LAPORAN AKHIR. Peranan Inlrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian oaerah FOKUS BIDANG PRIORITAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TRANSPORTASI



dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seberapa besar keinginan masyarakat Indonesia untuk terbang? Kutipan

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keterbatasan dari daya saing produksi (supply side), serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN. dunia menghadapi fenomena sebaran penduduk yang tidak merata. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dan teralokasi ke tingkat daerah. Keseimbangan antardaerah terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Pesawat Polonia

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

d. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

ANALISIS ANGKUTAN KERETA API DAN IMPLIKASINYA PADA BUMN PERKERETAAPIAN INDONESIA

PENINJAUAN TINGKAT KEHANDALAN LINTAS KERETA API MEDAN - RANTAU PARAPAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berlaku walaupun terjadi secara berlanjut dalam

PENTINGNYA MASTER PLAN DALAM PROSES PEMBANGUNAN TERMINAL ANGKUTAN JALAN (STUDI KASUS: MASTER PLAN TERMINAL ULU DI KABUPATEN KEPULAUAN SITARO)

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

Transkripsi:

,,J RISTI::K ~-~ '\Sf~ LAPORAN AKHIR Peranan Inlrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian oaerah PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA TAHUN 2010 FOKUS BIDANG PRIORITAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TRANSPORTASI KOORDINATOR PENELITI ATIK S. KUSWATI KERJASAMAANTARA. KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DENGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN JAKARTA, NOVEMBER 2010

LEMBAR PENGESAHAN PERANAN INFRASTRUKTUR KERETA API TERHADAP PEREKONOMIAN DAERAH LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Klaster Judul Penelitian Nama Lembaga/Institusi Ala mat Nama Koordinator Peneliti Personalia Transportasi Darat Peranan Infrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian Daerah Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Kementerian Perhubungan Jl. Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat Dra. Atik 5. Kuswati, M.MTr 9 (Sembilan) orang Peneliti Biaya Kegiatan Rp. 250.000.000,- Tahun Pelaksanaan 2010 Kepala Badan Penelitian Dan Pengembangan...,-,..:::: :::..:::.::::.... Perhubungan, :~{ ~ T E,'?)'~ k'*' :'1,4,~-~ ~ frrt).. BAQAN ~ENCU l' I, of1 IJAI\ PENG[MBP.I' ;_' Jakarta, Nopember 2010 Koordinator Peneliti ~f-- Dra. ATIK S. KUSWATI, M.Mtr NIP. 19631208 199003 2 003

Peranan Infrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian Daerah RINGKASAN lnfrastruktur transportasi mempunyai peranan yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi. lnfrastruktur kereta api diharapkan dapat memberikan kontribusi yang tinggi dalam pembangunan daerah. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peranan infrastruktur kereta api dalam mendukung perekonomian suatu daerah yang sebagai tolok ukur adalah Product Domestic Regional Bruto (PDRB). Dengan menggunakan metode a dynamic spatial econometric model diharapkan dapat mengetahui seberapa besar pengaruhnya infrastruktur kereta api terhadap PDRB dan pengaruhnya dapat berbeda pada level nasional dan daerah. Berdasarkan pada teori makro ekonomi, variabel-variabel atau faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian suatu wilayah adalah kondisi dari infrastrukturnya. Dengan dukungan infrastruktur yang memadai maka akan menurunkan biaya transportasi dan dapat memperluas pangsa pasar bagi sebuah perusahaan. Dengan demikian pembangunan infrastruktur akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian suatu wilayah. Penelitian ini juga menghimpun persepsi masyarakat sekitar wilayah studi guna memperoleh informasi dampak pembangunan infrastruktur yang telah atau sedang dibangun. Pemodelan dalam melihat dampak pembangunan infrastruktur kereta api dengan pertumbuhan ekonomi daerah menggunakan data prasarana dan sarana kereta api diantaranya dengan menggunakan indikator aksesibilitas. Dalam penelitian ini aksesibilitas didefinisikan ke dalam 3 (tiga) variabel yaitu jumlah stasiun, jumlah lintas dan frekwensi lintas.

