mekanismenya tidak diketahui tapi diperkirakan nikotin pada asap rokok

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING Lindy Agraini Patiro*, Wulan P.J Kaunang*, Nancy S.

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

Kata Kunci: Merokok, Kepadatan Hunian, Ventilai, TB Paru

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO


BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi TB Paru di Indonesia dan negara negara sedang berkembang lainnya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Pendahuluan Permasalahan terhadap penyakit menular masih tetap dirasakan, terutama oleh penduduk di negara yang sedang berkembang. Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini berada dalam tubuh manusia dalam rangka melangsungkan keturunannya agar tidak punah keberadaannya, namun dalam melangsungkan kehidupannya mikroba ini menggunakan cara merusak sel-sel atau organ tubuh manusia. Saat ini salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan penting dewasa ini yaitu Tuberculosis (TB) Paru (Achmadi, 2008). Menurut laporan World Health Organisation (WHO) tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru Tuberkulosis pada tahun 2002 dimana 3,9 juta adalah kasus dengan BTA (Basil Tahan Asam) positif dengan 1,9 juta kematian setiap tahun (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2002). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2010 Periode Prevalence TB paru pada penduduk dengan umur 15 tahun per Provinsi, Sulawesi Utara menempati urutan ketiga periode prevalence TB terbesar dengan jumlah 1.221 per 100.000 penduduk, setelah Papua diurutan pertama dengan jumlah 1.441 per 100.000 penduduk dan Banten di urutan ke dua dengan jumlah 1.282 per 100.000 penduduk (Riskesdas, 2010). Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang di sebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes, 2007). Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB paru, antara lain kondisi sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, status gizi dan kebiasaan merokok (Zainul, 2009). WHO menyatakan tembakau menyebabkan kematian lebih dari lima juta orang per tahun dan diproyeksikan akan menyebabkan kematian 10 juta orang sampai tahun 2020. Lembaga demografi Universitas Indonesia mencatat, angka kematian akibat penyakit yang disebabkan rokok tahun 2004 adalah 427.948 jiwa, berarti 1.172 jiwa per hari atau sekitar 22.5% dari total kematian yang terjadi di Indonesia (Bustan, 2007). Menurut hasil data Riskesda 2010, prevalensi perokok umur 15 tahun per Provinsi, Sulawesi Utara tidak masuk dalam kelompok lima besar. Jumlah perokok di Sulawesi Utara total berjumlah 36,2% dengan jumlah perokok setiap hari 29,1% dan perokok kadang-kadang berjumlah 7,1% (Riskesdas, 2010). Walaupun merokok bukanlah penyebab utama terjadinya penyakit TB paru, namun kebiasaan merokok yang sulit untuk dihentikan bisa menimbulkan masalah bagi kesehatan perokok itu sendiri dan orang-orang disekitarmya. Kebiasaan merokok yang sulit dihentikan dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga memudahkan masuknya kuman penyakit, seperti kuman penyakit TB. Menurut Doll dan Hill, dua orang peneliti terkenal asal Inggris, membagi hubungan antara penyakit dan kebiasaan merokok menjadi dua, yaitu penyakit yang di sebabkan oleh merokok dan penyakit yang mungkin sebagian disebabkan oleh merokok, dimana salah satunya adalah penyakit TB Paru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hsien-Ho Lin dan timnya dari Harvard School of Public Health, Amerika Serikat tahun 2009. Lin menyatakan adanya hubungan antara kebiasaan merokok, perokok pasif, dan polusi udara di dalam ruangan dari kayu bakar dan batu bara terhadap risiko infeksi, penyakit, dan kematian akibat TBC (PPTI, 2010). Studi epidemiologi di Afrika Selatan didaptka 50% kematian akibat infeksi TB berhubungan dengan merokok. Studi ini menunjukka perokok atau bekas perokok mempunyai resiko lebih tinggi terjadi infeksi Microbacterium Tuberkulosis dibanding yang bukan perokok. Alcaide, dkk mendapatkan hubungan antara jumlah rokok per hari terhadap terjadinya infeksi Myceobacterium Tuberkulosis, mekanismenya tidak diketahui tapi diperkirakan nikotin pada asap rokok 1

