BAB V PENUTUP. 1. Kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor saat ini mudah diperoleh dengan cara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bernegara, agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan adil.

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti turut mendukung perluasan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI UNIT KONDOTEL. Dalam perspektif hukum perjanjian, sebagaimana diketahui perikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada khususnya, maka kebutuhan akan pendanaan menjadi hal yang utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN. REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 350/MPP/Kep/12/2001 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB V PENUTUP. Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan. 1. Tata cara di Pengadilan Agama Purwodadi dalam melaksanakan mediasi

BAB V PENUTUP. 1. Berdasarkan tugas dan wewenang yang diberikan oleh UUPK, BPSK Kota Semarang

BAB V PENUTUP. 1. Pelaksanaan perlindungan hukum atas produk tas merek Gendhis adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Peradilan sebagai

I. PENDAHULUAN. Sengketa tanah adalah sengketa yang timbul karena adanya konflik kepentingan atas

2013, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indone

BAB V PENUTUP. terhadap turis asing sebagai konsumen, sehingga perjanjian sewamenyewa. sepeda motor, kepada turis asing sebagai penyewa.

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan

BAB III BADAN ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI INDONESIA (BADAPSKI) SEBAGAI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 93 TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara modern. Hukum memiliki peran yang dominan dalam. ekonomi dan budaya pada masa pembangunan suatu negara.

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

Lembaga Pembiayaan. Copyright by Dhoni Yusra

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014

BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini kebutuhan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kurang fleksibel dalam melakukan fungsinya. Sehingga

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/5/PBI/2006 TENTANG MEDIASI PERBANKAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

Melawan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas penulis akan memberikan kesimpulan dari

3 Lihat UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa. Keuangan (Bab VI). 4 Lihat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.

PERLINDUNGAN KONSUMEN PENUMPANG PESAWAT TERBANG TERHADAP KEHILANGAN BARANG BAGASI

MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan. Bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak cukup mampu untuk

BAB V PENUTUP. melalui mediasi dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : penyelesaian sengketa di pengadilan.

BAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Arisan Motor Plus

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

PELAKSANAAN MEDIASI SENGKETA KONSUMEN OLEH BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SEBAGAI WUJUD PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sengketa dengan orang lain. Tetapi di dalam hubungan bisnis atau suatu perbuatan

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA FIDUSIA (Analisis Putusan MA Nomor 589 K/Pdt.

BAB III KEKUATAN PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DALAM PRAKTEK

SILABUS. A. Identitas Mata Kuliah. 1. Nama Mata Kuliah : Perselisihan Hubungan Industrial. 2. Status Mata Kuliah : Wajib Konsentrasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Sebagaimanatelahdiketahuinyakeabsahan perjanjian jual beli yang

BAB I PENDAHULUAN. Februari 1974, tentang Perizinan Usaha Leasing, mendorong pelaku bisnis jasa

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya maupun pertahanan dan keamanan. Salah satu indikasi

PPHI H. Perburuhan by DR. Agusmidah, SH, M.Hum

Penyelesaian Sengketa Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui Pengadilan atau Alternatif Penyelesaian Sengketa


1. Pelaksanaan Perlindungan yang Diberikan kepada Konsumen Atas. Penggunaan Bahan-Bahan Kimia Berbahaya dalam Makanan Dikaitkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Oleh : Abu Sopian, S.H., M.M.

Modul ke: Manajemen Perpajakan 06FEB. Samsuri, SH, MM. Fakultas. Program Studi Akuntansi

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN LEASING KENDARAAN BERMOTOR MELALUI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) Supriyanto & Triwanto ABSTRAK

TINJAUAN MATA KULIAH...