Peranan Infrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian Daerah Variabel dimaksud adalah variabel yang menjelaskan keterhubungan antar simpul dalam wilayah. Keterhubungan antar simpul yang ditunjukkan adalah seberapa banyak layanan rute antar simpul yang ada dalam wilayah atau antar wilayah tersebut. Dengan makin banyaknya layanan yang menghubungkan antar simpul dalam wilayah atau antar wilayah maka menggambarkan bahwa tingginya tingkat aksesibilitas wilayah terse but. Dalam satu daerah operasi atau divisi dapat melayani beberapa lintas atau koridor dan masing-masing koridor dapat memberikan layanan beberapa kali yang menunjukkan frekwensi layanan pada masing-masing lintas atau koridor. Pemodelan dalam melihat dampak pembangunan infrastruktur kereta api terhadap pertumbuhan ekonomi daerah menggunakan data prasarana dan sarana kereta api dengan indiator aksesibilitas. Dalam penelitian ini aksesibilitas didefinisikan ke dalam 3 (tiga) variabel yaitu jumlah stasiun dan Frequency of Connections yang terbagi menjadi jumlah lintas dan frekwensi lintas. Variabel jumlah dan frekwensi dimaksud adalah variabel yang menjelaskan keterhubungan antar simpul dalam wilayah. Keterhubungan antar simpul yang ditunjukkan adalah seberapa banyak layanan rute antar simpul yang ada dalam wilayah atau antar wilayah tersebut. Dengan makin banyaknya layanan yang menghubungkan antar simpul dalam wilayah atau antar wilayah maka menggambarkan tingginya tingkat ' aksesibilitas wilayah tersebut. Variabel kedua yang digunakan untuk mengukur aksesibilitas adalah travel time pada masing-masing lintas atau koridor di daerah operasi atau divisi. Travel time menunjukkan ketepatan dan keterlambatan layanan kereta api yang biasanya diukur dalam menit. ii

Selanjutnya yang menjadi indikator aksesibilitas adalah traffic volume atau dapat disebut sebagai kapasitas angkut. Kapasitas angkut untuk masingmasing wilayah tergantung pada jumlah rute perjalanan yang disediakan dan frekwensi dari masing-masing rute serta waktu. Variabel yang digunakan dalam melakukan pemodelan adalah pertumbuhan PDRB sebagai pendekatan terhadap pertumbuhan ekonomi yang merepresentasikan wilayah penelitian. Sedangkan variabel infrastruktur kereta api yang diduga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah jalan rei dan stasiun. Sebagai independent variabel adalah aksesibilitas yang diukur dengan jumlah lintasan dan frekwensi lintasan yang dilayani. Sehingga data jalan rei direpresentasikan dengan variabel jumlah lintasan dan frekwensi lintasan. Sedangkan untuk data stasiun tetap direpresentasikan dengan jumlah stasiun. Pemodelan yang dilakukan menggunakan sistem dinamik dengan menjadikan lag dependent variabel menjadi independent variabel. Secara keseluruhan hasil dari pemodelan menunjukkan hasil yang signifikan. R sq yang menjadi tolok ukur seberapa besar variabel independent mempengaruhi variabel dependent sebesar 91,2%. Dari uji normalitas, dapat disimpulkan bahwa model yang didapatkan valid dan dapat digunakan untuk melakukan peramalan atau perhitungan pengaruh dari infrastruktur kereta api terhadap pertumbuhan PDRB. Hasil pemodelan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya memberikan pengaruh yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi tahun ini. Sedangkan untuk variabel yang menjadi. ' indikator ketersediaan prasarana (infrastruktur) adalah jumlah lintas atau rute pelayanan, frekwensi lintas atau rute pelayanan dan jumlah stasiun. Hasil analisis model menunjukkan bahwa dengan penambahan jumlah lintas atau rute pelayanan maka akan menaikkan pertumbuhan PDRB sebesar 0.069%, sedangkan dengan penambahan frekwensi lintas atau rute pelayanan akan menaikkan pertumbuhan PDRB sebesar 0.005%. iii

