DANA BOS (BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH)

dokumen-dokumen yang mirip
Subjek Pajak PPh Pasal 23

Catatan: - Untuk Point 1, 3, 4 dan 5 dalam hal Wajib Pajak tidak mempunyai NPWP, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 20% (Dua puluh persen).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

KEWAJIBAN PERPAJAKAN ATAS PENGGUNAAN DANA HIBAH PENELITIAN KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA TAHUN 2018

PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARA PEMERINTAH KPP PRATAMA JAKARTA SETIABUDI TIGA

UU No 7 Tahun 1983 PMK 184/PMK.03/2007 Perd Pe irj r e j n e No .PER 31/PJ 31/P /2009 Diubah dengan PER 57/PJ/2009. Perd Pe irj r e j n e No

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 BAB IV

Tanggal Terbit : 01 Februari 2006 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI

PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA

SE-02/PJ./2006 PEDOMAN PELAKSANAAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN DANA

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23. Jenis Penghasilan. Jumlah Penghasilan Bruto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,S.H. (Waluyo, 2000 : 2), pajak

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAl PAJAK SURAT EDARAN NOMOR : SE - 02 /PJ./ 2006

Landasan Hukum: Pasal 23 UU PPh PMK No. 244/ PMK.03/ 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para

IBNU KHAYATH FARISANU 1 / 9 STIE

PANITIA SUMPAH PEMUDA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2014

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Pajak Menurut Para Ahli

BAB II LANDASAN TEORI

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

DAFTAR OBYEK DAN TARIF PAJAK PENGHASILAN TARIF PKP = (PB BP) PTKP. 2. Uang Pensiun Bulanan yang Diterima Pensiunan Pasal 17 UU PPh.

PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARA PEMERINTAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pajak merupakan kewajiban rakyat untuk memberikan sebagian harta

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB IV PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 23

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Secara Umum

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,


No II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha cabang, se

Update. Pajak Penghasilan Sehubungan dengan. Pekerjaan atau Jabatan, Jasa dan kegiatan, Yang dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi

244/PMK.03/2008 JENIS JASA LAIN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 23 AYAT (1) HURUF C ANGKA 2 UNDANG-

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II

PER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK. Pratama Bandung Cicadas di Bagian Pelayanan, Tempat Pelayanan Terpadu

Perpajakan Bendahara Pengeluaran

LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-70/ PJ. / 2007 TANGGAL : 9 April 2007

Pengertian Pajak Penghasilan 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4Dra.Riiyati UNIVERSITAS INDONESIA. , ip YerItas, Pro itas, 9ustItia. Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng.

PPH 21 Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. Wajib Pajaknya adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar

MAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: 15/PJ/2006 TENTANG

Perpajakan Bagi Koperasi

PETUNJUK TEKNIS LAPORAN KEUANGAN BOS TAHUN ANGGARAN 2012 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1

BAB II DASAR TEORI. wajib, berupa uang dan/atau barang, yang dipungut oleh penguasa. berdasarkan norma-norma hukum, guna untuk menutup biaya produksi

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/20

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Menteri Keuangan 107/PMK.011/2013 tgl 30 Juli 2013

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- -1 /PJ/2012 TENTANG

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN

BAB III KEBIJAKAN PENETAPAN TARIF EFEKTIF DALAM PEMUNGUTAN PPh PASAL 23 ATAS JASA LAIN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III SISTEM PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR DPRD PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SOAL LATIHAN: JAWABLAH SOAL SOAL BERIKUT INI, TERKAIT DENGAN: PER - 16 / PJ / 2016 (Terlampir)

SOSIALISASI SE-34/PJ/2017 TENTANG PENEGASAN PERLAKUAN PERPAJAKAN BAGI PTN-BADAN HUKUM NOPEMBER 2017

PPh Pasal 21. Maksud. Dasar Hukum. Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21. Bukan Pemotong PPh Pasal 21. Penerima Penghasilan

DASAR HUKUM. KEP -545/PJ./1998 jo. PER-15/PJ./2006. PMK No. 252/PMK.03/2008. UU No. 7 Th stdd. Update. UU No. 36 Th UU No. 17 Th 2000.

