Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

dokumen-dokumen yang mirip
Cara uji kimia- Bagian 2: Penentuan kadar air pada produk perikanan

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan

Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan

Cara uji fisika - Bagian 1: Penentuan suhu pusat pada produk perikanan

Cara uji kimia - Bagian 4: Penentuan kadar protein dengan metode total nitrogen pada produk perikanan

Susu segar-bagian 1: Sapi

Cara uji fisika - Bagian 4: Pemeriksaan kemasan kaleng produk perikanan

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

Sosis ikan SNI 7755:2013

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Tuna dalam kemasan kaleng

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

Kulit masohi SNI 7941:2013

Cara uji kimia Bagian 5: Penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

Biji kakao AMANDEMEN 1

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji daktilitas aspal

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji fisika Bagian 7: Pengujian filth pada produk perikanan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja

Analisis kadar abu contoh batubara

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Cara uji penyulingan aspal cair

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Siomay ikan SNI 7756:2013

Cara uji sifat tahan lekang batu

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

Tuna loin segar Bagian 2: Persyaratan bahan baku

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Semen portland komposit

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Bambu lamina penggunaan umum

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Udang beku Bagian 1: Spesifikasi

Pupuk kalium klorida

Terasi udang SNI 2716:2016

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Es untuk penanganan ikan - Bagian 1: Spesifikasi

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Rambu evakuasi tsunami

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Pupuk SP-36 SNI

SNI Standar Nasional Indonesia. Gambir. Badan Standardisasi Nasional ICS

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Pupuk urea amonium fosfat

Pupuk dolomit SNI

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Air demineral SNI 6241:2015

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Cara uji geser langsung batu

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

Kertas dan karton - Cara uji daya serap air- Metode Cobb

Pupuk amonium klorida

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 3: Benih

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Air mineral alami SNI 6242:2015

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan ICS 67.050 Badan Standardisasi Nasional

Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun hardcopy tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221 5747043 Fax. +6221 5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Pengujian bobot tuntas produk beku... 1 4 Pengujian bobot tuntas daging rajungan dan kepiting beku... 2 5 Pengujian bobot tuntas udang dan ikan berlapis tepung beku... 3 6 Pengujian bobot tuntas produk kaleng... 4 7 Pelaporan... 4 8 Keamanan dan keselamatan kerja (K3)... 5 Bibliografi... 6 i

Prakata Dalam rangka memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan terhadap komoditas produk perikanan yang akan dipasarkan di dalam dan luar negeri, maka perlu disusun suatu Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dapat memenuhi jaminan tersebut. Standar ini merupakan revisi dari SNI 01-2372.2-2006, Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan dengan penambahan pengujian bobot tuntas daging rajungan dan kepiting beku, serta udang dan ikan berlapis tepung beku, yang disusun oleh Panitia Teknis Perikanan melalui rapat-rapat teknis, rapat prakonsensus dan rapat konsensus nasional pada tanggal 25 Mei 2009, dihadiri oleh wakil-wakil produsen, konsumen, asosiasi, lembaga penelitian, perguruan tinggi serta instansi terkait sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan mutu dan keamanan pangan. Berkaitan dengan penyusunan Standar Nasional Indonesia ini, maka aturan-aturan yang dijadikan dasar atau pedoman adalah: 1. Undang-Undang No.7 tahun 1996 tentang Pangan. 2. Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 3. Undang-Undang No.31 tahun 2004 tentang Perikanan. 4. Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. 5. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pencemaran Air. 6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. PERMEN 01/MEN/2007 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. 7. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. KEP. 06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke Wilayah Republik Indonesia. 8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. KEP. 01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi. 9. Data verifikasi metoda pengujian bobot tuntas produk beku. Laboratorium Organoleptik BBP2HP Jakarta. 2007. 10. Data verifikasi metoda pengujian bobot tuntas produk kaleng. Laboratorium Organoleptik BBP2HP Jakarta. 2007. 11. Data verifikasi metoda pengujian bobot tuntas daging rajungan dan kepiting beku. Laboratorium Organoleptik BBP2HP Jakarta. 2007. 12. Data verifikasi metoda pengujian bobot tuntas udang dan ikan berlapis tepung beku. Laboratorium Organoleptik BBP2HP Jakarta. 2007. Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 22 Maret 2010 sampai dengan 22 Mei 2010 dengan hasil akhir RASNI. ii

