Kinerja tungku biomassa

dokumen-dokumen yang mirip
Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji daktilitas aspal

Analisis kadar abu contoh batubara

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja

Kulit masohi SNI 7941:2013

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU

Cara uji penetrasi aspal

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Cara uji sifat tahan lekang batu

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Bambu lamina penggunaan umum

Journal of Technical Engineering: Piston, Vol. 1, No. 1, Hal , Pengaruh Dimensi Kompor Biomasa Terhadap Performansinya

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Semen portland komposit

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Rambu evakuasi tsunami

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

BAB I PENDAHULUAN. disegala aspek kehidupan manusia. Untuk itu pengaplikasian ilmu pengetahuan

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Cara uji geser langsung batu

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Kertas, karton dan pulp Cara uji kadar abu pada 525 o C

Bibit babi Bagian 4 : Hampshire

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

SPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO

Laju Pendidihan. Grafik kecepatan Pendidihan. M.Sumbu 18. M.Sumbu 24. Temperatur ( C) E.Sebaris 3 inch. E.Susun 3 inch. E.Sususn 2 inch.

TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMPOR BRIKET BIOMASS UNTUK LIMBAH KOPI

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Alat penyuling minyak atsiri - Bagian 1 : Sistem kukus Syarat mutu dan metode uji

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji kelarutan aspal

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

PENGEMBANGAN DISAIN TUNGKU BAHAN BAKAR KAYU RENDAH POLUSI DENGAN MENGGUNAKAN DINDING BETON SEMEN

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap individu untuk ikut serta di dalamnya, sehingga sumber daya

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

III. METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

Cara uji penyulingan aspal cair

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan

Kompor gas bahan bakar LPG satu tungku dengan sistem pemantik

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah

Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

Kertas dan karton - Cara uji daya serap air- Metode Cobb

Susu segar-bagian 1: Sapi

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat menengah ke bawah. Sebagai akibat kenaikan harga. Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Bahan Bakar Gas (BBG)

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU DENGAN CARA MENINGKATKAN LUAS AREA API SEKUNDER

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Spesifikasi. Secara Wajib. Kompor Gas. Usaha Mikro. Pemberlakuan.

Unit penghasil biogas dengan tangki pencerna (digester) tipe kubah tetap dari beton

Kinerja Kompor Gasifikasi Turbo Stove

PROGRAM TUNGKU SEHAT HEMAT ENERGI BIOMASSA (TSHE) INDONESIA

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

PEMANFAATAN BIOMASSA KERING (KAYU) SEBAGAI BAHAN BAKAR UNTUK MENGUJI KERJA PROTOTYPE KOMPOR BIOMASSA

Air demineral SNI 6241:2015

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

Biji kakao AMANDEMEN 1

Aditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Kinerja tungku biomassa ` ICS 27.190 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Tata cara pengujian tungku biomassa... 1 4 Hasil pengujian... 5 5 Persyaratan tambahan... 5 Bibliografi... 6 BSN 2013 i

Prakata Biomassa sebagai bahan bakar masih banyak digunakan untuk memasak di wilayah pedesaan, sehingga dipandang perlu mendorong penggunaan tungku yang lebih efisien dan menghasilkan polutan yang lebih rendah. Penyusunan SNI dilakukan dengan memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan bagi masyarakat pengguna tungku biomassa, serta memberikan kepastian kepada investor/produsen. Adapun tujuan penyusunan SNI ini adalah untuk mendorong pengembangan tungku biomassa yang lebih sehat dan hemat energi. Disamping itu, isu kemandirian energi melalui pemanfaatan sumber energi setempat dan isu lingkungan juga menjadi perhatian dalam penyusunan SNI ini. SNI ini disusun berdasarkan Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 8 tahun 2007 tentang Penulisan Standar Nasional Indonesia. SNI ini disusun oleh Panitia Teknis 27-04 Bioenergi melalui perumusan standar dan terakhir dibahas dalam Rapat Konsensus Panitia Teknis Bioenergi pada tanggal 3 Desember 2012 di Jakarta, yang dihadiri oleh anggota panitia teknis, perwakilan dari produsen, konsumen, pakar, pemerintah, dan pihak lain yang terkait. Standar ini juga telah melalui tahapan konsensus nasional, yaitu jajak pendapat pada 16 April 2013 sampai dengan 15 Juni 2013. BSN 2013 ii