Peranan Infrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian Daerah Hasil pemodelan yang menunjukkan variabel positif untuk mempengaruhi pertumbuhan PDRB adalah jumlah lintas atau rute pelayanan dan frekwensi lintas atau rute pelayanan. Kedua variabel ini menjabarkan kapasitas lintas. Kapasitas lintas mempunyai korelasi yang kuat dengan ketersediaan prasarana jalan rei. Saat ini pertumbuhan panjang jalan rei yang cenderung konstan bahkan dalam pengoperasiannya mengalami penurunan dengan banyaknya jalur kereta api yang tidak berfungsi atau jalur mati mengakibatkan beban kapasitas lintas menjadi semakin tinggi. Guna meningkatkan peran kereta api dalam kontribusinya terhadap pertumbuhan PDRB diperlukan peningkatan kapasitas lintas melalui peningkatan kapasitas jalan rei. Beberapa upaya prioritas yang dapat dilakukan seperti: 1. Peningkatan kapasitas jalan rei yang dapat dilakukan melalui penggantian jenis rei dari R.24/36 menjadi R.54, mengganti bantalan rei dari kayu menjadi bantalan beton. 2. Pembangunan double track atau double double track untuk jalur-jalur tertentu yang mempunyai pergerakan tinggi baik untuk angkutan penumpang maupun barang. 3. Pengembangan jalan rei baru terutama di kawasan yang mempunyai potensi pergerakan dalam jumlah besar. Misalnya pembangunan jalan rei di kawasan perkotaan yang ditujukan untuk angkutan penumpang. 4. Pembangunan jalan rei di wilayah industri atau perkebunan untuk angkutan barang. Banyak produk pertambangan, pertanian, perkebunan dan hasil industri yang saat ini memerlukan angkutan kereta api, dikarenakan kapasitas jalan yang ada. sudah mengalami kemacetan dan tidak lagi dapat menampung pertumbuhan volume lalu lintas angkutan barang di jalur ekonomi strategis. 5. Revitalisasi stasiun yang bertujuan untuk menghidupkan kembali stasiun-stasiun potensiaf yang akan memicu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan adanya aktivitas baru akibat revitalisasi stasiun. iv

Peranan Infrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian Daerah Dengan peningkatan kapasitas lintas tersebut akan menaikkan produksi angkutan kereta api dalam kilometer penumpang dan kilometer ton barang. Kenaikan produktivitas angkutan kereta api untuk angkutan penumpang dan barang memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan PDRB. Berdasarkan hasil pemodelan, d~pat dilakukan beberapa simulasi untuk meningkatkan peran transportasi kereta api terutama pembangunan infrastruktur terhadap perekonomian daerah. Dengan pembangunan infrastruktur kereta api dalam hal ini jalan rei dan prasarana pendukung jalan lainnya sepeti bantalan, ballas dan lain-lain, maka akan meningkatkan kapasitas lintas dan frekwensi lintas. Dengan melalui simulasi kenaikan jumlah lintasan, maka dapat diketahui dampak positif terhadap kenaikan pertumbuhan PDRB. Kenaikan 1 menunjukkan kondisi saat ini, dari total jumlah lintasan yang ada saat ini dapat mempengaruhi kenaikan PDRB sebesar 0,069%. Jika total jumlah lintasan yang ada saat ini dinaikkan 1,1 kali maka dapat mempengaruhi pertumbuhan PDRB sampai dengan 0,076% dan seterusnya. Variabel lain yang mempengaruhi kenaikan pertumbuhan PDRB adalah frekwensi lintas. Hasil perhitungan kenaikan frekwensi lintas dan pengaruhnya terhadap kenaikan pertumbuhan PDRB dapat dijelaskan bahwa kondisi saat ini dengan total frekwensi lintas 321 dapat menyumbang pertumbuhan PDRB sampai dengan 0,005%. Pengaruh frekwensi lintas terhadap pertumbuhan PDRB tersebut dapat terus meningkat jika jumlah frekwensi lintas dinaikkan. v

Peranan Infrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian Daerah KATA PENGANTAR Laporan Akhir (Final Report) disusun sebagai salah satu hasil dalam rangka penelitian Peran lnfrastruktur Transportasi Perkeretaapian Terhadap Perekonomian Daerah. Secara umum laporan ini sudah mengakomodir keseluruhan dari maksud dan tujuan penelitian, yang disusun dalam enam bagian pelaporan yaitu : (1) pendahuluan, (2) tinjauan pustaka dan landasan teori, (3) tujuan dan manfaat, (4) metodologi penelitian, (5) hasil dan pembahasan serta (6) kesimpulan. Selanjutnya masukan, tanggapan dan saran dari semua pihak kami harapkan dan semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan peran transportasi perkeretaapian yang memenuhi harapan masyarakat. Jakarta, November 2010 vi