Perselisihan Hubungan Industrial

Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi Dan Tata Laksana. Berdasarkan Pasal 185 Surat Keputusan Direksi PT. Kereta Api (Persero)

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CARA MENYELESAIKAN SENGKETA DALAM EKONOMI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis

BEBERAPA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PERBURUHAN DI DALAM DAN DI LUAR PENGADILAN

BAB V P E N U T U P. forum penyelesaian sengketa yang pada awalnya diharapkan dapat menjadi solusi

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

BAB V PENUTUP. Dalam tesis ini membahas kreditur dan debitur terganggu pelaksanaan perjanjian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

KONSEKUENSI HUKUM BAGI SEORANG ARBITER DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999

TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PENYELESAIAN PERMASALAHAN PERJANJIAN LEASING PADA PT. BINTANG MANDIRI

BAB II PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Oleh : Gunarto, SH, SE, Akt,MHum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari.

I. PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

Beberapa Cara Penyelesaian Sengketa Perburuhan Di dalam Dan Di Luar Pengadilan

06 ICC Publication ENG

Nurfauzia 1 Universitas Batanghari Jl. Slamet Riyadi Brorni Kota Jambi (0741) 65351

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor saat ini mudah diperoleh dengan cara leasing. Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan opsi (financial lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala, namun, seringkali terjadi sengketa leasing yang melibatkan lessor dan lessee itu sendiri dalam pemenuhan prestasi salah satu pihak kepada pihak lainnya sesuai dengan perjanjian pembiayaan yang ditandatangani, contohnya wanprestasi yang dilakukan lessee dengan tidak membayar angsuran tepat waktu kepada lessor yang mengakibatkan lessor mengalami kerugian dan lessor menarik kembali kendaraan bermotor tersebut dari tangan lessee untuk dilelang dan menutupi kerugian yang diderita oleh lessor. Prinsip dasar penyelesaian sengketa konsumen menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menghendaki penyelesaian sengketa di luar pengadilan terlebih dahulu diselesaikan sendiri oleh kedua belah pihak secara damai, yaitu tanpa melalui pengadilan maupun lembaga BPSK. Proses penyelesaian sengketa konsumen di luar Pengadilan, yaitu dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan

99 penilaian ahli dengan lembaga yang berwenang menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan hanyalah BPSK. Proses Penyelesaian Sengketa Sita Obyek Lease yang dilaporkan ke BPSK Prov. DKI Jakarta oleh Y terhadap PT.X dan PT.Z ditempuh melalui jalan mediasi BPSK. Mediator dalam sidang mediasi menyarankan untuk para pihak menyelesaikan sengketa tersebut dengan cara Arbitrase, Y bersedia namun PT.X tidak bersedia memilih dengan cara Arbitrase sehingga kasus Nomor Register 054/REG/BPSK-DKI/VI/2014 tertanggal 18 Juni 2014 dinyatakan ditutup penanganannya di BPSK Prov. DKI Jakarta karena tidak ditemukan win-win solution diantara kedua belah pihak. 2. Dalam proses penyelesaian sengketa tersebut masih menemukan kendala-kendala untuk mencapai kesepakatan diantara kedua belah pihak. Kendala-kendala tersebut berasal dari Y,PT.X, PT.Z, dan BPSK Prov. DKI Jakarta itu sendiri. Y sebagai pihak pelapor meminta ganti kerugian sebesar Rp 159.685.425 atas kerugian sita obyek lease yang telah dilakukan oleh PT.X selaku Lessor. PT.X tidak mau memberikan ganti kerugian kepada Y karena Y melakukan wanprestasi dan obyek lease tersebut akan dilelang untuk mengganti kerugian PT.X. Selain itu, terdapat klausul baku yang dibuat oleh PT.X diawal perjanjian pembiayaan tersebut dimana apabila terjadi sengketa diantara keduanya akan diselesaikan melalui Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat bukan melalui BPSK Prov. DKI Jakarta. Kendala dari pelaku usaha yang enggan mau menyelesaikan sengketa melalui Mediasi dikarenakan waktu sidang yang cukup lama (6 bulan) menjadi kendala tersendiri bagi BPSK Prov.DKI Jakarta sebagai pihak ketiga atau penengah dalam kasus tersebut. Kendala Kelembagaan/Institusional, Kendala Pendanaan, Kendala Sumber Daya Manusia BPSK, Kendala Peraturan,

