ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (Studi Kasus Pada SKPD Di Boyolali) MEVIANA SUSILOWATI B

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan. pemerintahan dan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bone Bolango. Dinas

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD)

BAB III METODE PENELITIAN. B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel. Sampling Jenuh, yaitu teknik Sampling yang semua anggota populasi

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kota Gorontalo. dilaksanakan dari bulan Januari 2014 sampai dengan Maret 2014.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal

Disusun Oleh : B

BAB III METODE PENELITIAN. A. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya demokratisasi menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

H 2 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

3. METODE. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jadwal penelitian dilaksanakan mulai Maret 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menguji hipotesis (hypothesis testing) yang telah dirumuskan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

Disusun oleh : Nama : Ismy Chaerunissa Oktia NPM : Jurusan : Akuntansi / S1 Pembimbing : Supiningtyas P., SE., MM

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Populasi dari penelitian ini adalah sebanyak 118 pemerintah daerah

BAB III. Metode Penelitian. bagaimana hasilnya apakah signifikan atau tidak. terhadap variabel-variabel dependen.

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

PENGARUH RETRIBUSI PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SIDOARJO SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hyphotesis testing

N A S K A H P U B L I K A S I

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data sekunder.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB III METODE PENELITIAN. dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan asli. sarana pendukung, dan jumlah obyek wisata.

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan terbaru saat ini. Sampel diperoleh dengan carapurposive sampling.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Pajak Daerah, Retribusi

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di lakukan dikantor Dinas Pendapatan Pengelolaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan dikantor Dinas Pendapatan

ANALISIS EFISIENSI PENGELOLAAN ANGGARAN BELANJA PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPILKABUPATEN BREBES

KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI. Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menguji pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah

BAB III METODE PENELITIAN. di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan data laporan keuangan

ANALISIS ALOKASI BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BANTEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian

JURNAL PENELITIAN. Disusun Oleh : SANTI SUSIANI NPM : PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya diatur dalam undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Milik

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melaksanakan hak dan kewajiban serta untuk melaksanakan tugas yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode. laporan keuangan tahun 2013 sampai tahun 2015.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYU PUTRINING TYAS B

I. PENDAHULUAN Belanja daerah merupakan pengalokasian dana yang harus dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah dapat menjadi tolak

BAB III METODE PENELITIAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 32 Provinsi di Seluruh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tulungagung, Jl. A. Yani Timur No. 37 Tulungagung. yaitu karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia yang diambil dari website Data diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SLACK ANGGARAN PADA PT. BRI DI KOTA JAMBI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didapatkan secara langsung oleh peneliti tetapi diperoleh dari orang atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Data hasil penelitian dapat dikelompokkan menjadi, yaitu data kualitatif dan

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu komponen dari penelitian adalah penggunaan metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti menguji pengaruh return on asset (ROA), leverage, ukuran perusahaan dan

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL (Study Empiris Kabupaten/ Kota Jawa Tengah)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Indonesia. Teknik sampling pada penelitian ini adalah menggunakan purposive

