Prevalens dan Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi Pasca-bedah



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi yang didapat pada pasien di Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum RS PKU Muhammadiyah Bantul. C yang telah menggunakan Surgical Safety Checklist versi WHO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih sering ditemui pada beberapa area. Insidensinya bervariasi dari 50% sampai

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

Faktor Risiko Kejadian Infeksi Daerah Operasi pada Bedah Digestif di Rumah Sakit Swasta

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

Hubungan Kadar Gula Darah Terhadap Mortalitas dan Morbiditas pada Anak Sakit Kritis di Pediatric Intensive Care Unit

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

Aplikasi Penelitian Epidemiologis di RS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memberikan pelayanan keperawatan (Ballard, 2003). Kesalahan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

Penggunaan Skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction Harian sebagai Prediktor Mortalitas Anak yang Dirawat di Unit Perawatan Intensif Anak

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. baru atau berulang. Kira-kira merupakan serangan pertama dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki batu empedu yang memiliki diameter >3cm dan pasien yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1. dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode neonatus merupakan masa kritis kehidupan bayi. Empat juta bayi

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. setelah pulang dari perawatan saat lahir oleh American Academy of Pediatrics

BAB IV METODE PENELITIAN

Skor Pediatric Risk of Mortality III (Prism III) Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT. Halaman 1 dari 5. No. Dokumen... No. Revisi... RS ADVENT MANADO. Ditetapkan,

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif.

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

Perbandingan Prediktor Mortalitas Skor PRISM III dan PELOD 2 pada Anak Sakit Kritis Non Bedah

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB I PENDAHULUAN. pasien paska pembedahan (Pandjaitan, 2013). Survey World Health. berkisar antara 5% sampai 15% (WHO, 2015). Data WHO menunjukkan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perhatian terhadap infeksi daerah luka operasi di sejumlah rumah sakit

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

Demam neutropenia adalah apabila suhu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 METODE PENELITIAN. Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. Penelitian ini dilakukan di PICU dan HCU RS Dr. Kariadi Semarang pada

BAB I PENDAHULUAN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Hirschsprung (HSCR) merupakan kelainan. kongenital yang terjadi pada sistem persarafan di usus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia, yang kemudian disebut sebagai lansia adalah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

Ventilator Associated Pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada neonatus.

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Nursing error sering dihubungkan dengan infeksi nosokomial, salah

Serokonversi Hepatitis C pada Pasien Hemodialisis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

Transkripsi:

Artikel Asli Prevalens dan Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi Pasca-bedah Lina Haryanti,* Antonius H. Pudjiadi,* Evita Kariani B. Ifran,* Amir Thayeb,** Idham Amir,* Badriul Hegar* *Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta **Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Latar belakang. Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu komplikasi pasca-bedah abdomen yang dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan biaya pengobatan. Diperlukan data prevalens ILO pascabedah abdomen pada anak di RSCM dan faktor risiko yang memengaruhinya. Tujuan. Mengetahui prevalens dan karakteristik ILO serta hubungan antara usia, jenis kelamin, status nutrisi, skor PELOD, skor ASA, jenis operasi, kategori luka operasi, dan lama operasi dengan ILO pascabedah abdomen pada anak. Metode. Data penelitian dari rekam medis tahun 2009-2011 pada anak pasca-bedah abdomen dengan besar sampel 180 subjek. Analisis statistik dengan uji Chi-square/Fisher dan regresi logistik. Hasil. Prevalens ILO pasca-bedah abdomen pada anak di RSCM selama tiga tahun 7,2%. Infeksi luka operasi merupakan 23,6% dari total infeksi nosokomial pasca-bedah abdomen di RSCM. Enam dari 13 subjek dengan ILO mengalami sepsis dan 2 di antaranya meninggal karena sepsis. Tiga jenis ILO, yaitu ILO insisional superfisial (9 subjek), ILO insisional dalam (2 subjek), dan ILO organ (2 subjek). Terdapat hubungan bermakna antara jenis operasi cito dengan ILO (p=0,007, RO 4,72;95%IK 1,54-14,42). Sedangkan variabel lainnya tidak berhubungan bermakna. Kesimpulan. Jenis operasi cito merupakan faktor risiko ILO pasca-bedah abdomen pada anak di RSCM Jakarta. Perlu penelitian prospektif dengan sampel yang lebih besar. Sari Pediatri 2013;15(4):207-12. Kata kunci: infeksi luka operasi, pasca-bedah abdomen, faktor risiko Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu komplikasi pasca-bedah abdomen dan infeksi nosokomial yang sering terjadi pada pasien bedah. Survei oleh WHO menunjukkan 5%-34% dari total infeksi nosokomial adalah ILO. 1 Penelitian Alamat korespondensi: Dr. Lina Haryanti, Sp.A. Jl. Pancuran Gg. Kliwon 113, Cirebon, Jabar, 45122. Telp. (0231) 234859. E-mail: lina_euy@yahoo.com di Vietnam dilaporkan insiden ILO 10,9% dari 697 pasien. Bedah abdomen terbukti berisiko 4,46 kali mengalami ILO dibanding jenis tindakan bedah lainnya. 2 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) melaporkan insiden ILO pada tahun 2011 di ruang rawat bedah anak 4,3%. 3 Departemen Ilmu Bedah RSCM melaporkan insidens ILO pasca-bedah abdomen pada pasien dewasa 10% sejak 1 Januari 207