Peranan Infrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian Daerah DAFTARISI Ringkasan......... Kata Pengantar...................................................................................... Daftar lsi................................................................................................ vi vii Daftar Tabel...:...... ix. Daftar Gam bar....................................................................................... Bab I Pendahuluan......................................................................... 1-1 A. Latar Belakang...... 1-1 B. Perumusan Masalah... 1-4 C. Ruang Lingkup Penelitian...... 1-4 D. Hasil yang Diharapkan... 1-5 Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori... 11-1 A. Peraturan Perundang-undangan... 11-1 B. lnfrastruktur Transportasi dan Pertumbuhan Ekonomi... 11-12 C. Model Regresi dengan Lagged Dependent Variables... 11-19 BAB Ill Tujuan dan Manfaat......... 111-1 xi Bab IV Metodologi Penelitian............................................................. IV-1 A. Pol a Pikir Penelitian... IV-1 B. Alur Pikir................................. IV-6 C. Model Analisis...... IV-7 D. Rancangan Penelitian... IV-11 BabV Hasil dan Pembahasan...:...:... V-1 A. Gambaran Wilayah Penelitian... V-1 1. DKI Jakarta... V-2 2. Bandung... :... V-6 3. Surabaya......... V-11 4. Palembang.......................... V-16 vii

B. Penyelenggaraan Perkeretaapian di Indonesia... V-20 C. Jaringan Pelayanan dan Program Pengembangan Angkutan Kereta Api... V-27 D. Kondisi Prasarana dan Sarana Kereta Api Saat lni... V-28 E. Analisis Data Primer........... V-40 1. Karakteristik Responden... V-40 2. Persepsi Responden Terhadap Dampak Penyediaan lnfrastruktur Kereta Api............... V-45 3. Persepsi dan Harapan Responden Terhadap Penyediaan Layanan Transportasi Kereta Api... V-48 F. Anal isis Data Sekunder... V-50 G. Pemodelan................................... V-54 H. Simulasi Hasil Pemodelan........... V-62 Bab VI Kesimpulan............................................................................ Vl-1 Daftar Pustaka....................................................................................... Vl-7 iii

Peranan Infrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian Daerah DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Tabel 5.1. Jenis Data yang Digunakan........................................................ IV-12 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Provinsi DKI Jakarta................................................................................ V-2 Tabel 5.2. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku di DKI Jakarta.................................. V-3 Tabel 5.3. PDRB per Kapita dan Perubahan PDRB per Kapita Tahun 2004-2008 di DKI... V-4 Tabel 5.4. Realisasi Angkutan Penumpang DAOP I Jakarta 2004-2008... V-6 Tabel 5.5. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat... V-8 Tabel5.6. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur... V-13 Tabel 5.7. Realisasi Angkutan Penumpang DAOP VIII Surabaya 2004-2008.................................................................................. V-14 Tabel 5.8. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2008 (dalam persen)... V-17 Tabel 5.9. Jumlah Penumpang Diangkut Tahun 2006 s.d. Tahun 2009 (dalam juta)...... V-21 Tabel 5.1 0. Jumlah Barang Diangkut tahun 2006 s.d. Tahun 2009 (dalam ribu Ton)... V-21 Tabel 5.11. Kereta Kelas Ekonomi................................................................ V-23 Tabel 5.12. Kereta Kelas Non Ekonomi......................................................... V-24 Tabel 5.13. Persinyalan................................................................................. V-26 Tabel 5.14. Panjang Jalan Rei Berdasarkan Tipe (Km)... V-29 ' Tabel 5.15. Jumlah Statiun Kereta Api Menu rut Kelas Tahun 2009................ V-30 Tabel 5.16. Kondisi Prasarana Kereta Api di Indonesia Tahun 2009.............. V-31 Tabel 5.17. Peningkatan Jalan KA di Jawa dan Sumatera............................ V-36 Tabel 5.18. Pengadaan Saran a Kereta Api.................................................... V-38 Tabel 5.19. Peningkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Kereta Api Tahun 2005-2009.................................................................. V-39 ix

