Wajib Latih Penanggulangan Bencana Lahar Hujan Gunungapi Merapi



dokumen-dokumen yang mirip
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB V PENUTUP. 1. Berdasarkan hasil analisis mean sistem manajemen bangunan pasca letusan

DATABASE ANGGOTA PERHIPTANI KABUPATEN WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2014

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ANGGOTA PERHIPTANI KABUPATEN BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

DAFTAR CALON TETAP ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

,096 1 SUDJITO, SH TRI SAPTO ARGO ALFIAH, SE MARJONO SETYO WASIYATI, S.

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

PENGUMUMAN HASIL TES TERTULIS CALON ANGGOTA PANWASLU KECAMATAN Se-KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR : 019 /POKJA-PANWAS.SKH/ IX/ 2017

NOMOR : 1 (SATU) PARTAI NASIONAL DEMOKRAT NOMOR : 2 (DUA) PARTAI KEBANGKITAN BANGSA MODEL BE1. ACHMAD SUBCHAN KATSIR, S.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

DAFTAR CALON TETAP ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN /KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian Selatan dan Timur Indonesia terdapat

DAFTAR CALON TETAP ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN /KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan hidup seseorang, baik sebagai individu maupun sebagai warga

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

II. DATA PENGGUNAAN SURAT SUARA SAWAHAN NGETOS BERBEK LOCERET. 4 Jumlah surat suara yang digunakan III.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

USULAN KEGIATAN KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR (KMP) DESA KEMBANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran : Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Ponorogo Nomor : 11 / SK / KPU / Tahun 2009 Tanggal : 22 April 2009

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan masih aktifnya proses erupsi dan peningkatan aktifitas

VERIFIKASI KELENGKAPAN PESERTA TES PENDAMPING DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

Powered by TCPDF (

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS

KESIAPSIAGAAN SMP NEGERI 1 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM NASKAH PUBLIKASI

HIMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

DAFTAR CALON TETAP ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

Definisi dan Jenis Bencana

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA

SEKRETARIAT. 1. KEPALA DINAS Nama : Ir. Teguh Dwi Paryono, MT. Kantor : Jl. Madukoro AA-BB No. 44 Semarang 50144

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

ABSTRAK. Kata kunci : Gunungapi, Banjir Lahar, Kerusakan Permukiman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana. kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN

DAFTAR NAMA PEGAWAI KANTOR PENGELOLAAN PASAR KAB BANTUL PER : DESEMBER 2013

BAB IV DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN. Buku Profil BPBD Kabupaten Sleman Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 002 / Kpts/ KPU- WSB- 012.

PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Wajib Latih Penanggulangan encana Lahar Hujan Gunungapi Merapi Diterbitkan Oleh :

WAJI LATIH PENANGGULANGAN ENCANA LAHAR HUJAN GUNUNGAPI MERAPI Penyelaras Tata Letak Desain Sampul : Eko Teguh Paripurno, Sigit Purwanto, Wana Kristanto, Indra askoro Adi : Grasea Timotella, Indra Wibi : Agung Trip Ink, Grasea Timotella Wajib Latih Penanggulangan encana Lahar Hujan Gunungapi Merapi Yogyakarta : adan Nasional Penanggulangan encana (NP), alai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (PPTK), Pusat Studi Manjemen encana UPN Veteran Yogyakarta, Paguyuban Siaga (PASAG) Merapi, Forum Merapi : 2012 Halaman iv, 442, Ukuran 29,7 x 21 ISN......... Dicetak di Yogyakarta, Indonesia

Daftar Isi A. Pengantar...1. Prakata...2 D. Kerangka Kegiatan...3 D.1. Dasar Pemikiran...3 D.2. Tujuan...4 D.3. Sifat...4 D.4. Sasaran...4 D.5. Penyelenggaraan dan Sumberdaya...4 D.6. Hak dan Kewajiban Peserta...5 D.7. Produk...5 Kajian Risiko encana...5 Prosedur Tetap Tingkat Dusun/RW...6 E. Proses dan Hasil Kegiatan...9 E.1. Identifikasi Lokasi...9 E.2. Lokakarya Pembaruan Modul...10 E.3. Pelatihan Fasilitator...12 E.4. Persiapan...13 E.5. Pelaksanaan...15 iii

