BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat



dokumen-dokumen yang mirip
Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang. pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh

HIGIENE SANITASI DI TEMPAT KERJA PERTEMUAN KE-6

3. Pengelolaan air kotor dan kotoran manusia (Sawage and Exreta Disposal) 4. Hygiene dan sanitasi makanan (Food Hygiene and Sanitation)

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Sanitasi Penyedia Makanan

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat disekolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan peran dan fungsi yang melekat pada masing-masing lembaga

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

Untuk menjamin makanan aman

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

BAB IX SANITASI PABRIK

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN HYGIENE DAN SANITASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sehat 2015 adalah lanjutan dari visi pembangunan kesehatan

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

HIGIENE SANITASI DI TEMPAT KERJA PERTEMUAN KE-6

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN

SANITASI DAN KEAMANAN

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI KAPAL

SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BINA HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN DAN PENGAWASAN NORMA KERJA NO. : SE.86/BW/1989

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada penguasaan terhadap

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

UU 11/1962, HYGIENE UNTUK USAHA USAHA BAGI UMUM

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

HANDOUT. PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu. dan binatang pengganggu lainnya yaitu pemantauan vektor penyakit dan

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini di laksanakan pada 28 April sampai 5 Mei 2013 di Desa

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

Kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Suatu uhaha preventif pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd.

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

1. Pengertian Makanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

MENJAGA KESEHATAN LINGKUNGAN

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB III STUDI LITERATUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lembar Observasi. : Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

KISI-KISI SOAL UJI COBA TEMA SAMPAH DAN PENANGGULANGANNYA (TES PENGUASAAN KONSEP)

CHECK LIST SANITASI PEMUKIMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Paradigma Kesehatan Lingkungan Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya (Chandra, 2007). Salah satu aplikasi pemahaman ekosistem manusia dalam proses kejadian penyakit atau patogenesis penyakit, patogenesis penyakit dipelajari oleh bidang kesehatan lingkungan. Ilmu kesehatan lingkungan mempelajari hubungan interaktif antara komponen lingkungan yang memliki potensi bahaya penyakit dengan berbagai variabel kependudukan seperti perilaku, pendidikan dan umur. Dalam hubungan interaksi tersebut, faktor komponen lingkungan seringkali mengandung atau memiliki potensial timbuilnya penyakit. Hubungan interaktif manusia serta perilakunya dengan kompenen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit dikenal sebagai proses kejadian penyakit atau patogenesis penyakit. Dengan mempelajari patogenesis penyakit, kita dapat menentukan pada simpul mana kita bisa melakukan pencegahan.

Sumber Penyakit Komponen Lingkungan Penduduk Sakit / Sehat Media transmisi Variabel Lain yang Mempengaruhi Sumber : Achmadi, 2008 Gambar 2.1. Teori Simpul Mengacu kepada gambaran skematik tersebut di atas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan ke dalam 5 (lima) simpul, yakni : 1. Simpul 1: sumber penyakit Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan agent penyakit. Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secar langsung atau melalui media perantara (yang juga kompenen lingkungan). Berbagai agent penyakit yang baru maupun lama dapt dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu: a. Mikroba, seperti virus, amuba, jamur, bakteri, parasit, dan lain-lain. b. Kelompok fisik, misalnya kekuatan radiasi, energi kebisingan, kekuatan cahaya. c. Kelompok bahan kimia toksik, misalnya pestisida, Merkuri, Cadmium, CO, H 2 S dan lain-lain. Sumber penyakit adalah titik yang secara konstan maupun kadang-kadang mengeluarkan satu atau lebih berbagai komponen lingkungan hidup tersebut di atas.

2. Simpul 2: media transmisi penyakit Adal lima komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media transmisi penyakit, yaitu air, udara, tanah/pangan, binatang/serangga, manusia/langsung. Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit jika di dalamnya tidak mengandung bibit penyakit atau agent penyakit. 3. Simpul 3: perilaku pemajanan (behavioural exposure) Agent penyakit dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan lain, masuk ke dalam tubuh melalui satu proses yang kita kenal dengan hubungan interaktif. Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengna penduduk berikut perilakunya, dapat diukur dalam konsep yang disebut sebagai perilaku pemajanan atau behavioural exposure. Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit (agent penyakit). Masing-masing agent penyakit yang masuk ke dalam tubuh dengan cara-cara yang khas. Ada 3 jalan masuk kedalam tubuh manusia, yakni : a. Sistem pernafasan b. Sistem pencernaan c. Masuk melalui permukaan kulit 4. Simpul 4: kejadian penyakit Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan dibandingkan dengan rata-rata penduduk lainnya.

