Draft Tanggal 9 Januari 2013 PRINSIP DASAR PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERBANKAN INDONESIA



dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERUSAHAAN KONSULTAN AKTUARIA INDONESIA

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

KONSEP PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI DAN PIALANG REASURANSI INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

PEDOMAN UMUM GOOD CORPORATE GOVERNANCE PENDAHULUAN

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI INDONESIA

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia 2006 ini merupakan penyempurnaan dari Pedoman Umum GCG Indonesia tahun 2001.

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

Self Assessment GCG. Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

-1- LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

2 Dalam rangka penerapan tata kelola terintegrasi yang baik, Konglomerasi Keuangan perlu memiliki Pedoman Tata Kelola Terintegrasi dengan mengacu pada

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PT LIPPO CIKARANG Tbk. Piagam Dewan Komisaris

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI DESEMBER 2014

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT )

PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

PEDOMAN & TATA TERTIB KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

Kebijakan Tata Kelola Perusahaan

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

DAFTAR ISI. Daftar Isi

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

KATA PENGANTAR KOMISARIS UTAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Batang Tubuh Penjelasan Tanggapan TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

KOMITE NASIONAL KEBIJAKAN GOVERNANCE (KNKG) Corporate Governance Self Assessment Checklist

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.05/2018

PEDOMAN & TATA TERTIB SATUAN PENGAWASAN INTERNAL PT WIJAYA KARYA BETON Tbk

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Daftar Isi...

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT WIJAYA KARYA BETON Tbk

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL

PENILAIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BANK SYARIAH BUKOPIN SEMESTER I TAHUN 2014

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM

Transkripsi:

Draft Tanggal 9 Januari 2013 PRINSIP DASAR PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERBANKAN INDONESIA DITERBITKAN OLEH KOMITE NASIONAL KEBIJAKAN GOVERNANCE 2012 0

DAFTAR ISI I PENDAHULUAN 2 II ASAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE 3 III KOMITMEN PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE 4 IV STRUKTUR GOOD CORPORATE GOVERNANCE 5 A. Organ perusahaan bagi bank yang berkantor pusat di Indonesia 5 B. Organ Perusahaan bagi Bank yang berbentuk kantor cabang dari Bank yang berkantor pusat di luar negeri 6 C. Struktur Governance yang mendukung organ bank 7 D. Struktur governance dari sudut kebijakan bank dalam rangka melakukan usaha 7 V PROSES GOOD CORPORATE GOVERNANCE 8 VI GOOD CORPORATE GOVERNANCE OUTCOME 8 VII FAKTOR FAKTOR PENUNJANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERBANKAN 9 A. Bank sebagai Konglomerasi 9 B. Pemegang Saham 10 C. Pemangku Kepentingan 10 D. Benturan Kepentingan 12 E. Remunerasi 13 F. Pedoman Praktis Pelaksanaan GCG Pada Bank 13 TIM PENYUSUN PEDOMAN GCG 14 LEMBAGA PENDUKUNG TIM PENYUSUN PEDOMAN GCG 15 NARA SUMBER 16 1

PRINSIP DASAR PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERBANKAN INDONESIA I. PENDAHULUAN 1. Bank dan industri perbankan secara keseluruhan sebagai lembaga intermediasi sektor keuangan, memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Secara mikro, bank berfungsi menyalurkan dana dari nasabah yang memiliki kelebihan dana kepada pelaku usaha dan perorangan yang membutuhkan dana dalam rangka memperlancar usaha dari pihak pihak yang berkepentingan. Secara makro, industri perbankan berperan sebagai sumber pembiayaan bagi perkembangan perekonomian dan sebagai sarana dalam pelaksanaan kebijakan moneter. 2. Perkembangan industri perbankan Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang sangat pesat, baik dari sudut pertumbuhan aset, jenis produk yang ditawarkan antara lain sebagai akibat berkembangnya bank sebagai konglomerasi, maupun teknologi informasi yang digunakan. Perkembangan tersebut telah mengakibatkan persaingan antar bank menjadi semakin ketat. Kondisi ini akan terus berlangsung, bahkan akan semakin meningkat dengan akan terbentuknya masyarakat ekonomi ASEAN pada tahun 2015. 3. Sebagai respon dari pentingnya pelaksanaan GCG oleh masing masing bank, dalam BASEL III antara lain dilakukan perubahan kriteria kesehatan bank sehingga didalamnya termasuk pelaksanaan GCG. Hal ini juga telah direspon oleh pengatur dan pengawas bank di Indonesia dalam bentuk ketentuan tentang kesehatan bank. 4. Berdasarkan pertimbangan pertimbangan sebagaimana tercantum pada butir 1 sampai dengan butir 3 diatas, KNKG memandang perlu untuk menerbitkan Pedoman GCG Perbankan Indonesia tahun 2012 sebagai pengganti Pedoman GCG Perbankan Indonesia tahun 2004. 5. Pedoman ini disebut Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia, tetapi implementasinya hanya diperuntukkan bagi bank umum yang secara keseluruhan mempunyai pangsa pasar lebih dari 95 persen. 6. Sistematika Pedoman ini berbeda dengan sistematika pedoman yang dikeluarkan pada tahun 2004, terutama yang berkaitan dengan GCG sebagai sistem. Disamping itu best practices diperluas dan dicantumkan didalam pedoman ini sebagai faktor faktor penunjang pelaksanaan GCG Perbankan. 7. Pedoman disusun dalam dua versi yaitu : (i) Versi pendek yang memuat prinsip dasar; dan (ii) Versi panjang yang memuat baik prinsip dasar maupun pedoman pelaksanaan. 2

