Strategi Pembangunan Kalimantan Timur yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan

dokumen-dokumen yang mirip
Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal

REVITALISASI KEHUTANAN

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

RENCANA AKSI ANTISIPASI PEMANASAN GLOBAL DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM MELALUI KALTIM HIJAU Tahun

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

HUTAN HUJAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA PENTING BAGI IKLIM, SATWA LIAR DAN MASYARAKAT HUTAN

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

(Reduced Impact Logging) di Kalimantan

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

INDONESIA YANG LEBIH BERKELANJUTAN BERINVESTASI UNTUK. Brosur Ringkasan ANALISA LINGKUNGAN INDONESIA 2009

Kalimantan Timur. Lembuswana

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. 6.1 Kesimpulan. sektor kehutanan yang relatif besar. Simulasi model menunjukkan bahwa perubahan

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Kepala Bidang Perkebunan Berkelanjutan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

Produksi minyak sawit berkelanjutanmelestarikan. masa depan hutan

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Potensi pengurangan emisi. LULUCF 590 Mt (21%) Mt Mencegah deforestasi, SFM, reforestasi

Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 1

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

Program Production and Protection Approach to Landscape Management (PALM) di Kalimantan Tengah

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Provinsi Kalimantan Timur. Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

PELAKSANAAN RPJMN BIDANG SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DAN DUKUNGAN RISET

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

RINGKASAN. Murung Raya STRATEGI PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU. Sektor terpilih untuk pertumbuhan. ekonomi hijau

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Strategi Pembangunan Kalimantan Timur yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan

2 DRAF UNTUK DIEDARKAN Analisis dalam dokumen ini menunjukkan bagaimana Kalimantan Timur berusaha menurunkan emisi gasgas rumah kaca, dan pada saat bersamaan tetap membangun, terus menciptakan pertumbuhan ekonomi, dan sumber sumber penghidupan yang lebih baik bagi penduduknya yang beragam. Pengalaman kami menunjukkan bahwa rencana yang bersifat satu arah dari atas ke bawah (topdown), memerlukan proses integrasi yang ekstensif, sosialisasi dan berbagai perbaikan di lapangan. Banyak yang perlu dilakukan, khususnya untuk menyelaraskan prioritas yang muncul dari hasil analisis yang kompleks dengan prioritas yang sesungguhnya dianggap penting oleh masyarakat di tingkat akar rumput. Untuk menyelaraskan kedua prioritas itulah, draf ini diedarkan kepada para pakar, perwakilan masyarakat dan para pihak yang berkepentingan di semua kabupaten/kota di provinsi terkait. Kami mengharapkan adanya banyak perubahan dalam dokumen ini, dalam hal cara kami mengatur dan mengurutkan serta menyajikan prioritas tindakan, dalam usaha kami untuk menganalisis dan menyelaraskan perspektif topdown dengan perspektif yang lebih partisipatif, dari bawah ke atas (bottomup). Draf ini diedarkan secara terbatas kepada para pemangku kepentingan, agar dapat dibahas dan untuk memperoleh masukan. Draf ini juga tidak dimaksudkan untuk dikutip serta tidak mewakili kebijakan resmi.

3 Strategi Pembangunan Kalimantan Timur yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan

4

5 Daftar Isi Kata Pengantar 7 Ucapan Terima Kasih 9 Ringkasan Eksekutif 11 Pengurangan Emisi 11 Upaya Pembangunan Berkelanjutan 13 Faktor Pendukung 14 Program Kaltim Hijau 17 1. Konteks Pembangunan Kalimantan Timur 19 2. Strategi Pembangunan Kalimantan Timur Yang Berkelanjutan Dan Ramah Lingkungan 23 3. Strategi Sektor 29 Sektor Kelapa Sawit 30 Sektor Kehutanan 45 Sektor Pertanian 61 Sektor Batu Bara 70 Sektor Minyak Dan Gas 82 4. Strategi Kabupaten 90 Balikpapan 90 Berau 92 Bontang 93 Bulungan 94 Kutai Barat 96 Kutai Kertanegara 97 Kutai Timur 98 Malinau 99 Nunukan 100 Penajam Paser Utara 101 Pasir 102 Samarinda 103 Tarakan 103 5. Adaptasi 104 Banjir Pesisir 107 Banjir Daratan 108 ProyekProyek Percontohan 111 6. Implementasi Dan FaktorFaktor Pendukung 112 Tata Kelola LembagaLembaga Perubahan Iklim 112 Perencanaan Dan Kebijakan Tata Ruang 116 Mrv Dan Perhitungan Karbon 117 Pelibatan Masyarakat 118 Pembiayaan 121 Implementasi 125 SumberSumber 127

6 T Sejak tahun 1950, Kalimantan Timur telah mengurangi hutannya sebesar 35 persen (6,9 juta hektar).

7 Kata Pengantar Dunia telah mencapai suatu kesepakatan global bahwa aktivitas manusia diyakini telah menimbulkan penumpukan karbon dioksida dan gasgas rumah kaca (GRK) lainnya secara pesat di atmosfer (di bawah 300 ppm pada masa praindustri hingga mencapai 433 ppm tahun 2005), dan menyebabkan meningkatnya temperatur ratarata global yang berdampak kepada perubahan iklim. Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/IPCC) telah memperkirakan bermacam skenario tingkat emisi dan tingkat perubahan iklim masa depan; mulai dampak signifikan sampai katastropik, baik terhadap umat manusia, perekonomian global, maupun pada skala komunitas. Walaupun kesepakatan global itu mengakui adanya ketidakpastian mengenai skenario mana yang akan timbul, tetapi risikorisiko yang ada dianggap cukup besar saat ini, sehingga dibutuhkan aksi global yang terkoordinasi untuk memitigasi perubahan iklim. Kesepakatan global terbentuk jauh lebih cepat dari respon global. Salah satu alasannya adalah keinginan negara berkembang agar sebelum tercapai sebuah perjanjian global yang melibatkan seluruh negara, hendaknya negara maju yang mengambil tindakan pertama untuk merespon perubahan iklim, karena fakta bahwa sebagian besar emisi yang telah dibuang ke atmosfer berasal dari negaranegara industri maju ini. Andaipun perjanjian yang diinginkan tersebut tercapai, ditambah pula seluruh negara maju mengurangi emisi mereka sampai pada tingkat yang sama dengan emisi tahun 1990 (sebagaimana target Protokol Kyoto), tetap tidak akan cukup untuk menghindari terjadinya perubahan iklim yang serius. Berbagai laporan ilmiah menyimpulkan bahwa negara berkembang kini juga bertanggung jawab atas emisi yang besar dan terus bertambah, sehingga mereka juga harus mengambil tindakan apabila ingin memitigasi perubahan iklim. Indonesia yang memahami situasi ini memutuskan bertindak untuk memecahkan kebuntuan dan menciptakan momentum baru dalam perundingan global perubahan iklim. Di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia mempelopori beberapa kontribusi penting. Pertama, Indonesia menjadi tuan rumah untuk Konferensi Para Pihak ke13 (Conference of Parties/COP13) dari Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan BangsaBangsa (UNFCCC), di Bali pada tahun 2007. Kedua, Indonesia menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam serangkaian pertemuan tingkat tinggi untuk menghadapi persoalan penurunan GRK dari sektor penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, dan kehutanan (LUULUCF), yang merupakan sumber utama emisi dalam negaranegara berkembang, tetapi bukan di negaranegara maju. Pada saat KTT G20 di bulan September 2009 di Pittsburgh, Amerika Serikat, Presiden Yudhoyono secara sukarela menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen pada taget pengurangan emisi yang tinggi sesuai Bali Roadmap, yaitu sebesar 26 persen hingga tahun 2020. Target sukarela ini menjadikan Indonesia sebagai negara berkembang besar pertama yang menjanjikan komitmen serupa itu. Indonesia kemudian menegaskan kembali komitmennya dalam putaran perundingan COP15 di Copenhagen bulan Desember 2009, dan saat ini sedang mempersiapkan Rencana Aksi Nasional Perubahan Iklim, yang akan menjelaskan secara detil bagaimana Indonesia akan mencapai komitmen itu. Secara tradisional berkembang pemikiran bahwa mengurangi emisi karbon akan mengorbankan pertumbuhan ekonomi, di mana pendanaan lingkungan dan bantuan internasional akan menyediakan semacam pembayaran kesejahteraan untuk mengkompensasi komunitas lokal yang menderita kerugian tersebut. Skenario ini tidak harus terjadi. Bahkan, skema untuk

