Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118



dokumen-dokumen yang mirip
INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya

BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO

BAHAN TANAMAN UNGGUL MENDUKUNG BIOINDUSTRI KAKAO

Jember, September Jl. PB Sudirman No. 90 Jember Indonesia, Phone: +62(0331)757130, Fax +62(0331) website :

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 212/Kpts/SR.120/5/2005 TENTANG

Komasti, Varietas Komposit Kopi Arabika Tahan Penyakit Karat Daun. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Metode Penentuan Warna Biji dalam Seleksi Klon Unggul Kakao Mulia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkebunan kakao merupakan kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan andalan

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP

II. TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 529/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Peluang dan Tantangan Perbenihan Kakao di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB Sudirman No.

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

INOVASI TEKNOLOGI PERAKITAN BAHAN TANAM KAKAO UNGGUL DI INDONESIA

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PERMASALAHAN DAN SOLUSI PENGENDALIAN HAMA PBK PADA PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI DESA SURO BALI KABUPATEN KEPAHIANG ABSTRAK PENDAHULUAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

PENGKAYAAN MATERI GENETIK A JAVA LIGHT BREAKING COCOA MELALUI KEGIATAN SELEKSI DAN EKSPLORASI PADA POPULASI KAKAO EDEL DI WILAYAH JAWA TIMUR

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

EFEKTIVITAS KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) TERHADAP TINGKAT SERANGAN PBK DI KABUPATEN KEPAHIANG PENDAHULUAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat

MAKALAH SEMINAR UMUM BUDIDAYA PERTANIAN. PEMULIAAN KETAHANAN KAKAO (Theobroma cocoa L.) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK

PENDAHULUAN Latar Belakang

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

FORMULIR DESKRIPSI VARIETAS BARU

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

Budi Daya Kakao pada Kebun Campur

Varietas Unggul Baru Mangga Merah DARI KP. cukurgondang

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama)

II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

DESKRIPSI VARIETAS BARU

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian C3 B1 C1 D2 A2 E2 B3 C2 E3 B2 D3 A1. Keterangan:

KACANG TUNGGAK

KACANG TUNGGAK

Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu. Reny Fauziah Oetami 1)

Heni Sulistyawati PR dan Lintje Hutahaean Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL. Oleh DR. M. Rahmad Suhartanto Dr. Sobir DR. M. Arif Nasution Heri Harti, SP

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000)

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya

ANCAMAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI WILAYAH JAWA TIMUR PADA BULAN AGUSTUS Oleh; Effendi WIbowo, SP dan Fitri Yuniarti, SP

KAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA KAKAO UNTUK MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI PROVINSI GORONTALO

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi

Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 450/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN TOMAT HIBRIDA GRESS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

LAMPIRAN. : seleksi persilangan galur introduksi 9837 dengan wilis

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi

Afrizon dan Herlena Bidi Astuti

KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG. Oleh: Erna Zahro in

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Transkripsi:

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia Agung Wahyu Susilo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Keberadaan hama penggerek buah kakao (PBK) sudah diketahui lebih dari satu abad lalu, namun belum ada bahan tanam kakao tahan PBK yang dianjurkan sebagai komponen pengendalian PBK. Melalui proses eksplorasi dan seleksi selama ±12 tahun akhirnya diperoleh 2 klon tahan PBK, yaitu KW 514 dan KW 570 yang dirilis dengan nama ICCRI 07 dan Sulawesi 03. Penemuan klon tahan PBK ini sebagai tonggak sejarah awal pengembangan bahan tanam kakao tahan PBK di Indonesia. Serangan hama penggerek buah kakao (PBK, Conopomorpha cramerella Snell) menyebabkan kerugian hasil kakao yang cukup besar di Indonesia dengan nilai kerugian yang ditaksir mencapai sekitar Rp3,69 triliun. Kondisi ini apabila tidak segera diatasi akan menganggu keberlanjutan produksi kakao nasional. Pada awal tahun 1980-an telah direkomendasikan metode rampasan buah untuk pengendalian PBK. Saat ini telah disusun standar operasional pelaksanaan (SOP) untuk pengendalian hama PBK secara terpadu, yaitu pemangkasan tajuk untuk perbaikan aerasi pertanaman, pemupukan, panen sering, sanitasi buah terserang ditambah dengan aplikasi beberapa komponen seperti semut hitam (Dolichoderus thoraxicus), bioinsektisida/insektisida, dan penyarungan buah. Meskipun demikian laju serangan PBK belum terkendali secara maksimal sehingga kerugian akibat PBK masih tinggi. Hal ini disebabkan sebagian besar petani belum dapat menerapkan metode tersebut secara terpadu. Berbagai kendala masih dihadapi petani dalam penerapan metode pengendalian terpadu tersebut, antara lain keterbatasan tenaga kerja dan biaya pengendalian. Meskipun masalah serangan PBK sudah diketahui lebih dari satu abad lalu namun hingga Buah dan biji kakao yang rusak akibat terserang PBK 1 <<