Pedoman dibawah ini merupakan versi pendek yang hanya memuat prinsip dasar yang harus menjadi pedoman bagi bank bank umum di Indonesia dalam menerapkan Good Corporate Governance. II. ASAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE Setiap Bank harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di seluruh jajaran bank. Asas GCG yang harus dipastikan pelaksanaanya meliputi transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, indepedensi serta kewajaran dan kesetaraan. Asas GCG diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) bank dengan memperhatikan kepentingan pemegang saham, nasabah serta pemangku kepentingan lainnya. A. TRANSPARANSI Transparansi (transparency) mengandung unsur pengungkapan (disclosure) dan penyediaan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan dan masyarakat. Transparansi diperlukan agar bank menjalankan bisnis secara objektif, profesional, dan melindungi kepentingan konsumen. B. AKUNTABILITAS Akuntabilitas (accountability) mengandung unsur kejelasan fungsi dalam organisasi dan cara mempertanggungjawabkannya. Bank sebagai lembaga dan pejabat yang memiliki kewenangan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan akuntabel. Untuk itu bank harus dikelola secara sehat, terukur dan professional dengan memperhatikan kepentingan pemegang saham, nasabah, dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. C. RESPONSIBILITAS Responsibilitas mengandung unsur kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan dan ketentuan internal bank serta tanggung jawab bank terhadap masyarakat dan lingkungan. Responsibilitas diperlukan agar dapat menjamin terpeliharanya kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai warga korporasi yang baik atau dikenal dengan good corporate citizen. D. INDEPENDENSI Independensi mengandung unsur kemandirian dari dominasi pihak lain dan objektifitas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dalam hubungan dengan asas independensi (independency), Bank harus dikelola secara independen agar masingmasing organ Perusahaan beserta seluruh jajaran dibawahnya tidak saling mendominasi 3

dan tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun yang dapat mempengaruhi obyektivitas dan profesionalisme dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. E. KEWAJARAN DAN KESETARAAN Kewajaran dan kesetaraan (fairness) mengandung unsur perlakuan yang adil dan kesempatan yang sama sesuai dengan proporsinya. Dalam melaksanakan kegiatannya, bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham, konsumen dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan dari masing masing pihak yang bersangkutan. III. KOMITMEN PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE Penerapan Good Corporate Governance secara konsekuen dan berkelanjutan hanya dapat dicapai apabila ada komitmen yang kuat dari organ perusahaan dan jajaran dibawahnya. Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh Bank dalam memastikan adanya komitmen adalah: 1. Bank harus memiliki rumusan visi dan misi yang jelas dan realistis. 2. Bank harus memiliki nilai nilai perusahaan yang menggambarkan sikap moral bank yang baik dalam pelaksanaan usahanya. 3. Bank harus memiliki pedoman tata kerja Dewan Komisaris dan tata kerja Direksi dalam menjalankan peran dan tugasnya. 4. Bank harus memiliki rumusan etika bisnis dan pedoman perilaku perusahaan yang penyusunannya dilakukan dengan melibatkan organ perusahaan dan jajaran dibawahnya. Etika bisnis dan pedoman perilaku harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan konsisten sehingga membentuk budaya perusahaan yang merupakan manifestasi dari nilai nilai perusahaan. 5. Bank dalam fungsinya sebagai lembaga intermediasi dan sebagai bagian dari dunia bisnis harus peduli dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. 6. Bank harus memiliki peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama yang dapat menjamin kepastian hak dan kewajiban para pihak sehingga dapat mendukung suasana kerja yang kondusif. 7. Bank harus memiliki whistle blowing system untuk memungkinkan diperolehnya laporan dan pengaduan serta saran dan kritik dari pegawai dan pemangku kepentingan lainnya. 4