sampai 28 Februari 2007. 4 Penelitian faktor risiko ILO pasca-bedah pada anak di Spanyol dengan meneliti variabel usia, jenis kelamin, lama rawat pra-bedah, kategori luka operasi, lama operasi, penggunaan antibiotik profilaksis, lama penggunaan kateter vena sentral, lama penggunaan kateter vena perifer, lama penggunaan kateter urin, lama penggunaan ventilator, jumlah diagnosis, dan jenis operasi. Terdapat hubungan bermakna antara variabel tersebut dengan ILO kecuali usia, jenis kelamin, lama rawat pra-bedah, penggunaan antibiotik profilaksis, dan penggunaan ventilator. 5 Jenis operasi cito juga terbukti sebagai salah satu faktor risiko ILO. Murtaza dkk 6 di Pakistan melaporkan prevalens ILO pasca-laparotomi cito lebih tinggi dibanding pascalaparotomi elektif. Prognosis mortalitas pasien pasca-bedah yang dirawat di ruang intensif dapat diukur dengan skor PE LOD (Pediatric Logistic Organ Dysfunction). 7 Derajat berat penyakit sebelum operasi dapat diukur dengan skor ASA (American Society of Anesthesiologists). 8 Kedua skor tersebut menggambarkan kondisi pasien pra dan pasca-bedah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalens ILO, karakteristik subjek ILO, karakteristik ILO, serta hubungan antara usia, jenis kelamin, status nutrisi, skor PELOD, skor ASA, jenis operasi, kategori luka operasi, dan lama operasi dengan ILO pasca-bedah abdomen pada anak. Metode Penelitian potong lintang deskriptif analitik menggunakan data sekunder dari rekam medis (1 Januari 2009-31 Desember 2011) dengan besar sampel 180 subjek. Subjek adalah anak usia <18 tahun pascabedah abdomen di RSCM dengan skor ASA 1-4. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah subjek yang mengalami infeksi pra-bedah yang belum teratasi saat operasi dan data rekam medis tidak lengkap. Variabel bebas adalah usia, jenis kelamin, status nutrisi, skor PELOD, skor ASA, jenis operasi, kategori luka operasi, dan lama operasi. Sedangkan variabel tergantung adalah ILO pasca-bedah abdomen. Infeksi luka operasi adalah infeksi lokal di abdomen yang berkaitan langsung dengan tindakan bedah abdomen, timbul dalam waktu 30 hari pascabedah selama pasien dirawat di rumah sakit, ditandai terdapat sekret purulen, abses, atau selulitis pada luka operasi, dan dapat disertai komplikasi akibat infeksi luka operasi, yaitu adhesi, fistel, prolaps stoma, leakage anastomosis, burst abdomen, dan perforasi. 9 Hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung digunakan uji chi-square/fisher, kemudian variabel yang memiliki nilai p<0,25 atau rasio Odds 2,0 atau 0,5 dilakukan uji multivariat (regresi logistik). Hubungan dikatakan bermakna bila p<0,05. Hasil Proporsi jenis kelamin laki-laki tidak jauh berbeda dengan perempuan (1,3:1). Nilai median usia 10,1 bulan dengan rentang usia 1 hari hingga 16,6 tahun. Sebagian besar diagnosis adalah kelainan kongenital (91,7%), seperti atresia ani (48,9%) dan Morbus Hirschsprung (22,8%). Terdapat 43 subjek (23,9%) yang memiliki 3 atau lebih diagnosis saat pulang dari rumah sakit. Terdapat 11 subjek (6,1%) dengan penyakit jantung bawaan dan 4 dari 11 subjek tersebut diduga memiliki sindrom tertentu. Sindrom Down terdapat pada 2 subjek. Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian (n=180) Karakteristik subjek Jumlah n(%) Jenis kelamin Laki-laki 103 (57,2) Perempuan 77 (42,8) Usia Neonatus 48 (26,7) Bayi 49 (27,2) Balita 54 (30) Anak 29 (16,1) Status gizi Buruk 6 (3,3) Kurang 68 (37,8) Baik 99 (55) Overweight 6 (3,3) Obesitas 1 (0,6) Skor PELOD 20 (berat) 14 (7,8) 10-19 (sedang) 63 (35) <10 (ringan) 103 (57,2) Skor ASA 1 29 (16,1) 2 110 (61,1) 3 40 (22,2) 4 1 (0,6) 208

