POLICY BRIEF BERSAMA-SAMA MEMBANGUN PAPUA DAMAI

dokumen-dokumen yang mirip
Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

MAKNA INTEGRASI DENGAN INDONESIA MENURUT ORANG PAPUA

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

Jakarta, 10 Maret 2011

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

Dinamika Politik Pemekaran Daerah

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U )

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Utara Tahun

Pembangunan dan Perdamaian Berkelanjutan (PPB)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TAHUN 2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Aliansi Demokrasi untuk Papua (Alliance of Democracy for Papua)

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

Pembentukan TIM PENGEMBANG SEKOLAH/ MADRASAH (TPS/M)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No tentang Pedoman Kerja Sama Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah dengan Organisasi Kemasyarakatan dalam Bidang Kesatuan Bangs

GERAKAN PEMBANGUNAN DESA SEMESTA (GERAKAN DESA) BERBASIS KAWASAN UNTUK PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI

POLICY BRIEF. Pemenuhan Hak atas Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil bagi Penyandang Disabilitas

-1- RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BADAN REINTEGRASI ACEH

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Komentar Atas Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III PENYUSUNAN, PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RANHAM

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

LESSON LEARNED PENGIMPLEMENTASIAN UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2016 DI TINGKAT PROPINSI

Surat Terbuka Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

DESAIN PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN (TKPP) DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM

reciprocal dengan menggalang kemitraan sinergis antara pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

PROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Transkripsi:

POLICY BRIEF BERSAMA-SAMA MEMBANGUN PAPUA DAMAI Tim Perumus: Dr. Adriana Elisabeth, MSoc.Sc (Koordinator) Pater Dr. Neles Tebay, Pr Dr. Ir. Agus Sumule Mayjen TNI (Purn) Sudrajat, MPA Cahyo Pamungkas, SE., M.Si Latifah Anum Siregar, SH Drs. Septer Manufandu Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2Politik-LIPI) bekerja sama dengan Jaringan Damai Papua (JDP) Jakarta, 2015

Policy Brief Bersama-sama membangun papua damai P2Politik LIPI, 2015 ISBN: 978-979-3384-73-3 Tim Perumus: Dr. Adriana Elisabeth, MSoc.Sc (Koordinator) Pater Dr. Neles Tebay, Pr Dr. Ir. Agus Sumule Mayjen TNI (Purn) Sudrajat, MPA Cahyo Pamungkas, SE., M.Si Latifah Anum Siregar, SH Drs. Septer Manufandu Desain cetak: Prayogo Diterbitkan oleh: Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2Politik - LIPI) Gedung Widya Graha LIPI, Lt. XI Jl. Jend. Gatot Subroto KAV-10, Jakarta 12710 - INDONESIA Tlp. / fax : 021-520 7118 Website: www.politik.lipi.go.id Twitter: @PolitikLIPI

BERSAMA-SAMA MEMBANGUN PAPUA DAMAI Policy brief ini diajukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Jaringan Damai Papua (JDP) sebagai rekomendasi mengenai pentingnya pendekatan dialog bagi penyelesaian konflik Papua secara damai. 1 Rekomendasi ini didasarkan pada hasil diskusi empat pertemuan eksploratif di Badung (Provinsi Bali), Manado (Prov. Sulawesi Utara), Lombok (Prov. Nusa Tenggara Barat), dan Yogyakarta (Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta) yang dihadiri oleh perwakilan Pemerintah Pusat dan Daerah, serta masyarakat sipil dan adat di Papua. Rekomendasi ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Presiden RI untuk menyelesaikan Papua secara demokratis dan bermartabat. 1 Policy brief sudah diserahkan kepada Presiden Terpilih, Joko Widodo pada tanggal 16 September 2014 dalam acara Kuliah Umum Menyambut Penguatan Lembaga Penelitian dan Pengembangan dalam Kebijakan Pemerintah dan Pembangunan Nasional, di Auditorium Lantai 2, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta. Pendekatan dialog dalam konteks Papua adalah bentuk revolusi mental, yang menghindari cara-cara represif untuk memperkuat persatuan dan kesatuan Republik Indonesia, serta untuk mendukung peran dan posisi Policy brief ini dibuat berdasarkan hasil diskusi empat pertemuan eksploratif di Badung, Manado, Lombok, dan Yogyakarta. internasional Indonesia. Membangun Papua Damai membutuhkan rasa saling percaya dan saling menghormati di antara semua pemangku, dan hal ini dapat terbentuk melalui dialog yang inklusif, partisipatif, dan komprehensif. Kondisi Terkini Sejak 1 Mei 1963, hubungan antara rakyat Papua dengan Pemerintah terus mengalami dinamika. Menurut buku Papua Road Map (2008) 2, ada empat persoalan mendasar yang menjadi penghambat hubungan Jakarta dan Papua: 1) masih adanya perbedaan pemahaman terhadap 2 Lihat selengkapnya dalam Papua Road Map (Widjojo dkk, 2008), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Bersama-sama Membangun Papua Damai 1