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan penentuan berat bersih (drained weight) produk beku dan kaleng pada produk perikanan. 2 Istilah dan definisi 2.1 bobot tuntas berat bersih suatu produk 2.2 produk perikanan ikan termasuk biota perairan lainnya yang ditangani dan atau diolah untuk dijadikan produk akhir yang berupa ikan segar, ikan beku dan olahan lainnya yang digunakan untuk konsumsi manusia 3 Pengujian bobot tuntas produk beku 3.1 Prinsip Penimbangan sebelum dan sesudah penirisan. 3.2 Peralatan a) Alat timbang dengan ketelitian ± 0,01 g; b) Saringan bundar No. 8 dengan ukuran mesh 0,093 7 inci (2,36 mm), diameter 8 inci (20 cm ); c) Saringan bundar No. 8 dengan ukuran mesh 0,093 7 inci (2,36 mm), diameter 12 inci (30 cm); d) Wadah. 3.3 Prosedur a) Timbang produk beku yang telah dibuka kemasannya, catat beratnya sebagai berat awal (A). b) Masukkan contoh kedalam wadah, semprot dengan air dingin secara perlahan sampai semua lapisan es mencair. c) Pindahkan contoh kedalam saringan bundar No. 8 berdiameter 8 inci (20 cm) untuk berat contoh 0,9 kg (2 lbs) dan berdiameter 12 inci (30 cm) untuk berat contoh > 0,9 kg (2 lbs). Tanpa memindahkan contoh, miringkan saringan dengan sudut 17-20 untuk mempercepat proses penirisan sampai tuntas. d) Timbang berat contoh setelah penirisan, catat beratnya sebagai berat akhir (B). 1 dari 6

3.4 Perhitungan B bobot tuntas = 100 % A Keterangan: A adalah berat awal B adalah berat akhir 4 Pengujian bobot tuntas daging rajungan dan kepiting beku 4.1 Prinsip Memisahkan daging rajungan/kepiting beku dari media air yang di tambahkan. 4.2 Peralatan a) Alat timbang dengan ketelitian ± 0,01 g; b) Saringan bundar No.8; c) Termometer dengan skala 0 C - 30 C; d) Wadah dengan ukuran 48 oz (1 440 ml) untuk kemasan 6 oz, 68 oz (1 920 ml) untuk kemasan 8 oz dan 1 gal (3 840 ml) untuk kemasan 1 lbs. CATATAN 1 oz = 28,35 g 4.3 Persiapan contoh Siapkan media air dalam wadah sebanyak 8 kali dari berat daging rajungan/kepiting beku yang akan di uji. 4.4 Prosedur kerja a) Timbang daging rajungan/kepiting beku tanpa membuka pembungkus, catat beratnya. Berat awal adalah berat contoh beku dikurangi berat pembungkus (A). b) Masukkan contoh kedalam wadah yang berisi air bersih sebanyak 8 x berat contoh. c) Diamkan contoh sampai semua lapisan es mencair. Lamanya pelelehan tergantung ukuran contoh. d) Buka pembungkus dan tuang contoh kedalam saringan no 8. Miringkan saringan untuk mempercepat penirisan sampai tuntas. e) Timbang berat contoh setelah penirisan, catat beratnya sebagai berat akhir (B). 4.5 Perhitungan B bobot tuntas = x 100 % A Keterangan : A adalah berat awal B adalah berat akhir 2 dari 6