menurunkan respons imun. Merokok dalam jangka waktu yang panjang berhubungan dengan perubahan makrofag dan limfosit (Amu, 2007). Penderita penyakit Tuberkulosis Paru di Kota Manado yang paling tinggi berada di Puskesmas Tuminting dari 15 Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Manado. Pada tahun 2010 jumlah penderita TB paru (+) tertinggi berada di Puskesmas Tuminting dengan jumlah 163 orang dan yang paling rendah di Puskesmas Tongkeina dengan jumlah 9 orang (Dinkes Kota Manado, 2010). Pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah penderita TB paru, dimana untuk jumlah terbanyak masih di wilayah Puskesmas Tuminting dengan jumlah penderita TB (+) 236 orang dan terendah di Puskemas Tongkaina dengan jumlah penderita TB (+) 12 orang (Dinkes Kota Manado, 2011). Berkaitan dengan latar belakang diatas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian apakah terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Tuminting. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan ada lah metode survei analitik dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penderita TB paru dan yang bukan penderita TB paru yang melakukan pengobatan di Puskesmas Tuminting. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 responden dengan 30 responden kelompok kasus dan 30 responden kelompok kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penyakit Tuberkulosis Paru. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok yang meliputi perilaku merokok, jumlah rokok yang dihisap, frekuensi merokok, lama merokok dan jenis rokok. Data dianalisis secara Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat bisa menggambarkan karakteristik responden berdasarkan frekuensi dan distribusinya. Analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan Uji chi square dan Fisher Exact. Hasil Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada karakteristik umur diketahui bahwa paling banyak responden (26,7%) berada pada kelompok umur 45 54 tahun, disusul dengan reponden (23,3%) pada kelompok umur 25 34 tahun, selanjutnya responden (20%) pada kelompok umur 35 44 tahun, responden berikutnya (16,7%) berada pada kelompok umur 55 tahun dan yang paling sedikit responden (13,3%) berada pada kelompok umur 15 24 tahun. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, diketahui bahwa paling banyak responden (63,3%) yang ikut dalam penelitian ini adalah Laki laki sedangkan responden terkecil (36,7%) yang ikut dalam penelitian ini adalah perempuan. Distribusi responden berdasarkan kelurahan atau tempat tinggal, diketahui bahwa sebagian besar responden (20%) berdomisili di kelurahan Sindulang 1, responden selanjutnya (15%) adalah reponden yang bertempat tinggal di kelurahan Tuminting dan Mahawu, berikutnya responden yang tinggal di kelurahan Tumumpa 2 (11,7%), responden yang bertempat tinggal di kelurahan Maasing (10%), Sumompo (8,3%), Karang Ria (6,7%), disusul responden (5%) masing-masing di kelurahan Sindulang 2 dan Kampung Islam dan yang terakhir adalah responden yang bertempat tinggal di Tumumpa 1 (3,3%). Berdasarkan pekerjaan, diketahui bahwa responden dengan presentase terbanyak (20%) adalah responden pekerja swasta/karyawan, selanjutnya presentase responden kedua terbanyak (16,7%) bekerja sebagai sopir, diikuti presentase responden (15%) yaitu responden yang bekerja sebagai Buruh, disusul responden (13,3%) ada 2 yaitu responden Ibu Rumah Tangga (IRT) dan responden yang bekerja sebagai nelayan berikutnya responden (11,7%) yang bekerja sebagai pedagang dan responden dengan presentase terkecil 2

