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta. Responden dengan tingkat pendapatan rendah (156; 65%) adalah petani, buruh, pekerja serabutan, dan pekerja lain dengan pendapatan Rp 1.000.000,00 kemungkinan hanya memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga fasilitas pelayanan kesehatan swasta dianggap mahal. Perbedaan kelas sosial atau status ekonomi berkaitan dengan prioritas seluruh keluarga. Pada ekonomi tingkat bawah, kesehatan sering diletakkan di daftar kebutuhan paling bawah. 7 Pada penelitian ini, keluarga dengan tingkat pendapatan tinggi PNS/polisi/ABRI, pensiunan, serta wiraswasta. Tampaknya, semakin baik jenis pekerjaannya dan semakin tinggi pendapatan, maka akan semakin tinggi pula pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta. Kemungkinan kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari terpenuhi. Tuntutan kualitas pelayanan kesehatan menjadi prioritas utama dalam menentukan pemanfaatan pelayanan dan masalah biaya dan akses pelayanan tidak dipermasalahkan lagi. Pelanggan umumnya mengharapkan produk berupa barang atau jasa yang dikonsumsi dapat diterima dan dinikmati dengan pelayanan yang baik atau memuaskan. 7 Keluarga dengan tingkat pendapatan tinggi sebagian besar lebih memilih memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan swasta. Responden dengan pendapatan tinggi tidak lagi mengutamakan biaya pelayanan kesehatan sehingga memanfaatkan pelayanan kesehatan swasta lebih banyak meski biayanya mahal. 8 Persepsi Akses ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Persepsi akses ke pelayanan kesehatan pemerintah tidak berhubungan bermakna dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan (nilai p value = 0,178). Bagaimanapun akses pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (mudah atau sulit), masyarakat tetap memanfaatkannya. Hal ini berbeda dengan temuan sebelumnya, persepsi akses pelayanan kesehatan juga mempengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dan lamanya waktu yang digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan kesehatan menurunkan pemanfaatan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. 9 Kabupaten Sleman mempunyai 14 kecamatan dan 86 desa/kelurahan dan terdapat 4 RS pemerintah, 20 puskesmas perawatan dan 4 non perawatan, 42 pusling, 73 pustu, dan 22 polindes sehingga kondisi tersebut memudahkan masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan pemerintah. 6 Persepsi responden tentang akses pelayanan kesehatan tidak berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan swasta di Kabupaten Sleman (nilai p = 0,298). Masyarakat tetap memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan swasta tidak peduli kesulitan menjangkaunya. Kondisi ini dimungkinkan karena pelayanan kesehatan swasta di Kabupaten Sleman yang banyak meliputi 11 RS swasta, 17 balai pengobatan, 19 rumah bersalin, 11 praktek dokter bersama, 595 praktek dokter, 142 apotik, 5 optik, 12 toko obat, 2 laboratorium klinik, dan 1482 posyandu yang tersebar di semua kecamatan. 6,10 Hal tersebut akan memudahkan masyarakat mengakses dan didukung kemudahan transportasi. Terbukti dari hasil penelitian ini, 229 orang (95,4%) pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan swasta. Keadaan tersebut menuntut pelayanan kesehatan memberikan pelayanan yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau. Salah satu persyaratan pelanggan bernilai jual tinggi adalah keterjangkauan biaya pelayanan kesehatan. 11 Lebih dari 52% masyarakat di Kabupaten Sleman memanfaatkan pelayanan kesehatan swasta. 4 Aksesibilitas pelayanan kesehatan bukan merupakan faktor yang menentukan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. 12 Namun, penelitian lain menyatakan bahwa kemudahan mencapai lokasi unit pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor pendorong untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. 13 Perbedaan ini disebabkan oleh kondisi geografis Kabupaten Sleman yang memudahkan keluarga menjangkau pelayanan kesehatan dengan kendaraan sendiri atau umum. Sedangkan, di gugus Pulau Seram Barat di Kabupaten Maluku Tengah tidak memungkinkan untuk menjangkau pelayanan kesehatan karena sarana transportasi yang kurang memadai dan berbentuk kepulauan. Selain itu, di Kabupaten Sleman secara fisik fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta dapat dijumpai hampir di setiap wilayah desa atau kecamatan. Dengan demikian, aksesibilitas terutama jarak tidak menjadi penghambat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta. Persepsi Kualitas Pelayanan Kesehatan Persepsi responden tentang waktu pelayanan yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah (nilai p = 0,019) menjelaskan bahwa semakin baik persepsi masyarakat tentang waktu pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, semakin tinggi pemanfaatannya. Apapun kondisi fasilitas, petugas, dan biaya di fasilitas pelayanan kese- 182

Sulistyorini & Purwanta, Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah dan Swasta hatan pemerintah tidak mempengaruhi pemanfaatan oleh masyarakat. Persepsi kualitas pelayanan kesehatan (fasilitas, petugas, maupun biaya) milik pemerintah tidak berhubungan bermakna dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (nilai p > 0,05). Pendidikan responden yang sebagian besar rendah dan menengah (198; 82,5%) dapat membuat responden kurang memperhitungkan masalah kualitas pelayanan kesehatan milik pemerintah terutama tentang fasilitas, petugas, dan biaya kesehatan. Mengingat semakin tinggi pendidikan keluarga, semakin baik pengetahuan keluarga tentang kesehatan. 7 Persepsi responden tentang biaya kesehatan yang berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta (nilai p = 0,005). Biaya kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan swasta yang mahal menjadi pertimbangan tersendiri bagi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Fasilitas, waktu pelayanan, serta petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan tidak berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta (nilai p > 0,05). Hal tersebut berbeda dengan penelitian sebelumnya bahwa alasan responden memanfaatkan pelayanan kesehatan milik swasta bukan hanya dari aspek medis tetapi juga aspek non medis yang lebih baik seperti petugas kesehatan, fasilitas kesehatan dan kondisi umum lainnya sebagai kualitas pelayanan kesehatan. 