5. Simpul 5: variabel suprasistem Kejadian penyakit masih dipengaruhi oleh kelompok variabel simpul 5, yakni variabel iklim, topografi, temporal, dan suprasistem lainnya, yakni keputusan politik berupa kebijakan makro yang bisa mempengaruhi semua simpul (Achmadi, 2008). 2.2. Higiene Sanitasi Tempat-tempat Umum Higiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada. Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan kepada upaya kesehatan lingkungan hidup manusia (Widyati R, 2002). Tempat-tempat umum adalah tempat untuk melakukan kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan yang tetap serta memiliki fasilitas (Depkes RI, 2007). Sanitasi tempat-tempat umum merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling cukup mendesak karena tempat umum merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala penyakit yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Oleh sebab itu maka tempat umum merupakan tempat menyebarnya segala penyakit terutama penyakit-penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air. Dengan demikian maka sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi syaratsyarat kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat (Mukono, 2006).

Tempat-tempat umum mempunyai potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari berbagai kemungkinan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Tujuan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, antara lain : 1. Untuk memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkala 2. Untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di tempat-tempat umum (Chandra, 2007). Sedangkan manfaat dan pentingnya sanitasi adalah sebagai berikut : 1. Mencegah penyakit menular 2. Mencegah kecelakaan 3. Mencegah timbulnya bau yang tidak sedap 4. Menghindari pencemaran 5. Mengurangi jumlah (persentase) sakit 6. Lingkungan menjadi bersih, sehat dan nyaman (Widyati R, 2002). Untuk membedakan dan menerapkan apakah sebuah tempat termasuk tempat umum atau bukan, diterapkan batas batas ataupun syarat syarat sebagai berikut : 1. Ada tempat dan kegiatan permanen 2. Dilakukan kegiatan kegiatan atau aktifitas yang dapat menimbulkan terjadi penyakit menular, penyakit akibat kerja dan kecelakaan 3. Tempat tersebut diperuntukan bagi masyarakat umum.

4. Terdapat fasilitas fasilitas atau perlengkapan yang dapat menimbulkan penyakit atau kecelakaan. 5. Tempat tersebut diperuntukan bagi masyarakat umum 6. Terdapat fasilitas atau perlengkapan yang dapat menimbulkan penyakit atau kecelakaan. Sesuai dengan ruang lingkupnya, maka tempat umum dikelompokan Atas 4 bagian, yaitu : 1. Yang berhubungan dengan sarana pariwisata dan jenis jenisnya adalah hotel, penginapan, kolam renang, pemandian umum, restoran, rumah makan, bioskop, gedung pertemuan dan taman hiburan 2. Yang berhubungan dengan sarana perhubungan. Jenis-jenisnya adalah terminal angkutan darat, angkutan laut, pelabuhan udara dan stasiun kereta api 3. Yang berhubungan dengan sanitasi sosial. Jenis-jenisnya adalah tempat-tempat beribadah dan pasar 4. Yang berhubungan dengan komersial lainnya. Jenis-jenisnya adalah tempat salon kecantikan dan panti pijat. Dari ruang lingkup yang telah diuraikan diatas maka pelabuhan temasuk tempat umum yang berhubungan dengan sarana perhubungan yang harus mendapat pengawasan sesuai peraturan yang ada. Pelabuhan adalah tempat dan termasuk fasilitas yang didatangi oleh masyarakat untuk menunggu, naik, atau turun dari kapal, mengangkut barang barang keluar dan masuk pelabuhan (Chandra, 2007).

