PERGURUAN TINGGI BADAN HUKUM MILIK NEGARA (PT-BHMN) DITINJAU DARI PERSPEKTIF FILOSOFIS DAN SOSIOLOGIS. Oleh Rochmat Wahab



dokumen-dokumen yang mirip
MENGKRITISI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL, AKTUALISASI OTONOMI PENDIDIKAN DAN ALOKASI ANGGARAN PENDIDIKAN

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

MENCERMATI RUUSPN DIKAITKAN DENGAN MASA DEPAN PENDIDIKAN BANGSA. Oleh Rochmat Wahab

I. PENDAHULUAN. daya saing nasional, sedangkan daya saing nasional membutuhkan Perguruan. Perguruan Tinggi Negeri harus memiliki kemandirian.

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. perorangan, masyarakat dan atau pemerintah oleh karenanya Perguruan Tinggi

PARADIGMA SALAH TENTANG PT-BHMN

BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya. Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. (PT BHMN), dan kemudian disusul dengan 3 (tiga) Perguruan Tinggi Negeri

2 pengaruhnya. Pola baru ini melahirkan penyelenggaraan perguruan tinggi yang mengandalkan pengambilan keputusan berbasis kebijakan strategis, standar

Policy Brief-4. Membangun Otonomi Perguruan Tinggi Dalam Kerangka Sentralisasi dan Desentralisasi Sistem Tata Kelola dan Manajemen

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1999 TENTANG PENETAPAN PERGURUAN TINGGI NEGERI SEBAGAI BADAN HUKUM

MENYONGSONG 5 TAHUN PERTAMA TRANSISI UPI BHMN (SEBUAH DESKRIPSI ANTARA REALITA DAN HARAPAN) oleh Dra. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd.

KEBIJAKAN UNIVERSITAS TENTANG PENYELENGGARAAN KELAS INTERNASIONAL

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP) POLTEKKES KEMENKES SURABAYA PRODI D-III KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

batasan penelitian, dan sistematika penelitian. wajib turut serta dalam mencapai cita-cita konsitusi Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan nilai-nilai

REINVENTING GOVERNMENT DAN PEMBERDAYAAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH. Annisa Citra Fatikha 1

PENGEMBANGAN PROGRAM INTERNAL UNTUK MENDUKUNG WAWASAN INTERNASIONAL. 27 Desember 2010

MEMBANGUN PENDIDIKAN NILAI UNTUK INDONESIA DAN DUNIA

Membangun Kultur Akademik Perguruan Tinggi Oleh: KHAERUDIN KURNIAWAN

KODE ETIK DOSEN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum.

Dalam keterangan saya ini, saya beri judul Analisis Peningkatan Kinerja Universitas Airlangga Tahun Tinjauan terhadap PT-BHMN dan PTN

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini, organisasi pemerintahan berada dalam tekanan. lingkungan yang sangat kompleks. Meningkatnya tekanan itu tidak hanya

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1179/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Sumatera

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO 20 TAHUN 2003 TERHADAP PTK AKAMIGAS KEDEPAN* Oleh Rochmat Wahab

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan

KESATUAN ITB DI ANTARA HARAPAN, TANTANGAN DAN KESEMPATAN Oleh: Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc. (Guru Besar dan Ketua Senat Akademik ITB)

SOSIALISASI UNIVERSITAS BUNG HATTA. menjadi perguruan tinggi unggul dan bermartabat menuju universitas berkelas dunia

WAWASAN TENTANG SEKOLAH NASIONAL BERSTANDAR INTERNASIONAL Oleh Rochmat Wahab

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

PERUBAHAN PROGRAM STUDI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

PROGRAM KERJA FAKULTAS

MENGUKUR KOMITMEN DAN KAPABILITAS KABINET INDONESIA BERSATU DALAM MEMBAWA PERUBAHAN BANGSA: BIDANG PENDIDIKAN Oleh Dr.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STATUTA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aset merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, organisasi, atau institusi

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Menurut

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kancah internasional. Kemajuan PT berimbas pada kemajuan dunia ekonomi,

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

S1 Manajemen. Visi. Misi

RENCANA STRATEGIS

Pandangan MGB mengenai Model Masyarakat Akademik dan Sistem Governance ITB

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan terhadap berbagai sektor kehidupan. Hal tersebut didasarkan pada

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi tantangan dan peluang tersebut. Kapasitas institusi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang dari dilakukan penelitian ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

VISI MISI BAKAL CALON REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO MASA JABATAN TEMA MERETAS KESETARAAN DAN KEBERSAMAAN UNTUK MENGEMBANGKAN UNG