Peranan Infrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian Daerah Tabel 5.20. Dampak Pembangunan lnfrastruktur Kereta Api Terhadap Pendapatan dan Biaya Hid up... V-46 Tabel 5.21. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan lnfrastruktur Kereta Api... V-4 7 Tabel 5.22. Dampak Pembangunan lnfrastruktur Kereta Api Terhadap Lapangan Pekerjaan dan Pembangunan Wilayah... V-48 Tabel 5.23 Persepsi Responden Terhadap Layanan Transportasi Kereta Api... V-49 Tabel 5.24. Harapan Responden Terhadap Layanan Transportasi Kereta Api Saat ini... V-49 Tabel 5.25. Frequency of Connection Untuk Masing-Masing Wilayah......... V-51 Tabel 5.26. Rata-rata Ketepatan KA Penumpang dan Barang (Menit)..... V-51 Tabel 5.27. Rata-rata Keterlambatan KA Peumpang dan Barang (Menit)...... V-52 Tabel 5.28. Kapasitas Angkut Penumpang dan Barang Transportasi Kereta Api Tahun 2009... V-53 Tabel 5.29. Realisasi Produksi Jasa Angkutan Penumpang dan Barang Transportasi Kereta Api Tahun 2009... V-53 Tabel5.30. Laju Pertumbuhan PDRB 11 Provinsi di lndonesiaatas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (persen).................. V-54 Tabel 5.31. Hasil Pemodelan lnfrastruktur Kereta Api dengan Pertumbuhan Ekonomi... V-55 Tabel 5.32 Panjang Jalan Rei...... V-60 Tabel 5.33. Pengaruh Kenaikan Jumlah Lintasan Terhadap Pertumbuhan PDRB............... V-63 Tabel 5.34. Pengaruh Kenaikan Frekuensi Lintasan Terhadap Pertumbuhan PDRB.......................................... V-64 X

Peranan Infrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian Daerah DAFTAR GAMBAR Gam bar 2.1. Hubungan lnfrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi......... 11-17 Gam bar 4.1. Gam bar 4.2. Pol a Pikir Penelitian.............................................. IV-5 Alur Pikir Penelitian................................................................. IV-8 Gam bar 4.3. Model Anal isis.................................................. IV-1 0 Gam bar 5.1. Peta Jaringan Layanan Kereta Api di Pulau Jawa........... V-22 Gam bar 5.2. Jaringan Kereta Api di Pulau Jawa............................... V-32 Gam bar 5.3. Jaringan Kereta Api di Divisi Regional I Sumatera Utara........ V-32 Gam bar 5.4. Jaringan Kereta Api di Divisi Regional II Sumatera Barat......... V-33 Gam bar 5.5. Jaringan Kereta Api di Divisi Regional Ill Sumatera Selatan... V-33 Gam bar 5.6. Stasiun Cikampek dan Stasiun Cirebon............... V-34 Gambar 5.7. Pembangunan Jalur Ganda KA Lintas Utara............. V-34 Gam bar 5.8. Pembangunan Jalur Ganda KA antara Yogyakarta-Kutoarjo... V-35 Gambar 5.9. Pembangunan Jalur Ganda antara Patuguran-Purwokerto...... V-35 Gambar 5.10. Konstruksi Jembatan KA dari Baja................................. V-36 Gam bar 5.11. Tampak De pan dan Dalam Stasiun KA Tanjung Priok........... V-37 Gambar 5.12. Peningkatan Jalan KAAncoi-Tanjung Priok....................... V-37 Gam bar 5.13. Kereta Ekonomi (K3)...................... V-38 Gambar 5.14. Kereta Rei Listrik (KRL)............................. V-38 Gam bar 5.15. Karakteristik Usia Responden..................... V-40 Gam bar 5.16. Karakteristik Jenis Kelamin Responden....................... V-41 Gam bar 5.17. Karakteristik Pendidikan Responden........................... V-42 Gam bar 5.18. Karakteristik Penghasilan Responden....................... V-42 ' Gambar 5.19. Karakteristik Pekerjaan Responden......................... V-43 Gam bar 5.20. Karakteristik Maksud Perjalanan Responden............. V-44 Gambar 5.21. Histogram Distribusi Standard Error Hasil Pemodelan........ V-56 Gam bar 5.22. Normal Plot dan standard Error Regresi................... V-57 Gambar 5.23. Produktivitas Penumpang Kilometer (dalam jutaan pnp)........ V-61 Gambar 5.24. Produktivitas Barang Kilometer (dalam jutaan ton kilometer)... V-62 xi