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, pemerintah

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (Studi Kasus Pada SKPD Di Boyolali) MEVIANA SUSILOWATI B200080114 Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi ABSTRAKSI APBD disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Anggaran yang dikelola berdasarkan pembelanjaan dan pertanggungjawaban APBD merupakan salah satu unsur dalam organisasi pemerintah daerah. Pengaruh signifikan ketersediaan anggaran terhadap kinerja memang tidak dapat dibantahkan lagi. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh belanja daerah yang terdiri dari belanja PNS, belanja pegawai honorer, belanja barang dan jasa, serta belanja modal terhadap capaian kinerja instansi pemerintah pada Kabupaten Boyolali. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 42 SKPD yang bersumber dari Laporan Ringkasan APBD Menurut Organisasi dan Urusan Pemerintahan Tahun Anggaran 2010 untuk mendapatkan data belanja daerah dan Laporan Evaluasi Semester II Kegiatan Pembangunan Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2010 untuk mendapatkan data nilai capaian kegiatan kelompok SKPD Kabupaten Boyolali, menggunakan metode pengumpulan data sekunder. Dari data tersebut, kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan teknik regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 16. Hasil pengujian menunjukkan Belanja Pegawai Negeri Sipil, Belanja Pegawai Honorer, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal tidak berpengaruh terhadap Capaian Kinerja Instansi Pemerintah. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa 43,9% variasi variabel dependen (Capaian Kinerja Instansi Pemerintah) dijelaskan oleh variabel dependen (Belanja PNS, Belanja Pegawai Honorer, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal) dan sisanya 56,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan. Alokasi belanja PNS (belanja tidak langsung) lebih besar dari alokasi belanja langsung. Belanja Langsung diharapkan mempunyai proporsi lebih tinggi dibandingkan dengan belanja tidak langsung, karena belanja langsung lebih mengarahkan pada program kegiatan yang telah dipilih dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja pemerintah dan kesejahteraan masyarakat. Belanja langsung diharapkan dapat mendorong efektivitas kinerja pemerintah daerah dan percepatan pembangunan. Kata kunci: Belanja Pegawai Negeri Sipil, Belanja Pegawai Honorer, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal, Capaian Kinerja Instansi Pemerintah, Laporan Ringkasan APBD, Nilai Capaian Kegiatan Kelompok SKPD

PENDAHULUAN Otonomi daerah memberikan hak, wewenang, dan kewajiban kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah memungkinkan percepatan pembangunan, karena daerah diberi kewenangan dalam menyelesaikan permasalahan daerah. Masing-masing daerah otonom diberikan kewajiban dan kewenangan untuk menyusun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). APBD disusun oleh suatu daerah untuk meningkatkan daerah dan kesejahteraan masyarakatnya. Dengan adanya APBD, suatu daerah dapat memaksimalkan sumber-sumber pendapatan daerah, lalu membelanjakan dana tersebut sesuai program dan kegiatan yang telah ditentukan dalam peraturan daerah setempat. Sumber-sumber pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Sedangkan pengeluaran dilakukan oleh daerah dalam bentuk belanja daerah. (Vegirawati, 2012: 65). Mahmudi (2009) menyatakan bahwa jika dilihat dari hubungan belanja dengan suatu aktivitas, maka belanja dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: belanja langsung merupakan belanja yang terkait dengan kegiatan, yang meliputi: belanja tenaga kerja langsung, belanja barang dan jasa, belanja modal, yang kedua adalah belanja tidak langsung yaitu belanja yang tidak terkait secara langsung dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan, yang termasuk dalam belanja ini adalah: belanja pegawai, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Lingkup APBD menjadi penting di lingkungan pemerintah daerah. Hal ini terkait dengan dampak APBD terhadap kinerja pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selanjutnya, DPRD akan mengawasi kinerja pemerintah melalui APBD, sehingga APBD sangat penting karena merupakan suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta tingkat efektivitas dan efisiensi anggaran (Ekawarna, et al. 2009: 50). Terkait dengan prestasi kerja, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 mengamanatkan untuk dilakukan penilaian atas prestasi kerja dengan menggunakan tolak ukur, indikator dan target kinerja. Hasil akhir atas penilaian kinerja adalah capaian-capaian kinerja yang diformulasikan dalam bentuk ekonomis, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomis dan efisiensi terkait dengan pelaksanaan suatu kegiatan, sedangkan efektivitas akan selalu terkait dengan pelaksanaan suatu program. Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk menganalisis seberapa besar penyerapan belanja daerah di Kabupaten Boyolali. Untuk itu skripsi ini mengambil judul: Analisis Pengaruh Belanja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada SKPD Di Boyolali).

TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Belanja Langsung Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 36 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program kegiatan. Belanja langsung terdiri dari: 1) Belanja Pegawai Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam (Pasal 50 huruf a Permendagri no. 13 Tahun 2006) untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. 2) Belanja Barang dan Jasa Belanja barang dan jasa adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. 3) Belanja Modal Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aktiva tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Untuk mengetahui apakah suatu belanja dapat dimasukkan sebagai belanja modal atau tidak, maka perlu diketahui definisi aset tetap atau aset lainnya dan kriteria kapitalisasi aset tetap. Keberadaan belanja langsung merupakan konsekuensi adanya program atau kegiatan. Variabelitas jumlah komponen belanja langsung sebagian besar dipengaruhi oleh target kinerja (tingkat pencapaian program/kegiatan) yang diharapkan (Mardiasmo, 2002: 95). Belanja tidak langsung Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung menurut Permendagri 13/2006 pasal 37 terdiri: belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, belanja tak terduga. Keberadaan belanja tidak langsung bukan merupakan konsekuensi ada atau tidaknya suatu program/kegiatan. Belanja tidak langsung digunakan secara periodik (setiap bulan) dalam rangka koordinasi penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah yang bersifat umum (Mahmudi, 2009: 97). Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kinerja merupakan pencapaian atas apa yang direncanakan, apabila pencapaian sesuai dengan yang direncanakan, maka kinerja yang dilakukan terlaksana dengan baik. Untuk menilai kinerja digunakan ukuran penilaian berdasarkan indikator sebagai berikut: a) Masukan (input) adalah tolak ukur kinerja berdasarkan besaran sumber dana yang digunakan untuk melaksanakan program atau kegiatan; b) Keluaran (output) adalah tolak ukur kinerja berdasarkan produk (barang atau jasa) yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan masukan yang digunakan; c) Hasil (outcame) adalah tolak ukur kinerja

berdasarkan tingkat keberhasilan yang dicapai berdasarkan tingkat keluaran program atau kegiatan yang sudah dilaksanakan. Evaluasi kinerja merupakan kegiatan lebih lanjut dari kegiatan pengukuran kinerja dan pengembangan indikator kinerja, oleh karena itu dalam rangka melakukan evaluasi kinerja harus berpedoman pada ukuran-ukuran dan indikator yang telah disepakati dan ditetapkan. Evaluasi kinerja juga merupakan proses umpan balik atas kinerja masa lalu yang berguna untuk meningkatkan produktivitas dimasa datang. Pengelolaan keuangan yang efisien akan meningkatkan kualitas akan pengambilan keputusan sehingga bila keputusan yang diambil berkualitas akan meningkatkan kinerja keuangan pemerintah daerah. Pengaruh Belanja Pegawai Negeri Sipil terhadap Capaian Kinerja Instansi Pemerintah Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh program atau kegiatan satuan kerja perangkat daerah yang pengaruh kontribusinya terhadap pencapaian prestasi kerja sulit diukur. Penganggaran belanja tidak langsung mempertimbangkan asas ekonomis, efisien, dan efektif. Jenis belanja yang termasuk dalam belanja tidak langsung terdiri: belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, belanja barang dan jasa, belanja tak terduga. Belanja tidak langsung pada dasarnya merupakan belanja yang digunakan secara bersama-sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau kegiatan unit kerja. Oleh karena itu dalam perhitungan SAB anggaran belanja tidak langsung dalam satu tahun anggaran harus dialokasikan ke setiap program atau kegiatan yang dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Berbagai pemaparan ini menunjukkan bahwa alokasi belanja pegawai Negeri Sipil (PNS) akan memberikan dampak yang berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari meningkatnya nilai capaian kegiatan/capaian kinerja instansi pemerintah. Dengan demikian, hipotesis yang bisa dikembangkan adalah sebagai berikut: H1: Belanja Pegawai Negeri Sipil (PNS) berpengaruh positif terhadap capaian kinerja instansi pemerintah. Pengaruh Belanja Langsung terhadap Capaian Kinerja Instansi Pemerintah Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 36 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program kegiatan. Belanja langsung merupakan belanja yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan satuan kerja unit daerah yang kontribusinya terhadap pencapaian prestasi kerja dapat diukur. Jenis belanja langsung terdiri belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Belanja pegawai dan belanja barang dan jasa dianggarkan untuk kegiatan yang keluaranya tidak menambah asset daerah. Belanja modal dianggarkan untuk kegiatan yang keluaranya menambah aset daerah. Belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal dapat dianggarkan secara sekaligus untuk mendanai kegiatan dalam rangka mencapai prestasi kerja yang ditetapkan.

