Pada Acara Pelatihan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak Tempat Hotel Aston Rasuna Tanggal 18 Juni 2013

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI TERKAIT IZIN LINGKUNGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK PELAKSANAAN PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2003

PENGAWASAN DAN PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN PROPER

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 19 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Manajemen Limbah Industri. Nur Istianah,ST,MT,M.Eng

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kualitas Udara

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 128 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

I Gede Budiarta Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja-Bali

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

Kebijakan BLHD Kota Tangerang Selatan dalam Pengelolaan Limbah. Oleh : DR. RAHMAT SALAM, M.Si

Penegakan Hukum Administrasi Terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL) Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2009 Di Kota Jambi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kriteria PROPER Pengendalian Pencemaran Udara 2014

PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

L/O/G/O. Biro Hukum dan Humas Penulisan Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Firdaus Alim Damopolii, ST., MM.

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN. Oleh : Nopyandri 1. Abstrak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 Tentang : Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB IV. A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan. Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP [LN 2009/140, TLN 5059]

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 04 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG IZIN PEMBUANGAN DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BUPATI SLEMAN,

NOMOR : 101 TAHUN 2007 NOMOR : B/5576/VII/2007/Datro NOMOR : B-3845/0.1/GP/06/2007 NOMOR : Kep-41B/PPLH-R.eg.4/06/2007 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 09 TH. 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

SALINA BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

WALIKOTA KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

KEBIJAKAN PENYUSUNAN LAPORAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA

G U B E R N U R JAMB I

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN KUALITAS UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH R A N C A N G A N PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR :...TAHUN... TENTANG

Pendahuluan. PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Imam Hendargo Abu Ismoyo Deputi Bidang Tata Lingkungan

Kerangka Hukum & Regulasi Kesehatan Lingkungan Yang Berorientasi Pada Pembangunan Berkelanjutan

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

Ijin Lingkungan. Pendahuluan

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 106 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

Transkripsi:

Pada Acara Pelatihan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak Tempat Hotel Aston Rasuna Tanggal 18 Juni 2013 Oleh Ka. Bidang Penegakan Hukum Lingkungan BPLHD Provinsi DKI Jakarta Yusiono A. Supalal MAS

UU 32/2009 PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Pasal 20 Ayat (3) Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan: a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup b. mendapat izin dari Menteri,Gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya

LANDASAN HUKUM PPU PERSYARATAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI

PERATURAN PERUNDANGAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 1. UU 32/2009 tentang Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. PP 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 3. KEPMENLH No:KEP-13/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. 4. KEPKA-BAPEDAL No. 205/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara 5. KEPMENLH 48/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan 6. KEPMENLH 49/1996 tentang Baku Mutu Getaran 7. KEPMENLH 50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan. 8. Permen LH No. 07/2007 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak bagi Ketel Uap 9. Permen LH No. 21/2008 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal 10. Permen LH No. 13/2009 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak bagi Usaha dan/atau Minyak dan Gas 11. PERMENLH 12/2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah 12. Perda No. 2 Tahun 2005 ttg PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 13. Pergub No. 670 Tahun 2000 ttg Penetapan Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak di Provinsi DKI Jakarta

Setiap penanggungjawab jenis kegiatan wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat pengaman; 2. memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan angin; 3. melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong emisi; 4. menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud kepada Gubernur dengan tembusan kepada Kepala badan sekurangkurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan; 5. melaporkan kepada Gubernur serta Kepala Badan apabila ada kejadian tidak normal dan/atau dalam keadaan darurat yang mengakibatkan baku mutu emisi dilampaui

LANJUTAN 6. wajib menyampaikan laporan hasil pemantauan setiap 3 bulan sekali baik dari peralatan CEM kepada Gubernur/Bupati/Walikota tembusan kepada Menteri 7. wajib memasang Continuous Emissions Monitoring (CEM) pada cerobong tertentu dan bagi cerobong yang tidak dipasang peralatan CEM wajib dilakukan pengukuran manual dalam waktu 6 (enam) bulan sekali (industri pupuk, semen, besi baja, pulp dan kertas, minyak dan gas); 8. wajib melakukan pengelolaan terhadap sumber-sumber yang berpotensi sebagai sumber fugitive emission 9. melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 1 (satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang beroperasi kurang dari 6 (enam) bulan 10. menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian emisi 11. melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 2 (dua) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang beroperasi selama 6 (enam) bulan atau lebih 12. melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran stabil