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

BAB I P E N D A H U L U A N. dan dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

PENYULUHAN. Aspek Perpajakan Dalam Pengelolaan Dana Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB II PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DAN PASAL 26

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

PAJAK PAJAK DEPARTEMEN IKK - IPB

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh wajib

PPh pasal 23 dan Contoh Soalnya (1)

Aspek Perpajakan Penggunaan Dana APBN/APBD Bagi Bendahara

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

BAB IV KETENTUAN LAINNYA

PJ.091/PPh/S/002/ KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH BOGOR, 15 MEI 2017

PERKIRAAN PENGHASILAN NETO ATAS SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Panduan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

DANA BOS (BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH)

BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. http://bos.kemdikbud.go.id/home

Sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk SMP (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia http://bos.kemdikbud.go.id/home

Sehingga penerima BOS dapat diklasifikasi : 1. Sekolah Negeri 2. Sekolah Swasta Konsekuensinya : Aspek Perpajakannya pun berbeda

Penggunaan Dana BOS dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu : 1. Belanja Barang/Jasa, 2. Pengeluaran untuk Honorarium Guru dan bantuan Siswa (SE Dirjen Pajak No. SE-02/PJ./2006)

Antara lain meliputi : 1) Pembelian ATK/bahan/penggandaan dan lain-lain: a) untuk keperluan pengadaan formulir pendaftaran; b) untuk keperluan ujian sekolah, ulangan umum bersama dan ulangan umum harian. 2) Pembelian bahan-bahan habis pakai, seperti buku tulis, kapur tulis, pensil dan bahan praktikum; 3) Pembelian bahan-bahan untuk perawatan/perbaikan ringan gedung sekolah; 4) Pembelian peralatan ibadah oleh pesantren salafiyah; 5) Pengadaan buku pelajaran pokok dan buku penunjang untuk perpustakaan; 6) Pembayaran honor atas jasa tenaga kerja lepas, seperti tukang bangunan atau tukang kebun, untuk pekerjaan perawatan dan pemeliharaan Bangunan sekolah; 7) Pembayaran imbalan jasa perawatan atau pemeliharaan gedung sekolah kepada pemberi jasa berbentuk badan usaha bukan orang pribadi.

1) Pembayaran honorarium guru honorer (non PNS) dan guru PNS yang merangkap di sekolah swasta; 2) Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin.

Jika Dana BOS diberikan ke Sekolah Negeri, maka penanggung jawab atau bendaharawan BOS merupakan pemungut PPN Jika Dana BOS diberikan ke Sekolah Swasta, maka penanggung jawab atau bendaharawan BOS merupakan bukan pemungut PPN Atas belanja barang yang dananya berasal dari dana BOS maka: -PPh Pasal 22 nya tidak dipungut (PMK Nomor 154/PMK.03/2010 tgl 31 Agustus 2010) -Akan tetapi bendahawan BOS yang pemungut PPN tetap wajib memungut PPN nya jika nilai belanja lebih dari Rp.1.000.000

Kewajiban Perpajakan Yang Terkait Dengan Penggunaan BOS 1) Pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa honorarium atau gaji; 2) Pemotongan PPh Pasal 23 atas penghasilan pemberi jasa; 3) Pemungutan PPN atas pembelian Barang Kena Pajak dan Perolehan Jasa Kena Pajak, dalam hal penanggung jawab atau bendaharawan BOS merupakan Pemungut PPN. 4) Pelunasan Bea Meterai

Penanggung jawab atau bendaharawan BOS pada sekolah swasta penerima dana BOS harus terdaftar sebagai wajib pajak dan memiliki NPWP.

