BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengacu pada prinsip good governance bahwa pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun daerah harus menyajikan laporan keuangan yang transparan dan akuntable. Tujuannya agar semua yang dilaporkan bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, termasuk aset tetap berupa Barang Milik Negara (BMN) maupun Barang Milik Daerah (BMD). Pengelolaan aset Negara ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dalam prakteknya, banyak faktor yang menjadi kendala, antara lain tenaga SDM untuk menyajikan laporan keuangan belum cukup banyak, kebijakan untuk pengelolaan aset yang belum mengakomodir semua hal yang diperlukan, penguasaan dan pemeliharaan aset agar tidak hilang, rusak, atau dicuri, dan sebagainya. Meskipun belum sempurna seperti yang diharapkan tetapi penataannya harus dimulai karena aset pemerintah adalah kekayaan yang harus dipelihara, diamankan, dan dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai amanah yang harus diemban untuk masyarakat sebagai stakeholders. Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2007) yang berjudul Penelitian berjudul Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Pengamanan Aset Daerah Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan antara inventarisasi, pembukuan, dan pelaporan mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap pengamanan aset daerah. Secara umum, barang adalah bagian dari kekayaan yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai/dihitung/diukur/ditimbang dan dinilai, tidak termasuk 1
uang dan surat berharga, sementara itu ada hal penting yang harus dipahami dalam pengelolaan barang milik daerah, yakni terdapat perbedaan antara Barang Milik Daerah dengan Barang Milik Negara. Menurut undang-undang nomor 1 tahun 2004, Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Perolehan lainnya yang sah antara lain berasal dari hibah dan rampasan/sitaan. Sementara itu yang dimaksud dengan barang milik daerah dalam Pemendagri Nomor 17 tahun 2007 adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur, atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya. Dimana pengelolaan barang milik Negara/daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Pertanggungjawaban atas BMD kemudian menjadi semakin penting ketika pemerintah wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD dalam bentuk laporan keuangan yang disusun melalui suatu proses akuntansi atas transaksi keuangan, aset, hutang, ekuitas dana, pendapatan dan belanja, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungan. Informasi BMD memberikan sumbangan yang signifikan di dalam laporan keuangan (neraca) yaitu berkaitan dengan pospos persediaan, aset tetap, maupun aset lainnya. Pemerintah wajib melakukan pengamanan tehadap BMD. Pengamanan tersebut meliputi pengamanan fisik,
pengamanan administratif dibutuhkan sistem penatausahaan yang dapat menciptakan pengendalian (controlling) atas BMD. Selain berfungsi sebagai alat control, sistem penatausahaan tersebut juga harus dapat memenuhi kebutuhan manajemen pemerintah didalam perencanaan pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, maupun penghapusan (disposal). Pengelolaan barang milik Negara/Daerah merupakan fungsi yang sangat strategis dan vital. Dilihat dari sudut politik, hal ini berhubungan langsung dengan pengejawantahan kedaulatan rakyat untuk melindungi segenap tumpah darah dan tanah air Indonesia, yaitu bahwa setiap jengkal wilayah NKRI harus kita jaga dan pelihara agar tidak jatuh ke tangan pihak luar, sedangkan dari sudut fiskal, pengelolaan barang milik Negara harus menjadi concern kita bersama, bahwa hampir kurang lebih 80% dari komposisi kekayaan Negara kita adalah berbentuk aset tetap (tanah atau bangunan), dimana pada LKPP beberapa tahun belakangan ini masih menjadi persoalan dan sorotan auditor eksternal pemerintah (BPK) dalam memberikan opini. BPKP pada kesempatan rapat dengar pendapat dengan DPR (Selasa, 12/6/2007) mengungkapkan bahwa aset negara dihampir 90% lembaga Negara belum dikelola secara professional, dimana aset Negara belum terinventarisasi dengan baik dan memadai sehingga berakibat Laporan Keuangan (LK) lembaga Negara tersebut kualitasnya buruk. Berdasarkan data diatas, pengelolaan barang daerah merupakan suatu yang harus dilaksanakan dengan baik agar dapat memberikan gambaran tentang kekayaan daerah, adanya kejelasan status kepemilikan, pengamanan barang daerah, peningkatan PAD daerah dengan pemanfaatan aset daerah yang ada, serta dapat digunakan untuk dasar penyusunan laporan keuangan. Pengelolaan barang
milik daerah haruslah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis sehingga pengamanan aset daerah dapat terjaga dengan baik. Mengingat Kabupaten Aceh Tamiang yang Merupakan Pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur. Maka, permasalahan ini menarik untuk di teliti dengan mengambil judul Hubungan Pengelolaan Barang Milik Daerah Dengan Pengamanan Aset Daerah Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang. Dengan maksud melanjutkan penelitian sebelumnya. Penelitian ini merupakan replika dari penelitian Mizan Ahmad, Peneliti merasa perlu melakukan kembali mengenai hubungan pengelolaan barang milik daerah terhadap pengamanan aset daerah untuk membuktikan apakah hasil penelitian selanjutnya sama atau berbeda, perbedaan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi penelitian dan judul penelitian, jika pada skripsi sebelumnya peneliti meneliti tentang pengaruh pengelolaan barang milik daerah terhadap pengamanan aset daerah sedangkan penelitian sekarang meneliti tentang hubungan pengelolaan barang milik daerah dengan pengamanan aset daerah. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa masalah yang ingin di identifikasi, antara lain: 1. Apakah pengelolaan barang milik daerah dan pengamanan aset telah terselenggara dengan baik pada Pemerintahan Kabupaten Aceh Tamiang 2. Apakah pengelolaan barang milik daerah mempunyai hubungan dengan pengamanan aset daerah pada Pemerintahan Kabupaten Aceh Tamiang.
1.3 Pembatasan Masalah Untuk menghindari kesimpangsiuran dan kesalahpahaman terhadap penelitian yang akan di teliti, maka perlu adanya suatu pembatasan masalah untuk memberi arah pada pembahasan penelitian ini. Oleh karena itu penulis membatasi masalah hanya pada pengelolaan barang milik daerah dengan pengamanan aset daerah yang dilaksanakan pada SKPD Pemerintahan Kabupaten Aceh Tamiang. 1.4 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan antara pengelolaan barang milik daerah dengan pengamanan aset daerah? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, Tujuan penelitian ini adalah : Untuk menguji apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pengelolaan barang milik daerah dengan pengamanan aset daerah pada SKPD Kabupaten Aceh Tamiang. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi penulis penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang diharapkan mampu meningkatkan pemahaman terkait dengan sistem pengelolaan barang milik daerah dan pengamanan aset daerah.
2. Dalam bidang akademik diharapkan dapat menambah literature yang berhubungan dengan akuntansi pemerintahan, khususnya mengenai barang milik daerah dan pengamanan aset daerah. 3. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pemerintah daerah agar menjadi pertimbangan dalam pengelolaan barang milik daerah sebagai aset daerah yang bernilai. 4. Bagi pihak lain atau pembaca, memberikan sumbangan wawasan terhadap penelitian akuntansi yang berhubungan dengan pengelolaan barang milik daerah dan pengamanan aset daerah.