IV. STRUKTUR GOOD CORPORATE GOVERNANCE Struktur governance bank meliputi struktur organ perusahaan dan kebijakan bank dalam rangka pelaksanaan usaha. Dalam struktur governance bank juga dimasukkan beberapa aspek penting yang berperan mendukung organ perusahaan yaitu pengendalian internal (internal control), manajemen risiko (risk management), sekretaris perusahaan (corporate secretary), dan ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku (compliance). Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh bank adalah sebagai berikut: A. Organ Perusahaan bagi bank yang berkantor pusat di Indonesia Struktur governance bank dari sudut organ perusahaan harus sesuai dengan bentuk hukum perusahaan di Indonesia. Sebagian besar bank di Indonesia memiliki bentuk hukum perseroan terbatas (PT). Oleh karena itu pembahasan struktur governance bank yang berkantor pusat di Indonesia dilakukan dengan mendasarkan pada organ perusahaan yang berbentuk PT. Organ perusahaan terdiri dari RUPS, Direksi dan Dewan Komisaris. 1. RUPS adalah organ perusahaan yang merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang undangan. 1.1. RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris. 1.2. RUPS dan atau pemegang saham tidak dapat melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang Dewan Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS untuk menjalankan haknya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang undangan, termasuk untuk melakukan penggantian atau pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan atau Direksi. 2. Kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia menganut sistim dua badan (twoboard system) yaitu direksi dan dewan komisaris yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing masing. Fungsi Direksi dan Dewan Komisaris diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan perundang undangan yang dikenal sebagai fiduciary responsibility. 2.1. Direksi menjalankan pengurusan untuk kepentingan bank dan sesuai dengan maksud dan tujuan bank. a. Direksi adalah organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial. Masing masing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan 5

wewenangnya, tetapi pelaksanaan tugas dari masing masing anggota Direksi akhirnya tetap merupakan tanggung jawab bersama. b. Kedudukan masing masing anggota Direksi, termasuk Direktur Utama adalah setara. Tugas Direktur Utama sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Direksi. 2.2. Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai bank maupun usaha bank, dan memberikan nasehat kepada Direksi. a. Dewan Komisaris adalah organ Perusahaan yang bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif. Dengan demikian keputusan Dewan Komisaris merupakan keputusan bersama dari Dewan Komisaris. Pembagian tugas diantara Dewan Komisaris bukan dimaksudkan untuk mengambil keputusan tetapi untuk memperdalam hal hal yang perlu diputuskan oleh Dewan Komisaris. b. Kedudukan masing masing anggota Dewan Komisaris, termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. 2.3. Hubungan kerja Dewan Komisaris dan Direksi adalah hubungan check and balances dengan prinsip bahwa kedua organ tersebut mempunyai kedudukan yang setara, namun keduanya mempunyai tugas untuk menjaga kelangsungan usaha bank dalam jangka panjang dan mempunyai tujuan akhir untuk kemajuan dan kesehatan bank. Oleh karena itu Dewan Komisaris dan Direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, nilai nilai perusahaan dan strategi bank. Dewan Komisaris dan Direksi juga harus menyetujui bersama rencana kerja jangka panjang, rencana kerja dan anggaran tahunan serta hal hal yang berkaitan dengan pelaksanaan ketentuan perundang undangan dan good corporate governance. B. Organ Perusahaan bagi bank yang berbentuk cabang dari bank yang berkantor pusat di luar negeri. Organ Perusahaan bagi bank yang berbentuk cabang dari bank yang berkantor pusat di luar negeri, mengikuti ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia termasuk ketentuan yang dikeluarkan oleh pengatur dan pengawas bank. 1. Bentuk hukum kantor cabang bank dari bank yang berkantor pusat di luar negeri mengikuti bentuk hukum kantor pusatnya. 2. Kantor cabang bank tersebut pada butir 2.1 memperoleh izin untuk melakukan usaha di Indonesia dari pengatur dan pengawas bank. 6