KEBIJAKAN AKADEMIK PROGRAM PASCASARJANA UNHAS

MATERI PRESENTASI SELEKSI CALON DEKAN. Dr.Ida Bagus Putera Manuaba, Drs., M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non

STRATEGI PENERAPAN KELEMBAGAAN PERGURUAN TINGGI MANDIRI MELALUI BHP. TIUR ASI SIBURIAN Abstrak

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera

(RIP) POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Demi tercapainya kualitas hidup yang lebih baik di butuhkan upaya-upaya dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUKU KEBIJAKAN MUTU SPMI UMN AW BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

Makna yang tersurat dalam rumusan tujuan tersebut

Bersatu dalam Sinergi


I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Assalamu alaikum wa Rahmatullaahi wa Barakatuh

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM)

2 Peraturan Pemerintah tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Badan Hukum merupakan amanat dari Pasal 89 ayat (3) Undang-Undang Nomor

BUKU MANUAL PROSEDUR. KEGIATAN MATRIKULASI MAHASISWA BARU Kiat Belajar Aktif dan Kreatif di Perguruan Tinggi Bagi Mahasiswa Baru STAIN Kudus

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini banyak menjadi sorotan publik

MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM ERA OTONOMI DAERAH

Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016

KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE DALAM PELAYANAN PUBLIK. Oleh : TEDDY CHRISTIAN ZAKHARIA GANAP

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN DASAR, MENENGAH, DAN TINGGI DI INDONESIA *

TATA KELOLA PERGURUAN TINGGI YANG BAIK, TRANSPARAN, DAN AKUNTABEL

Transkripsi:

PERGURUAN TINGGI BADAN HUKUM MILIK NEGARA (PT-BHMN) DITINJAU DARI PERSPEKTIF FILOSOFIS DAN SOSIOLOGIS Oleh Rochmat Wahab Pengantar Nothing is permanent but change It is better able to understand the shifts and demands of its environment; it is better equipped to reinvent it self and to make continual improvement an accepted way to institutional life. (Johnson etc. 1995) Kecenderungan Globalisasi yang muncul akhir tahun 1990-an menuntut seluruh bangsa se dunia untuk memiliki kemampuan kompetitif pada SDM dan institusi. Untuk itulah diperlukan upaya yang sistematis untuk dapat menghasilkan SDM yang berkualitas dan memiliki komitmen yang tinggi untuk bersaing. Untuk dapat menghasilkan SDM yang berkualitas sangatlah diperlukan perguruan tinggi yang benar-benar tangguh, yaitu PTN yang mandiri dan otonom dalam mengambil suatu sikap yang dapat dipertanggungjawabkan. Di antara PTN-PTN di Indonesia, ada sejumlah PTN yang memiliki kemampuan untuk dapat melakukan pengelolaan sendiri secara bertanggung jawab, sehingga dipandang perlu adanya suatu pergeseran manajemen PTN secara birokratik menuju manajemen PT secara koorporatik,atau yang sudah populer disebut PT- BHMN. Kehadiran PT-BHMN kontroversi. Hal ini wajar, karena hingga kini masih dipandang sebagai suatu PT-BHMN merupakan suatu inovasi manajemen PT. Setiap sesuatu yang inovatif pada awalnya selalu menghadapi sikap yang variatif, dari yang pro dan kontra. Oleh karena itulah perlu pemahaman dan pengkajian secara proporsional terhadap PT-BHMN sehingga tidak terjadi kontra produktif. Dalam kaitannya dengan itu, maka bahasan berikut akan lebih menekkankan pada perspektif filosofis dan sosiologis terhadap PT- BHMN. *Dibahas dalam Sarasehan Advokasi Nasional Lembaga Mahasiswa PT BHMN dan PTN calon BHMN dengan Tema Mengurai Benang Kusut Pendidikan di Indonesia yang diselenggarakan oleh BEM KM UGM pada tanggal 17 Desember 2004 di Kampus Bulaksumur Universitas Gadjah Mada. 1