kini belum tersedia bahan tanam kakao tahan yang direkomendasikan untuk pengendalian PBK. Keberadaan bahan tanam tahan PBK merupakan alternatif teknologi pengendalian yang pemanfaatannya dapat diintegrasikan secara terpadu dengan komponen pengendalian lain. Pemanfaatan bahan tanam tahan terbukti efektif dan bersifat ramah lingkungan dalam pengendalian hama/ penyakit tanaman. Oleh karena itu penyediaan bahan tanam kakao tahan PBK menjadi prioritas dalam perakitan teknologi pengendalian PBK. Keberhasilan pemanfaatan bahan tanam tahan PBK diharapkan akan berdampak terhadap penurunan kehilangan hasil dan mengurangi biaya pengendalian PBK. Eksplorasi dan Seleksi Strategi mendapatkan bahan tanam kakao tahan PBK dilakukan melalui pendekatan eksplorasi dan seleksi genotipe tahan di daerah endemik serangan. Cara ini ditempuh dengan pertimbangan Eksplorasi Seleksi bahwa serangan PBK hanya terjadi di wilayah Asia- Pasifik, khususnya Indonesia sehingga tidak mungkin mendapatkan tanaman kakao tahan PBK melalui introduksi dari luar kawasan tersebut. Adanya keragaman genetik pada pertanaman kakao hibrida yang cukup luas berpeluang mendapatkan genotipe tahan PBK sebab rekombinasi genetik melalui persilangan antar tetua klonal memungkinkan terbentuknya genotipe tahan PBK. Pendekatan seleksi ini telah berhasil diterapkan untuk mendapatkan tanaman tahan penyakit VSD (vascular-streak dieback) di Papua Nugini. Eksplorasi genotipe kakao tahan PBK dilakukan di daerah sentra produksi kakao seperti wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa yang telah dimulai sejak awal tahun 2000. Melalui kegiatan eksplorasi di daerah endemik serangan diperoleh klon-klon harapan tahan PBK yang selanjutnya digunakan sebagai materi seleksi klon tahan PBK. Selanjutnya proses pemuliaan ketahanan PBK dilakukan melalui alur siklus seleksi berulang. Pada tahap awal proses eksplorasi dan seleksi klon tahan PBK telah diperoleh klon KW 514 dan KW 570 tahan PBK yang telah direkomendasikan sebagai bahan tanam anjuran bagi petani/pekebun kakao. Koleksi Plasma Nutfah Seleksi Klonal TAHAP II Klon Unggul Harapan Tahan PBK Bahan Tanam Unggul Klonal Tahan PBK Persilangan Seleksi Klonal & Populasi Hibrida Klon & Hibrida Unggul Harapan Tahan PBK TAHAP I Uji Multilokasi Bahan Tanam Unggul Hibrida Tahan PBK Keterangan: kotak dengan huruf miring (italic) adalah output proses kegiatan Siklus seleksi berulang yang dapat dilakukan untuk mendapatkan bahan tanam kakao tahan PBK >> 2