8 mengurangi emisi dari deforestasi dan perusakan hutan yang dimandatkan di Konferensi Perubahan Iklim Bali dua tahun yang lalu, dapat membantu Indonesia bergerak ke jalur pertumbuhan pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Untuk negara yang demokratis dan terdesentralisasi seperti Indonesia, pemerintahan di tingkat provinsi dan kabupaten merupakan jantung dari tantangan ini. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, di bawah kepemimpinan Gubernur Awang Faroek Ishak, dan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) telah meluncurkan Strategi Pembangunan Ramah Lingkungan ini untuk memetakan rencana bagi Provinsi Kalimantan Timur. Rencana ini diharapkan dapat membuat Kalimantan Timur memelopori jalur pembangunan baru, yang menggabungkan pertumbuhan ekonomi dengan penurunan emisi gas rumah kaca yang signifikan. Laporan ini mengevaluasi potensi pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan di Kalimantan Timur dalam beberapa tahap. Pertama, laporan ini menguraikan penilaian berdasarkan fakta dari emisi GRK saat ini dan di masa depan untuk provinsi Kalimantan Timur kemudian memperhitungkan aksiaksi potensial untuk menurunkan emisi, volume relatif dari tiap langkah penurunan tersebut, dan indikasi biaya (atau perolehan) dari tiap langkah yang diambil. Kedua, laporan ini kemudian mengidentifikasi bagaimana provinsi ini dapat bergerak ke kegiatankegiatan dengan nilai tambah yang lebih besar dan sektor rendah karbon baru sehingga pertumbuhannya di masa depan akan memiliki jejak karbon yang lebih rendah. Laporan ini juga mendeskripsikan tingkat ancaman perubahan iklim akibat peningkatan CO2e yang terjadi belakangan ini, dan di luar aksiaksi global yang ada, strategi tersebut juga mengeksplorasi langkahlangkah adaptasi yang bertujuan untuk membuat Provinsi Kalimantan Timur lebih tahan terhadap perubahan iklim. Kalimantan Timur berharap untuk menjadi contoh tidak hanya di Indonesia tapi secara global, tentang bagaimana menggabungkan pengurangan emisi karbon dengan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah Kalimantan Timur dan DNPI tidak mengecilkan tantangantantangan dalam upaya pergeseran ke model pembangunan yang baru tersebut, tetapi kami berharap dapat mendorong daerah lain untuk mengenail potensi dari pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Seperti di belahan lain Indonesia, pendorong utama emisi adalah kegiatankegiatan yang kuat, berakar, seringkali berpusat kepada keuntungan besar, dan ditambah dengan kelemahan yang ada pada institusiinstitusi negara ini. Bagaimanapun juga, perjalanan ini harus dimulai selangkah demi selangkah. Presiden Yudhoyono telah mengambil langkah pertama dengan kepemimpinan dan komitmen yang dibuatnya. Gubernur Kalimantan Timur, H. Awang Faroek Ishak telah mengambil langkah berikutnya dengan melakukan komitmen untuk membuat Kalimantan Timur menuju masa depan yang lebih ramah lingkungan. Strategi ini menandai langkah maju lainnya.

9 Ucapan Terima Kasih Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan DNPI ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada the ClimateWorks Alliance, dan Pemerintah Norwegia, yang mendanai sebagian upaya pengembangan strategi pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan bagi Provinsi Kalimantan Timur. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan DNPI juga mengucapkan terima kasih kepada Daemeter Consulting, McKinsey & Company, Universitas Mulawarman, The Nature Conservancy (TNC), dan World Wide Fund for Nature (WWF) atas dukungan analisisnya terkait studi ini. Pemerintah Kalimantan Timur dan DNPI juga ingin berterima kasih kepada lebih dari 100 staf pemerintah, sektor swasta, dan LSM yang telah memberikan kontribusi penting terhadap proyek ini dalam berbagai lokakarya dan rapat. Meskipun data dan masukan berasal dari banyak pemangku kepentingan dan sumber informasi, tetapi kesimpulan dan hasil yang dijabarkan dalam laporan ini menjadi milik eksklusif DNPI dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

10 T Visi kami untuk Kalimantan Hijau adalah juga melibatkan pengembangan baru, sektor ekonomi lingkungan yang berkelanjutan yang juga adil dan memenuhi keyakinan kami yakni mengembangkan Kalimantan Timur untuk semua.

11 Ringkasan Eksekutif Kalimantan Timur memiliki sasaran yang dilandasi tekad kuat menjadi Provinsi yang Hijau. Tercakup di dalam sasaran ini adalah kontribusi kepada target penurunan emisi nasional Indonesia sebesar 26 persen pada tahun 2020. Visi kami Kalimantan Timur yang Hijau juga mencakup membangun sektorsektor perekonomian ramah lingkungan berkelanjutan baru, yang juga adil dan sesuai dengan keyakinan kami dalam membangun Kalimantan Timur untuk semua. Dokumen ini juga menjabarkan rangkaian inisiatif yang komprehensif yang tertuju pada pembangunan perekonomian berbasis perubahan iklim. Kami mempertimbangkan langkahlangkah yang perlu kami ambil untuk melindungi masyarakat kami dari dampak perubahan iklim. Langkahlangkah pengurangan, langkahlangkah adaptasi dan peluangpeluang pembangunan merupakan satu kesatuan kerangka kerja strategi pembangunan sesuai iklim provinsi kami. PENGURANGAN EMISI Lima inisiatif yang besar berkontribusi sebesar 75 persen dari semua peluang penurunan CO2e di provinsi. Dan sementara kelima inisiatif tersebut membutuhkan pendekatan yang berbeda, semua upaya tersebut memiliki kesamaan: meningkatkan efisiensi penggunaan lahan. 1. Satu langkah terpenting yang dapat diambil untuk menurunkan emisi adalah menerapkan kebijakan nirpembakaran. Upaya ini menghasilkan pengurangan terbesar dengan biaya terendah. Dengan melarang penggunaan pembakaran sebagai alat untuk membuka lahan, dengan menerapkan larangan ini, dan dengan menciptakan sistem peringatan dini dan pemadam kebakaran, dapat mencegah pembakaran hutan dan lahan gambut yang bersifat merusak. Kebijakan ini dapat menurunkan emisi di Kalimantan Timur sebesar 47 MtCO2e hingga tahun 2030, dengan biaya USD 0.40 per ton. Sejak perusakan hutan besarbesaran yang terjadi pada dekade 1980an sampai akhir 1990 an, kami telah belajar banyak tentang kerusakan yang disebabkan oleh pembakaran, dan juga tentang kesulitankesulitan praktis dalam mencegahnya. Penegakan hukum tetap merupakan tantangan terbesar. Kami juga belajar bahwa tekanantekanan ekonomi mendorong para petani, pemilik perkebunan, dan penambang untuk menggunakan pembakaran sebagai alat yang paling sering digunakan oleh para petani rakyat, dan dengan demikian upaya kami harus memberikan kepada mereka insentif dan cara yang jelas untuk menggunakan metodemetode alternatif pembukaan lahan. 2. Pembalakan dengan dampak yang telah dikurangi, secara keseluruhan merupakan peluang pengurangan terbesar kedua, dengan potensi untuk mencegah 34 MtCO2e emisi, dengan biaya USD 1.10 per ton. Pembalakan dengan dampak yang telah dikurangi akan memerlukan investasi yang relatif tinggi, lebih dari USD 100 per ha dan bahkan dapat lebih tinggi apabila diperlukan investasi yang besar dalam pembangunan jalan. Meskipun kontribusi ekonomi sektor kehutanan untuk Kalimantan Timur lebih sedikit dari sebelumnya, namun sektor tersebut tetap penting bagi banyak masyarakat kami yang paling terpencil. Praktikpraktik pembalakan yang buruk, yang seringkali dilakukan dengan melanggar peraturan perundangundangan yang ada, telah menyebabkan adanya tambahan lima ton karbon dari setiap satu ton karbon yang dihasilkan dari perdagangan kayu. Tambahan ini diemisikan oleh pohon yang rusak dan dibiarkan membusuk atau dibakar sebagai sampah.