5 Pengujian bobot tuntas udang dan ikan berlapis tepung beku 5.1 Prinsip Memisahkan daging/lumatan dari lapisan tepung. 5.2 Peralatan a) Alat timbang dengan ketelitian ± 0,01 g; b) Kertas tisu; c) Pinset; d) Spatula; e) Stop watch; f) Termometer dengan skala 0 C - 100 C; g) Wadah plastik; h) Water bath suhu (48 ± 1) C dan suhu (29 ± 1) C. 5.3 Prosedur a) Timbang udang/ikan berlapis tepung pada saat kondisi beku, catat beratnya sebagai berat awal (A). b) Celupkan contoh ke dalam water bath pada suhu (48 ± 1) C sampai lapisan lunak dan mudah lepas. c) Angkat contoh dan keringkan dengan kertas tisu untuk menyerap air berlebih, lakukan 7 detik. d) Pisahkan contoh dari lapisan tepung dengan mengunakan spatula, apabila sulit lakukan perendaman kedua kedalam water bath pada suhu (29 ± 1) C sampai semua lapisan lunak. e) Angkat contoh, keringkan dengan kertas tisu untuk menyerap air berlebih, lakukan 7 detik. Bila perlu, keringkan kembali contoh dengan kertas tisu berikutnya selama 7 detik untuk menyerap air berlebih. f) Pisahkan contoh dari lapisan tepung dengan mengunakan spatula, bila perlu ulang prosedur diatas dan gunakan pinset untuk memisahkan lapisan dari semua celah sampai semua lapisan terlepas dari daging. g) Timbang berat contoh setelah lapisan tepung dihilangkan, catat beratnya sebagai berat akhir (B). 5.4 Perhitungan B bobot tuntas = x100% A Keterangan : A adalah berat awal B adalah berat akhir 3 dari 6

6 Pengujian bobot tuntas produk kaleng 6.1 Prinsip Pengujian ini dilakukan dengan cara penimbangan sebelum dan sesudah penirisan. 6.2 Peralatan a) Alat timbang dengan ketelitian ± 0,01 g; b) Saringan bundar No. 8 dengan ukuran mesh 0,093 7 inci (2,36 mm), diameter 8 inci (20 cm ); c) Saringan bundar No. 8 dengan ukuran mesh 0,093 7 inci (2,36 mm), diameter 12 inci (30 cm); d) Wadah. 6.3 Prosedur a) Timbang produk kaleng tanpa membuka, catat beratnya. Berat awal adalah berat produk kaleng dikurangi berat kaleng (A). b) Tuang seluruh isi kaleng kedalam saringan bundar No. 8 berdiameter 8 inci (20 cm) untuk kemasan kaleng 3 lb (1,36 kg) dan berdiameter 12 inci (30 cm) untuk kemasan kaleng > 3 lb. c) Miringkan saringan pada sudut 17-20 untuk mempercepat proses penirisan sampai tuntas. d) Timbang produk kaleng setelah penirisan dan catat beratnya sebagai berat akhir (B). 6.4 Perhitungan B bobot tuntas = x100 % A Keterangan : A adalah berat awal B adalah berat akhir 7 Pelaporan Bobot tuntas dinyatakan dalam bentuk persen (%) dengan 2 angka dibelakang koma. Jika angka ketiga dibelakang koma kurang dari 5 (lima) maka pembulatan ke bawah, tapi lebih dari 5 (lima) pembulatan ke atas. CONTOH 80,454 dibulatkan menjadi 80,45 80,466 dibulatkan menjadi 80,47 Jika angka ketiga dibelakang koma 5 (lima) dan angka didepannya genap maka angka lima tersebut menjadi hilang, tetapi bila angka didepannya ganjil maka pembulatan akan naik. CONTOH 80,765 dibulatkan menjadi 80,76 80,475 dibulatkan menjadi 80,48 4 dari 6

8 Keamanan dan keselamatan kerja (K3) Untuk menjaga keamanan dan keselamatan kerja selama melakukan analisa pengujian bobot tuntas produk perikanan maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut, a) gunakan sarung tangan pada waktu membuka kaleng. b) cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan analisa. c) gunakan jas lab selama bekerja di laboratorium. 5 dari 6

Bibliografi Association of Official Analytical Chemistry, 1996. Official Methods of Analysis. 16 th edition, Chapter 42.1.01. Canned Vegetables: Drained weigth. Official Methods of Analysis of AOAC INTERNATIONAL. 2005 18 th edition. Chapter 35.1.09 Drained Weight of Frozen Crabmeat and chapter 35.1.03 Fish Flesh Content (FFC) in Frozen Coated Fish Products. 6 dari 6