Berbagai pemaparan ini menunjukkan bahwa alokasi belanja langsung akan memberikan dampak yang berarti bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari meningkatnya nilai capaian kegiatan/capaian kinerja instansi pemerintah. Dengan demikian, hipotesis yang bisa dikembangkan adalah sebagai berikut: H2: Belanja Pegawai Honorer berpengaruh positif terhadap capaian kinerja instansi pemerintah H3: Belanja Barang dan Jasa berpengaruh positif terhadap capaian kinerja instansi pemerintah H4: Belanja Modal berpengaruh positif terhadap capaian kinerja instansi pemerintah Model Penelitian Belanja Pegawai Negeri Sipil (PNS) (X 1 ) H1 Belanja Pegawai Honorer (X 2 ) H2 H3 Capaian Kinerja Instansi Pemerintah (Y) Belanja Barang dan Jasa Jasa (X 3 ) H4 Belanja Modal (X 4 ) METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari dokumen di Laporan Ringkasan Realisasi Anggaran Menurut Urusan Pemerintahan Daerah dan Organisasi Tahun Anggaran 2010 yang diperoleh dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Boyolali diperoleh data belanja daerah yaitu Belanja Pegawai (Belanja Tidak Langsung), Belanja Pegawai Honorer, Belanja Barang Jasa dan Belanja Modal (Belanja Langsung). Nilai Capaian Kinerja Instansi Pemerintah diperoleh dari Nilai Capaian Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersumber dari data Laporan Evaluasi Semester II Kegiatan Pembangunan Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2010 Sampai Dengan Desember

2010. Metode pengumpulan data sekunder, data dikumpulkan dengan metode dokumentasi, ini dilakukan dengan mengumpulkan, mencatat, dan menghitung data yang berhubungan dengan penelitian. Teknik Analisis Model empirik tersebut adalah model estimasi untuk data panel. Penerapan dalam penelitian ini dilakukan untuk daerah Kabupaten Boyolali. Penelitian ini menggunakan alat analisis yaitu regresi berganda (multiple regression). Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis dengan formula sebagai berikut: Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + e Dimana: Y = Nilai Capaian Kegiatan SKPD α = Intercept persamaan Regresi β = koefisien regresi untuk masing-masing variabel X X 1 = Belanja Pegawai Negeri Sipil X 2 = Belanja Pegawai Honorer = Belanja Barang dan Jasa X 3 X 4 e = Belanja Modal = koefisien eror Persamaan di atas adalah bentuk model dasar untuk analisis empiris dengan menggunakan data panel untuk keperluan analisis dengan menggunakan regresi linier berganda model log linier dengan tujuan untuk menyamakan satuan data, memperkecil variasi data, menghindari penyakit multikolinearitas, dan memperbaiki hasil regresi, maka model estimasinya dituliskan sebagai berikut: LnY = α + β 1 Ln X 1 + β 2 Ln X 2 + β 3 Ln X 3 + β 4 Ln X 4 + e Dimana: Y = Nilai Capaian Kegiatan SKPD α = Intercept persamaan Regresi β = koefisien regresi untuk masing-masing variabel X X 1 = Belanja Pegawai Negeri Sipil X 2 = Belanja Pegawai Honorer X 3 = Belanja Barang dan Jasa X 4 = Belanja Modal e = koefisien eror Ln = Logaritma Natural (persen) ANALISIS DATA Uji Normalitas Dalam penelitian untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dilakukan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirno. Adapun kriteria uji Kolmogorov-Smirno yaitu jika nilai probabilitas signifikansi > 0,05 maka H 0 diterima atau data residual berditribusi normal dan jika nilai probabilitas signifikansi < 0,05 maka H 0 ditolak atau data residual tidak berditribusi normal. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,067, hal ini menunjukan bahwa nilai probabilitas signifikansi > 0,05, berarti H 0 diterima atau data residual berditribusi normal. Analisis Regresi Berganda