14 Persepsi Sehat Sakit Persepsi responden tentang sehat sakit tidak memperlihatkan hubungan bermakna dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (nilai p = 0,763) dan swasta (niai p = 0,875). Apapun persepsi keluarga tentang sehat sakit, tidak mempengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta tetap menjadi pilihan responden dalam kondisi kesehatan apapun. Temuan ini bertentangan dengan penelitian terdahulu bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh persepsi yang baik terhadap kesehatan. 15 Perbedaan tersebut mungkin karena tingkat pendidikan responden yang berbeda. Pada penelitian ini, sebagian besar responden berpendidikan tingkat rendah dan menengah (82,5%) dan responden yang bekerja sebagai petani, buruh, wiraswasta, dan ibu rumah tangga (69,6%) sehingga berpengaruh terhadap interpretasi kondisi kesehatan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa tidak ada hubungan antara status ekonomi, persepsi akses ke pelayanan kesehatan, serta persepsi sehat sakit, kepemilikan asuransi dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah. Persepsi kualitas pelayanan kesehatan tentang waktu pelayanan kesehatan berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah. Persepsi kualitas pelayanan kesehatan tentang fasilitas, petugas, dan biaya di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah tidak ada hubungan dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah. Keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta hampir sama tinggi di Kabupaten Sleman. Akses pelayanan kesehatan, persepsi sehat sakit, status ekonomi, dan kepemilikan asuransi tidak ada hubungannya dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta di Kabupaten Sleman. Selain itu, ada hubungan antara biaya kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta di Kabupaten Sleman. Saran Saran yang diberikan bagi penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah (puskesmas dan rumah sakit) untuk lebih meningkatkan kualitas waktu pelayanan kesehatan (memperpendek waktu tunggu) yang diberikan pada masyarakat. Bagi penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta agar memberikan akses bagi masyarakat yang mempunyai pendapatan rendah. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman agar meningkatkan promosi kesehatan melalui pihakpihak penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan setempat untuk meningkatkan persepsi masyarakat tentang pemahaman sehat sakit. Selain itu, bagi peneliti berikutnya akan lebih baik membandingkan fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan swasta yang spesifik seperti rumah sakit saja atau membandingkan pelayanan kesehatan pada puskesmas yang sudah dan belum ISO. Ucapan Terima Kasih Peneliti mengucapkan terimakasih kepada dr. Nugrohowiyadi MPH (almarhum) yang telah membimbing penelitian ini sampai proposal. Kepada Pemerintah Kabupaten Sleman di Propinsi DIY atas pemberian izin penelitian ini dan masyarakat yang menjadi responden sehingga penelitian ini terselesaikan dengan baik. Daftar Pustaka 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Indikator Indonesia sehat 2010 dan pedoman penetapan indikator provinsi sehat dan kabupaten/kota sehat, Keputusan Menteri Kesehatan No.1202/Menkes/ VIII/2003. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2003. 2. Bappenas. Peningkatan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih berkualitas. Jakarta: Rencana Kerja Kementerian Lembaga; 2007 [edisi 2007, diakses tanggal 15 November 2007]. Diunduh dari: 183

Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 4, Februari 2011 www.bappenas.go.id. 3. Badan Litbang Kesehatan. Laporan data susenas 2001: status kesehatan, pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat dan kesehatan lingkungan. Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial; 2001 [edisi 2001, diakses tanggal 16 September 2007]. Diunduh dari: www.depkes.go.id. 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Survei status kesehatan daerah Kabupaten Sleman. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman; 2003. 5. Hendartini. Determinan pemanfaatan poliklinik gigi FKG-UGM; dari perspektif pasien. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2000; 03: 151-9. 6. Dinas Kesehatan Sleman. Profil kesehatan Kabupaten Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Sleman; 2008. 7. Assouri S. Customer service yang baik landasan pencapaian customer satisfaction. Usahawan. 2003; 01: XXXII: 25-30. 8. Friedman. Keperawatan keluarga: teori dan praktik. Edisi 3. Debora & Asy (alih bahasa). Jakarta : EGC; 1998. 9. Handayani L, Siswanto, Ma ruf NA, Hapsari D. Pola pencarian pengobatan di Indonesia. Analisis Data Susenas 2001. Buletin Penelitian Kesehatan. 2003; 31 (1): 33-47. 10. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Sekilas info dinas kesehatan Kabupaten Sleman. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman; 2007. 11. Kristiani YR, Kuntjoro T, Utarini A. Pengembangan desain mutu pelayanan rawat inap Puskesmas Karanganyar Kebumen menggunakan quality function development. JMPK. 2006; 09: 209-14. 12. Feldman, Lobo. Global budgets and excass demands for hospital care. Health Economics. 1997; 6: 187-96. 13. Sutikno B. Efektifitas pelayanan kesehatan dengan pendekatan gugus pulau di Gugus Seram Barat [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 1999. 14. Muntahaza S. Pemanfaatan fasilitas layanan kesehatan oleh keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas di Sleman [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2004. 15. Laela DS. Determinan permintaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gigi pada klinik AKG Depkes Bandung [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 1997. 184