Keputusan Kepala Bapedal No. 205/1996 ttg Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak Persyaratan lainnya yang wajib dilaksanakan oleh setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, antara lain meliputi: 1. Periode pemantauan; 2. Penetapan lokasi pemantau emisi dan udara ambien; 3. Pemasangan alat pemantauan kualitas udara emisi (CEM); 4. Pengambilan contoh uji dan analisis kualitas emisi gas buang; 5. Persyaratan cerobong, meliputi: a) Pengaturan cerobong. b) Lubang sampling. c) Sarana pendukung. d) Unit pengendalian pencemaran udara, meliputi: 1) Electrostatic Precipitator. 2) Siklon. 3) Pengumpul proses basah (Wet Process Collector) 4) Cartridge Collector 5) Baghouse.

Untuk cerobong yang berbentuk lingkaran, penentuan titik lubang sampling adalah berada diantara minimal 8 x diameter stack (ds) untuk down stream dan 2x diameter stack (Ds) untuk upstream 2 x D Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistem pelat flange yang dilengkapi dengan baut Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding cerobong Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya 10 cm atau 4 inci. 8 x D Pemeriksaan Sarana Pendukung Sampling Lubang Sampling, Tangga, Lantai Kerja, Pagar pengaman dan Sumber Listrik

LETAK LUBANG SAMPLING d 2D 2De 2D 2De 8D 8D 8De 8De D L W D atau d = Diameter Dalam De=2 x d x D / (D+d) De=2LW/(L+W)

LETAK LUBANG SAMPLING GENSET/BOILER 2 D 8 D Silentser 2 D 8 D Silentser Genset / Boiler Genset / Boiler

SARANA PENDUKUNG PENGUKURAN EMISI CEROBONG

Pengertian Penegakan Hukum Penegakan hukum merupakan upaya untuk menerapkan hukum dalam situasi yang konkrit baik dilakukan melalui proses peradilan maupun di luar peradilan, sehingga dapat ditetapkan tingkat ketaatan terhadap hukum.

Penegakan Hukum Lingkungan Penegakan hukum lingkungan merupakan upaya untuk mencapai ketaatan terhadap peraturan dan persyaratan dalam ketentuan hukum lingkungan yang berlaku secara umum dan individual, melalui pengawasan dan penerapan sanksi administrasi, gugatan perdata, dan pidana.

SANKSI ADMINISTRATIF 1 PSL DI LUAR PENGADILAN 2A UU PPLH No. 32/2009 2B PSL DI PENGADILAN 3 PENEGAKAN HUKUM PIDANA

Penegakan Hukum Administrasi Lingkungan Penegakan hukum administrasi lingkungan bersifat preventif (pengawasan) dan represif (sanksi administrasi) untuk menegakkan peraturan perundangundangan lingkungan. Penegakan hukum lingkungan administrasi dapat diterapkan terhadap kegiatan yang melanggar persyaratan perizinan dan peraturan perundang-undangan.

TELAH DIKELUARKAN PERMEN LH NO. 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI DI BIDANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

TUJUAN PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI (Pasal 2 Permen LH No. 2/2013) 1. Melindungi lingkungan hidup dari pencemaran dan/atau perusakan akibat dari suatu usaha dan/ atau kegiatan; 2. Menanggulangi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; 3. Memulihkan kualitas lingkungan hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; 4. Memberi efek jera bagi penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan ketentuan dalam Izin Lingkungan.