Asal Usul Materi Genetik Kedua klon tahan PBK tersebut, KW 514 dan KW 570, diperoleh dari daerah yang berbeda. Klon KW 514 berasal dari hasil seleksi pada populasi hibrida Upper Amazon Forastero di Sumatera Utara. Seleksi tahap awal ditemukan 16 pohon unggul yang diduga tahan PBK, kemudian hasil evaluasi selama dua tahun (2001-2003) di lapangan disimpulkan bahwa klon KW 514 menunjukkan sifat tahan PBK dan berdayahasil tinggi. Klon KW 570 diperoleh dari hasil seleksi pada populasi hibrida Forastero di Sulawesi. Melalui proses seleksi ini dilakukan awal tahun 2000 yang pada saat itu diperoleh 19 pohon unggul yang diduga tahan PBK. Proses evaluasi selama dua tahun (2004-2006) disimpulkan bahwa klon KW 570 menunjukkan sifat tahan PBK dan berdayahasil tinggi. Stabilitas Ketahanan PBK Upaya pembuktian keunggulan ketahanan PBK kedua klon harapan tersebut telah dilakukan melalui pengujian secara bersama-sama di daerah endemik serangan PBK. Pengujian bertujuan untuk mengetahui stabilitas keragaan dayahasil dan ketahanan PBK di lapangan pada kondisi serangan PBK secara alami. Selama kurun waktu tahun 2006-2011, pengujian dilaksanakan di wilayah Sulawesi Tengah dengan menyertakan 23 klon harapan lainnya. Setelah melalui proses pengamatan selama empat tahun masa tanaman berbuah diketahui bahwa klon KW 570 termasuk kelompok tahan PBK sedangkan klon KW 514 termasuk kelompok agak tahan, masing-masing menunjukkan rata-rata persentase biji lengket sebesar 37,43% dan 45,06%. Kedua klon tersebut masing-masing memiliki rerata KW 564 (SR) KW 516 (SR) KW 528 (SR) KW 525 (SR) Sulawesi 02 (SR) KW 215 (R) ICCRI 04 (R) KW 403 (R) KW 529 (R) KW 527 (R) KW 524 (R) KW 265 (R) Sulawesi 01 (R) KW 566 (MR) KW 422 (MR) KW 216 (MR) ICCRI 03 (MR) KW 571 (MR) KW 572 (MR) KW 165 (MR) KW 514 (MT) KW 396 (MT) KW 264 (MT) KW 397 (T) KW 570 (T) 0,35 0,85 0,99 0,29 0,38 0,89 0,91 0,6 0,63 0,65 0,69 0,72 0,88 0,32 1,2 1,38 0,68 0,95 0,93 0,73 1,08 0,54 1,4 0,59 0,95 1,17 0,65 0,7 0,37 0,77 0,45 1,05 1,75 1,64 2,31 1,8 1,64 1,8 1,89 2,09 2,25 1,95 1,67 2,77 2,8 3,09 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Tidak terserang PBK Terserang PBK Perbandingan tingkat produksi pada kondisi terserang PBK beberapa klon harapan kakao tahan PBK di Sulawesi Tengah (Susilo et al., 2012) 3 <<

produksi sebesar 1,67 dan kg/pohon lebih rendah dibandingkan klon-klon unggul yang dijadikan pembanding, seperti klon Sulawesi 01 dan Sulawesi 02 namun sebanding dengan klon unggul ICCRI 03 dan ICCRI 04. Meskipun demikian berdasarkan analisis perbandingan tingkat produksi pada kondisi terserang PBK, produksi klon KW 570 dan KW 514 memiliki tingkat produksi yang sebanding dengan klon Sulawesi 02, ICCRI 03, dan ICCRI 04. Analisis Ekonomi Guna mendukung keunggulan klon-klon tahan PBK tersebut dilakukan analisis usaha tani dengan beberapa asumsi kondisi pengelolaan PBK. Analisis dibuat sesuai kondisi pengelolaan perkebunan kakao di Jawa Timur. Pemanfaatan klon KW 570 dan KW 514 pada kondisi tidak ada pengendalian PBK menunjukkan nilai benefit cost ratio (B/C) yang lebih rendah dibandingkan klon Sulawesi 01 namun nilai B/C tersebut masih sebanding dengan pemanfaatan klon-klon unggul lainnya seperti Sulawesi 02 dan ICCRI 03. Artinya bahwa pemanfaatan klonklon tahan PBK tersebut untuk produksi kakao masih menguntungkan pada kondisi tidak ada pengendalian PBK dengan nilai keuntungan yang sebanding dengan pemanfaatan klon-klon unggul Sulawesi 02 dan ICCRI 03. Namun demikian melalui aplikasi beberapa opsi pengendalian PBK, keuntungan pemanfaatan klon-klon tahan PBK tersebut dapat ditingkatkan. Pelepasan sebagai Klon Anjuran Berdasarkan pertimbangan; (1) tingkat adopsi petani terhadap teknologi pengendalian hama/ penyakit secara umum masih rendah, (2) isu keamanan lingkungan, (3) efisiensi biaya produksi, dan (4) peningkatan diversitas genetik kakao guna meningkatkan ketahanan horizontal tanaman, maka klon KW 570 dan KW 514 dirilis sebagai klon anjuran untuk pengendalian PBK di Indonesia. Klon KW 514 dirilis dengan nama ICCRI 07 sedangkan klon KW 570 dirilis dengan nama Sulawesi 03. Penemuan kedua klon tahan PBK tersebut sebagai tonggak sejarah awal pengembangan bahan tanam kakao tahan PBK di Indonesia. Analisis usaha produksi kakao hingga TM4 menggunakan beberapa jenis klon kakao yang berbeda ketahanannya terhadap PBK (xrp1.000) Komponen Klon Sul-03 ICCRI 07 Sul-01 Sul-02 ICCRI 03 ICCRI 04 Tidak ada serangan PBK Biaya modal 58.502,0 58.502,0 58.502,0 58.502,0 58.502,0 58.502,0 Hasil 148.429,6 153.762,4 274.639,2 248.864,0 173.316,0 159.984,0 B/C 2,5 2,6 4,7 4,3 3,0 2,7 Tidak ada pengendalian PBK Biaya modal 58.502,0 58.502,0 58.502,0 58.502,0 58.502,0 58.502,0 Hasil 92.435,2 84.436,0 106.656,0 79.103,2 82.658,4 53.328,0 B/C 1,6 1,4 1,8 1,4 1,4 0,9 Pengendalian PBK (Kultur teknis + pestisida) Biaya modal 16.957,0 16.957,0 16.957,0 16.957,0 16.957,0 16.957,0 Hasil 117.632,7 115.632,9 182.248,4 155.495,6 123.454,3 101.323,2 B/C 1,9 1,922,9 2,5 2,0 1,6 Pengendalian PBK (kultur teknis + sarungisasi) Biaya modal 63.124,4 63.124,4 63.124,4 63.124,4 63.124,4 63.124,4 Hasil 137.230,7 139.897,1 241.042,6 214.911,8 155.184,5 138.652,8 B/C 2,2 2,2 3,8 3,4 2,5 2,2 >> 4