GAJI PEMBAYARAN HONOR UPAH UANG TRANSPORT DLL

UU No.7 Tahun 1983 stdtd UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 PP No. 80 tahun 2010 tentang tarif pemotongan dan pengenaan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang menjadi beban APBN atau APBD Permenkeu 262/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya atas Penghasilan yang Menjadi Beban APBN atau APBD PerdirjenPajak Nomor 31/PJ/2009 diubah dengan Nomor 57/PJ/2009 tentang pedoman teknis Pemotongan PPh Pasal 21

1. GAJI & TUNJANGAN dikurangi Biaya Jabatan, Iuran Pensiun dan PTKP = Penghasilan Kena Pajak (Tarif PPh pasal 17) 2. HONOR*) PNS Gol. IV = 15% (FINAL) Gol. III = 5% (FINAL) Gol. I dan II = 0% NON PNS ber NPWP = 5% Tdk ber NPWP = 6% *) Pembayaran lain dengan nama apa pun, kecuali biaya perjalanan dinas perlakuannya dipersamakan dengan honor

3. HONOR kepada BUKAN PEGAWAI (NON PNS) Yang termasuk kategori bukan pegawai (non PNS) antara lain : tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris; pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya; olahragawan penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator; pengarang, peneliti, dan penerjemah; pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan; pengawas atau pengelola proyek;

Jika diberikan secara bulanan maka dapat diklasifikasikan sebagai pegawai tetap, tarif : -BerNPWP : Bruto dikurangi Biaya Jabatan, iuran Pensiun dan PTKPx5% -Tidak BerNPWP : Bruto dikurangi Biaya Jabatan, Iuran Pensiun dan PTKPx6% Jika honorarium merupakan insentif atau tambahan dan hanya diberikan dalam hal GTT/PTT tersebut melaksanakan kegiatan tertentu lainnya maka masuk dalam kategori : Peserta Kegiatan tarif : 5% X Bruto --- ber NPWP 6% X Bruto --- tidak ber NPWP (Sumber : Surat Dirjend pajak Nomor S-03/PJ.43/2006) Bantuan Biaya Transpor Untuk Siswa Miskin : Bukan Obyek Pajak (Tidak Dipotong PPh Pasal 21)

4. UPAH HARIAN/MINGGUAN (PMK.206/PMK.011/2012) UPAH PERHARI<200.000 TDK DIPOTONG PAJAK UPAH PERHARI>200.000 MAKA SISANYA DIKENAKAN PAJAK 5% yg ber NPWP DAN 6%(TDK bernpwp) CONTOH Upah Budi 40.000 maka tdk dipotong pajak Upah Anto 210.000 maka 210.000-200.000=10.000 PPh 21 Anto = 5% X 10.000 = Rp 500

PPh Pasal 21 dipotong oleh bendaharawan pada saat pembayaran penghasilan (membuat bukti potong) Penyetoran paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya menggunakan SSP atas nama Bendaharawan dan ditandatangani dan dicap oleh bendaharawan pemotong dengan kode setor 411121-402 untuk PNS dan kode setor 411121-100 untuk selain PNS Pelaporan menggunakan formulir SPT 1721 ke KPP Pratama

URAIAN SETAHUN SEBULAN DIRI PEGAWAI 24.300.000 2.025.000 TAMBAHAN UNTUK PEGAWAI YANG KAWIN 2.025.000 168.750 TAMBAHAN UNTUK SETIAP ANGGOTA KELUARGA SEDARAH DAN SEMENDA DLM GARIS KETURUNAN LURUS SERTA ANAK ANGKAT YG DITANGGUNG SEPENUHNYA, MAKS 3 ORANG 2.025.000 168.750 STATUS Mulai 2013 STATUS Mulai 2013 TK/0 24.300.000 K/0 26.325.000 TK/1 26.325.000 K/1 28.350.000 TK/2 28.350.000 K/2 30.375.000 TK/3 30.375.000 K/3 32.400.000

PTKP UNTUK KARYAWATI STATUS KAWIN STATUS KAWIN SUAMI TDK MENERIMA/ MEMPEROLEH PENGHASILAN STATUS TDK KAWIN HANYA UTK DIRI SENDIRI, YAITU RP 13.200.000,00 SETAHUN - UTK DIRI SENDIRI - STATUS KAWIN - TANGGUNGAN MAKS 3 ORG - UTK DIRI SENDIRI - TANGGUNGAN MAKS 3 ORG SYARAT. MENUNJUKKAN KET. TERTULIS DARI PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT SERENDAH-RENDAHNYA KECAMATAN