3. Sesuai dengan prinsip kelengkapan organ perusahaan di Indonesia yang menganut dua badan (two board system), maka kantor cabang harus dilengkapi dengan fungsi pengawasan yang terpisah dengan fungsi operasional. C. Struktur governance yang mendukung organ bank Struktur governance yang berkaitan dengan pengendalian internal (internal control), manajemen risiko (risk management), sekretaris perusahaan (corporate secretary), dan ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku (compliance) pada dasarnya merupakan bagian dari tugas Direksi atau tugas dari Pemimpin Cabang dari bank yang berkantor pusat diluar negeri. Namun demikian, karena keempat unsur governance tersebut mengandung interdependensi dan independensi terhadap seluruh struktur governance bank maka diperlukan pedoman yang lebih spesifik mengenai hal hal tersebut. 1. Pengendalian internal meliputi lima unsur utama yaitu Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian, Sistem Informasi dan Komunikasi, serta Pemantauan dan Evaluasi. 2. Manajemen risiko merupakan landasan paradigma dalam mengelola risiko yang merupakan bagian terpadu dari proses organisasi dan pengambilan keputusan yang secara khusus menangani ketidakpastian serta dilakukan secara dinamis, berulang, dan responsif terhadap perubahan. 3. Sekretaris perusahaan bertugas untuk menyampaikan hal hal yang terkait dengan kegiatan bank yang berhubungan dengan pihak ketiga termasuk pemegang saham (investor relation). 4. Kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku merupakan aspek yang sangat penting karena bank merupakan industri yang diatur secara ketat (highly regulated). Karena itu kepatuhan merupakan tanggung jawab dari organ perusahaan yang harus dapat diwujudkan menjadi budaya kepatuhan. D. Struktur Governance dari sudut Kebijakan Bank dalam rangka Melakukan Usaha Kebijakan bank dalam rangka melakukan usaha merupakan bagian dari struktur governance. Kebijakan tersebut dituangkan dalam 4 (empat) kelompok kebijakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pelaporan. Prinsip dasar untuk kebijakan bank dalam melakukan usaha adalah sebagai berikut: 1. Bank harus menyusun rencana jangka panjang (corporate plan) serta rencana kerja dan anggaran tahunan (business plan) sebagai panduan dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran bank yang tertuang dalam anggaran dasar serta strategi yang ditetapkan oleh Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris. Rencana jangka panjang serta rencana kerja dan anggaran tahunan tersebut juga merupakan panduan dalam mengukur keberhasilan bank bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. 2. Bank harus menyusun berbagai kebijakan usaha bank sesuai dengan jenis produk dan layanan yang dilakukan serta kebijakan pendukungnya. 7

3. Bank menyusun kebijakan pengawasan untuk memastikan bahwa rencana jangka panjang dan jangka pendek dapat dicapai. Pelaksanaan kebijakan dilakukan sesuai dengan prinsip kehati hatian dan pengendalian risiko bank. 4. Pelaksanaan rencana kerja, kebijakan bank dan pengawasan harus dilaporkan secara berkala kepada pihak pihak yang berkepentingan termasuk otoritas pengatur dan pengawas bank. V. PROSES GOOD CORPORATE GOVERNANCE Proses Governance merupakan cara atau mekanisme yang dilakukan oleh organ perusahaan dan jajaran dibawahnya dalam melakukan fungsi dan tugasnya untuk mewujudkan Komitmen dan Struktur Governance sehingga dapat dicapai Governance Outcome yang sesuai dengan asas good corporate governance. Prinsip dasar proses governance bank adalah sebagai berikut: 1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) harus diselenggarakan sesuai dengan waktu dan tata cara yang ditetapkan dalam peraturan perundang undangan, anggaran dasar serta komitmen dan struktur governance yang tercantum dalam Pedoman GCG Bank. 2. Fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris harus dilaksanakan atas dasar itikad baik, kehati hatian dan professional sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang undangan, anggaran dasar serta komitmen dan struktur governance yang tercantum dalam Pedoman GCG Bank. 3. Kegiatan usaha bank harus dilakukan sejalan dengan visi, misi, nilai nilai perusahaan dan strategi bank berdasarkan prinsip kehati hatian serta komitmen dan struktur governance yang tercantum dalam Pedoman GCG Bank. 4. Pengembangan sumber daya manusia dilakukan sesuai dengan kebutuhan pengembangan bank dan dilakukan berdasarkan merit system yang berbasis kompetensi dan integritas. 5. Tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan terintegrasi dengan strategi bank. 6. Pedoman GCG bank harus disosialisasikan kepada seluruh jajaran bank secara kontinyu. 7. Proses governance harus didokumentasikan dengan baik sehingga disamping sebagai alat pembuktian hukum, juga dapat menjadi bukti pelaksanaan GCG. VI. GOOD CORPORATE GOVERNANCE OUTCOME Governance outcome merupakan manifestasi dari pelaksanaan governance oleh bank yang dimulai dari governance commitment dan dilaksanakan melalui governance structure dan governance process secara terintegrasi. Sebagai implikasi dari governance outcome, bank mampu memelihara kesehatan dan kemajuan secara berkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan harapan dari pemangku kepentingan. Governance outcome 8