1 Ruang lingkup Kinerja tungku biomassa Standar ini menetapkan persyaratan minimal kinerja, meliputi efisiensi pembakaran, efisiensi termal, derajat emisi karbon monoksida dan partikulat, dan aspek keselamatan dari tungku, serta tata-cara pengujiannya. 2 Istilah dan definisi 2.1 biomassa bahan organik yang berumur relatif muda dan berasal dari tumbuhan atau binatang 2.2 tungku biomassa peralatan masak yang memanfaatkan kalor hasil pembakaran biomassa di dalam ruang pembakarannya 2.3 efisiensi pembakaran besaran yang menyatakan tingkat kesempurnaan proses pembakaran yang ditandai oleh minimnya kandungan gas karbon monoksida di dalam gas hasil bakar. Efisiensi pembakaran dihitung dari konsentrasi karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO 2 ) di dalam gas hasil bakar 2.4 efisiensi termal perbandingan antara kalor yang diserap oleh bahan yang dimasak terhadap nilai kalor netto biomassa 2.5 particulate matter (PM 2,5 ) Partikel di dalam gas hasil bakar dengan ukuran maksimal 2,5 mikron 3 Tata cara pengujian tungku biomassa 3.1 Persyaratan bahan bakar 3.1.1 Spesifikasi bahan bakar yang digunakan untuk melakukan pengujian harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh produsen tungku biomassa. Apabila produsen tungku biomassa tidak menyatakan persyaratan tertentu, maka untuk keseragaman disarankan menggunakan kayu jati (Tectona grandis L.). 3.1.2 Kandungan air biomassa adalah pengurangan massa biomassa sebelum dan sesudah dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 o C hingga massanya konstan. 3.1.3 Nilai kalor bahan bakar ditentukan dengan menggunakan kalorimeter bom. BSN 2013 1 dari 6

3.2 Uji efisiensi pembakaran, efisiensi termal, dan emisi Uji efisiensi dan emisi tungku biomassa dapat dilakukan secara serempak. Diagram rangkaian peralatan untuk pengujian efisiensi tungku ditampilkan pada Gambar 1. Sungkup hisap yang menaungi sumber api harus ditempatkan sama dengan atau sedikit lebih dari satu meter di atas sumber api, agar nyala api tungku tidak terpengaruh oleh keberadaan sungkup hisap tersebut. Diameter sungkup hisap sedikitnya 1,5 meter, sedemikian sehingga gas hasil bakar dapat ditangkap seluruhnya oleh peralatan uji. Seluruh alat ukur/sensor dan pencatat data harus diaktifkan sejak penyalaan pertama tungku hingga pengujian selesai. 1 meter 3.2.1 Bahan dan alat Gambar 1 - Rangkaian peralatan untuk uji efisiensi dan emisi Bahan dan alat yang perlu dipersiapkan antara lain: 3.2.1.1 Bahan bakar biomassa sebagaimana diuraikan pada butir 3.1; 3.2.1.2 Air bertemperatur ruang; 3.2.1.3 Panci aluminium ; 3.2.1.4 Tungku biomassa; 3.2.1.5 Sungkup hisap penangkap emisi yang dihubungkan ke cerobong; 3.2.1.6 Timbangan digital dengan ketelitian 1 gram; 3.2.1.7 Termokopel tipe K; 3.2.1.8 CO-meter dengan metode diversive infrared; BSN 2013 2 dari 6