Perspektif Filosofis Ada sejumlah nilai-nilai penting yang melandasi kehadiran PT-BHMN, di antaranya otonomi, keadilan, dan adaptabilitas. Pertama otonomi, bahwa PTN yang memiliki potensi besar akan lebih produktif, manakala PTN itu diberikan kemandirian dalam pengelolaan program, tenaga, keuangan, aset, dan pengawasannya, sehingga memudahkan untuk mencapai keunggulan akademik (academic excellence) yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan civitasnya. Otonomi mengindikasikan suatu kedewasaan, karena setiap langkah manajerial tidak berada pada posisi bergantung pada pihak lain, baik orang maupun institusi lain, tetapi didasarkan atas kemampuan dan tanggung jawab sendiri. Dengan demikian, tidaklah proporsional dan produktif, jika ada sejumlah PTN yang dipandang mampu melakukan pengelolaan sendiri, tetapi masih tetap bergantung pada pihak lain. Dalam kondisi yang demikian tidak berarti pemerintah melepaskan tanggung jawabnya, karena dalam batas tertentu pemerintah juga masih ikut bertanggung jawab dalam mengatasi persoalan yang dihadapi PT BHMN, dengan diwujudkan pada pemberian subsidi yang relatif masih cukup tinggi. Dengan otonomi tercipta keterbukaan yang seluas-luasnya bagi PT-BHMN untuk membangun networking dengan pihak dunia usaha dan industri sebagai stakeholders. Kedua keadilan, PT-BHMN lebih menjamin perlakuan yang adil, karena subsidi yang diberikan oleh pemerintah lebih diutamakan kepada yang lebih berhak. Selama ini PTN secara tidak sadar memberi bantuan kepada setiap mahasiswa secara sama, tanpa membedakan latar belakang sosial ekonomi mahasiswa. Demikian pula memberikan incentive kepada semua tenaga tanpa mempertimbangkan secara jeli unjuk kinerjanya, sehingga setiap orang yang kinerjanya sangat produktif, akan tetap sama memperoleh gaji dan incentive yang sama dengan orang yang tidak produktif sekalipun. Kondisi ini pada hakekatnya merupakan praktek manajemen yang tidak mendidik 2

Walaupun misi PT-BHMN menjunjung keadilan, melainkan bagi sejumlah orang yang merasa tak diuntungkan oleh manajemen baru ini, baik terkait dengan posisi, pembebanan biaya, atau konsekensi-konsekuensi lain yang tak menguntungkan dirinya, jelas PT-BHMN dinilai sebagai PTN yang komersial, diskriminatif, atau eksploitatif. Ketiga adaptabilitas, PT-BHMN diharapkan lebih mampu menghasilkan produk-produk universitas, baik yang terkait dengan pendidikan maupun penelitian yang memiliki kualitas handal yang mampu bersaing tingkat nasional maupun internasional. Tradisi kualitas dalam kondisi ini diharapkan menjadi bagian kultur kampus yang sangat penting, sehingga setiap langkah dari orang atau institusi yang ada dalam lingkungan PT-BHMN selalu dikaitkan dengan kualitas. Dalam kondisi yang demikian, diharapkan setiap lulusan dan produk lain yang dihasilkan baik berupa karya penelitian, karya tulis, atau karya-karya lainnya dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pihak lain. Perspektif Sosiologis Dalam perspektif sosilogis, kehadiran PT-BHMN dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, PT BHMN yang merupakan transformasi dari PTN merupakan dampak globalisasi. Hal ini terjadi karena perubahan sistem pendidikan yang terjadi di berbagai negara berkonsekuensi terhadap adanya perubahan sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Demikian pula perubahan global sungguh menuntut kemampuan sumber daya manusia yang handal, adaptif, lentur, kreatif, inovatif, dan mampu bekerja sama. Untuk menghasilkan produk sumber daya manusia tersebut dibutuhkan suatu PT yang benar-benar memiliki kemandirian dan akuntabel. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Nitsbit (1984) melalui Megatrendsnya, bahwa dewasa ini ada 10 kecenderungan, yang beberapa di antaranya: adanya pergeseran dari sentralisasi ke desentralisasi, instituional help ke self help, dan hirarchies ke networking. Bertitik tolak dari kecenderungan- 3

kecenderungan, maka maka kehadiran PT BHMN merupakan salah konsekuensi logis dari kecenderungan global yang sedang bergulir. Kedua, PT BHMN menjadi pusat perubahan (agent of change). PT merupakan suatu isntitusi yang memiliki kemampuan kontrol moral dan intelektual. Dengan potensi ini sangatlah beralasan bahwa PT menjadi ujung tombak dalam memerankan diri sebagai pusat perubahan dan pembaharuan yang ada di tengah-tengah masyarakat. PT BHMN dalam konteks ini memiliki tanggung jawab memikul fardlu kifayah dalam memerankan diri sebagai leader atau khalifah dalam berbagai sektor kehidupan. PT-BHMN hendaknya lebih mampu menjadikan dirinya sebagai a water ivory, bukan a ivory tower. Perubahan yang ada, setidak-tidaknya di Indonesia seharusnya bermula dari universitas, terlebih-lebih seperti PT-BHMN yang memiliki tanggung jawab moral untuk mengendalikan dan mewarnai perubahan dan pembaharuan yang ada. Mengkritisi PT-BHMN Implementasi PT-BHMN yang sudah berjalan sampai tahun keempat setelah keluarnya PP No. 61 tahun 1999 yang diperkuat dengan PP No. 152 sd 155 tahun 2000 kepada ke empat universitas, yaitu UI, UGM, ITB dan IPB, yang disusul dengan USU dan UPI, dengan segala argumentasinya hingga kini masih menyisakan banyak persoalan yang perlu terus klarifikasi dan pencerahan. Jika memperhatikan PP No. 61 tahun 1999 tersiurat bahwa semua PTN diharapkan menuju ke arah PT-BHMN, tinggal kesiapan masing-masing, sehingga wajar ada sejumlah PTN yang terus sibuk menyiapkan diri, walaupun dewasa ini sudah mulai diproses bahwa setiap institusi pendidikan sebagaimana yang dinyatakan pada pasal 53 UU no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa: (1) Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. (2) Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik. 4