12 3. 4. 5. Kami perlu menyempurnakan perencanaan panen, dan praktikpraktik ekstraksi. Kami perlu mengubah perilaku para pembalak kami, dan hal ini memerlukan investasi yang besar pada kesatuan kesatuan pengelolaan kehutanan di seluruh daerah di provinsi, serta investasi pada infrastruktur jalan dan penyaradan (skidding), baik dari pemerintah maupun dari perusahaanperusahaan kehutanan. Tidak kurang pentingnya, investasi pada teknologi penyaradan dan pelatihan para pekerja hutan juga diperlukan. Upayaupaya tersebut di atas akan membutuhkan investasi yang relatif tinggi, yaitu sebesar USD 150 per ha, meskipun demikian industri kehutanan yang ramah lingkungan bisa menjadi sumber penghidupan yang penting bagi kami untuk tahuntahun mendatang. Reboisasi dan rehabilitasi sebagian hutan yang telah rusak akan memulihkan fungsi ekosistem dan juga menyerap karbon, sehingga mengurangi emisi sebesar 12 MtCO2e dengan biaya USD 2.60 per ton. Kawasan hutan yang dikelola Kementerian Kehutanan mencakup pula sekitar 1,5 juta ha lahan semi kritis yang telah rusak oleh karena praktikpraktik pembalakan yang tidak ramah lingkungan. Hutanhutan tersebut dapat dipulihkan, dan pada akhirnya berfungsi sebagai wadah penyimpan karbon, tetapi untuk mewujudkannya, hutanhutan tersebut harus dipisahkan untuk konservasi. Rehabilitasi dan pengelolaan air lahanlahan gambut yang telah dibuka sebelumnya, menawarkan kemungkinan pengurangan 18 MtCO2e dengan biaya ratarata USD 0.50 per ton. Tanahtanah gambut memainkan peranan penting dalam emisi karbon di provinsi kami, dan apabila kering dan rusak, tanah gambut dapat mengeluarkan CO2 selama bertahuntahun. Pemahaman kami tentang kontribusi gambut terhadap emisi relatif baru, namun kami menyadari bahwa pengelolaan tingkat air lahan gambut kami dapat memotong emisi secara dramatis dan untuk lahan yang sudah dibuka masih dapat digunakan secara ekonomis. Selain tingginya emisi karbon akibat pembukaan hutan gambut, terdapat juga argumen tambahan misalnya pencegahan banjir dan melindungi keanekaragaman hayati yang tinggi, dan hal ini harus diperhitungkan dalam pemberian izin untuk memakai lahanlahan alternatif selain gambut. Penggunaan lahan kritis untuk perluasan perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman, dan pertanian di kemudian hari akan membantu kami mengembangkan industriindustri penting tersebut dan pada saat yang sama menghasilkan penurunan emisi sebesar 24 MtCO2e dengan biaya USD 5.50 per ton. Lahan seluas 1.4 juta ha di provinsi Kalimantan Timur dikategorikan sebagai lahan yang sangat kritis atau lahan kritis. Lahan kritis juga mencakup berbagai kategori lahan, termasuk lahan yang ditinggalkan atau sedikit tertutup pohon atau bahkan yang sebagian besar tertutup oleh rumput alangalang yang tidak berguna. Sekitar sepertiga dari lahanlahan kritis tersebut dijumpai di ladangladang yang berdekatan seluas 500 ha dan lebih. Penggunaan wilayahwilayah tersebut untuk perkebunan kelapa sawit atau kayu penghasil bubur kertas akan menghindari deforestasi hutan dengan ukuran yang sama. Satu langkah pertama untuk membantu perluasan perkebunan pada lahan kritis adalah pengembangan basis data lahan kritis provinsi, yang fokus pada tanah, tutupan hutan, tata guna dan kepemilikan lahan yang ada, serta dimensidimensi potensi ekonomi lainnya. Lahanlahan kritis perlu diidentifikasi secara khusus dalam proses perencanaan tata ruang, dan harus menjadi prioritas dibandingkan dengan wilayahwilayah hutan dalam pemberian izin lokasi perkebunan. Subsidi untuk penggunaan lahan kritis dan/atau pajak karbon tinggi atas lahan hutan mungkin pula diperlukan untuk mendorong sektor swasta menggunakan lahanlahan

13 kritis. Mungkin pula diperlukan untuk memberikan kompensasi bagi para pemilik konsesi kelapa sawit untuk beralih dari lahan hutan ke lahan kritis. Dengan memperhitungkan semua batasan praktis tersebut, penggunaan lahan kritis yang tepat waktu dapat menyelamatkan sekitar 500.000 ha hutan di tingkat provinsi. Penggunaan lebih banyak lahan kritis dapat dicapai relatif cepat apabila penerbitan konsesi baru untuk penanaman kelapa sawit secara serentak ditangguhkan, sebagaimana telah diumumkan oleh Presiden sebagai bagian dari Kemitraan REDD+ NorwegiaIndonesia. UPAYA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Seiring dengan upaya kami untuk mengurangi emisi, terdapat sejumlah inisiatif pertumbuhan pelengkap yang harus segera kami lakukan, sebagai bagian dari upaya pembangunan perekonomian yang berkelanjutan. Lima yang terbesar dari upayaupaya tersebut dapat meningkatkan PDB sampai dengan Rp 68 triliun pada tahun 2030, dan dengan demikian meningkatkan pertumbuhan kami dari 3 persen per tahun menjadi 5 persen tanpa menambah emisi. Di sini ditekankan untuk memperoleh lebih banyak nilai tambah dari pengolahan sumber daya alam kami. 1. Pengembangan metana, coalbed methane CBM akan menghasilkan persediaan baru gas alam yang dapat digunakan dalam jumlah besar, dan di waktu yang sama dapat mengurangi dampak negatif emisi metana dari tambang batu bara yang ada. Penggunaan CBM akan memastikan bahwa jaringan dan industri gas alam cair (liquefied natural gas LNG) dan gas alam kami di provinsi akan digunakan sepenuhnya karena menurunnya produksi di ladangladang minyak lepas pantai kami. 2. Mengembangkan pabrikpabrik bubur kertas dan kertas terpadu. Penggunaan kayu yang saat ini dibuang sebagai limbah, peningkatan produktivitas areal hutan tanaman yang ada dan memulihkan produksi areal hutan tanaman yang tidak beroperasi akan meningkatkan pasokan kayu dari sumber daya yang ramah lingkungan hingga pada kondisi di mana provinsi mampu mengembangkan dua pabrik bubur kertas dan kertas terpadu, dengan kapasitas total sebesar 2,6 juta ton. Perbaikan dalam pengelolaan lahan dan pendekatan pembiayaan bertahap akan mengurangi risiko bahwa pabrik menciptakan kebutuhan akan penebangan kayu yang tidak ramah lingkungan. 3. Perbaikan pengelolaan hutan tanaman dapat menghasilkan tambahan Produk Domestik Bruto sebesar Rp 4,9 triliun. Sekitar 600.000 ha lahan yang telah dibuka untuk hutan tanaman tetapi saat ini tidak dikelola, dapat dimanfaatkan untuk produksi. Penyianyiaan lahan ini merupakan peninggalan praktikpraktik buruk di masa lalu oleh industri bubur kertas dan kertas. Meskipun demikian, melihat ke depannya, produksi kayu bubur kertas pada lahan yang telah dibuka merupakan hal yang ramah lingkungan, terutama dalam sinergi dengan inisiatifinisiatif lain yang dijabarkan di sini. Perkebunan dengan siklus penanaman yang pendek merupakan hal yang bersifat karbon netral, tetapi dapat memberikan sumber penghidupan dan membentuk dasar bagi kegiatan yang memimili nilai tambah lebih tinggi. Di samping itu, kami perlu meningkatkan produktivitas perkebunanhutan tanaman yang kami miliki sampai ke tingkat yang dicapai oleh perkebunanperkebunan di Sumatera. 4. Percepatan eksplorasi minyak dan gas juga penting untuk memperlambat kemunduran dalam sektor minyak dan gas, yang masih merupakan kontribusi