3.2.1.9 CO 2 -meter; 3.2.1.10 Penyaring ultrafine PM 2,5 ; 3.2.1.11 Pencatat data (sebaiknya secara otomatis dengan komputerisasi). 3.2.2 Prosedur pengujian 3.2.2.1 Letakkan tungku di atas timbangan di bawah sungkup hisap penangkap emisi. Catat massa tungku kosong, kemudian nol-kan bacaan timbangan. 3.2.2.2 Masukkan bahan bakar ke dalam tungku, catat massa bahan bakar awal, kemudian nol-kan bacaan timbangan. 3.2.2.3 Letakkan panci berisi air di atas tungku. Pasang termokopel ke dalam panci sehingga ujungnya menggantung sekitar 5 cm di atas dasar panci dan tidak menyentuh dinding panci, lalu tutuplah panci. Catat suhu air dan massa panci berisi air dan bertutup. 3.2.2.4 Nyalakan api. Catat waktu ketika api mulai hidup. Selama tungku dinyalakan, setiap satu menit catat massa yang terbaca di timbangan serta temperatur air. Penurunan massa yang terjadi menunjukkan konsumsi bahan bakar Δm k. 3.2.2.5 Bila suhu telah mencapai 65 o C, setiap satu menit, catat juga massa air yang menguap Δm a (selisih massa menit ke-n dengan massa awal panci berisi air dan bertutup) dengan cara mengangkat panci sesaat setiap menit ke-n. 3.2.2.6 Catat waktu ketika air mulai mendidih setiap menit sampai temperatur air turun tiga derajat dari titik didih. Hentikan pengujian. Titik didih tidak harus 100 o C, tetapi mengikuti formula: h 100 300 KETERANGAN: t D adalah titik didih ( o C) h adalah ketinggian lokasi dari permukaan laut (meter) t D CATATAN - Catat bahan mudah tersulut yang digunakan untuk memulai penyalaan tungku (misalnya minyak tanah, kayu kecil, kertas, dll). - Selama suhu air belum mencapai 65 o C, massa air yang menguap Δm a dapat diabaikan. - Bila tungku terbuat dari tanah, gerabah, atau material yang dipandang tebal, atau higrokopis, maka berat tungku kosong ditimbang (dianggap sebagai berat tungku akhir). 3.2.3 Pengukuran Particulate Matter (PM 2,5 ) Timbang sebuah penyaring bersih berukuran 2,5 mikron menggunakan timbangan mikro. Partikel PM 2,5 di dalam aliran gas sisa pembakaran akan tersaring oleh penyaring PM 2,5. Sesudah pengujian efisiensi selesai, timbang penyaring yang sudah menangkap PM 2,5 menggunakan timbangan mikro. Massa PM 2,5 adalah selisih massa penyaring sesudah dan sebelum dipakai untuk menangkap PM 2,5. Lihat Gambar 1. 3.2.4 Pengukuran emisi gas CO Amati dan catat angka yang ditunjukkan pada CO-meter dalam satuan ppm. Konversikan dan akumulasikan angka tersebut untuk mendapatkan massa total dalam satuan gram. COmeter memiliki rentang pengukuran 0 1 000 ppm dan ketelitian 1 ppm. Lihat Gambar 1. BSN 2013 3 dari 6

3.2.5 Pengukuran emisi gas CO 2 Amati dan catat angka yang ditunjukkan pada CO 2 -meter dalam satuan ppm. Konversikan dan akumulasikan angka tersebut untuk mendapatkan massa total dalam satuan gram. CO 2 - meter memiliki rentang pengukuran 0 5 000 ppm dan ketelitian 30 ppm. Lihat Gambar 1. 3.2.6 Lakukan seluruh langkah pengukuran PM, CO, CO 2 sesuai butir 4.2.3 sampai 4.2.5 sebanyak masing - masing tiga kali dan rata - ratakan hasil pengukurannya. 3.2.7 Perhitungan konsumsi spesifik bahan bakar Hitung konsumsi spesifik bahan bakar Sc dengan rumus: mk Sc t Keterangan : m k adalah massa bahan bakar yang telah dibakar/digunakan selama pengujian (kg) t adalah lama waktu pengujian (jam) 3.2.8 Perhitungan efisiensi pembakaran Hitung efisiensi pembakaran η C dengan rumus: N C 1 N Keterangan : N adalah fraksi massa dari masing-masing gas. 3.2.9 Perhitungan efisiensi termal Hitung efisiensi termal η T dengan rumus: CO CO 2 macp T mal T m LHV k Keterangan : m a adalah massa air (dalam kilogram); C p adalah 4180 J/( o C kg) adalah kalor jenis air; ΔT adalah selisih suhu akhir air terhadap suhu awal air; Δm a adalah massa air yang menguap; L adalah kalor penguapan air; Δm k adalah massa bahan bakar yang telah dibakar/digunakan; LHV adalah nilai kalor netto bahan bakar. Laju sesaat konsumsi bahan bakar ditentukan dari perubahan massa bahan bakar tiap satuan waktu, sedangkan laju rata-rata konsumsi bahan bakar ditentukan dari perubahan massa bahan bakar seluruhnya dibagi rentang waktu total. BSN 2013 4 dari 6