(3) Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berprinsip nirlaba dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan Terkait dengan pasal tersebut di atas, khususnya untuk perguruan tinggi dipertegas dengan pasal 50 dalam UU yang sama, dinyatakan bahwa Perguruan tinggi menentukan kebijakan dan memiliki otonomi dalam mengelola pendidikan di lembaganya. Menyadari akan landasan hukum ini kiranya dalam implementasinya perlu disikapi secara kritis, karena ada beberapa alasan, di antaranya: Perlunya perlindungan terhadap institusi, bahwa diakui ada sejumlah bidang studi yang harus dilindungi dalam suatu PT-BHMN dan ada PT yang harus dilindungi dalam menerapkan PT-BHMN. Dalam kondisi seperti ini pemerintah memiliki tanggung jawab penuh untuk memberikan dukungan secara optimal, sehingga kepentingan stakeholders, terutama bangsa dan negara dapat dipenuhi. Adanya tafsiran otonomi yang berlebihan. Penafsiran otonomi yang berlebihan biasanya menguntungkan pihak-pihaktertentu, sehingga tidak dapat memenuhi visi dan tujuan PT-BHMN. Oleh karena itu dalam menggunakan otonomi untuk merumuskan kebijakan, mengelola personnel, mengelola keuangan dan aset, dan lainnya perlu dilandasi dengan nilai-nilai moral yang dijadikan landasan berdirinya PT-BHMN. Adanya kecenderungan usaha nyata komersialisasi melalui pendidikan. Memang dibenarkan bagi PT-BHMN untuk melakukan income generating yang bertumpu pada potensi dan kemampuannya, namun arah dan mekanisme income generating perlu mempertimbangkan prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan. Demikian juga dalam pengelolaan dana yang perlu berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Perlu diketahui bahwa dewasa ini masih ada 5

sejumlah PT yang tidak pernah membuat rincian laporan secara terbuka dalam setiap tahunnya. Masih adanya keengganan dunia usaha dan bisinis untuk melakukan kerja sama dan sharing dana pendidikan dengan perguruan tinggi. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena dapat membiarkan mereka kurang memiliki sense of responsibility dalam penyiapan SDM yang berkualitas. Untuk itu PT-BHMN perlu terus melakukan perbaikan sistem manajemennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan harapan dunia usaha dan industri (DUDI). Penutup PT BHMN sebagai tema diskusi masih menarik terus untuk dikaji, karena tema ini sangat terkait dengan kepentingan personal, sosial, dan institusional. Betapapun sempurnanya rasional yang dipakai landasan dalam membangun dan mengembangembangkan, PT-BHMN tetap masih bisa dinilai sebagai suatu yang sangat patut ditolak kehadirannya, sekiranya dalam proses implementasinya tidak didukung oleh personalia dalam membuat kebijakan dan operasionalisasi program yang dilndasi dengan hati nurani. Bahwa perubahan yang dilakukan adalah menuju yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan kemanusiaan. Daftar Pustaka Bol, Derek, (1982), Beyond the Ivory: Social Responsibilies of the Modern University, Cambrige: Harvard University Press. Johnson, S.L. etc. (1995), Reinventing the University: Managing and Financing Institutions of Higher Education, New York: John Wiley & Sons, Inc. Nisbits, John, 1984), Megatrends: Ten New Dicetions Transforming Our Lives, New York: Warner Books, Inc. Osborne, D. And Plastrik, Peter, (1997), Banishing Bureaucracy: The Five Strategies fo Reinventing Government, New York: Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Depdiknas (1983), Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 61 tahun 1999 tentang Penetapam Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan Hukum. 6

7