14 terbesar dalam perekonomian. Ladangladang minyak yang kami miliki sudah tua dan menghadapi penurunan produksi. Masih terdapat perkiraan potensi sumber daya gas yang besar di Provinsi Kalimantan Timur, namun demikian kegiatan eksplorasi telah menurun sebagaimana dengan yang terjadi di seluruh Indonesia oleh karena ketidakpastian dalam peraturan. Kami hendak mendorong lebih banyak eksplorasi bahan bakar minyak dengan bekerja bersama BP MIGAS agar lebih ramah investor dan dengan secara langsung memfasilitasi perizinan dan keamanan daerah. 5. Peningkatan produktivitas sektor pertanian kami juga penting. Hasil dari pertanian non kelapa sawit mencapai sekitar 25 persen di bawah standar nasional. Insentif kepada para petani, infrastruktur yang lebih baik, dan pengembangan skema plasma inti inovatif dibutuhkan untuk meningkatkan sinergi antara pertanian perkebunan dengan para petani rakyat dan peningkatan layanan penyuluhan pertanian dapat membantu meningkatkan produktivitas. Hanya dengan mencapai angka ratarata nasional akan menambahkan sekitar 2,9 triliun kepada PDB provinsi pada tahun 2030, dan memberikan keuntungan kepada penduduk perdesaan. FAKTOR PENDUKUNG Terdapat tiga tingkat tindakan yang diperlukan dari pemerintah untuk dapat merealisasikan peluang pengurangan emisi dan mendorong kegiatan ekonomi yang dijabarkan secara singkat di atas, dan secara lebih rinci pada halamanhalaman selanjutnya. Tiga tingkat tindakan tersebut mungkin merupakan rangkaian tindakan terpenting yang diperlukan, karena tanpa pengaturan yang tepat dari mitigasi perubahan iklim dan pembangunan yang berkelanjutan, kami tidak akan berhasil. Pertama, banyak hal yang perlu dilakukan sematamata adalah dengan menegakan aturanaturan yang ada dengan lebih baik. Selama lebih dari sepuluh tahun kami telah mengalami dampakdampak buruk dari pembakaran lahan gambut dan hutan, dan berjuang untuk mengatasinya. Peraturan kehutanan dan pertambangan kami memiliki banyak kebijakan dan praktik terbaik. Tantangan yang jelas adalah dalam hal melaksanakan aturanaturan yang kami miliki, dan dalam mengklarifikasi serta menyelesaikan ambiguitas atau tumpang tindih yang menghambat pelaksaan regulasi yang lebih baik. Meskipun kami dapat berharap untuk menarik bantuan tambahan dari luar untuk menunjang penurunan emisi, tetapi akan sangat ideal bila tata kelola hutan yang baik juga menghasilkan penurunan emisi dan peningkatan kesejahteraan. Kedua, terdapat peluang yang jelas untuk menyesuaikan dan mereformasi rejim regulasi dan penegakan hukum, agar lebih sesuai dengan realitas perekonomian saat ini dan tantangan pembangunan yang berkelanjutan. Unsurunsur peraturan yang ada saat ini tentang kehutanan, sebagai satu contoh, tidak memberikan insentif kepada para pembalak kami untuk mengikuti praktikpraktik yang ramah lingkungan. Peraturan pemerintah tentang investasi energi juga perlu diperbarui agar lebih sesuai dengan persyaratan industri coalbed methane. Laporan ini merekomendasikan sejumlah reformasi dan penyesuaian tambahan, baik dalam sistemsistem provinsi kami, atau dalam sistemsistem nasional atau daerah. Sebagian besar upaya yang dibutuhkan pada laporan ini termasuk mengklarifikasi dan merasionalisasi sistem pengelolaan tata ruang. Lahan harus dikelola berdasarkan pada faktorfaktor lingkungan hidup dan ekonomi, dan bukan pada klasifikasi birokratis yang tidak merefleksikan kebenaran di lapangan. Menciptakan sistem pengelolaan lahan yang baru tidak

15 dapat diselenggarakan sendiri oleh pemerintah provinsi atau oleh salah satu kementerian tunggal, namun harus menjadi jantung sasaran utama dari peningkatan produktivitas lahan kami. Terkadang kurangnya transparansi dan perizinan merupakan cerminan sederhana dari kerumitan klaimklaim yang saling tumpang tindih, termasuk juga yang tradisional tentunya. Jadi beriringan dengan seluruh usaha untuk merasionalisasikan basis data rencana dan geografis kami, kami harus menetapkan proses penyelesaian klaim yang sangat sensitif, responsif, dan melibatkan masyarakat setempat dan di saat yang sama, cepat dan tegas. Terakhir, dalam beberapa kasus kami tidak perlu membangun sistem yang benarbenar baru untuk mengatasi tantangantantangan perubahan iklim. Sebagai contoh, kami perlu mulai membangun sistem dan metode untuk mengukur perubahan emisi di provinsi. Sistem MRV yang baik untuk mengukur perubahan emisi merupakan dasar yang penting bagi sistem REDD atau REDD+ yang dapat diukur. Meskipun insentif REDD bukan merupakan salah satu dari langkahlangkah pengurangan emisi yang terpenting pada agenda kami, tetapi insentif tersebut tetap penting dan berpotensi untuk langsung menyalurkan dana kepada mereka yang melindungi hutan, dibandingkan manfaat dari eksploitasi hutan. Skema ini merupakan fungsi baru yang harus diciptakan oleh pemerintah kami, dengan memanfaatkan hasil baik yang dilakukan oleh pemerintah lain, mitra pembangunan dan lembaga swadaya masyarakat di seluruh dunia. Analisis menunjukkan bahwa kami dapat mencapai pertumbuhan dan mengurangi emisi karbon. Pengalaman mengatakan bahwa hal ini sulit, tetapi juga memberikan kami keyakinan bahwa banyak hal dapat dicapai, jika melihat catatan pembangunan provinsi dalam beberapa puluh tahun terakhir. Merealisasikan perubahan ini juga akan membutuhkan sumber keuangan yang signifikan, dan kami memperkirakan untuk menurunkan emisi kami melalui inisiatifinisiatif tersebut akan membutuhkan biaya antara USD 3.10 per ton CO2e terkurangi. Biaya ini akan meningkat seiring dengan waktu, dari USD 2030 juta di tahun 2012 ke USD 370570 di tahun 2030. Kalimantan Timur memiliki masyarakat yang sangat beragam, seperti juga kekayaan dan keragaman lingkungan alam kami, dari hutan dan pegunungan sampai pantai dan laut, membentang sepanjang rute perdagangan Asia Tenggara. Untuk berkembang, kami harus memiliki penggerak dan kreativitas dari semua anggota masyarakat. Pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan berarti kreativitas dan penggerak ini dibangun berdasarkan rasa hormat terhadap warisan alam yang diberikan oleh Tuhan.