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian (n=180) (sambungan) Karakteristik subjek Jumlah n(%) Jenis operasi Cito 33 (18,3) Elektif 147 (81,7) Kategori luka operasi Bersih 52 (28,9) Bersih tercemar 100 (55,6) Tercemar 22 (12,2) Kotor 6 (3,3) Lama operasi (jam) 2 100 (55,6) >2 80 (44,4) Penggunaan antibiotik profilaksis Ya 10 (5,6) Tidak 170 (94,4) Penggunaan antibiotik terapeutik pra-bedah abdomen Ya 9 (5) Tidak 171 (95) Lama penggunaan kateter vena sentral (hari) Tidak menggunakan 123 (68,3) 1-7 29 (16,1) >7 28 (15,6) Lama penggunaan kateter vena perifer (hari) 3 111 (61,7) >3 69 (38,3) Lama penggunaan kateter urin (hari) Tidak menggunakan 19 (10,5) 1-7 120 (66,7) >7 hari 41 (22,8) Lamanya penggunaan ventilator (hari) Tidak menggunakan 140 (77,8) 1-7 31 (17,2) >7 9 (5) Perawatan pasca-bedah NICU 20 (11,1) PICU 67 (37,2) ICU IGD 3 (1,7) ICU 1 (0,6) Ruang rawat Bedah Anak 88 (48,9) Ruang rawat anak 1 (0,6) Luaran Sembuh 160 (88,9) Pulang paksa 6 (3,3) Meninggal 14 (7,8) Komplikasi Sepsis 13/14 Hipertensi pulmonal 1/14 Tabel 2. Karakteristik subjek dengan ILO (n=13) Karakteristik Jumlah (n) Usia Neonatus 4/13 Bayi 2/13 Balita 5/13 Anak 2/13 Jenis kelamin Laki-laki 10/13 Perempuan 3/13 Status nutrisi Kurang 4/13 Baik 9/13 Skor ASA ASA 2 9/13 ASA 3 4/13 Skor PELOD Ringan 6/13 Sedang 7/13 Jenis operasi Cito 4/13 Elektif 9/13 Kategori luka operasi Bersih 2/13 Bersih tercemar 7/13 Tercemar 3/13 Kotor 1/13 Lama operasi (jam) 2 5/13 >2 8/13 Diagnosis Atresia ani dengan fistel 3/13 Atresia ani tanpa fistel 1/13 Atresia esophagus dengan fistel trakeoesofagus 1/13 Atresia ileum 2/13 Divertikel Meckel 1/13 Luka tusuk abdomen 1/13 Morbus Hirschsprung 4/13 Jenis tindakan bedah abdomen Laparotomi, prosedur Duhamel 1/13 Laparotomi eksplorasi, PSA 2/13 Laparotomi eksplorasi, kolostomi 2/13 Laparotomi eksplorasi, prosedur Meckulitz 1/13 Laparotomi, prosedur Santuli 1/13 Laparotomi eksplorasi 1/13 Laparotomi, prosedur Soave 2/13 Torakotomi, gastrostomi, reseksi anastomosis 1/13 Tutup stoma 2/13 Infeksi luka operasi dengan sepsis 6/13 Meninggal 2/13 209