BELANJA JASA

UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan pasal 23 Permenkeu 244/PJ.03/2008 tentang jenis jasa lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008

PEMOTONG PPh PASAL 23/26 Pasal 23 ayat (1)dan ayat (3) ADALAH : BADAN PEMERINTAH SUBJEK PAJAK BADAN DALAM NEGERI PENYELENGGARA KEGIATAN BENTUK USAHA TETAP PERWAKILAN PERUSAHAAN LUAR NEGERI LAINNYA ORANG PRIBADI TERTENTU YANG DITUNJUK DIRJEN PAJAK Saat MEMBERIKAN PENGHASILAN YANG BERASAL BARANG MODAL PENYERAHAN JASA PENYELENG. KEGIATAN SELAIN YG TLH DIPOTONG PPh PSL 21

No. Jenis Penghasilan (ber- NPWP) (tidak ber- NPWP) 1 Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh 2 Bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f UU PPh 15% 30% 15% 30% 3 Royalti 15% 30% 4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh 21 5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai PPh Final pasal 4 (2) 6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan 15% 30% 2 % 4% 2% 4%

7 Jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan PMK- 244/PMK.03/2008 dengan tarif 2% a. Jasa penilai (appraisal); b. Jasa aktuaris; c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan asestasi laporan keuangan; d Jasa perancang (design); e Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap; f Jasa penunjang di bidang penambangan migas : g Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas : h i j k l m Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara: 1) bidang aeronautika, termasuk : 2) bidang non-aeronatika, termasuk : Jasa penebangan hutan; Jasa pengolahan limbah; Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services); Jasa perantara dan/atau keagenan; Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI;

n o p q r s t u v w x y z Jasa custodian/penyimpanan/penitipan, kecuail yang dilakukan oleh KSEI; Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara Jasa mixing film; Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan; Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi; Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, perawatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV Kable, alat transportasi/kendaraan dan/atau bangunan selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi; Jasa maklon Jasa penyelidikan dan keamanan; Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer; yaitu kegiatan usaha yang dilakukan oleh pengusaha jasa penyelenggara kegiatan meliputi antara lain penyelenggaraan pameran, konvensi, pagelaran musik, pesta, seminar, peluncuran produk, konferensi pers, dan kegiatan lain yang memanfaatkan jasa penyelenggara kegiatan Jasa pengepakan; Jasa penyediaan tempat dan / atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi; Jasa pembasmian hama; Jasa kebersihan atau cleaning service; aa Jasa catering atau Jasa boga

TARIF PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)= 10% DANA APBN = JASA (DPP) + PPN = KONTRAK = 100% + 10% = 110% JASA (DPP) = 100/110 X DANA APBN (KONTRAK) PPN = 10/110 X DANA APBN atau = 10% X JASA (DPP) TARIF PPh 23 = 2%X DPP(Rekanan BerNPWP) 4% X DPP (Rekanan non NPWP)

Service Komputer Tgl Pembayaran Rp 1.100.000,- 20 April 2014 Dasar Pengenaan Pajak (DPP) 100/110 x 1.100.000 Rp 1.000.000,- PPN 10 % x 1.000.000 Rp 100.000,- PPh pasal 23 2% x 1.000.000 Rp 20.000,- (Rekanan ber-npwp) 4% x 1.000.000 Rp 40.000,- (Rekanan Tidak ber-npwp) Batas Waktu Penyetoran PPh pasal 23 PPN 10 Mei 2014 7 Mei 2014 Batas Waktu Pelaporan PPh pasal 23 PPN 20 Mei 2014 14 Mei 2014

TATA CARA PEMOTONGAN PPh PASAL 23 DILAKUKAN PADA SAAT PENGHASILAN DIBAYARKAN BUKTI PEMOTONGAN F.1.1.33.01 1 2 3 UNTUK REKANAN LAMPIRAN SPT MASA PPh PASAL 23 ARSIP PEMOTONG