Dialog adalah pilihan pendekatan untuk menyelesaikan masalah Papua secara damai. sejarah integrasi dan status politik Papua, 2) masih terjadinya kekerasan politik dan pelanggaran HAM di Papua, 3) pembangunan di Papua yang belum sepenuhnya berhasil, 4) masih terjadinya marginalisasi dan diskriminasi terhadap orang Papua. Belum terselesaikannya empat persoalan tersebut mengakibatkan tingkat kepercayaan antara Pemerintah dan orang Papua terus memburuk. Untuk menyelesaikan persoalan Papua, Pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua, yang diperluas menjadi Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2008. Sejalan dengan Otsus Papua, Pemerintah Pusat menjalankan langkah-langkah sebagai berikut: pertama, pemekaran kabupaten/kota. Pemekaran daerah bertujuan untuk mendekatkan pelayanan publik. Pada kenyataannya, tujuan tersebut tidak sepenuhnya tercapai karena keterbatasan infrastruktur dan kapasitas birokrat, serta sasaran-sasaran pembangunan yang tidak jelas di Papua. Kedua, peningkatan alokasi anggaran pembangunan untuk Papua diperkirakan berjumlah sekitar 45 triliun rupiah sejak 2002 (Dana Otsus, DAU, dan DAK), namun jumlah ini belum bisa mencapai sasaran pembangunan sesuai yang diharapkan oleh masyarakat Papua. Ketiga, pembentukan Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (UP4B) untuk memperkuat koordinasi pembangunan di Papua tidak bekerja secara optimal. Program quick wins yang ditetapkan oleh unit tidak efektif karena: (1) perbedaan pendekatan antara UP4B dengan Kementerian Lembaga (K/L) terkait. Capaian koordinasi yang cukup baik terdapat pada sektor pendidikan. Namun di bidang politik, keamanan, hukum, HAM dan kebudayaan, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 65 Tahun 2011 belum sepenuhnya dilaksanakan. Akibatnya, aksi kekerasan masih terjadi di Papua bukan hanya dilakukan oleh gerakan pro-merdeka, tetapi juga oleh kelompok sipil/kriminal bersenjata. (2) menurut sebagian masyarakat Papua, UP4B belum banyak melibatkan partisipasi orang Papua. Keempat, penyusunan Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Papua (RUU Otsus Plus) yang sedang disusun oleh Pemerintah Pusat atas usul dari Pemerintah Provinsi Papua masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan Pemerintah dan orang Papua. 2 Policy Brief - Tim Kajian Papua LIPI dan Jaringan Damai Papua (JDP)

RUMUSAN PERMASALAHAN Cara pandang yang berbeda antara Papua dan Jakarta membuat seolaholah posisi para pihak saling berhadapan. Untuk mengurangi kesenjangan cara pandang ini, maka dialog perlu dibangun sebagai pilihan pendekatan untuk menyelesaikan masalah Papua secara damai. Dialog juga bermakna komunikasi konstruktif yang bersifat inklusif dan partisipatif untuk merumuskan masalah dan menemukan solusi secara bersama-sama. Berdasarkan hasil dari empat kali pertemuan eksploratif yang sudah disebutkan pada paragraf awal, maka permasalahan di Papua dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Masalah Politik, Hukum dan Keamanan Pertama, konflik vertikal mencakup stigma separatis, pelarangan penggunaan simbol-simbol daerah, kekerasan yang dilakukan oleh TNI/ Polri dan kelompok sipil bersenjata, serta pertentangan nasionalisme Indonesia versus etno-nasionalisme Papua. Kedua, kekerasan politik dalam pemilihan kepala daerah, pemekaran dan korupsi. Ketiga, kebijakan pemerintah yang inkonsisten dengan implementasinya, kurang memperhatikan nilai-nilai lokal, dan tumpang tindih. Keempat, kendala dalam penerapan good governance. Dialog juga bermakna komunikasi konstruktif yang bersifat inklusif dan partisipatif untuk menemukan solusi secara bersama-sama. Kelima, kebijakan keamanan masih berorientasi pada state security dan belum pada human security. 2. Masalah Sosial Ekonomi Pertama, disharmoni penyelenggaraan ekonomi modern dan tradisional, serta hak-hak masyarakat adat atas sumber daya alam yang tidak dilindungi. Kedua, terbatas dan tidak meratanya tenaga pengajar dan sarana prasarana pendidikan yang berkualitas, serta belum terakomodirnya nilai-nilai budaya Papua dalam kurikulum pendidikan. Ketiga, terbatas dan tidak meratanya tenaga kesehatan yang berkualitas, terbatasnya sarana prasarana kesehatan, rendahnya gizi masyarakat, tingginya angka kematian ibu hamil dan anak, tingginya angka HIV, TB dan malaria, serta diskriminasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan. 3. Masalah Sosial Budaya Pertama, terabaikannya hak-hak dasar sosial budaya orang asli Papua. Bersama-sama Membangun Papua Damai 3