16 T Hutan memberikan ekologi yang sangat penting dan layanan lingkungan seperti perlindungan pengaliran air, keanekaragaman hayati, habitat bagi spesies yang tak terhitung jumlahnya.

17 Program Kaltim Hijau Pemerintah Kalimantan Timur telah membentuk Program Kaltim Hijau, yang merupakan kerangka kerja provinsi ini untuk pembangunan berkelanjutan dan penurunan emisi gas rumah kaca. Program ini diresmikan pada acara tingkat provinsi yang bertema Inisiatif Daerah Dalam Mengantisipasi Pemanasan Global and Mitigasi Perubahan Iklim yang diadakan pada bulan Desember 2009 di Balikpapan. Program Kaltim Hijau memiliki empat tujuan: Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kalimantan Timur secara menyeluruh, mencapai keseimbangan ekonomi, sosial, budaya, dan aspekaspek lingkungan. Mengurangi ancaman ekologi dan perubahan iklim, antara lain banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan di wilayah Kalimantan Timur. Mengurangi polusi dan perusakan kualitas ekosistem terestrial, air, dan udara di Kalimantan Timur. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran institusi dan masyarakat Kalimantan Timur akan pentingnya konservasi sumber daya alam sehingga harus digunakan dengan bijaksana. Deklarasi Kaltim Hijau yang disepakati oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten sekalimantan Timur mengenali betapa pentingnya tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meliputi lima komitmen: a) b) c) Melaksanakan pembangunan beremisi rendah karbon; Mengintegrasikan targettarget pembangunan berkelanjutan Daerah; Menganalisis dan mereformasi kebijakan pembangunan yang ada saat ini sepantasnya; d) Mendorong penelitian yang diperlukan di tingkat daerah untuk menanggulangi isu perubahan iklim dengan mendukung jaringan universitas dan perguruan tinggi (terutama dalam bidang kehutanan); dan e) Mendukung upayaupaya mitigasi dalam kerja sama dengan lembaga internasional. Strategi Pembangunan Berkelanjutan yang Ramah Lingkungan ini telah dibuat sebagai bagian dari Program Kaltim Hijau dan merupakan rencana aksi untuk mencapai visi ini.

18 T kita harus melepaskan dorongan dan kreativitas dari semua anggota masyarakat kita.

19 1. Konteks Pembangunan Kalimantan Timur Kalimantan Timur telah mencapai rekor pembangunan ekonomi yang mengesankan bagi rakyatnya. Kalimantan timur merupakan provinsi dengan PDB terbesar kedua di Indonesia dan ekonominya telah mencapai jumlah yang cukup besar pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 103 triliun. 1 Semenjak tahun 2000, tingkat kemiskian provinsi telah turun 10 persen per tahun, sedangkan konsumsi per kapita telah naik 12 persen per tahun. Ini mencerminkan pola pembangunan jangka panjang Kalimantan Timur; sejak tahun 1970an Kalimantan Timur telah meningkatkan usia harapan hidup rakyatnya dari 56 ke 71 tahun, menurunkan tingkat buta huruf dari 50 persen ke 4 persen dan telah menambah pusat kesehatan masyarakat dari hanya 50 ke lebih dari 850. Sebagian besar pembangunan ini dipicu oleh eksploitasi sumber daya alam yang berlimpah. Eksploitasi, penebangan, penambangan, dan pemrosesan minyak, gas, kayu, batu bara dan deposit mineral lainnya di Kalimantan Timur berkontribusi atas lebih dari 80 persen PDB di awal tahun 1980an dan dua per tiga di tahun 2008. Minyak telah menjadi andalan bagi ekonomi Kalimantan Timur sejak tahun 1980an ketika Indonesia menjadi negara ketiga yang mengeksplorasi dan memproduksi minyak secara komersial. Penemuan deposit minyak dan gas yang besar pada tahun 1960an dan 1970an telah mengubah provinsi Kalimantan Timur yang memiliki kilang Gas Alam Cair (LNG) terbesar di Indonesia di Bontang, dan memiliki pengolahan minyak terbesar kedua di Indonesia yang berada di Balikpapan. Sejak tahun 1950, Kalimantan Timur telah menurunkan tutupan hutannya hingga 35 persen (6,8 juta ha). Kalimantan Timur memiliki 25 persen dari seluruh deposit batu bara Indonesia dan diperkirakan memiliki deposit emas sekitar 60 juta ton yang belum dieksploitasi. Pembangunan ekonomi Kalimantan Timur masih merupakan hal yang sangat penting bagi hampir 260,000 jiwa yang hidup di bawah garis kemiskinan. Walaupun Provinsi Kalimantan Timur telah membukukan perolehan yang mengesankan dalam hal standar hidup, sembilan persen dari populasi masih memiliki pendapatan kurang dari Rp 225.000 perbulan yang merupkan garis kemiskinan provinsi. Desentralisasi telah meningkatkan pertanggungjawaban dan tekanan kepada para bupati dan gubernur untuk memperluas peluangpeluang ekonomi dan meningkatkan pendapatan. Walaupun populasi pekerja provinsi telah menyusut sejak tahun 2000, menciptakan lapangan kerja yang baru masih merupakan hal yang penting secara politik, karena tingkat pengangguran berada di nilai 11 persen pada tahun 2008. Begitu juga dengan pendapatan, masih memiliki ruang untuk meningkat; penduduk Kalimantan Timur secara ratarata hanya membelanjakan Rp 420.000 per bulan untuk keperluan rumah, makanan dan kebutuhan dasar. Di bawah skenario pertumbuhan bisnis seperti biasa, perekonomian Kalimantan Timur hanya akan tumbuh pada tingkat sedang yaitu 3 persen per tahun, karena sumber pertumbuhan baru seperti pertambangan batu bara, kelapa sawit dan jasa sebagian akan diimbangi penurunan yang terjadi pada sektor minyak dan gas (GAMBAR 1). Kontribusi PDB dari minyak dan gas telah menurun sebesar satu persen per tahun dalam beberapa tahun terakhir ini, dan diperkirakan akan terus menurun karena tingkat produksi yang 1 PDB riil dalam harga konstan 2000. Kecuali terdapat informasi lain, seluruh nilai PDB dalam laporan ini adalah dalam harga riil (konstan 2000) dan bukan hargaharga nominal.