I[D.lCJDG UDJUlOUO)[CJ.lCJd ddpdi[.lcjj..!dv D1CJ.lCJ)[.11TJ)fn,IJSD.JjU[ UDUD.lCJd

~~nnnlmt19~ ~~6B

BAll PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, menjadikan adanya tuntutan terhadap pembangunan infrastruktur yang memadai. Dalam proses pembangunan di Indonesia saat ini, pembangunan infrastuktur terutama yang memberikan kontribusi terhadap perekonomian merupakan agenda yang menjadi prioritas bagi pemerintah. Pemerintah dalam hal ini Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) merancang konsep RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2005-2024 yang dibagi dalam 4 tahap. Tahap pertama adalah dari tahun 2005-2009 yang dalam skala prioritas pembangunan infrastruktur adalah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan iklim yang lebih kondusif, termasuk membaiknya infrastruktur dan percepatan pembangunan infrastruktur yang didorong melalui peningkatan peran swasta dengan meletakkan dasar-dasar kebijakan dan regulasi serta reformasi dan restrukturisasi kelembagaan. Saat ini telah memasuki RPJMN tahap kedua (2010-2014) yaitu percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha, diantaranya prioritas pembangunan infrastruktur transportasi. Pemerint~h." berorientasi dalam percepatan pembangunan infrastruktur guna mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dicapai melalui terjaminnya ketersediaan infrastruktur dasar untuk mendukung peningkatan kesejahteraan dan menjamin kelancaran distribusi barang, jasa dan informasi untuk meningkatkan daya saing produk nasional. 1-

Peranan Infrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian Daerah lnfrastuktur mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian suatu daerah dengan memberikan dampak secara langsung dan tidak langsung. Dampak langsungnya adalah output (PDRB atau Product Domestic Regiona I Bruto yang dijadikan sebagai alat ukur) akan mengalami kenaikan jika infrastruktur dibangun. Sedangkan dampak tidak langsung adalah dengan pembangunan infrastruktur berarti te~adi pembentukan modal dan jumlah pekerja. kenaikan pada lnfrastruktur transportasi merupakan salah satu infrastruktur kunci dalam mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan suatu daerah. lnfrastruktur transportasi akan memberikan banyak manfaat pada suatu daerah dalam mengakses kegiatan perekonomian yang dapat memberikan keuntungan dengan adanya proses integrasi dengan daerah lain yang lebih maju. Selain itu infrasruktur transportasi juga sebagai faktor multiplier effects, yang akan mendorong pertumbuhan pada sektor-sektor lain. Sehingga akan berakibat pada pertumbuhan perekonomian bagi suatu daerah. lnfrastruktur di sektor transportasi meliputi infrastruktur: 1) transportasi jalan yaitu jalan, jembatan dan terminal; 2) transportasi kereta api yaitu jalan rei dan stasiun; 3) transportasi sungai, danau dan penyeberangan yaitu dermaga dan jumlah lintasan; 4) transportasi laut yaitu pelabuhan dan jumlah alur pelayaran; dan 5) transportasi udara yaitu jumlah bandara dan banyaknya landasan pacu (runway). Namun yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah transportasi kereta api. Hal ini dikarenakan transportasi kereta api merupakan salah satu -alat transportasi yang mempunyai banyak keunggulan dibandingkan moda lain namun peranannya sampai dengan saat ini masih kurang optimal.

Fungsi transportasi secara umum merupakan urat nadi perekonomian negara yang menghubungkan berbagai kepentingan dari dua titik yang berbeda (asal-tujuan), sehingga terjadi suatu kegiatan yang berkesinambungan dalam menciptakan keseimbangan permintaan dan pemenuhan kebutuhan (demand and supply). Moda angkutan kereta api hingga saat ini masih merupakan andalan masyarakat pada umumnya, mengingat karakteristik yang dimiliki angkutan kereta api lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan moda angkutan darat lainnya. Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh moda angkutan kereta api antara lain: 1. Merupakan angkutan yang bersifat massal, hemat energi dan ramah lingkungan. 2. Keamanan dan keandalan sarana dan prasarana, lebih menjamin terselenggaranya angkutan massal, sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna jasa. 3. Kegiatan keberangkatan dan sampai tujuan relatif tepat waktu karena diatur berdasarkan jadwal yang pasti. 4. Angkutan yang hemat lahan. 5. Adaptif terhadap perkembangan teknologi dan dapat langsung ke pusat kota. 6. Mampu mengakomodasi berbagai kebutuhan masyarakat, berdasarkan kelas kemampuan dan kepentingannya. Meskipun demikian kereta api belum menjadi angkutan yang mendominasi perjalanan baik penumpang maupun barang di Indonesia. Transportasi jalan yang masih mendominasi perjalanan orang dan barang dengan rasio sebesar 85,04% dan untuk transportasi kereta api hanya mempunyai rasio sebesar 6,32% terhadap jenis transportasi lainnya khusus untuk angkutan penumpang. 1-3