E.6. Evaluasi...17 E.7. Pengelolaan Hasil...18 E.8. Lokakarya Rencana Tindak Lanjut...18 F. Lampiran...19 F.1. Daftar Peserta Wajib Latih Penanggulangan encana Kabupaten oyolali...21 Kabupaten Klaten...22 Kota Yogyakarta...27 Kabupaten Magelang...29 Kabupaten Sleman...39 F.2. Peta Risiko encana Kabupaten oyolali...45 Kabupaten Klaten...63 Kabupaten Magelang...113 Kabupaten Sleman...295 Kodya Yogyakarta...395 F.3. Prosedur Penanggulangan encana...414 F.4. Analisis Risiko...435 iv

A. Pengantar Tahun 2009 masyarakat internasional menjuluki Indonesia sebagai supermarket bencana. Julukan ini diberikan karena segala macam bentuk bencana bisa terjadi di Indonesia dengan frekuensi kejadian tinggi serta kerugian nyawa dan harta benda tidak kecil. encana-bencana tersebut bisa berasal dari ancaman alamiah maupun akibat kegiatan manusia. Mulai dari tsunami, banjir, letusan gunungapi, gempa bumi, longsor, angin puting beliung, gelombang pasang, kekeringan, kebakaran, pencemaran, dan kecelakaan transportasi. Sekilas julukan supermarket bencana kedengarannya seperti hinaan. Tetapi jika kita dalami dengan niat baik memperbaiki diri sendiri, maka julukan sebenarnya cara internasional mengingatkan kita agar segera sadar dan bangkit dari ketertinggalan dalam gerakan internasional pengurangan risiko bencana. Kerugian nyawa dan harta benda dalam setiap kali kejadian bencana berasal dari ketidakseriusan kita dalam mengurangi risiko bencana. atu penjuru gerakan pengurangan risiko bencana internasional ditandai dengan disepakati Kerangka Aksi Hyogo (Hyogo Framework of Action) di Hyogo, Jepang pada tahun 2005 oleh 136 negara di dunia termasuk Indonesia. Dalam kerangka aksi itu dinyatakan setiap negara penandatangan kerangka aksi itu akan melakukan usaha-usaha pengurangan risiko bencana lima langkah aksi yakni : 1) Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana (PR) merupakan sebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat tata pemerintahan, 2) Mengidentifikasi, menjajagi dan memonitor risiko-risiko bencana dan meningkatkan peringatan dini, 3) Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat, 4) Mengurangi faktor-faktor risiko yang mendasari, 5) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana untuk respon yang efektif di semua tingkat. Setelah itu Pemeritah Indonesia mengeluarkan UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan encana, dengan harapan dapat menurunkan kerugian-kerugian akibat bencana sehingga meringkan beban pembangunan. Wajib latih ini merupakan bagian dari usaha membumikan gerakan kesadaran pengurangan risiko bencana sebagaimana diamanatkan undang-undang tersebut. 1