2.3. Sanitasi Terminal Pelabuhan Sebelum menguraikan mengenai sanitasi pelabuhan, maka perlu diuraikan pengertian sanitasi dan sanitasi juga tidak lepas dari Higiene. Istilah sanitasi dan Higiene mempunyai tujuan yang sama yaitu mengusahakan hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit. Tetapi dalam penerapannya memiliki arti yang berbeda. Usaha sanitasi lebih menitik beratkan kepada faktor lingkungan hidup manusia, sedangkan higiene lebih menitik beratkan kepada usaha-usaha individu. Istilah sanitasi dan hygiene ini terdapat juga didalamnya istilah kesehatan lingkungan. Berdasarkan undang undang RI No.23 tahun 1992 pasa22 ayat 2 yaitu : Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, pemukiman kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya. Dalam pelaksanaannya kesehatan lingkungan tersebut, pelabuhan termasuk didalammya yang dimana kesehatan atau sanitasi lingkungannya harus tetap dilaksanakan dengan baik dan benar, terus menerus dan berkesinambungan. Sanitasi pelabuhan adalah suatu usaha untuk membuat wilayah pelabuhan tidak menjadi sumber penularan atau habitat yang subur bagi perkembangbiakan kuman /vektor dan penyakit (Depkes RI, 2007). 2.4. Peranan dan Manfaat Sanitasi bagi Terminal Pelabuhan 2.4.1. Peranan Sanitasi bagi Terminal Pelabuhan a. Peranan Fisik Menjamin kebersihan umum lingkungan pelabuhan. Yang dimaksud kebersihan tidak terbatas hanya kepada kebersihan sanitasinya saja tetapi kebersihan fisik pelabuhan disini mengandung maksud yang lebih luas, yaitu kebersihan air atau

penyediaan air bersih, sanitasi makanan dan minuman, pembuangan air limbah, WC, bebas dari serangga dan tikus, tersedia tempat pembuangan sampah. b. Peranan Psikologi Dapat melayani masyarakat yang menggunakan layanan pelabuhan dan mendapatkan kepuasan, begitu juga dengan para karyawannya dalam hal keamanan, perlindungan dan kebebasan. Terminal/stasiun merupkan tempat berkumpulnya manusia dari berbagai tempat untuk dating dan pergi. Dengan demikian upaya kegiatan serta bidang pengawasannya akan menyangkut berbagai aspek, yaitu : a. Aspek Sosial Pendekatan pada aspek soisal adalah merupakan pendekatan edukatif yang ditujukan kepada pengelola dan karyawan sangat diperlukan, sebab berhasil tidaknya program kegiatan higiene dan sanitasi terminal pelabuhan tergantung atas kesadaran pengelola dan karyawan terminal. Diharapkan mereka mengerti dan secara sadar mengetahui bahwa terminal pelabuhan yang tidak memenuhi syarat higiene dan sanitasi akan dapat menimbulkan penyakit bagi masyarakat luas. Partisipasi aktif terutama diharapkan dari pihak pengelola sebagai unsure penentu dan pengawas langsung. Usaha peningkatan pengertian dan kesadaran tentang pentingnya higiene dan sanitasi di terminal pelabuhan akan meningkatkan pula kualitas kesehatan karyawan, pengunjung dan anggota masyarakat lainnya (Mukono, 2006). b. Aspek Teknis Pada dasarnya usaha higiene dan sanitasi pada terminal adalah merupakan usaha yang dilakukan untuk kepentingan bersama, baik untuk masyarakat umum

maupun pengelolanya sendiri. Dengan demikian perlu adanya suatu peraturan atau persyaratan yang relevan untuk menjaga agar usaha higiene dan sanitasi tidak merugikan masyarakat luas. Dalam pelaksanaannya penerapan dari peraturan sering mengalami hambatan oleh karena beberapa faktor, antara lain : 1. Kurang ada pengertian atau kesadarn dari karyawan terminal tentang peraturan yang menyangkut higiene dan sanitasi khususnya dalam rangka pemeliharaan kesehatan 2. Adanya sikap apatis dari sebagian masyarakat tentang adanya peraturan atau persyaratan dari tempat-tempat umum khususnya higiene dan sanitasi terminal pelabuhan. c. Aspek Administrasi dan Manajemen Agar dapat berhasil dengan baik maka upaya higiene sanitasi diperlukan perencanaan program yang baik pula. Perlu diingat bahwa program ini akan melibatkan beberapa instansi lain (lintas sektoral), petugas kesehatan, petugas keamanan, petugas kebersihan dan petugas lain (Mukono, 2006). 2.4.2. Manfaat Sanitasi Bagi Terminal Pelabuhan a. Dari Segi Kesehatan 1. Menjamin tempat kerja yang bersih 2. Melindungi pengunjung dan karyawan dari faktor-faktor lingkungan pelabuhan yang merugikan kesehatan fisik maupun mental 3. Mencegah timbulnya berbagai jenis penyakit menular dan penyakit akibat kerja 4. Menjamin kesehatan karyawan dan pengunjung pelabuhan serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja

b. Dari Segi Operasional Pelabuhan 1. Keadaan pelabuhan yang bersih membuat pengunjung merasa bebas dan senang menggunakan jasa pelabuhan 2. Mutu pelabuhan ditentukan dari kebersihannya 3. Sanitasi pelabuhan dilaksanakan, yaitu memenuhi persyaratan sanitasi dan kebersihannya. Adapun persyaratan sanitasi dan pelabuhan yang harus dipenuhi antara lain : 1. Bagian Luar a. Tempat parkir Harus bersih, tidak ada sampah berserakan, dan tidak ada genangan air b. Tempat sampah Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup dan kedap air serta dalam jumlah yang cukup c. Pencahayaan Penerangan harus cukup dan tidak menyilaukan mata, terutama pada pintu masuk dan keluar tempat parkir 2. Bagian Dalam a. Ruang tunggu 1. Ruangan harus bersih 2. Tempat duduk harus bersih dan bebas dari kutu busuk 3. Pencahayaan harus cukup dan tidak menyilaukan (minimal 10 fc) sehingga dapat digunakan untuk membaca 4. Penghawaaan harus cukup, minimal 10% dari luas lantai

5. Lantai tidak licin, kedap air, dan mudah dibersihkan 6. Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup, kedap air, dan dalam jumlah yang cukup b. Pembuangan kotoran manusia 1. Tersedia jamban yang memenuhi syarat (tipe leher angsa) minmal 1 jamban untuk 100 pengunjung,atau minimal 2 buah jamban 2. Tersedia peturasan yang baik, minimal 1 peturasan untuk 200 pengunjung dan tersedia pasokan air yang cukup 3. Harus ada tanda yang jelas untuk membedakan antara jamban pria dan wanita 4. Jamban dan peturasan harus dalam keadaan bersih dan tidak berbau c. Pembuangan sampah 1. Harus tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup, kedap air, dan dalam jumlah yang cukup 2. Pengangkutan sampah dilakukan setiap hari sehingga tidak ada sampah yang menumpuk d. Pembuangan air limbah Air limbah dan air hujan dialirkan melalui saluran tertutup dan dibuang ke septic tank atau ke saluran air kotor perkotaan e. Tempat cuci tangan Harus tesedia tempat cuci tangan yang baik, minimal satu dilengkapi dengan sabun atau kain serbet.

3. Lain-lain a. Tersedia alat perlengkapan untuk P3K b. Tersedia alat pemadam kebakaran (Chandra, 2007). 2.5. Persyaratan Higiene Sanitasi Terminal Pelabuhan Persyaratan higiene sanitasi yang harus dipenuhi pelabuhan seperti yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI, 2007 adalah : 1. Penyediaan Air Bersih Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa, 2008). Persyaratan air yang harus dipenuhi di pelabuhan adalah : a. Tersedia air dengan kualitas yang sesuai dengan standar air minum internasional yaitu memenuhi syarat fisik antara lain air tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau, memenuhi syarat kimia, dan bakteriologis b. Kapasitas air harus memenuhi persyaratan c. Konstruksi dan keadaan reservoir atau menara air, tangki-tangki air, hydran dan pipa-pipa penyalur dalam keadaan baik d. Air bersih tersedia untuk setiap kegiatan secara berkesinambungan Air memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi,

mencuci dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter air per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang memerlukan air antara 30-60 liter per hari (Notoadmodjo, 2007). Adapun kegunaan air antara lain : a. Air untuk minum b. Air untuk keperluan rumah tangga c. Air untuk industri d. Air untuk mengairi sawah e. Air untuk kolam perikanan, dll (Wardhana, 2004) Perkiraan jumlah orang yang kurang dapat menjangkau suplai air yang aman dan memadai serta sanitasi yang cukup baik menunjukkan secara paling tepat berapa jumlah orang yang terpapar oleh risiko penyakit berkaitan dengan air. Suplai air yang aman yang mencukupi serta sanitasi yang memadai di pelabuhan akan menurunkan tingkat kejadian penyakit-penyakit yang perantaranya melalui air. Angka-angka jumlah masyarakat yang tidak terlayani secara memadai dengan penyediaan air dan sanitasi cenderung tidak mengungkapkan seluruh permasalahan yang ada (WHO, 2001). 2. Pembuangan Air Limbah Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang dibuang tanpa pengolahan ke dalam badan air. Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga maupun industri (Mulia, 2005).