100 Kendala Pembinaan dan Pengawasan, Serta tidak adanya koordinasi aparat penanggung jawabnya, Kurangnya Sosialisasi dan Rendahnya Tingkat Kesadaran Hukum Konsumen, Kurangnya Respons dan Pemahaman dari Badan Peradilan Terhadap Kebijakan Perlindungan Konsumen, Kurangnya Respons Masyarakat Terhadap Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Lembaga BPSK menjadi kendala tambahan bagi BPSK dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi antara pelaku usaha dan konsumen. B. Saran 1. Dalam suatu perjanjian, hendaknya terlebih dahulu diatur klausula mengenai Penyelesaian Sengketa melalui Arbitrase dikarenakan penyelesaian diluar pengadilan ini lebih mengedepankan kesepakatan para pihak dalam mencari win-win solution bagi para pihak, jangka waktu sidang yang tidak terlalu lama dibandingkan dengan sidang melalui pengadilan, biaya yang lebih murah dan kebebasan para pihak menentukan arbiter masing-masing sehingga penyelesaian sengketa tidak harus kaku dan diharapkan dapat menemukan penyelesaian secara damai. Komitmen dari lessor dan lessee juga diperlukan dalam pembuatan perjanjian tersebut agar penyelesaian sengketa yang akan ditempuh oleh para pihak dapat ditempuh melalui penyelesaian sengketa diluar pengadilan, seperti konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli. Apabila jalur diluar pengadilan tidak menemui keputusan terbaik bagi para pihak atau win-win solution, maka jalur pengadilan dapat ditempuh mengingat waktu persidangan yang cukup lama dan biaya yang tidak murah yang harus dibayar oleh para pihak guna

101 mencapai keputusan final dan mengikat, namun keputusan pengadilan tidak akan menemukan win-win solution bagi para pihak karena hanya akan memenangkan salah satu pihak yang bersengketa. Dalam proses penyelesaian sengketa secara mediasi, hakim dapat difungsikan menjadi mediator untuk mengefektifkan mediasi di setiap pengadilan agar perkara-perkara pada tingkat pertama tidak dilakukan upaya banding. Selain itu, mediator non-hakim diwajibkan bersertifikat mediator. Para pengacara juga harus melakukan upaya mediasi sebelum perkaranya didaftarkan di pengadilan menjadi upaya bagi para pihak untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi secara damai diluar pengadilan. 2. Peran serta dari Otoritas Jasa Keuangan dan Pemerintah diperlukan dalam melakukan sosialisasi kepada Pelaku Usaha / lessor mengenai pembuatan standard perjanjian pembiayaan dalam hal penyelesaian perselisihan dapat dilakukan terlebih dahulu melalui Arbitrase, apabila tidak ditemukan kesepakatan / win-win solution dalam penyelesaian tersebut dapat ditempuh melalui penyelesaian perselisihan di Pengadilan Negeri yang ditunjuk. Sosialisasi kepada masyarakat di seluruh wilayah NKRI juga diperlukan agar masyarakat dapat mengetahui fungsi dan mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan dan pembangunan tempat-tempat penyelesaian sengketa untuk melakukan mediasi / sidang arbitrase di seluruh wilayah NKRI sehingga memberi pilihan hukum bagi Pelaku Usaha / lessor dan Konsumen / lessee dalam upaya penyelesaian sengketa terbaik bagi para pihak yang bersengketa. Perbaikan sistem kerja dan aturan BPSK juga diperlukan agar masyarakat dapat mengetahui dengan jelas kewenangan yang dapat dilakukan BPSK untuk menyelesaikan sengketa

102 konsumen, khususnya sengketa leasing. Dengan demikian kendala-kendala yang terjadi dalam upaya penyelesaian sengketa yang terjadi antara lessor dan lessee dapat dikurangi atau diatasi dengan baik.