merupakan indikator capaian atas pelaksanaan kegiatan bank. Oleh karena itu governance outcome dapat dimanifestasikan dalam 8 (delapan) prinsip dasar yaitu kesinambungan usaha, efisiensi, kemanfaatan bagi masyarakat, ketaatan terhadap peraturan, perlindungan konsumen, pelestarian lingkungan, objektifitas self assessment, dan penilaian GCG dari pihak lain. Prinsip dasar yang harus diwujudkan untuk mencapai governance outcome bagi bank adalah sebagai berikut: 1. Bank mampu memelihara kesinambungan usaha sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan secara berkelanjutan. 2. Bank mampu mewujudkan efisiensi sebagai hasil dari kemampuan dan kapabilitas dalam mengelola bank. 3. Bank mampu memberikan manfaat melalui berbagai kegiatan dan pelayanan bagi masyarakat dan perekonomian nasional. 4. Bank senantiasa mentaati segala peraturan perundang undangan dan ketentuan internal bank sesuai dengan prinsip dasarnya sebagai lembaga kepercayaan. 5. Bank mampu melindungi kepentingan dan kebutuhan nasabah sebagai konsumen. 6. Bank mampu berperan aktif dalam menjaga dan meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan. 7. Bank mampu melakukan self assessement yang menghasilkan penilaian obyektif mengenai kondisi penerapan GCG di bank. 8. Bank memperoleh penilaian GCG yang baik dari otoritas pengatur dan pengawas bank dan penghargaan pelaksanaan GCG dari lembaga penilai GCG yang memiliki reputasi yang baik. VII. FAKTOR FAKTOR PENUNJANG PELAKSANAAN GCG PERBANKAN A. BANK SEBAGAI KONGLOMERASI Dengan terintegrasinya sistem keuangan, bank dapat berkembang menjadi konglomerasi, baik bank sebagai bagian dari konglomerasi maupun bank sebagai konglomerasi. 1. Bank sebagai bagian dari konglomerasi harus tetap berfungsi sebagai badan hukum yang independen sehingga organ perusahaan harus berfungsi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Disamping melalui RUPS, koordinasi dengan group dalam konglomerasi dapat dilakukan melalui penyusunan bersama strategi bisnis, corporate plan dan business plan serta evaluasi kinerja secara berkala. 2. Bank sebagai konglomerasi adalah bank yang memiliki anak perusahaan berupa bank lain dan atau lembaga keuangan lain. A.1. Sebagai pemegang saham, bank harus berpedoman pada fungsinya sebagai pemegang saham pengendali sesuai dengan prinsip dasar tersebut pada butir 1. A.2. Dalam hal bank memiliki saham pada anak perusahaan melebihi 50 persen, bank harus membuat laporan keuangan konsolidasian. 9