Uji F adalah untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, apakah Belanja Pegawai Negeri Sipil, belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap capaian kinerja instansi pemerintah Kabupaten Boyolali. Berdasarkan analisis diperoleh F hitung sebesar 9,735 dan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan uji F tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak artinya Belanja Pegawai Negeri Sipil, belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap capaian kinerja instansi pemerintah Kabupaten Boyolali. Hasil perhitungan untuk nilai adjusted R 2 dengan bantuan program SPSS dalam analisis regresi berganda diperoleh angka koefisien determinasi yang disesuaikan atau adjusted R 2 sebesar 0,460. Hal ini berarti 46% variasi perubahan capaian kinerja instansi pemerintah Kabupaten Boyolali dijelaskan oleh variasi Belanja Pegawai Negeri Sipil, belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal. Sementara sisanya sebesar 54% diterangkan oleh faktor lain yang tidak ikut terobservasi. Pengujian Hipotesis dan Interpretasi Hasil Hipotesis 1 : Belanja Pegawai Negeri Sipil (PNS) berpengaruh positif terhadap capaian kinerja instansi pemerintah Analisis dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan t hitung sebesar 0,299 dan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,767 atau lebih besar dari 0,05. maka Ho diterima berarti variabel belanja PNS tidak berpengaruh signifikan terhadap capaian kinerja instansi pemerintah Kabupaten Boyolali. Hipotesis 2 : Belanja Pegawai berpengaruh positif terhadap capaian kinerja instansi pemerintah Dari hasil regresi diperoleh t hitung sebesar 1,605 dan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,117 atau lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima berarti variabel belanja pegawai tidak berpengaruh signifikan terhadap capaian kinerja instansi pemerintah Kabupaten Boyolali. Hipotesis 3 : belanja barang dan jasa berpengaruh positif terhadap capaian kinerja instansi pemerintah Dari hasil regresi diperoleh t hitung sebesar 0,922 dan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,362 atau lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima berarti variabel belanja barang dan jasa tidak berpengaruh signifikan terhadap capaian kinerja instansi pemerintah Kabupaten Boyolali. Hipotesis 4 : belanja modal berpengaruh positif terhadap capaian kinerja instansi pemerintah Dari hasil regresi diperoleh t hitung sebesar -0,565 dan nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,576 atau lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima berarti variabel belanja modal tidak berpengaruh signifikan terhadap capaian kinerja instansi pemerintah Kabupaten Boyolali.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap capaian kinerja instansi pemerintah pada tahun 2010 yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik, tidak ditemukan masalah multikolinieritas, tidak ditemukan masalah heterokedastisitas dalam model, tidak ditemukan masalah autokorelasi dalam model dan hasil uji normalitas menunjukkan data residual berdistribusi normal. 2. Hipotesis pertama tidak terbukti, bahwa hasil pengujian pengaruh belanja Pegawai Negeri Sipil terhadap capaian kinerja dilakuakan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi 0,767 pada taraf 5%, maka peneliti menyatakan bahwa pengaruh belanja Pegawai Negeri Sipil terhadap capaian kinerja tidak berhasil didukung oleh statistik. 3. Hipotesis kedua tidak terbukti, bahwa hasil pengujian pengaruh belanja pegawai terhadap capaian kinerja dilakuakan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi 0,125 pada taraf 5%, maka peneliti menyatakan bahwa pengaruh belanja pegawai terhadap capaian kinerja tidak berhasil didukung oleh statistik. 4. Hipotesis ketiga tidak terbukti, bahwa hasil pengujian pengaruh belanja barang dan jasa terhadap capaian kinerja dilakuakan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi 0,392 pada taraf 5%, maka peneliti menyatakan bahwa pengaruh belanja barang dan jasa terhadap capaian kinerja tidak berhasil didukung oleh statistik. 5. Hipotesis keempat tidak terbukti, bahwa hasil pengujian pengaruh belanja modal terhadap capaian kinerja dilakuakan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi 0,583 pada taraf 5%, maka peneliti menyatakan bahwa pengaruh belanja modal terhadap capaian kinerja tidak berhasil didukung oleh statistik. 