(10%) bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). 3

Tabel 1. Hubungan antara kebiasaan merokok rokoklebih dengan dari penyakit 15 bungkus TB paru dalam setahun mempunyai resiko yang lebih tinggi terjadi Kebiasaan merokok infeksi Kasus Mycrobacterium Kontrol Tuberkulosis. p Selain itu Penelitian Aditama (2009) n % n % value dikutip dari Zainul menunjukkan adanya Perilaku merokok Merokok hubungan 22 73,3 antara 12 faktor resiko 40 terjadinya 0,009 Tidak tuberculosis 8 26,7 paru 18 pada dewasa 60 muda dan terdapat dose-response relationship antara Jumlah rokok 10 batang penyakit 16 72,7 TB paru 5 dengan 41,7 jumlah 0,002 rokok < 10 batang yang dihisap per harinya. 6 27,3 7 58,3 Penelitian yang dilakukan oleh Frekuensi merokok Setiap hari Soejadi,dkk 12 54,5 tentang 1 analisis 8,3 faktor-faktor 0,011* yang mempengaruhi kejadian kasus *Uji Fisher Berdasarkan Exact tabel Kadang-kadang diatas dapat tuberkulosis 10 45,5 Paru 11 di Kabupaten 91,7 Karo dilihat hasil uji statistik perilaku merokok didapatkan hasil bahwa dari 71 responden Lama merokok 10 tahun 20 90,9 3 25 0,000* diperoleh nilai p = 0,009, jumlah rokok yang mempunyai untuk variabel frekuensi yang dihisap per hari di < peroleh 10 tahun nilai p = merokok 2 9,1 terdapat 9 64 responden 75 (70,3%) 0,002, frekuensi merokok di peroleh nilai p yang menderita tuberkulosis dengan nilai = Jenis 0,011, rokok lama merokok di Non peroleh filter nilai p = p=0,023. 3 13,6 Penelitian 7 yang 58,3 dilakukan 0,015* oleh 0,000, dan jenis rokok di peroleh nilai p = Setiawan (2005) di Puskemas Kecamatan Filter 19 86,4 5 41,7 0,015 maka dapat disimpulkan bahwa Gedong Tataan Lampung Selatan dengan terdapat hubungan antara kebiasaan jumlah sampel sebanyak 63 responden merokok dengan penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. Hasil penelitian tentang perilaku merokok sama dengan penelitian yang pada kelompok kasus dan 63 responden pada kelompok kontrol didapatkan hasil lama merokok dengan nilai OR=3,75, p=0,0005, CI (95%) = 1,64-8,67, ini berarti bahwa secara statistik terdapat hubungan telah dilakukan oleh Zainul tentang yang bermakna antara kebiasaan merokok Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit TB paru. dengan konversi sputum penderita TB paru Pengaruh kebiasaan merokok di klinik Jemadi Medan dengan terhadap penyakit TB paru dianggap mengunakan analisis statistik dengan uji sebagai faktor predisposisi, dimana zat chi square menunjukkan adanya perbedaan zat kimia yang terkandung dalam asap yang signifikan antara konversi sputum pada kelompok studi dengan kelompok rokok dan masuk ke dalam tubuh dapat merusak sebagian mekanisme pertahanan kontrol (nilai p = 0,001) dan penelitian paru yang pembersihan mukosilia yang dilakukan Rusnato,dkk 2006 juga (muccociliary clearance) dan asap rokok menunjukan adanya hubungan yang dapat menghambat/merusak fungsi bermakna antara perilaku merokok dengan fagositik makrofag, khususnya dalam kejadian TB paru di Balai Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit Paru Pati. Proporsi pembentukan dan pengeluaran surfaktan oleh sel lapisan alveolus (tipe II), sehingga mempunyai riwayat kebiasaan merokok bisa memudahkan masuknya pada kelompok TB paru 54,7 % lebih besar bakteri/kuman, seperti Mycrobacterium dari kelompok bukan TB 32,1 %. Hasil analisis dengan uji statistik menunjukkan tuberculosis yang masuk melalui inhalasi. Secara teoritis beberapa zat kimia adanya hubungan yang bermakna dengan dalam rokok bersifat kumulatif didapatkan hasil odds ratio (OR) sebesar 2,559 dengan 95 % Confidence Interval (CI) 1,161 5,642, dengan nilai p = 0,019. (ditambahkan), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan sehingga Hasil penelitian untuk jumlah pada perokok berat dengan jumlah rokok rokok sama dengan penelian yang yang di hisap lebih dari 10 batang setiap dilakukan oleh Boon, dkk di Afrika hari akan merasakan dampak yang Selatan, dimana jumlah bungkus ditimbulkan oleh asap rokok tersebut lebih 4