Penutup Penemuan klon kakao tahan PBK, ICCRI 07, dan Sulawesi 03, telah mengakhiri satu siklus seleksi genotipe kakao tahan PBK yang dilaksanakan selama ±12 tahun. Hasil ini selanjutnya akan digunakan sebagai tolok ukur dalam kegiatan perakitan bahan tanam kakao tahan PBK di Indonesia. Pemanfaatan klon-klon tersebut, selain sebagai pembanding sifat ketahanan PBK juga digunakan sebagai sumber gen ketahanan PBK yang memang masih terbatas ketersediaannya. Keberhasilan pemuliaan ketahanan PBK selanjutnya akan tergantung pada seberapa besar tingkat keragaman genetik yang dapat terbentuk melalui persilangan dengan memanfaatkan klon-klon tahan tersebut, manajemen proses seleksi, dan kesinambungan pendanaan untuk kegiatan pemuliaan. Keragaan Klon ICCRI 07 Ciri tanaman: vigor tumbuh sedang, tipe percabangan agak tegak. Buah: ukuran sedang, bentuk buah jorong (ellips), leher botol samar, ujung buah runcing, permukaan agak halus, alur dangkal, warna buah merah hati, warna alur merah hati (sama dengan kulit buah), warna buah masak oranye. Biji: bentuk jorong (ellips), permukaan pipih. Bunga: tangkai berwarna merah, antosianin pada sepala tampak sedang, staminode terbuka. Daun: tekstur bergelombang, ukuran besar, bentuk jorong (ellips), pangkal membulat, ujung runcing, warna flush merah muda. Sifat penting: dayahasil kg/phn, berat per biji kering 1,15 g, kadar lemak biji 45,67%. Keragaan Klon Sulawesi 03 Ciri tanaman: vigor tumbuh sedang, tipe percabangan tegak. Buah: ukuran sedang, bentuk buah jorong membulat (ellips), leher botol samar, ujung buah tumpul, permukaan agak kasar, alur dangkal, warna buah merah muda kecokelatan, warna alur agak merah (samar), warna buah masak kuning kemerahan. Biji: bentuk jorong (ellips), permukaan pipih. Bunga: tangkai berwarna merah, antosianin pada sepala tampak samar, staminode terbuka. Daun: tekstur bergelombang, ukuran sedang, bentuk oval, pangkal membulat, ujung meruncing pendek, warna flush merah tua. Sifat penting: dayahasil 1,67 kg/phn, kadar lemak biji 49,6-50,9%. 5 <<