A.3. Bank harus memastikan bahwa pelaksanaan GCG pada anak perusahaan dilakukan sejalan dengan pelaksanaan GCG pada bank sehingga dapat dilakukan penilaian sendiri (self assessment) secara gabungan sebagai konglomerasi. A.4. Bank harus membuat laporan gabungan pelaksanaan GCG kepada pengatur dan pengawas bank dalam rangka penilaian kesehatan bank secara gabungan. C. PEMEGANG SAHAM Pemegang Saham adalah pemilik modal, oleh karenanya memiliki hak dan tanggung jawab atas bank sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundangundangan. Pemegang Saham harus menyadari bahwa dalam melaksanakan hak dan tanggung jawabnya, harus memperhatikan kelangsungan hidup bank. Komposisi pemegang saham pada suatu bank dapat mempengaruhi kualitas penerapan GCG pada bank yang bersangkutan. Komposisi pemegang saham yang dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan GCG tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Pemegang saham pengendali merupakan perusahaan induk (konglomerasi), pemerintah, atau pemerintah daerah. Dalam hal ini, kebijakan GCG secara group disusun oleh pemegang saham pengendali, tetapi bank harus tetap berfungsi sebagai badan hukum yang independen sehingga organ perusahaan harus berfungsi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Disamping melalui RUPS, koordinasi dengan pemegang saham pengendali dapat dilakukan melalui penyusunan bersama strategi bisnis, corporate plan dan business plan serta evaluasi kinerja secara berkala. Pemegang saham pengendali tidak diperkenankan intervensi dalam pelaksanaan operasional bank serta direksi dan komisaris harus menolak intervensi tersebut.. 2. Pemegang saham pengendali terdiri dari perorangan atau keluarga. Dalam hal ini, penyusunan kebijakan GCG dilakukan oleh bank. Disamping itu, pemegang saham pengendali tidak diperkenankan intervensi dalam pelaksanaan operasional bank serta direksi dan komisaris harus menolak intervensi tersebut. 3. Tidak terdapat pemegang saham pengendali yang signifikan untuk dapat mempengaruhi keputusan pemegang saham. Dalam hal ini, penyusunan kebijakan GCG dilakukan oleh bank. Disamping itu pemegang saham tidak diperkenankan melakukan praktek tirani minoritas. D. PEMANGKU KEPENTINGAN Pemangku kepentingan (selain pemegang saham), adalah para pihak yang peran dan kepentingannya baik langsung maupun tidak langsung terpengaruh dan atau mempengaruhi pelaksanaan GCG bank. Para pihak tersebut antara lain terdiri dari negara, pengatur dan pengawas bank, nasabah kreditur, nasabah debitur, nasabah lain, bank lain, mitra bisnis, profesi penunjang, asosiasi bank, asosiasi bankir, asosiasi lainnya dan pegawai bank. Agar hubungan antara bank dengan pemangku kepentingan berjalan dengan baik, perlu diperhatikan prinsip dasar sebagai berikut: 10

1. Terhadap negara, bank harus mentaati ketentuan perundang undangan dan hukum serta penyelenggara negara. Sementara itu, penyelenggara negara wajib menjamin proses pembentukan peraturan perundang undangan dan pelaksanaannya yang dapat menunjang pelaksanaan GCG. 2. Terhadap pengatur dan pengawas, bank berkewajiban untuk patuh terhadap ketentuan perundang undangan dan memelihara kesehatan bank dalam rangka melindungi kepentingan nasabah dan bermanfaat untuk perekonomian nasional. Sementara itu, pengatur dan pengawas wajib menjamin proses pembentukan peraturan perundang undangan yang menghasilkan ketentuan yang dapat menunjang pelaksanaan GCG serta mendorong penegakan pelaksanaan GCG pada bank. 3. Terhadap nasabah kreditur, bank berkewajiban untuk melindungi dan memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu, nasabah kreditur berkewajiban melakukan hubungan bisnis yang beretika dan mematuhi peraturan yang berlaku serta berpartisipasi dalam kontrol sosial secara obyektif terhadap pelaksanaan GCG di dalam bank. 4. Terhadap nasabah debitur, bank berkewajiban memelihara hubungan yang saling menguntungkan. Sementara itu, nasabah debitur berkewajiban melakukan hubungan bisnis yang beretika dan mematuhi peraturan yang berlaku serta berpartisipasi dalam kontrol sosial secara obyektif terhadap pelaksanaan GCG di dalam bank. 5. Terhadap nasabah lain, bank harus memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan nasabah yang bersangkutan. Sementara itu, nasabah lain berkewajiban melakukan hubungan bisnis yang beretika dan mematuhi peraturan yang berlaku serta berpartisipasi dalam kontrol sosial secara obyektif terhadap pelaksanaan GCG di dalam bank. 6. Terhadap bank lain, bank harus dapat menjaga persaingan secara sehat dengan tetap dimungkinkan melakukan kerjasama bisnis yang sesuai dengan prinsip GCG. 7. Terhadap mitra bisnis, bank harus bekerjasama untuk kepentingan kedua belah pihak atas dasar prinsip saling menguntungkan yang sesuai dengan prinsip GCG. Sementara itu, mitra bisnis berkewajiban melakukan hubungan bisnis yang beretika dan mematuhi hukum yang berlaku serta berpartisipasi dalam kontrol sosial secara objektif terhadap pelaksanaan GCG didalam bank. 8. Terhadap pegawai, bank harus menjamin tidak terjadinya diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, dan jenis kelamin (gender) serta terciptanya perlakuan yang adil dan jujur dalam mendorong perkembangan pegawai sesuai dengan potensi, kemampuan, pengalaman dan ketrampilan masing masing. Sementara itu, pegawai wajib melaksanakan tugasnya secara profesional dan bersungguh sungguh dengan integritas yang tinggi. 9. Terhadap profesi penunjang, bank dalam menggunakan jasanya harus secara objektif dan tidak melakukan intervensi yang dapat mengganggu profesionalisme dan etika profesi dalam melaksanakan tugasnya. 10. Terhadap asosiasi bank, bank wajib mengikuti ketentuan yang dikeluarkan dan memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh asosiasi. 11