DASAR PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI (Pasal 5 Permen LH No. 2/2013) a. LEGALITAS KEWENANGAN b. PROSEDUR YANG TEPAT c. KETEPATAN PENERAPAN SANKSI d. KEPASTIAN TIADANYA CACAT YURIDIS e. ASAS KELESTARIAN DAN KEBERLANJUTAN

PENEGAKAN HUKUM SANKSI ADMINISTRASI

SANKSI ADMINISTRASI REKOMENDASI PENEGAKAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK JUKNIS PENGAWASAN DAN PEMBINAAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK

Apakah Faktor-faktor Penegakan Hukum Administrasi Lingkungan 1. Izin yang didayagunakan sebagai perangkat pengawasan dan pengendalian; 2. Persyaratan dalam izin dengan merujuk pada AMDAL, UKL-UPL, standar baku mutu lingkungan, peraturan perundang-undangan; 3. Mekanisme pengawasan penaatan; 4. Keberadaan Pejabat Pengawas (PPLH/D) kuantitas dan kualitas yang memadai; 5. Dana dan sarana prasarana yang memadai; dan 6. Sanksi administrasi yang efektif

MEKANISME PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI Bertahap : Didahului dengan sanksi administratif yang ringan hingga yang berat (ex : teguran tertulis paksaan pemerintah pembekuan izin-pencabutan izin) Bebas : Keleluasaan pejabat yang bersenang untuk menentukan jenis sanksi didasarkan pada tinggak pelanggaran (ex : paksaan pemerintahpencabuatan izin tanpa didahului teguran tertulis) Kumulatif : Internal (penggabungan beberapa jenis sanksi admnistratif, ex : paksaan pemerintah dengan pembekuan izin). Ekternal (penggabungan salah satu jenis sanksi administratif dengan penegakan hukum lainnya, ex : paksaan pemerintah dengan pidana).

KAPAN DITERAPKAN TEGURAN TERTULIS Apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan : 1. Melakukan pelanggaran terhadap persyaratan dan kewajiban yang tercantum dalam izin lingkungan dan/atau izin perlindungan dan pengelolaan LH; 2. Tetapi belum menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan; 3. Secara teknis masih dapat dilakukan perbaikan. Contoh : terjadi kerusakan mesin produksi, terjadi kerusakan IPAL, TPS belum sesuai persyaratan teknis.

KRITERIA TEGURAN TERTULIS 1. Bersifat administratif; 2. Bersifat teknis tetapi perbaikannya bersifat ringan (dapat dilakukan secara langsung atau tidak membutuhkan waktu yang lama).

KAPAN DITERAPKAN PAKSAAN PEMERINTAH? 1. Melakukan pelanggaran terhadapa persyaratan dan kewajiban yang tercantum dalan izin lingkungan dan/atau izin perlindungan dan pengelolaan LH; 2. Menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan LH. Bentuk Paksaan Pemerintah (Psl 80 ayat (1) UUPPLH: Penghentian sementara kegiatan produksi, pemindahan sarana produksi, penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi, pembongkaran.

Kapan Pengawasan Sanksi Adm dilakukan? 1. Apabila telah habis batas waktu yang tercantum dalam keputusan sanksi; 2. Sesuai Dengan Ketentuan Penaatan Hukum (Izin Lingkungan UKL/UPL/AMDAL); 3. Berdasarkan Pengaduan Masyarakat Berkaitan Dengan Penaatan pelaksanaan Sanksi Adm.

BAGAIMANA SANKSI ADMINISTRASI TIDAK DITAATI? 1. Pasal 79 UU PPLH Pembekuan izin atau Pencabutan izin apabila tidak melaksanakan paksaan pemerintah. 2. Pasal 81 UU PPLH Denda apabila tidak melaksanakan paksaan pemerintah.

3. Pasal 82 (1) UU PPLH: Pemulihan lingkungan dg biaya oleh pencemar/ perusak (dipaksa pejabat yg berwenang). 4. Pasal 82 (2) UU PPLH: Pemulihan lingkungan oleh pihak ketiga (ditunjuk pejabat yg berwenang). 5. Pasal 114 UU PPLH: Pidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak 1 milyar, apabila tidak melaksanakan paksaan pemerintah.