Syarat higiene dan sanitasi di pelabuhan untuk pembuangan air limbah adalah: a. Tersedia fasilitas untuk pembuangan air kotor atau kotoran cair (liquid waste) b. Sarana-sarana atau sanitasi dasar tersedia dalam jumlah yang cukup : a) Pembuangan air kotor atau kotoran cair b) Persediaan air yang cukup untuk kebutuhan umum c) WC, urinoir, tempat cuci tangan, dan lain-lain dalam jumlah yang cukup c. Organisasi kebersihan yang berfungsi dengan efisien d. Air kotor dari pelabuhan disalurkan melalui sistem saluran atau pipa yang tertutup atau riol dan konstruksi dibuat sedemikian rupa agar tidak menggangggu aliran air 1) Kemiringan dalam ukuran yang cukup 2) Dasar selokan diplester dan berbentuk U 3) Pemeliharaan selokan harus baik dan teratur agar tidak ada genangan air akibat sampah dan batu atau dinding yang ambruk e. Pembuangan kotoran manusia dari WC umum disalurkan ke septic tank (Depkes RI, 2007). Menurut Depkes RI (2007), syarat sanitasi terminal angkutan air (pelabuhan) untuk WC atau toilet adalah : 1. Bersih 2. Tidak berbau sengit 3. Bukan tempat penyimpanan 4. Tersedia air yang cukup dan tidak ada jentik

5. Terpisah antara laki-laki dan perempuan 6. Lantai kedap air 7. Lantai miring kearah pembuangan tidak ada genangantidak terlihat banyak nyamuktersedia tempat sampah 8. Tersedia sabun 9. Tersedia pengering 10. Tersedia peralatan pembersih dan penerangan yang cukup Menurut Widyati dan Yuliarsih (2002), cara-cara pembuangan air limbah demi terciptanya kehidupan masyarakat yang sehat dan lingkungan yang nyaman, perlu metode untuk pembuangan air limbah adalah sebagai berikut : a. Dillution (pengenceran) adalah mengencerkan air limbah lebih dahulu sebelum dibuang ke badan-badan air. b. Irigasi luas adalah cara yang digunakan untuk mengalirkan air limbah ke paritparit terbuka yang digali pada sebidang tanah dan air merembes masuk kedalam tanah. c. Septic tank adalah cara terbaik yang dianjurkan WHO, tetapi harganya mahal. Merupakan cara yang memuaskan dalampembuangan ekskreta untuk sekelompok kecil lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat. d. Sistem roil adalah cara pembuangan air limbah yang dialirkan ke roil. Menurut Soeparman dan Suparmin (2002), sistem penyaluran limbah cair menurut asal airnya adalah sebagai berikut :

1. Sistem terpisah, yaitu limbah cair dan air hujan disalurkan dari sumber yang terpisah. Sistem ini mengharuskan pemisahan antara penyaluran limbah cair dan air hujan serta komponen limbah cair lainnya. 2. Sistem tercampur, yaitu limbah cair dan air hujan serta komponen limbah cair lannya disalurkan dalam satu saluran. 3. Sistem kombinasi, yaitu limbah cair dan air hujan disatukan penyalurannya pada musim kemarau atau pada saat curah hujan rendah. Namun, pada musim hujan penyalurannya dipisah menggunakan interceptor. 3. Pembuangan Sampah Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sampah adalah sebagai berikut : 1. Jumlah penduduk 2. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai 3. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali 4. Faktor geografis 5. Faktor waktu 6. Faktor sosial, ekonomi dan budaya 7. Kebiasaan masyarakat 8. Kemajuan teknologi 9. Jenis sampah (Chandra, 2007).

Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia perlu pengaturan pembuangan sampah. Hal-hal yang dapat diakibatkan oleh sampah antara lain sebagai berikut : 1. Menimbulkan penyakit 2. Tidak enak dipandang mata 3. Menyebabkan polusi udara (bau yang tidak enak) 4. Pembuangan dan pengolahan sampah Penampungan sampah dalam bak sampah, yaitu : 1. Membedakan antara sampah basah dan sampah kering 2. Membuang sampah kering dalam bak sampah dari kayu/plastik 3. Sampah basah diletakkan pada bak sampah dari plastik tebal atau logam ringan yang tahan karat dan kedap air 4. Dasar bak sampah setengah bulat agar mudah dibersihkan 5. Sampah yang telah ditampung harus dapat diangkat oleh satu orang (Widyati R, 2002). Syarat higiene sanitasi pembuangan sampah di terminal pelabuhan adalah sebagai berikut : 1. Di pelabuhan harus tersedia fasilitas untuk pembuangan sampah yang strategis dan berkapasitas cukup. Sampah ini diakibatkan adanya kegiatan di pelabuhan dan sampah yang berasal dari kapal. 2. Organisasi atau unit kebersihan yang mengawasi atau mengelola sampah harus berfungsi dengan baik untuk menengani masalah penampungan sampah, pengangkutan dan pembuangan sampah secara berkesinambungan.

Syarat tempat sampah di terminal pelabuhan adalah sebagai berikut : 1. Tempat sampah tertutup 2. Selalu dibersihkan setiap hari 3. Wadah kedap air/terbungkus plastik 4. Terpisah antara sampah organik dan anorganik 5. Tersedia pada setiap ruangan 6. Tidak ada sampah membusuk di tempat pembuangan sampah (Depkes RI, 2007). Sampah padat dapat dibagi kedalam beberapa kategori, seperti berikut ini (Chandra, 2007) : 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalmnya. a) Organik, misalnya sisa makanan, daun, sayur dan buah. b) Anorganik, misalnya logam, pecah belah, abu dan lain-lain. 2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar. a) Mudah terbakar, misalnya kertas plastic, daun kering dan kayu. b) Tidak mudah terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas dan lain-lain. 3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk. a) Mudah membusuk, misalnya sisa makanan, potongan daging dan sebagainya. b) Sulit membusuk, misalnya plastik, karet, kaleng dan sebagainya. 4. Berdasarkan ciri atau karekteristik sampah. a) Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan sering kali

menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar dan sebagainya. b) Rubbish, terbagi menjadi dua yaitu rubbish mudah terbakar yang terdiri dari zat-zat organic misalnya kertas, kayu, karet dan daun kering, kemudian rubbish tidak mudah terbakar terdiri dari zat-zat anorganik misalnya kaca, kaleng dan sebagainya. c) Ashes, semua sisa pembakaran dan industri. d) Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia. e) Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing dan sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami. f) House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya garbage dan ashes rubbish yang bearasal dari perumahan). g) Abandoned vehicle, berasal dari bankai kendaraan. h) Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung. i) Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan dan industri. j) Santage solid, terdiri dari benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik. k) Sampah khusus atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat radioaktif. 4. Pemberantasan Vektor 1. Pemberantasan lalat

a) Sampah-sampah ditampung di tempat sampah yang tertutup dan kondisikonstruksi tempat sampah yang baik dan kuat b) Pengangkutan sampah dilakukan setiap hari c) Menggunakan bahan kimia terhadap lalat dewasa atau larva 2. Pemberantasan kecoa a) Kecoa suka tempat yang kotor b) Kunci utama pemberantasannya adalah menjaga kebersihan dan menyimpan makanan dengan baik c) Insektisida yang digunakan adalah natrium fuorida dan serbuk pyrethrum 3. Pemberantasan tikus a) Konstruksi bangunan harus kuat b) Pemasangan perangkap tikus c) Peracunan menggunakan fosfor, zinkphosphid, barium carbonat d) Fumigasi e) Sampah dan sisa makanan dikelola dengan baik 4. Pemberantasan nyamuk a) Mengadakan penyuluhan b) Pemberantasan jentik nyamuk dengan melakukan abatisasi apabila ditemukan jentik nyamuk c) Melakukan pengkabutan (fogging) tiga bulan sekali d) Mengusahakan agar lingkungan bersih sehingga tidak menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk (Depkes RI, 2007).

