PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR. Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar



dokumen-dokumen yang mirip
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

Panduan Pemeliharaan. Daftar Isi

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

PANDUAN PRAKTIKUM MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN (LUHT4443)

Untuk menjamin makanan aman

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

Panduan penggunamu. ZANKER TD4213

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH ASPAL

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

1. Setiap penggunaan alat dan laboratorium harus diketahui teknisi/laboran atas izin kepala lab atau penanggung jawab praktikum.

BAB III METODE PENELITIAN Lingkup Tempat Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro

LUKA BAKAR Halaman 1

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PELUMAT (BLENDER) DOMO

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

PENANGANAN SAMPEL KLB KERACUNAN PANGAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

Pertolongan Pertama. pada Keracunan Pestisida

FOMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Saya adalah mahasiswa Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas

Panduan Keselamatan dan Pengoperasian

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

PETUNJUK PERAWATAN TENSIMETER RAKSA (Sphigmomanometer Raksa) dan STETOSKOP

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN. variabel pada satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2011). Cara pengumpulan

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

LEMBAR DATA KESELAMATAN

Pengendalian infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

PEMASANGAN AKDR. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.03/MEN/1985 T E N T A N G KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEMAKAIAN ASBES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

Perkembangbiakan Tanaman

DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK

JE65 PERLINDUNGAN PENTING. Alat Pengambilan Sari / Ekstraktor Jus 2 Kecepatan

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

DM-ST (Bahasa Indonesia) Panduan Dealer. Tuas kontrol ganda ST-9001 ST-9000 ST-6800 ST-5800 ST-4700 ST-4703

LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011

Bagaimana Cara Melindungi Diri dari Menghirup Abu Vulkanik?

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

Lampiran 1. Daftar stan-stan yang ada di kantin SMP-SMA Karangturi. Jumlah stan di kantin SMP-SMA Karangturi Agustus 2008 Februari 2009:

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PELUMAT (BLENDER) DOMO

Panduan Identifikasi Pasien

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1406/MENKES/SK/XI/2002 TENTANG

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Sheedy (2006), klasifikasi ilmiah ikan Tenggiri yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

BAB VII PEMELIHARAAN RUTIN PADA LEMARI ES

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis

Register your product and get support at HP8699. Buku Petunjuk Pengguna

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama

BAB. Penghantar Panas

Kehidupan sehari-hari di rumah sangat bergantung pada pisau dapur. Pisau IKEA 365+ adalah pisau untuk penggunaan sehari-hari. Dengan kualitas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

PENGEMBANGAN PROSEDUR DAN LEMBAR KERJA

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja

LEMBAR DATA KESELAMATAN

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

Bahasa Indonesia JUICE EXTRACTOR MODEL NO : MJYZ-A550.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI PETUGAS No. Dokumen : No. Revisi : 00. Tanggal Terbit : Halaman : 1/2

AGAR OBAT MEMBERIKAN MANFAAT DAN KEAMANAN BAGI ANDA

Bahasa Indonesia BLENDER MODEL NO : MJYL-C051.

2017, No Pengujian Laboratoris; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

Transkripsi:

PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar Panduan ini dirancang untuk melengkapi Kit atau Alat Bantu Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar (Wildlife DNA Sampling Kit). Informasinya diperoleh dari TRACE Wildlife Forensics Network. DAFTAR ISI 1. Pengantar 2. Kesehatan dan Keselamatan 3. Kontaminasi 4. Kit atau Alat Bantu 5. Pengumpulan dan Penyimpanan Sampel 6. Pengiriman Sampel untuk Analisis Laboratorium 7. Kontak/Orang yang bisa dihubungi 1. PENGANTAR Petunjuk yang terdapat di dalam buku pegangan ini melengkapi Kit atau Alat Bantu untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar (Wildlife DNA Sampling Kit), dan haruslah diikuti dengan seksama saat sedang mempergunakan kit ini untuk pengumpulan sampel DNA dari suatu tempat kejadian perkara atau TKP. Para pengguna kit ini dianggap telah memiliki pemahaman yang memadai tentang cara-cara pengumpulan, pelabelan dan pendokumentasian kronologis atau urutan pelacakan barang bukti. Proses pengumpulan sampel DNA harus mengikuti prosedur yang ada secara ketat. Kapan kit ini dipergunakan Kit atau alat bantu ini dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan oleh petugas penegakan satwa liar. Analisis DNA dapat berguna untuk pengidentifikasian spesis, individu, jenis kelamin dan hubungan kedekatan hewan atau tumbuh-tumbuhan. Jika sampel DNA perlu diambil dari satwa yang masih hidup, maka sampelnya harus diambil oleh dokter hewan yang sudah berpengalaman. Mengingat barang bukti DNA mudah tercemar dan cepat terdegradasi atau rusak pada kondisi lingkungan, maka pengambilan sampel DNA perlu dilakukan sesegera mungkin setelah ditemukannya lokasi atau TKP (tempat kejadian perkara). 2. KESEHATAN & KESELAMATAN Perawatan dan perhatian yang seksama terhadap alasan atau pertimbangan kesehatan dan keselamatan harus diutamakan saat sedang mengumpulkan sampel. Sumber barang bukti DNA tertentu mungkin saja berbahaya untuk kesehatan. Prinsip kehati-hatian dijelaskan di bawah ini, namun ditekankan di sini bahwa tetap menjadi tanggung jawab para kolektor sampel sendiri untuk melakukan prinsip kehatianhatian saat sedang menggunakan kit ini. Dan juga harap diingat bahwa laboratorium forensik dapat menolak sampel-sampel yang diduga dapat menimbulkan risiko tertentu (yang tidak dapat diterima) bagi para staf mereka. Prinsip kehati-hatian terhadap kesehatan dan keselamatan Selalu mengenakan sarung tangan yang sudah tersedia di dalam kit ini saat memegang sampel Jangan makan, merokok, minum atau menyentuh bagian wajah saat sedang memegang sampel, atau sampai tangan anda telah dicuci. Hindari risiko terkena benda-benda tajam dengan memegangnya secara hati-hati dan menyimpannya pada wadah padat atau keras. 3. KONTAMINASI Kontaminasi sampel DNA merupakan masalah serius saat sedang mengumpulkan dan membawa barang bukti forensik. Meski masalah kontaminasi manusia sudah banyak dikurangi dalam hal

pengumpulan sampel DNA satwa liar, namun tetap perlu diperhatikan pencegahan kontaminasi yang berasal dari sumber biologis lain atau dari tiap permukaan yang bersentuhan dengan sampel barang bukti. Panduan berikut ini harus diikuti untuk mengurangi risiko kontaminasi tersebut: Peganglah sampel dengan hati-hati dan sesedikit mungkin Selalu catat dan simpan tiap-tiap sampel dalam wadah-wadah terpisah dan tersegel, meski terlihat seperti berasal dari sumber yang sama. Jika memungkinkan, gunakanlah alat-alat sekali pakai yang langsung dapat dibuang untuk pengumpulan bukti. Jika tidak, maka pastikanlah bahwa alat-alat tersebut telah disterilisasi sebelum digunakan. 4. PERALATAN Tiap-tiap barang terdapat di dalam kit ini dirancang hanya untuk sekali pakai. Jika segel pada barang tersebut rusak dan tidak diserahkan untuk dianalisis, maka buanglah dengan hati-hati. Tiap benda dalam kit ini dapat diperbanyak oleh pusat penyedia atau dari pabriknya. Isi: Barang Jumlah Kegunaan 1. Sarung tangan 1 pasang Pelindung tangan, mengurangi kontaminasi 2. Penjepit 1 pasang Pengumpulan sampel 3. Pisau bedah 1 Pengambilan sampel 4. Kain serap 6 Pengumpulan sampel (sampel basah dan noda ) 5. Air murni 1 tabung Untuk melembabkan kain serap sebelum pengumpulan noda 6. Kantung barang bukti 2 Penyimpanan sampel dan pengamanan 7. Tabung koleksi 2 Penyimpanan sampel 8. Kapsul silika 2 Pengeringan sampel dalam tabung koleksi 9. Pulpen permanen 1 Pelabelan 10. Buklet panduan 1 Informasi 5. PENGUMPULAN DAN PENYIMPANAN SAMPEL Jenis sampel: Sebelum mulai, tentukan jenis sampel apa yang akan diambil. Daftar berikut ini menunjukkan jenis sampel menurut urutan preferensi untuk pengambilan DNA. Kumpulkan jenis sampel terbaik yang ada. 1. Jaringan (lebih diutamakan ototnya) 2. Darah 3. Rambut 4. Air liur (yang diambil dari mulutnya) 5. Gigi 6. Tulang 7. Ludah (yang diambil dari lingkungan) 8. Tinja Prosedur pengumpulan: Tentukan apakah barang bukti dapat dipindahkan, disimpan dan dibawa agar integritas bukti dapat dipertahankan, kontaminasi dapat dihindari dan DNA tetap terlindungi. Jika memungkinkan, sampel sebaiknya dibekukan, karena itu peti es perlu dipertimbangkan. Sampel basah harus dibiarkan secara alami sebelum disimpan dalam tas atau kantong plastik penyimpanan barang bukti. Mintalah bantuan jika anda ragu bagaimana sebaiknya mengumpulkan dan menyimpan bukti DNA. Jika barang bukti dapat dipindahkan dengan aman : beri label, lindungi dengan benar dan bawa seluruh barang bukti tersebut ke laboratorium