Prevalensi ILO 13 dari 180 subjek (7,2%). Diagnosis terbanyak pada subjek dengan ILO adalah Morbus Hirschsprung (4 subjek) dan atresia ani (4 subjek) (Tabel 2). Atresia ani dengan fistel dibanding tanpa fistel yaitu 3:1. Keempat subjek dengan Morbus Hirschsprung berusia 1 tahun. Dua dari 4 subjek tersebut meninggal dengan sepsis sebagai penyebab kematian. Tujuh dari 13 subjek mengalami komplikasi luka operasi dan memerlukan reoperasi. Hanya 6 subjek dengan ILO yang dilakukan kultur pus dengan hasil Klebsiella pneumonia (2 subjek), E. coli (2 subjek), Pseudomonas sp. (1 subjek), dan tidak tumbuh mikroorganisme (1 subjek). Jenis ILO terdiri dari tiga macam, yaitu ILO insisional superfisial (9 subjek), ILO insisional dalam (2 subjek), dan ILO organ (2 subjek). Tabel 3 menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna (p>0,05) antara variabel bebas dengan ILO pasca-bedah abdomen. Variabel yang dimasukkan ke dalam analisis multivariat adalah jenis kelamin, jenis operasi, lama operasi, dan kategori luka operasi. Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan bermakna antara jenis operasi cito dengan ILO (Tabel 4). Tabel 4. Analisis multivariat faktor risiko ILO Faktor risiko p RO IK 95% Langkah 3 Jenis operasi cito 0,007 4,72 (1,54-14,42) Pembahasan Prevalens ILO penelitian kami lebih tinggi jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (2%- 4%), tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan Vietnam (10,9%), dan hampir serupa dengan Brazil (6,7%). 2,10 Perbedaan prevalens ILO tersebut juga disebabkan adanya perbedaan Tabel 3. Analisis bivariat faktor risiko ILO (n=180) Faktor risiko Infeksi Tidak infeksi p RO IK 95% n % n % min-mak Usia (tahun) <1 6 46,2 91 54,5 0,561* 0,72 0,23-2,22 1 7 53,8 76 45,5 Ref Jenis kelamin Laki-laki 10 76,9 93 55,7 0,136* 2,65 0,70-9,99 Perempuan 3 23,1 74 44,3 Ref Status nutrisi Gizi kurang 4 30,8 70 41,9 0,431* 0,62 0,18-2,08 Gizi baik 9 69,2 97 58,1 Ref Skor PELOD Ringan (<10) 6 46,2 97 58,1 0,402* 0,62 0,19-1,92 Sedang (10-19) 7 53,8 70 41,9 Ref Skor ASA ASA 2 9 69,2 130 77,8 0,497** 0,64 0,19-2,19 ASA 3 4 30,8 37 22,2 Ref Jenis operasi Cito 4 30,8 29 17,4 0,261** 2,12 0,61-7,34 Elektif 9 69,2 138 82,6 Ref Lama operasi (jam) >2 8 61,5 72 43,1 0,198* 2,11 0,66-6,72 2 5 38,5 95 56,9 Ref Kategori luka operasi Bersih dan Bersih tercemar 9 69,2 144 86,2 0,110** 0,36 0,10-1,26 Tercemar dan Kotor 4 30,8 23 13,8 Ref p bermakna bila nilai <0,05, *Uji Chi-square, **Uji Fisher 210