6. Hasil koefisien determinasi atau adjusted R 2 sebesar 0,439. Hal ini berarti 43,9% variasi perubahan capaian kinerja instansi pemerintah Kabupaten Boyolali dijelaskan oleh variasi belanja pegawai negeri sipil, belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal. Sementara sisanya sebesar 56,1% diterangkan oleh faktor lain yang tidak ikut terobservasi. 7. Alokasi PNS (Belanja Tidak Langsung) seluruh SKPD dalam sampel penelitian ini sebesar Rp. 657.559.451.000, sedangkan Belanja Pegawai, Barang dan Jasa, serta Belanja Modal (Belanja Langsung) sebesar Rp. 219.407.875.000. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa alokasi Belanja Tidak Langsung lebih besar daripada Belanja Langsung. Kesimpulannya telah terjadi kesalahan penganggaran pada pemerintahan Kabupaten Boyolali sehingga Belanja Publik selalu kurang dari pada Belanja Pegawai Negeri Sipil. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Laporan Laporan Evaluasi Semester II Kegiatan Pembangunan Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2010 Sampai Dengan Desember 2010 dan pada Laporan Ringkasan Realisasi Anggaran Menurut Urusan Pemerintahan Daerah dan Organisasi Tahun Anggaran 2010. Peneliti hanya mengambil Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) pemerintah Kabupaten Boyolali sebagai populasi dalam penelitian ini. Periode dalam penilitian ini hanya 1 tahun yaitu tahun 2010. Dari beberapa keterbasan penelitian yang telah disebutkan di atas, penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut: 1. Untuk peneliti yang akan meneliti dengan tema penelitian yang sama, untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja SKPD lebih baik dan akurat dilakukan penelitian dalam beberapa kurun waktu (time series) dan dilakukan penelitian yang terfokus secara mendetail terhadap SKPD meliputi program/kegiatan serta anggaran yang dialokasikan untuk tiap-tiap program/kegiatan kemudian dianalisis dengan nilai capaian kegiatan tiap programnya SKPD yang terkait selama beberapa tahun yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). 2. Hasil koefisien determinasi sebesar 0,439, menunjukkan kemampuan variabel bebas mempengaruhi variabel terikatnya hanya 43,9%. Jadi pengaruh keempat variabel masih sangat kecil, oleh karena itu bagi peneliti yang akan meneliti dengan tema yang sama, sebaiknya menambah jumlah variabel bebas dan tidak mengikutsertakan variabel yang tidak signifikan, agar hasil penelitian dapat lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Bau, Maria Yunitha. 2011. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi DIY Tahun 2005-2009. Skripsi Sarjana (dipublikasikan). UPN Veteran : Yogyakarta. Christy, Fhino Andrea, dan Priyo Hari Adi. 2009. hubungan antara dana alokasi umum, belanja modal dan kualitas pembangunan manusia. National Conference UKWMS, Surabaya, 10 Oktober 2009. Ekawarna, shita unjaswati, Iskandar sam, dan Sri Rahayu. 2009. Pengukuran Kinerja Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Daerah Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Cakrawala Akuntansi, Vol. 1, No. 1, Februari 2009, hal 49-66. Ghozali, Imam. 2009.Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: BP UNDIP. Mahmudi. 2009. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta. Penerbit Erlangga. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen keuangan daerah. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Sulistiyowati, Firma. 2005. Pengaruh Penghasilan Terhadap Efektivitas Kinerja Kepala Perangkat Daerah. Jurnal Akuntasnsi dan Keuangan Sektor Publik Vol. 06, No. 01, Hal: 27-54. Vegirawati, Titin. 2012. Pengaruh Alokasi Belanja Langsung Terhadap Kualitas Pembangunan Manusia. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi Vol. 2 No. 1, Januari 2012 hal: 65-74. Yuwono, Sony T.A Indrajaya dan Hariyandi. 2005. Penganggaran Sektor Publik, Cetakan Pertama. Malang. Bayumedia Publishing. Laporan Evaluasi Semester II Kegiatan Pembangunan Daerah Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2010 dalam: BAPPEDA BOYOLALI TAHUN 2011. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Menurut Urusan Pemerintahan Daerah dan Organisasi Tahun Anggaran 2010 dalam: DPPKAD BOYOLALI TAHUN 2011.. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.