cepat di bandingkan perokok ringan dengan jumlah rokok yang dihisap kurang dari 10 batang setiap harinya. Dalam tubuh seorang perokok yang memiliki frekuensi merokok setiap hari toksin dari kandungan asap rokok akan lebih cepat menumpuk dibandingkan perokok yang merokok kadang-kadang. Secara teoritis beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif dan suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan gejala yang di timbulkannya, selain itu kandungan racun dari asap rokok yang dihisap setiap hari akan tertimbun dalam tubuh, sedangkan tubuh sama sekali tidak dapat menghilangkan pengaruh nikotin dalam jumlah sekecil apapun (Caldwell, 2009). Rokok mempunyai dose-response effect, artinya semakin mudah usia merokok maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap kesehatan, seperti munculnya gejala batuk yang terjadi pada para perokok (smoker s cough) (Bustan, 2007). Rokok filter menyaring sebagian tar tembakau dan mengurangi kandungan nikotin 25-50%. Kadungan nikotin ratarata pada rokok filter 8-12 mg per batang sedangkan rokok non filter memiliki kandungan nikotin dan tar yang lebih besar dari pada rokok filter. Kandungan nikotin rata-rata 14-28 mg per batang. Dengan kandungan nikotin dan tar yang lebih besar serta tidak terdapat penyaring pada pangkal rokok maka potensi masuknya nikotin dalam paru-paru pada rokok non filter lebih besar dari pada rokok filter (Caldwell, 2009). Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil uji statistic chi square di dapat nilai p = 0,009, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan kejadian penyakit TB paru. 2. Berdasarkan hasil uji statistic chi square di dapat nilai p = 0,002, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan kejadian penyakit TB. 3. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakkan uji Fisher Exact diperoleh nilai p = 0,011 (p < 0,05) hasil ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi merokok dengan kejadian penyakit TB paru pada responden di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. 4. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher Exact di peroleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) hasil ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama merokok responden dengan kejadian penyakit TB paru pada di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. 5. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher Exact di peroleh nilai p = 0,015 (p < 0,05) hasil ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis rokok yang di hisap responden dengan kejadian penyakit TB paru pada di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. Saran 1. Disarankan kepada seluruh petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Tuminting khususnya di bagian promosi kesehatan agar dapat mensosialisasikan kepada masyarakat secara khusus masyarakat yang berdomisili diwilayah kerja Puskesmas Tuminting tentang dampak penyakit yang bisa di timbulkan akibat kebiasaan merokok. 2. Perlu penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi faktor lain yang menjadi penyebab penyakit Tuberkulosis paru. Daftar Pustaka 5

Amu. 2007. Hubungan Merokok Dan Penyakit Tuberkulosis Paru. Jakarta : Jurnal Tuberkulosis Indonesia Vol 5 hal 5 7. Achmadi, 2008. Horison Baru Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Jakarta: Rineke Cipta. Ajis, Mulyani, dan Pramono. 2009. Hubungan antara Faktor faktor Eksternal Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru. Yogyakarta : Berita Kedokteran Masyarakat Vol 25 Fakultas Kedokteran Universitas Gadja Mada. Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineke Cipta Caldwell. 2009. Berhenti Merokok. Diterjemahkan oleh Hasani Sraffudin dan Abdulla Supriyanto. Yogyakarta : Pustaka Populer. Departement Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Manado. 2010. Profil Kesehatan Kota Manado. Dinas Kesehatan Kota Manado. 2011. Profil Kesehatan Kota Manado. Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Guyton. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC Ikatan Lulusan Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran (ILUNI FK 83). 2007. Masalah Kesehatan dari dalam kandungan sampai lanjut usia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Terobosan Menuju Akses Universal Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkunagan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Sitepoe.1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Gramedia Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2002. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaannya di Indonesia. Jakarat: Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL). Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI). 2010. Hubungan Rokok dan TBC. (online). (http://www.ppti.info/index.php/com ponent/ conten /article/46-arsipppti/144-rokokdantbc) diakses 2 Maret 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Jakarta Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC. Riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Rusnoto, Rahmatullah, dan Udiono. 2006. Faktor faktor yang Berhubungan Dengan TB paru Pada Usia Dewasa. Studi Kasus (Online). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. (http://eprints.undip.ac.id/5970/1/ 0924.pdf), Diakses pada tanggal 8 Juni 2012. Setiawan. 2005. Hubungan Keadaan Fisik Rumah dan Praktek Kebersihan Diri Dengan Kejadian Penyakit TB Paru di Puskesmas Kecamatan Gedong Tatataan Lampung Selatan. Medan : Universitas Sumatera Utara. 6

(Online), http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/6785/1/06003955.pdf, diakses pada tanggal 8 Juni 2012. 7