Urgensi pendekatan dialogis adalah untuk membangun saling percaya (trust building) dan menumbuhkan rasa memiliki (ownership) atas proses pembangunan dan penyelesaian persoalan di Papua. Kedua, perusakan dan penghancuran tempat-tempat sakral dan bangunan adat. Ketiga, stigma dan diskriminasi terhadap orang Papua. Keempat, kurangnya pengakuan Pemerintah terhadap sistem dan struktur pemerintahan adat. Kelima, maraknya perampasan tanah ulayat masyarakat adat secara sistematis atas nama pembangunan. Keenam, pemaksaan keyakinan antaragama dan di dalam agama. REKOMENDASI KEBIJAKAN Konflik di Papua merupakan konflik kekerasan terlama di Indonesia. Ketidakberhasilan dalam menyelesaikan masalah Papua secara tuntas memacu kita untuk menyusun strategi baru, yakni merumuskan kebijakan yang simultan, komprehensif, dan dialogis. Urgensi pendekatan dialogis adalah untuk membangun rasa saling percaya (trust building) dan menumbuhkan rasa memiliki (ownership) terhadap proses pembangunan dan penyelesaian persoalan di Papua. Dialog juga akan memberikan legitimasi yang kuat bagi Pemerintah untuk menyelesaikan konflik Papua secara damai. Para pemangku kepentingan di Indonesia disarankan untuk melanjutkan pertemuan-pertemuan secara jujur dan terbuka. Secara bersama-sama, Pemerintah dan masyarakat Papua perlu mengambil langkah-langkah sebagai berikut: a) Mengidentifikasi seluruh akar permasalahan di Papua. b) Menyelesaikan beberapa isu prioritas: Percepatan pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat, terutama di bidang kesehatan, pendidikan, infrastruktur dasar, ekonomi rakyat, dan aksi afirmasi. Penghapusan stigma separatis terhadap orang asli Papua dan stigma penjajah terhadap Pemerintah. Amnesti untuk semua tahanan/ narapidana politik (tapol/napol) sebagai tanda itikad baik dari pemerintah. 4 Policy Brief - Tim Kajian Papua LIPI dan Jaringan Damai Papua (JDP)

Penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran HAM, baik yang dilakukan oleh anggota TNI/Polri maupun kelompok sipil bersenjata. Moratorium pemekaran daerah di Papua. Meninjau kembali kebijakan pembatasan akses bagi jurnalis, peneliti, dan organisasi internasional untuk masuk ke Papua. Optimalisasi tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) di seluruh Papua. Penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan daerah. Dialog akan memberikan legitimasi bagi Pemerintah untuk menyelesaikan konflik Papua secara damai. Perbaikan dan pemerataan sektor pendidikan, terutama pendidikan dasar di seluruh Papua. Pengakuan terhadap hutan adat sebagai milik rakyat di tanah Papua. Jakarta, 3 September 2014 Tim Perumus Perbaikan dan pemerataan sektor pelayanan kesehatan, terutama bagi ibu-ibu hamil di daerah-daerah terpencil di Papua. Bersama-sama Membangun Papua Damai 5

Pusat Penelitian Politik (P2Politik) LIPI Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2Politik-LIPI) adalah sebuah pusat penelitian di bawah Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusian (IPSK LIPI). P2Politik memiliki tiga kelompok penelitian yang meliputi: kajian politik nasional, politik internasional, dan politik lokal. P2Politik secara aktif terlibat dalam kegiatan penelitian dan aktivitas ilmiah lainnya, baik di dalam maupun luar negeri. Dalam menjalankan fungsinya, P2Politik berkomitmen untuk senantiasa berkontribusi pada pembangunan politik nasional sebagaimana pengembangan pengetahuan tentang isu regional dan internasional. Sebagai institusi pemerintah, kegiatan penelitian yang dilakukan oleh P2Politik mencakup kajian ilmiah dan advokasi kebijakan serta juga mendorong pengembangan ilmu sosial terkait konsep dan teori baru dalam ilmu pengetahuan politik, politik perbandingan serta kajian politik kontemporer.l Jaringan Damai Papua (JDP) adalah kelompok fasilitator terlatih yang menghimpun sejumlah aktivis masyarakat sipil dari lingkungan dosen, peneliti, mahasiswa, LSM, organisasi keagamaan, organisasi berbasis etnis/suku/ adat dan kelompok strategis lainnya untuk bekerja sama secara sukarela menghubungkan berbagai pihak yang bertikai dan secara umum membantu masyarakat Papua dan Pemerintah Indonesia untuk mempersiapkan Dialog Jakarta-Papua demi Perdamaian di Tanah Papua. l 6 Policy Brief - Tim Kajian Papua LIPI dan Jaringan Damai Papua (JDP)