TATA CARA PENYETORAN PPh PASAL 23 JUMLAHKAN PPh PSL 23 DALAM BUKTI PEMOTONGAN SELAMA SATU BULAN TAKWIM DISETOR KE BANK PERSEPSI ATAU KANTOR POS DAN GIRO DGN MENGGUNAKAN SSP atas nama Bendaharawan dan Kode Setor 411124-100 PALING LAMBAT TGL 10 BULAN TAKWIM BERIKUTNYA SETELAH BULAN SAAT TERUTANGNYA PAJAK APABILA TGL 10 JATUH PD HARI LIBUR, MAKA PENYETORAN DILAKUKAN PADA HARI KERJA BERIKUTNYA

TATA CARA PELAPORAN PPh PASAL 23/26 MENGISI DGN LENGKAP DAN BENAR SPT MASA PPh PSL 23/26 (KP.PPh 1.9/2000) RANGKAP 2 LAMPIRAN LEMBAR KE-3 SSP BUKTI SETORAN PPh PSL 23/26 (atas nama npwp bendaharawan, kode setor 411124-100, ditandatangani dan dicap bendaharawan) * DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh PSL 23/26 (D.1.1.32.05) * LEMBAR KE-2 BUKTI PEMOTONGAN (F.1.1.33.01) KE KPP PRATAMA SELAMBAT-LAMBATNYA TANGGAL 20 BULAN BERIKUTNYA PD HARI KERJA BERIKUTNYA JIKA JATUH PD HARI LIBUR

ATAS BELANJA BARANG DAN BELANJA JASA

UU Nomor 42 Tahun 2009 perubahan keempat atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai PP 144 tahun 2000 tentang barang dan jasa yg tidak kena PPN PP 12 tahun 2001 stdtd PP 31 tahun 2007 Tentang Impor dan ataupenyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yg bersifat strategis yg dibebaskan dari pengenaan PPN Kepmenkeu 563/KMK.03/2003 tentang Penunjukan Bendaharawan Pemerintah dan KPPN untuk Memungut, Menyetor dan Melaporkan PPN dan PPnBM

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean. Pengenaan PPN pada prinsipnya semua Barang dan Jasa dikenakan PPN, kecuali yang dikecualikan oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Bendahara HARUS mencari rekanan PKP, apabila terpaksa/sulit menemukan rekanan PKP maka sementara dengan rekanan non PKP dengan syarat tidak boleh membuat Faktur Pajak/ membuatkan Faktur Pajak.

1. Pembayaran yg jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000 (termasuk PPN) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah 2. Pembelian buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama 3. Pembelian barang hasil pertambangan yang diambil langsung dari sumbernya 4. Barang-barang kebutuhan pokok, barang hasil pertanian 5. Makanan ternak,unggas dan ikan 6. Bibit dan atau benih pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan 7. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan dan sejenisnya

8. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik seperti Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium; 9. Jasa di bidang pelayanan sosial; 10. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko 11. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi; 12. Jasa di bidang keagamaan; 13. Jasa di bidang pendidikan; 14. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan;

15. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan; 16. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air; 17. Jasa di bidang tenaga kerja; 18. Jasa dibidang perhotelan meliputi jasa persewaan kamar termasuk fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap dan jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan dihotel, penginapan, motel, losmen dan hostel 19. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum 20. Jasa Catering (mulai 1 April 2010)

PPN dipungut oleh bendaharawan pada saat pembayaran Penyetoran menggunakan SSP atas nama Wajib Pajak Rekanan, Kode Setor 411211-900 serta ditandatangani dan dicap oleh bendaharawan pemungut paling lambat tanggal 7 bulan berikutnya Pelaporan menggunakan formulir 1107 PUT ke KPP Pratama SOSIALISASI PERPAJAKAN 37

UU No.13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai Permenkeu nomor 55/PMK.03/2009 KepdirjenPajak Nomor 02/PJ/2003 Bea Meterai adalah Pajak atas dokumen. Dokumen yg memuat jumlah uang atau dokumen kontrak /perjanjian. Penerima Dokumen terutang Bea Meterai -3.000 atas bukti pembayaran senilai 250.000 s.d 1 juta - 6.000 atas bukti pembayaran senilai diatas 1 juta - 6.000 atas dokumen kontrak/perjanjian