20 Gambar 1 Gambar 2 Perekonomian Kalimantan Timur digerakkan oleh sektor minyak dan gas, namun saat ini sektor tersebut sedang menurun, sedangkan batu bara, kelapa sawit dan jasa sedang bertumbuh dengan pesat Pertumbuhan PDB Riil, 19832008 IDR Triliun, Harga Konstan 2000 35 42 1983 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 2000 01 02 03 04 05 06 SUMBER: BPS 43 43 44 43 44 +5% p.a. 47 50 49 55 64 67 73 76 76 79 07 2008 Konstruksi Manufaktur Jasa/lainnya 82 86 +3% p.a. 103 Pertanian 99 97 Kelapa sawit 94 91 Kehutanan 88 89 Batu bara & pertambangan Minyak dan gas Ekonomi Kalimantan Timur akan beralih kepada batubara, jasa, dan kelapa sawit Tk. Perkiraan kontribusi sektoral terhadap PDB riil di bawah skenario BSB Triliun rupiah, Harga konstan 2000 150 Pertanian Kelapa sawit/ 140 Tanaman Industri 130 120 Kehutanan 110 Batu bara & pertambangan 100 90 Konstruksi 80 Manufaktur 70 60 Jasa/lainnya 50 40 30 20 Minyak&Gas 10 0 2008 10 12 14 16 18 2020 SUMEBR: Analisis Tim Pertumbu han/tahun 20002008 Persen 8 12 3 15 67 1 Tk. Pertumbuhan per/tahun dari tahun 20082020 Skenario BSB Persen 3 5 1 5 67 2 Turun menjadi 3% sesuai dengan ratarata Indonesia sebesar 3% Area perkebunan mencapai 1 juta ha hingga tahun 2025 Penurunan berkurang seiring dengan kenaikan HTI Produksi batu bara akan menurun seperti tren nasional karena kendala lahan dan infrastruktur Pertumbuhan historis yang tinggi akan dipertahankan sesuai dengan tren nasional dan sektor yang kurang berkembang Penurunan terus berlanjut seiring dengan menuanya usia ladang dan diasumsikan tidak terdapat penemuan ladang baru yang besar

21 menurun pada ladangladang minyak Kalimantan Timur yang semakin tua. Karena minyak dan gas berkontribusi hampir 50 persen atas perekonomian Kalimantan Timur, hal tersebut di atas bertindak layaknya sebuah rem atas seluruh pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur. Kedepannya, pertumbuhan ekonomi provinsi akan semakin dipengaruhi oleh sektorsektor seperti pertambangan batu bara, kelapa sawit dan jasa. Pembangunan mengarah pada sumber emiter yang cukup besar, diperkirakan 250 MtCO2 emisi akan dilepaskan untuk tahun 2010, membuat Kalimantan Timur sebagai emiter ketiga terbesar di Indonesia. Sektorsektor yang hanya menyumbang sepersepuluh PDB provinsi berkontribusi atas 68 persen emisi total; sektor seperti pertanian, kehutanan, dan perkebunan kelapa sawit menghasilkan sebagian besar emisi Kalimantan Timur melalui deforestasi, perusakan hutan, pembakaran dan pengeringan lahan gambut kaya karbon. Kalimantan Timur menyimpan (atau menyerap) 4,2 miliar ton karbon (setara 15,4 miliar ton CO2) di dalam hutan dan lahan gambutnya. Perubahan penggunaan pada lahanlahan tersebut di atas berisiko untuk melepaskan emisi jauh lebih besar dibandingkan sektorsektor yang sebelumnya dianggap sebagai penghasil emisi tinggi, seperti manufaktur, produksi dan pengolahan minyak dan gas. Emisi akan terus tumbuh di bawah skenario bisnis seperti biasa, diperkirakan mencapai 303 MtCO2 di tahun 2020 dan 331 MtCO2 di tahun 2030, total kenaikan 32 persen. Seiring dengan pembangunan ekonomi yang beralih ke sektorsektor bernilai tambah yang lebih tinggi, intensitas karbonnya (CO2 yang dikeluarkan untuk sekian nilai PDB) akan menurun. Namun emisi mutlaknya berdampak pada perubahan iklim dan ini akan meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan lahan hutan oleh sektor kelapa sawit, kehutanan dan pertambangan batu. Pembangkit listrik baru dan peningkatan sektor transportasi akan memberikan pertumbuhan emisi yang signifikan, namun masih relative kecil bila dibandingkan dengan emisi total. Lima sektor yang penting bagi PDB dan emisi CO 2 e : Pertanian, kelapa sawit, kehutanan, batu bara dan minyak & Gas Persentase 100% = 103 Triliun rupiah Kelapa sawit/ 1 4 tanaman industri 5 Pertanian Kehutanan 20 Batu bara & Pertambangan Minyak & Gas 46 251 Juta Ton CO2e 27 21 20 1.26 Juta Pekerja 2 12 18 6 6 7 3 Gambar 3 Konstruksi Manufaktur Jasa/lainnya 2 19 3 14 8 8 1 2 45 PDB 2008 Emisi CO 2 e tahun 2010 Lapangan kerja tahun 2008 SUMBER: BPS Kaltim; Analisis tim

22 Gambar 4 Gambar 5 Emisi CO2 diperkirakan akan tumbuh dari 251 ke 331 GtCO 2 e antara tahun 2010 dan 2030 Proyeksi emisi 1, Juta ton CO 2 e 2 4 251 20 20 35 50 52 68 2010 1 Hanya terdiri dari emisi langsung tiap sektor SUMBER: Kurva Biaya Pengurangan GRK Indonesia 6 18 303 21 45 74 73 70 2020 9 16 331 20 22 56 58 61 Pertanian 76 2030 2 Emisi dari kehutanan dan kelapa sawit berdasarkan atas pendekatan emisi netto, yaitu termasuk penyerapan 11 Jasa Manufaktur BBM dan Pengolahan Konstruksi Pertambangan Kehutanan 2 Emisi tidak terdistribusi secara merata, di mana tiga kabupaten terbesar menyumbang lebih dari 50% emisi total Emisi bruto dari kabupatenkabupaten di Kalimantan Timur terbagi atas 5 sektor penindustrian utama MtCO 2 e 52 45 40 Kelapa Sawit 2 Sekto lain Pertambangan Minyak & Gas Kehutanan Pertanian Kelapa sawit 31 21 18 12 8 7 6 6 3 2 0 Porsi dalam emisi total Kalimantan Timur; Persen Kutai Kertanagara Kutai Barat Nunukan Kutai Timur Berau Bulungan Paser Bontang Malinau Panajam Paser Utara Samarinda Balikpapan Tana Tidung 20.5 18.2 16.4 12.9 8.5 7.3 4.8 3.2 2.8 2.6 1.4 0.8 0.5 0.1 Tarakan SUMBER : Kaltim Hijau, Wetlands International, Statistik Kalimantan Timur tahun 2009, DNPI Kurva Biaya Pengurangan GRK Indonesia