Peranan Infrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian Daerah Sedangkan untuk angkutan barang, rasio transportasi jalan lebih besar yaitu 91,24% dan angkutan kereta api hanya 0,63% 1. Adapun kondisi umum infrastruktur Indonesia untuk jalan kereta api berada pada peringkat 58 dari 134 negara pada tahun 2008. Peringkat daya saing infrastruktur kereta api Indonesia masih berada di atas negara Gina, Filipina, Vietnam, Brasil dan Argentina. Namun berada di bawah negara Malaysia, Thailand dan Korea 2. B. PERUMUSAN MASALAH lnfrastruktur kereta api merupakan salah satu faktor pendukung dan pendorong perekonomian suatu daerah. Namun demikian saat ini kinerja infrastruktur perkeretaapian masih rendah dan adanya inefisiensi penyediaan infrastruktur. Pada penelitian ini akan dilihat seberapa besar peran infrastuktur kereta api terhadap perekonomian suatu daerah. C. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian meliputi: 1. Melakukan pengumpulan data infrastruktur transportasi KA secara historis; 2. lnventarisasi data operasional kereta api; 3. lnventarisasi data perekonomian per daerah; 4. Membuat pemodelan hubungan keterkaitan antara infrastruktur transportasi KA dengan perekonomian daerah; 5. Melakukan analisis dari model yang dibangun; 1 Berdasarkan data Asal Tujuan Transportasi Nasional Tahun 2006 2 Paparan Konsep Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bappenas, 2009

6. Membuat simulasi terhadap model dengan asumsi adanya pembangunan infrastruktur KA ke depan; 7. Menyusun rekomendasi terhadap kebijakan pembangunan infrastruktur transportasi KA ke depan. D. HASIL YANG DIHARAPKAN Melalui penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan gambaran kondisi infrastruktur kereta api dan sarana serta fasilitas pendukungnya di Indonesia dan peranannya dalam mendorong perekonomian daerah. Sehingga dapat memberikan rekomendasi perencanaan pembangunan infrastruktur transportasi KA ke depan untuk dapat mendukung perekonomian secara efektif dan efisien.

ffhd]r I N ~us1u~n N ~utl~tiw!rs~h I N ~u~n~u~ ri N I[ mra~

Peranan Infrastruktu.r Kereta Api Terhadap Perekonomian Daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Rencana strategis Kementerian Perhubungan telah menetapkan sasaran dan arah pengembangan transportasi perkeretaapian tahun 2010-2014 sebagai berikut: a. Terwujudnya peran pemerintah sebagai regulator penyelenggara perkeretaapian; b. Terwujudnya partisipasi pemerintah daerah, BUMN/BUMD dan swasta dalam penyelenggaraan perkeretaapian multioperator; c. Terwujudnya pemulihan fungsi dan keandalan prasarana dan sarana perkeretaapian; d. Terwujudnya perluasan jangkauan pelayanan perkeretaapian dengan keterpaduan intra dan antarmoda melalui pengembangan KA perkotaan/komuter dan pembangunan jalur KA baru termasuk jalur ganda dan jalur KA menuju pusat-pusat industri, pelabuhan dan Bandar Udara; e. Terwujudnya program peningkatan keselamatan transportasi perkeretaapian; f. Terwujudnya peningkatan kinerja pelayanan.angkutan KA baik penumpang dan barang yang berdaya saing; g. Terwujudnya dukungan pemerintah dalam penyelenggaraan angkutan Kereta Api kelas ekonomi secara proporsional. II-