4 Hasil pengujian 4.1 Konsumsi spesifik bahan bakar Tungku dinyatakan lulus uji konsumsi spesifik bahan bakar sebesar bila nilai Sc sebesar maksimum 1 kg/jam. 4.2 Nilai efisiensi pembakaran Tungku dinyatakan lulus uji efisiensi pembakaran bila nilai η C minimal 0,96 atau rasio N(CO)/N(CO 2 ) maksimal 0,04. 4.3 Nilai efisiensi termal Tungku dinyatakan lulus uji efisiensi termal jika hasil uji efisiensi memenuhi nilai minimal 20%. 4.4 Nilai emisi CO Tungku biomassa dinyatakan lulus uji emisi CO bila emisi CO tak melebihi 67 g/kg bahan bakar terkonsumsi. 4.5 Nilai emisi PM 2,5 Tungku biomassa lulus uji emisi PM 2,5 mikron jika nilai emisi PM 2,5 tak lebih dari 1 500 mg/kg bahan bakar terkonsumsi. 5 Persyaratan tambahan 5.1 Daya Rentang daya tungku biomassa sebesar 2,5 5 kw atau setara dengan konsumsi 0,5 1 kg/jam bahan bakar biomassa dengan nilai kalor 18 MJ/kg (jika yang digunakan adalah kayu jati; lihat 4.1.1). 5.2 Syarat keamanan dalam penggunaan 5.2.1 Tungku tidak boleh ada sisi dan sudut/ujung yang tajam agar tidak membahayakan pengguna. 5.2.2 Pada sisi depan badan luar tungku biomassa diberi tulisan Awas panas! dan simbol bahaya api yang dapat dilihat dengan jelas pada jarak minimal satu meter. 5.2.3 Ketika digunakan, tungku beserta panci tidak terguling pada kemiringan sampai dengan 15 derajat. 5.2.4 Pada setiap tungku dilengkapi gagang pengangkat handel (pegangan) yang dilapisi penyekat panas sehingga pengguna dapat memindahkan tungku dengan mudah dan aman. 5.2.5 Setiap tungku biomassa dilengkapi dengan dokumen prosedur penggunaannya. CATATAN Syarat keamanan selengkapnya diuraikan di dalam dokumen Biomass Stove Safety Protocol yang dikembangkan di Iowa State University khusus untuk bahan bakar padat (http://www.pciaonline.org/files/stove-testing-safety-guidelines.pdf) BSN 2013 5 dari 6

Bibliografi Baldwin, S.F., Biomass Stoves: Engineering Design, Development, and Dissemination, Center for Energy and Environmental Studies: Princeton, NJ, 1986. Edwards, R.D., et al., Implications of changes in household stoves and fuel use in China. Energy Policy, 2004. FAO, Chinese Fuel-Saving Stoves: A Compendium, Regional Wood Energy Development Program (RWEDP): Bangkok, 1993. FAO, Indian Improved Cookstoves: A Compendium, Regional Wood Energy Development Program (RWEDP): Bangkok, 1993. FAO, Wood fuel surveys, UN Food and Agriculture Organization: Rome, 1983. http://www.aprovecho.org/lab/emissionsequip/iap-meter http://co2meters.com/documentation/datasheets/ds30-01%20-%20k30.pdf http://www.pciaonline.org/files/stove-testing-safety-guidelines.pdf ISO IWA 2012 Guideline for evaluating performance of cookstoves Kishore, V.V.N. and P.V. Ramana, Improved cookstoves in rural India: how improved are they?: A critique of the perceived benefits from the National Programme on Improved Chulhas (NPIC). Energy, 2002. Ministry of New and Renewable Energy, Government of India - National Biomass Cookstoves Initiative, New Delhi, 2009. Smith, K.R., et al., One Hundred Million Improved Cookstoves in China: How was it done? World Development, 1993. VITA, Testing The Efficiency Of Wood-Burning Cookstoves: Provisional International Standards. 1985, Volunteers in Technical Assistance: Arlington, 1985. World Bank, India: Household Energy, Indoor Air Pollution, and Health, World Bank Energy Sector Management Assistance Program (ESMAP): Washington DC, 2002. Zhang, J., et al., Greenhouse Gases and Other Airborne Pollutants from Household Stoves in China: A database for emission factors. Atmospheric Environment, 2000. Pemberton-Pigott, C, General Requirements for Stove Testing Laboratory, 2012 Pemberton-Pigott, C, The Development of National Stove Standards: Considerations for solid fuel stoves, 2012 US EPA CFR 40 Part 60 BSN 2013 6 dari 6