11. Terhadap asosiasi bankir, bank wajib mendorong pejabatnya untuk menjadi anggota serta mentaati ketentuan dan kode etik yang dikeluarkan dan memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh asosiasi. 12. Terhadap asosiasi lainnya yang ada hubungan dengan bank yang bersangkutan, bank wajib mendorong pejabatnya untuk menjadi anggota serta mentaati ketentuan dan kode etik yang dikeluarkan dan memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh asosiasi. E. BENTURAN KEPENTINGAN Benturan kepentingan (conflict of interest) adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi Direktur dan Komisaris serta jajaran dibawahnya, pemegang saham atau pihak terafiliasi dari Direktur, Komisaris atau pemegang saham yang dapat merugikan bank. Oleh karena itu, benturan kepentingan dapat berpengaruh besar terhadap pelaksanaan kebijakan maupun pelaksanaan GCG pada bank. Untuk menghindari pengaruh negatif dari benturan kepentingan terhadap kebijakan dan pelaksanaan GCG, harus diperhatikan prinsip dasar sebagai berikut: 4.1. Faktor yang menimbulkan benturan kepentingan pada bank adalah hubungan antara anggota Dewan Komisaris, Direksi dan jajaran dibawahnya dengan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. 4.2. Benturan kepentingan dengan pihak pihak tersebut pada butir 4.1 dapat terjadi karena hubungan kekeluargaan, hubungan kepemilikan, hubungan keuangan, dan hubungan pertemanan. 4.3. Benturan kepentingan dapat menimbulkan kerugian bagi bank apabila terjadi penyalahgunaan dalam penyusunan kebijakan atau keputusan strategis, penerimaan baik langsung maupun tidak langsung dari pihak lain yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan, dan pemberian informasi yang menimbulkan informasi yang asimetris (asymetric information). 4.4. Pencegahan dan pengelolaan benturan kepentingan serta mitigasi risiko akibat transaksi benturan kepentingan meliputi pengungkapan segala hal yang dapat menimbulkan dan telah menimbulkan benturan kepentingan. Informasi mengenai benturan kepentingan dapat diperoleh melalui sistem pengaduan pelanggaran (whistleblowing system). 4.5. Untuk bank yang telah mencatatkan sahamnya di bursa, ketentuan yang berkaitan dengan benturan kepentingan mengikuti pula ketentuan yang dikeluarkan oleh pengatur dan pengawas pasar modal. 12