Jika barang bukti tidak dapat dipindahkan dengan aman : bawa sampel DNA-nya sesuai petunjuk pengumpulan dan penyimpanan di bawah ini:

Sumber DNA Pengumpulan Sampel Penyimpanan 1. Jaringan Kenakan sarung tangan. Ambil satu potongan kecil jaringan segar (1 cm 3 ) dengan pisau bedah dan penjepit lalu masukkan ke dalam tabung koleksi. Tambahkan kapsul silika, rapatkan penutupnya lalu simpanlah tabung koleksi tersebut ke dalam tas atau kantong barang bukti. Tutup tasnya dan catat detail sampel menggunakan pulpen permanen. 2. Darah Kenakan sarung tangan. Gunakan kain serap untuk mengumpulkan darah. Untuk mengambil satu sampel yang valid perlu menggunakan 3 buah kain serap: Kain serap 1 = Kain Serap 2 = Kain Serap 3 = Kain Serap Sampel,, untuk mendapat kembali DNA target Kain Serap Pembentuk, untuk menguji Dna lingkungan Kain Serap Kontrol Kain Serap 1 Untuk darah basah, resapkan sejumlah kecil volume darah (1 atau 2 tetes) ke bagian atas kain serap. Untuk darah, basahi bagian atas kain dalam PBS (tabung jingga), lalu gosokkan kain serapnya pada darah yang. Jemur atau angin-anginkan kain serapnya, lalu pindahkan ke dalam tabung kain serap, tutup dan beri label. Kain serap 2 Ini adalah kain serap kontrol untuk mendapatkan kembali DNA yang ada pada bahan pembentuk, namun bukan pada darah. Basahi bagian atas kain serap dalam PBS dan seka kain serap itu dari darah, namun pada benda yang sama. Keringkan kain serapnya, lalu masukkan ke dalam tabung kain serap, tutup dan beri label. Kain serap 3 Ini adalah kain serap control untuk menguji ada tidaknya DNA kontaminan yang ada pada kain serap atau pada PBS. Basahi ujung kain serap pada PBS, kan, masukkan ke dalam tabung, tutup, dan beri label. 3. Rambut Kenakan sarung tangan, gunakan penjepit. Ambil/kumpulkan sebanyak 20 helai rambut dengan folikel (akar) rambut masih melekat. Pegang rambut pada ujungnya, bukan pada akarnya. Masukkan rambut ke dalam tabung koleksi, tambahkan kapsul silika, tekan penutupnya, masukkan tabung ke dalam tas barang bukti, tutup dan beri label. atau 4. Air liur (yang diserap dari mulut) Hewan hidup: kain serap mulut harus dilakukan oleh dokter hewan Hewan mati: jangan menggunakan kain serap mulut, sebaliknya cari atau dapatkan jaringan atau rambutnya. atau

5. Gigi Kenakan sarung tangan. Masukkan gigi ke dalam tabung koleksi, tambahkan kapsul silika, tekan penutupnya, masukkan tabungnya ke dalam tas barang bukti, tutup dan beri label. atau 6. Tulang Ikuti petunjuk pada bagian gigi atau 7. Air liur (yang Ikuti petunjuk pada bagian darah tidak diserap dari mulut 8. Tinja Kenakan sarung tangan, masukkan tinja ke dalam tabung koleksi, jangan isi lebih dari setengah. Lapisan permukaan mengandung DNA target, karenanya pastikan bahwa bagian luar dari tinja itu yang diambil sebagai sampel. Tambahkan kapsul silika, tekan penutupnya, masukkan tabung ke dalam tas atau kantong barang bukti, tutup dan beri label. 9. Muntah Kenakan sarung tangan. Masukkan sampel isi perut ke dalam tabung koleksi. Termasuk apa saja yang ada dalam muntahan, misalnya rambut, jaringan tubuh dan sebagainya. 6. PENGIRIMAN SAMPEL UNTUK ANALISIS LABORATORIUM Sebelum sampel dikirim, pastikan laboratorium penerima sudah dihubungi terlebih dahulu untuk membahas karakteristik sampel dan tujuan utama dari pengujian tersebut. Pengiriman sampel harus mengikuti petunjuk dari laboratorium, termasuk pemakaian formulir yang tepat. Daftar laboratorium yang menawarkan analisis DNA forensik sampel satwa liar di kawasan ASEAN terdapat pada situs ASEAN-WEN Wildlife Forensics Network: www.asean-wfn.org.