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 76 83 UU 32 Tahun 2009 tentang PPLH Menteri, Gub/Bupati/ Walikota Menerapkan sanksi adm a. Teguran tertulis; b. Paksaan Pemerintah; c. Pembekuan Izin Lingkungan; atau d. Pencabutan Izin Lingkungan. 1. berwenang memaksa penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pemulihan LH akibat pencemaran dan/atau perusakan LH yang dilakukannya. 2. berwenang atau dapat menunjuk pihak ketiga untuk melakukan pemulihan LH akibat pencemaran dan/atau perusakan LH yang dilakukannya atas beban biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. 1. terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan dan tidak membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan pidana 2. jika Pemerintah menganggap pemda secara sengaja tidak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. (psl 77, Secon line adm law enforcement) Paksaan Pemerintahan : a. penghentian sementara kegiatan produksi; b. pemindahan sarana produksi; c. penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi; d. pembongkaran; e. penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan pelanggaran; f. penghentian sementara seluruh kegiatan; atau g. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi LH. Dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan ancaman yang sangat serius bagi manusia dan LH, dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya; dan/atau kerugian yang lebih besar bagi LH jika tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya.

PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI PERLU MENGEMBANGKAN PERANGKAT 1. Izin yang harus didayagunakan sebagai perangkat pengawasan dan pengendalian; 2. Persyaratan Izin wajib merujuk pada peruntukan lahan sesuai dengan rencana tata ruang, standar konstruksi, AMDAL Kawasan, dan standar baku mutu lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 3. Mekanisme dan Prosedur Pengawasan Penaatan;

4. Keberadaan Kuantitas dan Kualitas Sumber Daya manusia, baik pejabat pemberi izin maupun pejabat pengawas yang memadai; 5. Sarana dan Prasarana Pengawasan dan Penegakan Hukum yang memadai; dan 6. Sanksi Administrasi yang Efektif Keenam perangkat ini merupakan prasyarat awal dari efektivitas penegakan hukum adminsitrasi di bidang lingkungan hidup

Paragraf 7 Pasal 36 PERIZINAN LINGKUNGAN Fungsi dan proses penyelenggaraan pemerintahan Penerbitan Izin Lingkungan

FUNGSI IZIN LINGKUNGAN Instrumen pemerintahan Yuridis preventif Pengendalian Koordinasi Pengawasan publik

OBJEK IZIN LINGKUNGAN Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib Amdal UKL-UPL Pasal 36 ayat (1) Analisis risiko lingkungan hidup Pasal 47 ayat (1)

KEWENANGAN Pemberian Izin Lingkungan Menteri Gubernur Bupati/walikota

1. Tujuan, bahwa izin itu harus jelas dan pasti apa yang menjadi tujuan diterbitkannya izin tersebut; 2. Kewenangan, bawah izin itu dapat dinyatakan sah apabila dilandasi oleh kewenangan yang sah dari pihak yang mengeluarkan, yang mengawasi, dan yang menegakkan izin; 37

c) substansi, bahwa izin itu seyogianya memuat norma-norma yang wajib ditaati oleh pemegang izin, apa yang boleh dan apa yang dilarang dilakukan. Secara substansial izin itu memuat berbagai persyaratan yang pada dasarnya untuk melindungi kepentingan keselamatan umum, lingkungan hidup, dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat; 38

d) prosedur, bahwa untuk mendapatkan izin itu harus memenuhi berbagai prosedur, antara lain prosedur administratif, prosedur yuridis, prosedur teknis, dan prosesdur manajerial; e) penegakan, bahwa setiap izin itu harus dapat dilaksanakan (implementatif) dan dapat ditegakkan (enforceable). Tingkat penegakan ini diukur dari sejauhmana pengawasan perizinan itu efektif dilakukan dan sejauhmana pula pengenaan sanksi dapat diterapkan terhadap setiap pelanggaran.

Penegakan Hukum Perdata Lingkungan Pengumpulan data dan penghitungan kerugian Penunjukan pengacara Penyiapan berkas gugatan Bantuan Ahli Penyerahan berkas ke pengadilan perdata Persidangan (bila perlu ke lapangan) Putusan Hakim Keterangan ahli

Penegakan Hukum Pidana Lingkungan Penyelidikan Penyidikan Penyerahan berkas ke JPU Keterangan Saksi dan Keterangan Ahli Keterangan saksi dan keterangan ahli Penyerahan Berkas ke Pengadilan oleh JPU Persidangan Putusan Hakim