23 Arah pembangunan rendah emisi ini dihambat oleh fakta dimana 14 kabupaten Kalimantan Timur memiliki profil emisi dan ekonomi yang sangat berbeda, di mana tiga kabupaten menyumbang 55 persen total emisi CO2 provinsi. Kutai Kertanegara, Kutai Barat dan Nunukan menyumbang 55 persen emisi total provinsi, terutama karena pengeringan dan pembakaran lahan gambut seluas 800.000 ha yang terdapat di ketiga kabupaten tersebut, ditambah deforestasi tahunan sebesar 60.000 ha. Kotakota seperti Tarakan, Bontang, Samarinda, dan Balikpapan hanya berkontribusi atas 10 persen dari emisi total, namun perekonomian mereka sangat berbeda, di mana Bontang and Balikpapan merupakan pusat minyak dan gas utama, dan Samarinda dan Tarakan didominasi oleh sektor jasa (termasuk administrasi publik untuk kota Samarinda yang merupakan ibu kota provinsi). Baik Berau dan Malinau merupakan daerah besar, dan merupakan kabupatenkabupaten yang memiliki tutupan hutan yang besar. Malinau adalah bagian dari kawasan yang disebut Jantung Borneo/ Heart of Borneo, yang merupakan kawasan hutan lindung, sehingga emisinya hanya sepertiga emisi Berau walaupun areanya 30 persen lebih luas. Sama seperti itu, produk hutan nonkayu dan kehutanan berkontribusi atas 40 persen PDB Malinau, sedangkan sektor terbesar di Berau adalah batu bara dan pertambangan dengan kontribusi 40 persen atas PDB. Oleh karena itu, kebijakan tunggal untuk semua bagi pertumbuhan rendah karbon provinsi akan menjadi tidak praktis, mengingat begitu berbedanya realitas perekonomian dan emisi yang dihadapi kabupatenkabupaten di Kalimantan Timur. 2. Strategi pembangunan Kalimantan Timur yang berkelanjutan dan ramah lingkungan Kalimantan Timur berkomitmen untuk beralih ke jalur pembangunan berbasis perubahan iklim. Bagi provinsi yang sedang mengembangkan perekonomian seperti Kalimantan Timur, penduduknya tidak akan memilih opsi menurunkan emisi jika hal ini akan menahan pertumbuhan ekonominya, dan strategi ini dapat menghindari pilihan itu. Prinsip utama strategi pembangunan ini adalah baik pembangunan ekonomi dan mitigasi CO2 dapat dikuatkan secara bersama. Strategi pertumbuhan rendah karbon Kalimantan Timur menyatukan pertumbuhan dengan mitigasi perubahan iklim yang berpusat kepada: 1) menurunkan jejak karbon dari sektor ekonomi terkait, 2) beralih kepada kegiatankegiatan bernilai tambah lebih tinggi dan kegiatankegiatan rendah karbon baru, dan 3) bekerja untuk membuat ekonomi dan infrastruktur memiliki ketahanan terhadap perubahan iklim. Mencapai pembangunan yang selaras dengan iklim, memerlukan perubahan besar pada struktur perekonomian Kalimantan Timur, perencanaan penggunaan lahan, dan kebijakan pemerintah. Diperlukan pola pikir baru yang terfokus pada pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan jangka panjang di dalam pemerintahan, masyarakat bisnis, dan sektor nirlaba. Pada akhirnya perubahanperubahan ini akan memerlukan pembiayaan tambahan. Seperti yang disebutkan di atas, sasaran utama strategi pertumbuhan rendah karbon adalah untuk memastikan bahwa masyarakat Kalimantan Timur tidak mengurangi emisi dengan mengorbankan pertumbuhan ekonominya. Pembiayaan tambahan dibutuhkan untuk menanggung investasi besar saat transisi ke jalur pembangunan selaras iklim. Sebagian pembiayaan kemungkinan besar akan disediakan oleh pemerintah pusat, sebagian oleh badan donor internasional, dan sebagian lainnya langsung oleh sektor swasta karena perusahaan melihat peluang untuk menghasilkan keuntungan yang besar. Sampai tahun 2030, Kalimantan Timur dapat menurunkan jejak karbon dari perekonomiannya sampai 50 persen, dari skenario bisnis normal. Penurunan terutama ini dihasilkan oleh lima sektor utama: kelapa sawit, kehutanan, pertanian, tambang batu bara, dan minyak dan gas. Total 20 inisiatif pada sektorsektor tersebut dapat menurunkan emisi provinsi ini sebanyak 184 MtCO2 (penurunan tambahan sebesar 13,2 MtCO2e dapat dicapai dengan

24 Gambar 6 Pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan merupakan sebuah pendekatan holistik di mana pertumbuhan ekonomi, mitigasi CO2, dan adaptasi berjalan beriringan Kerangka kerja pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan Pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan Pertumbuhan ekonomi Mitigasi CO2 Faktor pendukung kelembagaan Adaptasi SUMBER: DNPI Tim pertumbuhan rendah karbon; analisis tim Elemen kunci Mitigasi CO2 Memperkirakan besar emisi saat ini dan mendatang Menilai potensi pengurangan teknis dan kelayakannya serta biaya implementasi tiap inisiatif mitigasi Pembangunan ekonomi Menganalisis kekuatan dan kelemahan daya saing Mengeksplorasi sumbersumber pertumbuhan baru (yang memberikan emisi rendah karbon ) Adaptasi Menganalisis ancamanancaman iklim saat ini dan masa depan Mengeksplorasi tindakantindakan adaptasi dan memperkirakan total biaya realisasi Faktorfaktor pendorong kelembagaan Mengembangkan strategi untuk faktorfaktor pendorong penting (mis. pemantauan dan evaluasi, perencanaan tata ruang, pelibatan masyarakat) Menghitung biaya total untuk merealisasikan peluangpeluang tersebut kegiatankegiatan yang berpusat kepada sektor lainnya seperti konstruksi) dengan biaya ratarata USD 2.0 hingga 3,1 per tco2e terkurangi. Hal ini mencerminkan penurunan sebesar 60 persen dari tingkat emisi, seperti yang diperkirakan dalam skenario bisnissepertibiasa tahun 2030. Lima inisiatif pengurangan menyumbang 75 persen dari keseluruhan potensi penurunan emisi CO2 di Kalimantan Timur. Kelima inisiatif ini memfokuskan pada efisiensi penggunaan lahan. Penurunan maksimum yang dapat dihasilkan inisiatifinisiatif ini adalah 135 MtCO2 hingga tahun 2030, walaupun sejumlah tantangan perlu diatasi terlebih dahulu untuk mencapai hasil tersebut. Seluruh inisiatif pengurangan yang diuraikan dalam Tabel 1 ini dibahas secara lebih rinci pada Bab 3, Strategi Sektor. Kalimantan Timur dapat meningkatkan PDB dari tingkat bisnis normal 3 persen per tahun menjadi 5 persen per tahun tanpa meningkatkan emisi, yaitu dengan bergerak menuju kegiatankegiatan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi dan mendorong sektorsektor intensif karbon. Kalimantan Timur mempunyai ekonomi yang relatif beragam, khususnya jika dibandingkan dengan provinsiprovinsi di luar rantai SumateraJawaBali yang padat penduduk. Namun demikian, dengan populasi hanya sekitar 2 juta jiwa, Kalimantan Timur hanya memiliki pasar local yang kecil. Sebagian dari sumber daya alamnya yang melimpah dikirim dalam bentuk bahan mentah ke Jawa, Sumatra dan luar negeri, ke tempat di mana bahan mentah tersebut diubah menjadi barangbarang bernilai tambah tinggi (mis. kayukayu batangan di kirim ke pabrik di Sumatra dan manufaktur perabotan di Jawa). Kalimantan Timur mempunyai peluang untuk menangkap lebih banyak pada sektor pengolahan hilir sehingga meningkatkan kontribusi PDB yang diperoleh provinsi dari sumber daya alamnya. Lima inisiatif ekonomi berikut ini dapat meningkatkan PDB hingga Rp 50 triliun pada tahun 2030, setara dengan Rp 10 juta per individu. Inisiatifinisiatif tersebut antara lain mengembangkan sumber coalbed methane yang baru, meningkatkan produktivitas