usia subjek dan jenis tindakan bedah. Kelompok usia subjek terbanyak adalah usia balita karena diagnosis terbanyak adalah kelainan kongenital (91,7%) yang memerlukan intervensi bedah pada usia dini. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan ILO. Hasil tersebut serupa dengan penelitian oleh Cassanova dkk 5 di Spanyol, Porras- Hernandez dkk 11 di Meksiko, Duque-Estrada dkk 10 di Brazil. Perbandingan jenis kelamin subjek dengan ILO antara laki-laki dan perempuan yaitu 3,3:1. Sebagian besar diagnosis subjek dengan ILO adalah Morbus Hirschsprung dan atresia ani yang secara epidemiologi laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. 12 Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan ILO. Hasil tersebut serupa dengan penelitian oleh Cassanova dkk 5 di Spanyol dan Duque-estrada dkk 10 di Brazil. Status nutrisi diduga berhubungan dengan ILO pascabedah abdomen, tetapi tidak didapatkan hubungan pada penelitian kami. Serupa dengan penelitian oleh Porras-Hernandez dkk 11 di Meksiko yang dilaporkan tidak ada hubungan antara status nutrisi berdasarkan antropometri dengan ILO. Subjek dengan ILO memiliki skor PELOD ringan dan sedang. Tidak terdapat hubungan antara skor PELOD dengan ILO. Pada penelitian kami, skor PELOD hanya dihitung satu kali sehingga tidak menggambarkan perburukan selama perawatan. Leteurtre dkk 7 di Perancis melaporkan bahwa skor PELOD dapat memprediksi prognosis dan mortalitas apabila diperiksa secara berkala. Subjek dengan ILO memiliki skor ASA 2 dan 3. Tidak terdapat hubungan antara skor ASA dengan ILO. National Nosocomial Infection Surveillance (NNIS) Amerika Serikat memasukkan skor ASA sebagai salah satu faktor risiko ILO. 8 Hasil penelitian tersebut serupa dengan penelitian oleh Duque-Estrada dkk 10 di Brazil dan Porras-Hernandez dkk 11 di Meksiko. Terdapat hubungan antara jenis operasi cito dengan ILO pasca-bedah abdomen. Hasil tersebut serupa dengan penelitian oleh Murtaza dkk 6 di Pakistan dan Sorensen dkk 13 di Denmark. Operasi cito pada anak sebagian besar dilakukan pada kasus obstruksi usus kongenital. Obstruksi usus dapat menimbulkan kondisi pertumbuhan bakteri berlebih atau terjadi hipoksia jaringan sehingga mudah terjadi ILO dan proses penyembuhan luka menjadi terlambat. 13 Tidak terdapat hubungan antara lama operasi dengan ILO. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Cassanova dkk 5 di Spanyol dan CDC Amerika Serikat, walaupun sama dalam menggunakan batas waktu dua jam. 8 Prevalens ILO pasca-bedah abdomen pada anak masih tinggi, maka diperlukan suatu panduan tata laksana pasien anak pra dan pasca-bedah. Sebagai dokter spesialis anak harus memperhatikan dan menuliskan faktor risiko yang ada pada pasien saat membuat toleransi operasi dan memberi penjelasan kepada orangtua pasien tentang risiko ILO pasca-bedah abdomen. Perlu penelitian lebih lanjut di RSCM dan membuat sistem skor faktor risiko ILO dengan sampel lebih besar dan dilakukan secara prospektif. Daftar pustaka 1. Singhal H, Kaur K, Zammit C. Wound infection. (Diakses pada tanggal 5 April 2008). Diunduh dari: http://www.emedicine.com. 2. Nguyen D, MacLeod WB, Phung DC. Incidence and predictors of surgical site infections in Vietnam. Infect Control Hosp Epidemiol 2001;22:485-92. 3. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit RSCM. Data HAI tahun 2011. Jakarta: Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo 2011. 4. Kartadinata R. Surgical site infection operasi abdomen di RSCM (tesis). Jakarta: Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo; 2007. 5. Cassanova J, Herruzo R, Di ez J. Risk factors for surgical site infection in children. Infect Control Hosp Epidemiol 2006;27:709-15. 6. Murtaza B, Saeed S, Sharif MA. Postoperative complications in emergency versus elective laparotomies at a peripheral hospital. J Ayub Med Coll Abbottabad 2010;22:42-7. 7. Leteurtre S, Duhamel A, Grandbastien B. Daily estimation of the severity of multiple organ dysfunction syndrome in critically ill children. CMAJ 2010;182:1181-7. 8. Delgado-Rodriguez M, Sillero-Arenas M, Medina- Cuadros M, Martinez-Galleg G. Nosocomial infections in surgical patients: comparison of two measures of intrinsic patient risk. Infect Control Hosp Epidemiol 1997;18:19-23. 9. Dayton MT. Surgical complications. Dalam: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL, penyunting. 211

Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical Practice.Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004. h. 297-325. 10. Duque-Estrada EO, Duarte MR, Rodrigues DM, Raphael MD. Wound infections in pediatric surgery: a study of 575 patients in a university hospital. Pediatr Surg Int 2003;19:436-8. 11. Porras-Hernandez JD, Vilar-Compte D, Cashat-Cruz M, Ordorica-Flores RM, Bracho-Blanchet E, Avila-Figueroa C. A prospective study of surgical site infections in a pediatric hospital in Mexico City. Am J Infect Control 2003;31:302-8. 12. Pena A, Levitt M, Corman ML. Pediatric surgical problems. Dalam: Corman ML, penyunting. Colon and Rectal Surgery. Edisi ke-5. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005. h. 555-65. 13. Sorensen LT, Hemmingsen U, Kallehave F, Wille- Jorgensen P, Kjaergaard J, Moller LN, dkk. Risk factors for tissue and wound complications in gastrointestinal surgery. Ann Surg 2005;241:654-8. 212