Pada dasarnya, upaya pengendalian dan pemberantasan vektor dapat digolongkan ke dalam beberapa cara sebagai berikut : 1. Pengendalian secara fisik dan mekanis, yaitu pengendalian dengan cara memakai sistem yang sederhana sampai memerlukan peralatan yang khusus, bahkan dalam keadaan tertentu memerlukan biaya yang cukup mahal, misalnya dengan menggunakan perangkap, penggunaan electrical shock, kawat kasa dan sanitasi lingkungan yang baik. 2. Pengendalian secara biologis, yaitu pengendalian dengan memelihara musuh hidup dari vektor tersebut. 3. Pengendalian secara kimia, yaitu bahan-bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan vektor yang disebut insektisida atau pestisida (Widyati R, 2002). 5. Sanitasi Makanan Makanan yang rusak adalah makanan yang apabila dikonsumsi oleh manusia menyebabkan tidak sehat terhadap tubuh. Ini disebabkan oleh zat-zat kimia, biologi dan enzim yang tidak bekerja secara wajar, pertumbuhan jasad renik yang dapat menimbulkan penyakit dan serangan yang dilakukan oleh serangga, pencemaran oleh cacing, salah mencampur atau mengaduk ramuan serta pencemaran benda-benda asing pada makanan (Saksono, 2007). Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia. Dengan demikian tujuan utama dari sanitasi makanan adalah sebagai berikut: 1. Menjamin kebersihan dan keamanan makanan

2. Mencegah penularan wabah penyakit 3. Mencegah peredaran produk makanan yang merugikan masyarakat 4. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan (Chandra, 2007). Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu faktor fisik, kimia dan mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik, temperature ruangan yang panas dan lembab. Untuk menghindari kerusakan pada makanan yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu diperhatikan susunan dan konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan (Mulia, 2005). Sanitasi yang buruk disebabkan faktor kimia karena adanya zat-zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan, obat-obatan penyemprot hama, penggunaan wadah bekas pestisida untuk makanan dan lain-lain (Widyati R, 2002). Sanitasi yang buruk karena disebabkan oleh faktor mikrobiologi adalah karena adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur atau parasit. Akibat buruknya sanitasi makanan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada orang yang mengkonsumsi makanan tersebut (Mulia, 2005). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam higiene sanitasi makanan di pelabuhan adalah sebagai berikut : 1. Bangunan dan kebersihan lingkungan a. Konstruksi kuat, bebas tikus dan kecoa b. Lantai terbuat dari bahan tahan air

c. Tersedia fasilitas WC dan kamar mandi d. Ada pembuangan sampah dan air kotor e. Halaman selalu bersih atau disapu setiap hari 2. Karyawan/penjamah makanan a. Mempunyai sertifikat kesehatan b. Pakaian bersih dan rapi c. Higiene perorangan (tangan, kuku, rambut) terawatt dengan baik d. Berpakaian kerja khusus e. Tidak berpenyakit kulit, luka atau carrier suatu penyakit 3. Keadaan bahan mentah dan penyimpanannya a. Bahan mentah mempunyai nilai gizi yang cukup b. Bahan mentah bersih dan segar c. Ada tempat penyimpanan yang baik dan memenuhi syarat d. Adanya lemari es e. Cara pengaturan barang mudah diperiksa dan mudah dibersihkan 4. Dapur (tempat pengolahan) a. Bebas lalat dan tikus b. Tersedia tempat sampah yang tertutup c. Adanya cerobong dapur d. Fasilitas pencucian yang baik 5. Cara pengolahan dan penyimpanan makanan a. Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan terjamin kebersihannya b. Pemisahan dalam pengerjaan bahan baku dan bahan yang telah dimasak

c. Makanan yang sudah dimasak disimpan di tempat yang bersih yang bebas dari lalat dan tikus d. Tidak menebarkan bau/uap yang merangsang ke tempat lain e. Makanan yang sudah dimasak, hindarkan dari sentuhan langsung oleh tangan (Depkes RI, 2007). 6. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) da indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam enam tingkat pengetahuan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). 7. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat

dan emosi bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Menurut Campbell dalam Notoatmodjo (2010) mendefinisikan sikap adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Newcomb dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan atau reaksi tertutup) (Notoatmodjo, 2010). Berikut ini adalah bagan terjadinya sikap sebagai berikut: Stimulus a. Rangsangan Proses Stimulus Reaksi Tingkah Laku (terbuka) Sikap (tertutup) Sumber : b. Notoatmodjo, 2010 Gambar 2.1. Hubungan Sikap dan Tindakan 8. Tindakan Tindakan adalah hal yang sudah nyata (konkrit) berupa perbuatan (action) terhadap situasi atau rangsangan dari luar. Tindakan dapat dibedakan menjadi 3