25 Dalam skenario BSB, emisi CO 2 akan mencapai 331 MT hingga tahun 2030, walaupun demikian, melalui jalur pertumbuhan berkelanjutan angka ini dapat diturunkan hingga 60 persen 61 70 76 Emisi bruto tidak memperhitungkan penyerapan dari hutan terkelola dan perkebunan kelapa sawit SUMBER: Analisis tim 56 20 16 11 22 331 184 60% Emisi setelah pengurangan Inisiatif utama 13 134 Pertanian Porsi emisi, Kelapa sawit Hutan dan Industri hutan pertambangan BBM & pengolahan Manufaktur Jasa Konstruksi Total persen 18.5 21.0 22.9 16.8 6.1 4.8 3.2 6.7 100 Bukan inisiatif utama Kalimantan Timur memiliki potensi untuk menurunkan emisi CO 2 hingga 184 MtCO 2 e sampai dengan tahun 2030 dengan biaya ratarata USD 2.00 3.10 per ton CO2 e terkurangi Estimasi biaya tinggi Estimasi biaya rendah Biaya penurunan 1 USD per tco 2 e Pembelian 50 kembali konsesi Reboisasi 40 kelapa sawit Meminimalisir Pertanian nil kebocoran pembakaran 30 28.5 metana 17.1 20 10.8 14.0 8.9 9.8 10 0.7 1.1 1.1 1.3 3.1 4.0 0 0.2 0.2 0.6 0.7 1.1 0 0 3.0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 10 6.4 Potensi penurunan 20 MtCO 2 e per tahun Gambar 7 Gambar 8 30 28.5 15.6 Rehabilitasi gambutkehutanan pembalakan dengan dampak yang telah dikurangi Lahan kritis kelapa sawit 1 Biaya kemasyarakatan dengan menggunakan diskon sebesar 4% 2. Lebar tiap batang mewakili volume penurunan potensial. Tinggi tiap batang mewakili biaya untuk merealisasikan tiap inisiatif penurunan SUMBER : Kurva Biaya Pengurangan GRK Indonesia

26 Gambar 9 Beralih ke kegiatankegiatan yang bernilai tambah lebih tinggi dan sektor rendah karbon dapat mempercepat pertumbuhan PDB riil Kalimantan Timur dari 3% ke 5% Tk Perkiraan PRB riil Kalimantan Timur Triliun rupiah 280 260 240 220 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 2005 SUMBER : analisis tim 10 15 20 25 2030 Strategi pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan Bisnis seperti biasa Pertumbuhan Per Tahun PDB per kapita tahun 2030 Juta rupiah sektorsektor yang kurang dimanfaatkan (khususnya hutan tanaman dan pertanian), dan mengembangkan kegiatankegiatan hilir seperti pabrik bubur kertas dan kertas dan pengolahan CPO. Tiap inisiatif diuraikan secara lebih rinci dalam bab tentang strategi sektor. Peningkatan pertumbuhan ini memerlukan penjagaan untuk memastikan bahwa hal tersebut tidak memicu sumber emisi lain. Contohnya, dengan meningkatkan produktivitas HTI dan konsesi kelapa sawit, dapat membuat HTI dan konsesi kelapa sawit lebih menarik bagi para investor dan dengan demikian mendorong pengembangan konsesikonsesi baru di lahanlahan hutan apabila langkahlangkah seperti REDD tidak tersedia untuk mencegah hal tersebut. Sama seperti di atas, mengembangkan kapasitas tambahan pemrosesan bubur kertas dan kertas tanpa terlebih dahulu memastikan pasokan akasia yang ramah lingkungan dapat mempercepat deforestasi, karena peningkatan kebutuhan kayu tebang yang tidak ramah lingkungan yang terjadi saat ini. Jaminan keuangan, tahapan yang tepat, dan perencanaan ruang yang bijaksana diperlukan untuk memastikan peralihan kepada pertumbuhan PDB berkelanjutan yang ramah lingkungan. 5% 3% 44.6 33.2 Meskipun PDB merupakan indikator yang penting dan nyata, PDB bukanlah satusatunya ukuran yang penting bagi masyarakat Kalimantan Timur. Slogan resmi kami yaitu Membangun Kalimantan Timur untuk Semua mengenali situasi di mana terlalu banyak hasil pemanfaatan sumber daya alam provinsi hanya menguntungkan beberapa perusahaan dan perorangan dan sebaliknya tidak menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat kebanyakan. Menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan pedesaan, dan mengurangi kesenjangan juga merupakan bagian penting dari strategi pembangunan berkelanjutan kami. Selain menurunkan emisi CO2e, kami memiliki sasaran lingkungan yang penting untuk menurunkan polusi, memelihara sumber daya alam, melindungi sektor perikanan, melindungi dan menjaga daerah aliran sungai untuk mengurangi banjir. Kalimantan Timur merupakan rumah bagi keanekaragaman penting yang ingin kami lindungi,

27 5 INISIATIF PENGURANGAN TERATAS 5 Inisiatif Pengurangan Teratas Kebijakan nir pembakaran Pembalakan dengan dampak yang telah dikurangi Pemanfaatan lahan kritis Rehabilitasi lahan gambut yang sudah dibuka Reboisasi Uraian Melarang pembakaran sebagai alat untuk mempersiapkan lahan, membentuk unit pemadam kebakaran, dan memastikan penindakan yang tegas dan hukuman yang berat atas pelanggaran sehingga dapat menurunkan emisi dari pembakaran gambut dan hutan Pembalakan dengan dampak yang telah dikurangi, misalkan jalur penyaradan (skidding), penggunaan derek, dan perencanaan panen dapat memindahkan kayu komersial namun tidak menimbulkan kerusakan yang besar pada biomasa non komersial. Hal ini dapat menurunkan emisi dari deforestasi secara signifikan. Kesatuan pengelolaan hutan diharuskan untuk mengawasi pembalakan, dengan komposisi 1 petugas hutan mengawasi 15.000 ha konsesi kayu alam. Pemanfaatan lahan kritis dalam perluasan lahan pada perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman dan pertanian dapat memungkinkan terjadinya ekspansi dengan emisi lebih rendah dengan menghindari deforestasi untuk konsesikonsesi baru Menurunkan emisi dari pembusukan gambut pada kawasankawasan pertanian dapat dicapai dengan menyesuaikan dan memelihara tinggi air pada tingkat yang tepat melalui sistem dam dan menerapkan praktikpraktik terbaik budidaya padi. Merehabilitasi lahan yang rusak sebagian dan melakukan reboisasi, akan memulihkan fungsi ekosistem dan juga menyerap karbon TABEL 2: 5 INISIATIF PDB TERATAS 5 inisiatif PDB teratas Mengembangkan dan memanfaatkan coalbed methane Membangun pabrik bubur kertas dan kertas yang berkapasitas 2,6 juta ton Memperbaiki pengelolaan hutan tanaman Mempercepat eksplorasi minyak dan gas Uraian Pengurangan MtCO2, Biaya USD per 2030 tco2 47 0.35 hingga 1.35 34 0.40 hingga 1.50 24 2.6 hingga 9.8 18 0.20 hingga 0.70 12 2.0 hingga 3.1 PDB, Tr. rupiah di tahun 2030 27.9 (10%) Mendukung pengembangan eksplorasi dan produksi cadangancadangan coalbed methane di Kalimantan Timur dan disalurkan ke Bontang LNG, jaringan gas dalam negeri atau fasilitas hilir tambahan. Membangun dua pabrik bubur kertas dan kertas terpadu yang berkapasitas 2,6 juta ton Mengaktifkan konsesi kayu seluas 600.000 ha yang saat ini tidak aktif supaya dapat mulai berproduksi. Memberikan insentif bagi investasi pada hutan tanaman yang ada yang berhasil meningkatkan hasil seperti di perkebunanperkebunan terbaik di Sumatra. Mendorong lebih banyak eksplorasi minyak dengan melobi regulator industri supaya dapat lebih ramah investor dan dengan memfasilitasi izin dan keamanan lokal 10.7 (5%) 4.9 (2%) 4.71 (2%) Tabel 1 Tabel 2 Meningkatkan produktivitas pertanian Mensubsidi petani inti dan menggunakan layanan penyuluhan untuk meningkatkan hasil hingga 20 persen sesuai dengan ratarata Indonesia 3.20 (1%)