Peranan Infrastruktur Kereta Api Terhadap Perekonomian Daerah Sedangkan arah kebijakan pembangunan dan penyelenggaraan perkeretaapian sebagai berikut: a. Melanjutkan reformasi dan restrukturisasi perkeretaapian untuk mewujudkan eksistensi pemerintah sebagai regulator penyelenggaraan perkeretaapian diantaranya melalui penyiapan dan penguatan regulasi berupa penyelesaian serta penyusunan peraturari/pedoman pendukung di bidang perkeretaapian; b. Meningkatkan peran serta pemerintah daerah dan swasta di bidang perkeretaapian dalam mendukung penyelenggaraan perkeretaapian multioperator; c. Meningkatkan keselamatan angkutan perkeretaapian melalui perawatan/pemulihan kondisi pelayanan prasarana dan sarana angkutan perkeretaapian termasuk dengan pengujian dan sertifikasi kelaikan prasarana dan sarana serta pelaksanaan penegakan hukum; d. Reaktivasi lintas-lintas potensial yang sudah tidak dioperasikan; e. Meningkatkan kapasitas lintas dan juga kapasitas angkut serta kualitas pelayanan terutama pada koridor yang telah jenuh serta koridor-koridor strategis yang perlu dikembangkan di wilayah Jawa, Sumatera dan pengembangan jalur KA baru di pulau Kalimantan dan Sulawesi; f. Meningkatkan peran angkutan perkeretaapian 'flasional dan lokal serta meningkatkan strategi pelayanan angkutan yang lebih berdaya saing secara antar moda dan intermoda diantaranya melalui pembangunan infrastruktur KA menuju bandar udara dan pelabuhan serta pengembangan KA angkutan barang/logistik; 11-2

g. Meningkatkan frekuensi dan menyediakan pelayanan angkutan KA yang terjangkau dan ramah lingkungan terutama dalam pengembangan KA perkotaan; h. Melaksanakan audit kinerja prasarana dan sarana perkeretaapian; 1. Meningkatkan SDM perkeretaapian baik operator maupun regulator; j. Pengembangan teknologi perkeretaapian nasional diantaranya dengan pengoptimalan peran industri lokal/dalam negeri di bidang perkeretaapian; k. Melaksanakan perencanaan, pendanaan dan evaluasi kinerja perkeretaapian secara terpadu, dan berkelanjutan didukung peningkatan dan pengembangan sistem data dan informasi yang lebih akurat berbasis Information Technology. Berdasarkan arah kebijakan tersebut, ditetapkan program pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas pendukung kereta api. Kegiatan pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas pendukung kereta api diantaranya: a. Rehabilitasi jalur KA; b. Peningkatan jalur KA termasuk menghidupkan kembali lintas mati; c. Pembangunan jalur KA baru/shorcut/parsial double track/ double track/double double track; d. Rehabilitasi/peningkatan jembatan KA; e. Peningkatan/modernisasi persinyalan, telekomunikasi dan pelistrikan; f. Pengadaan material rei dan wesel; g. Pengadaan peralatan/fasilitas prasarana perkeretaapian; h. Pembangunan/rehabilitasi bangunan operasional; 11-3

i. Peningkatan fasilitas pintu perlintasan sebidang I fly over/ underpass; J. Survey/ studi kebijakan/ pedoman/ masterplan/ OED/ STD/ AMDAL bidang prasarana KA; k. Konsolidasi dan pembinaan teknik prasarana KA. 2. Undang-Undang No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Badan usaha perkeretaapian yang ada saat ini adalah PT. (Persero) Kereta Api, yang juga menyelenggarakan operasional perkeretaapian. Jasa layanan kereta api terdiri atas angkutan penumpang dan angkutan barang, untuk angkutan penumpang dibagi atas kereta api kelas ekonomi dan non ekonomi sedangkan angkutan barang dibagi atas angkutan barang umum dan khusus. Undang-undang No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian menyebutkan bahwa kereta api sebagai kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rei yang terkait dengan perjalanan kereta api. Perkeretaapian didefinisikan sebagai satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. ' Beberapa keunggulan angkutan kereta api dibandingkan dengan moda yang lain: berdaya angkut besar dan massal, hemat energi, hemat penggunaan lahan, mampu menembus jantung kota, tingkat keselamatan tinggi, ramah lingkungan, adaptif terhadap perkembangan teknologi dan bebas dari kemacetan. 11-4