F. REMUNERASI Sistem Remunerasi Bank berkaitan erat dengan asas akuntabilitas serta kewajaran dan kesetaraan. Remunerasi terdiri dari gaji, bonus, tantiem, fasilitas natura, representasi, dan remunerasi berbasis saham. Oleh karena itu dalam menetapkan remunerasi bank harus memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut: 1. Besaran remunerasi harus memperhatikan long term value creation dan memperhatikan dampaknya terhadap industri. 2. Sistem remunerasi harus mampu merefleksikan kinerja dan risiko yang ditimbulkan baik secara korporat maupun individual serta cukup menarik untuk mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas. 3. Besaran remunerasi harus merefleksikan kewajaran dalam peer bank dan tidak harus diperbandingkan dengan industri lain. 4. Rentang remunerasi antar jenjang dalam struktur organisasi bank harus ditetapkan secara wajar. G. PEDOMAN PRAKTIS PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BANK Keberhasilan implementasi GCG pada bank dan industri perbankan ditentukan oleh prinsip dasar sebagai berikut: 1. Komitmen dari Organ Perusahaan dan seluruh jajaran dibawahnya yang dilandasi oleh itikad baik untuk menerapkan GCG secara sistematis, konsisten dan berkesinambungan. 2. Penciptaan sistem dan mekanisme implementasi GCG di semua lapisan secara sistematis, konsisten dan berkesinambungan untuk semua pihak dalam bank dan pemangku kepentingan. 3. Penyesuaian kebijakan dan peraturan internal bank dengan pedoman GCG pada masing masing bank. 4. Dukungan dari otoritas pengatur dan pengawas bank serta pemangku kepentingan. 5. Disclosure mengenai penerapan GCG dan kesesuaiannya dengan pedoman GCG perbankan yang dikeluarkan oleh KNKG. 13

Tim Penyusun Penyempurnaan Pedoman Good Governance Perbankan Komite Nasional Kebijakan Governance Ketua : Binhadi (KNKG) Wakil Ketua : Jos Luhukay (KNKG) Anggota : 1. Mas Achmad Daniri (KNKG) 2. Irwan Habsjah (KNKG) 3. Maulana Ibrahim (KNKG) 4. Yunus Husein (KNKG) 5. John Prasetio (KNKG) 6. Suwartini (KNKG) 7. Achiran Pandu Djajanto (KNKG/Kementerian BUMN) 8. Harry Susetyo Nugroho (Kementerian BUMN) 9. Teguh Supangkat (BI) 10. Pungky Purnomo Wibowo (BI) 11. Edi Setijawan (BI) 12. Nuraini Yuanita (BI) 13. Ona Retnesti Swamingrum (BAPEPAM LK) 14. Lasdini Purwanti (BAPEPAM LK) 15. Tjandra Nyata Kusuma (BAPEPAM LK) 16. Evie Sulistyani (BAPEPAM LK) 17. Bambang Eko Budi Prasetyo (BAPEPAM LK) 18. Himawan E. Subianto (PERBANAS) 19. Yonatan Hermanto (PERBANAS) 20. Junindar Sudrajat (PERBANAS) 21. Effendi Kurniawan (PERBANAS) 22. Priyo Prakoso (PERBANAS) 23. Enny Rantih Sofyan (PERBANAS) 24. Suroso (PERBANAS) 25. Lucyana Pandjaitan (Penyelaras) 26. Gendut Suprayitno (IICG/Penyelaras) 27. Hendy Fakhruddin (KNKG/Sekretariat) 28. Quatrin Lubis (KNKG/Sekretariat) 14

LEMBAGA PENDUKUNG TIM PENYUSUN PEDOMAN GCG PERBANKAN 1. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2. Bank Indonesia (BI) 3. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM LK) 4. Perhimpunan Bank Bank Umum Nasional (PERBANAS) 5. Kementerian BUMN 15

NARA SUMBER PEDOMAN GCG PERBANKAN 1. 2. 3. Agus Sugiarto Ahmad Sathori Amsal Chandra Appy Bank Indonesia BAPEPAM LK Bank Indonesia 4. 5. Anika Faisal Anis Baridwan PT. Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk. (BTPN) BAPEPAM LK 6. Basuki Purwadi BAPEPAM LK 7. Djustini Septiana BAPEPAM LK 8. Djagat Bimawan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 9. Etty Retno Wulandari BAPEPAM LK 10. 11. 12. Indah Budiana Irwan Lubis Isa Rahmatarwata PT. Bank CIMB Niaga Tbk. Bank Indonesia BAPEPAM LK 13. Jarot Eko Winarno PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 14. Lydia Wulan Tumbelaka PT. Bank CIMB Niaga Tbk. 15. Ogi Prastomiyono PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 16. Rachmad Setiawan Standard Chartered Bank 17. Sigit Pramono PERBANAS 18. Yeni Sugiharto PT. Bank DKI Tbk. 19. Zaenal Aripin PT. Bank BJB Tbk. 16