. Prakata Erupsi gunungapi Merapi tahun 2010 menyebabkan 365 jiwa meninggal serta kerugian material 3,2 triliun rupiah. Situasi belum sempat reda, terjadi lahar hujan di sungai-sungai berhulu di puncak Merapi dan menyebabkan ribuan orang kehilangan aset atau terpaksa mengungsi. Memasuki tahun 2012, ancaman primer (letusan) dan sekunder (lahar hujan) masih bersifat laten dengan potensi kekuatan dan sebaran berpeluang melenyapkan hasil pembangunan dalam beberapa menit saja. Di sisi lain sebagian besar masyarakat di kawasan rawan bencana gunungapi Merapi belum memiliki kesiapan memadai dan terukur dalam merespon kedua jenis ancaman tersebut secara proporsional. Meskipun pemerintah dan organisasi masyarakat sipil telah banyak melakukan kegiatan-kegiatan penguatan kapasitas masyarakat di bidang kesiapsiagaan bencana. Jika tak segera dikurangi, kerawanan pada sisi masyarakat ini berpeluang menciptakan kembali kondisi bencana manakala kedua jenis ancaman terebut kembali terjadi. Wajib Latih Penanggulangan encana (WLP) tahun 2012 merupakan upaya untuk ikut memastikan adanya peningkatan kapasitas masyarakat bidang kesiapsiagaan menghadapi ancaman primer maupun sekunder gunungapi Merapi. Sekaligus usaha untuk terus mengembangkan WLP sebagai model alternatif mewujudkan masyarakat berketahanan terhadap bencana di setiap gunungapi di Indonesia. WLP 2012 merupakan hasil kerjasama Pasag Merapi, Pusat Studi Manajemen encana - LPPM UPN Veteran Yogyakarta, Forum Merapi, dengan dukungan dari alai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (PPTK) dan adan Nasional Penanggulangan encana (NP), dalam kerangka program rehabilitasi-rekonstruksi paska erupsi Merapi 2010. Secara umum kegiatan ini bertujuan mewujudkan masyarakat kawasan rawan bencana gunungapi Merapi berketahanan terhadap bencana. Sasaran pelatihan meliputi perempuan dan laki-laki, berusia di atas 17 tahun, sehat jasmani dan rohani, berdomisili di kawasan rawan bencana gunungapi Merapi dan belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan serupa. Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu Januari Maret 2012 dengan cakupan 38 desa/kelurahan berpotensi terlanda ancaman sekunder serta 5 desa berpotensi terlanda ancaman primer. Dalam pelaksanaannya WLP 2012 ini akan melibatkan 64 fasilitator Pasag Merapi dan PSM-LPPM UPN Veteran Yogyakarta serta 10 nara sumber ahli dari PPTK. Hasil keluaran WLP 2012 diantaranya, 1) masyarakat di kawasan rawan bencana KR 1 Gunungapi Merapi memiliki pengetahuan dasar dan keterampilan menyelamatkan diri beserta aset-asetnya dari ancaman primer maupun sekunder, 2) masyarakat di Kawasan Rawan encana Gunungapi Merapi memahami konsep pengurangan risiko bencana, mampu melakukan kajian risiko bencana serta menerapkan rencana kesiapsiagaan di lingkungan tempat tinggalnya. 2

D. Kerangka Kegiatan D.1. Dasar Pemikiran eragam bencana baik alam maupun akibat perbuatan manusia terus terjadi di Indonesia dan menyebabkan kerugiankerugian aset masyarakat serta pemerintah yang makin memberatkan pembangunan. encana kini menjadi ancaman paling nyata bagi bangsa Indonesia. ila ancaman terhadap kedaulatan negara berasal dari negara lain dapat dihadapi dengan menerapkan wajib militer bagi warga negara maka ancaman terhadap kedaulatan negara yang berasal dari bencana juga dapat dihadapi dengan penerapan Wajib Latih Penanggulangan encana (WLP). Kawasan Rawan encana merupakan suatu daerah yang rawan terhadap suatu jenis ancaman bahaya tertentu seperti gempa bumi, letusan gunungapi, tanah longsor, banjir. Terbitnya Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan encana telah memunculkan harapan kemajuan penanggulangan bencana. Undang-Undang itu secara eksplisit mengatur hak perlindungan bagi masyarakat korban bencana. Namun, undang-undang itu tidak menyinggung kewajiban bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana. Hal itu merupakan bentuk kekurangan yang harus segera diisi dengan tindakan pencerahan kesadaran masyarakat Kawasan Rawan encana tentang kewajiban-kewajiban mereka untuk turut berperan dalam penanggulangan bencana. WLP merupakan konsep alternatif untuk menjawab kebutuhan di atas. Dalam jangka pendek WLP dapat menjadi strategi peningkatkan kapasitas penanggulangan bencana masyarakat di Kawasan Rawan encana. Dalam jangka panjang WLP, dapat dijadikan alat rekayasa sosial bagi terbentuknya masyarakat berketahanan terhadap bencana (community disaster-resillience) yang dicirikan dengan adanya budaya siaga bencana atau selalu menggunakan pertimbangan-pertimbangan risiko masuk akal dalam aktifitas keseharian mereka. Untuk tujuan jangka panjang ini WLP membutuhkan kesinambungan. Sekurang-kurangnya WLP diselenggarakan setahun sekali di tingkat desa kawasan rawan bencana. Kesinambungan WLP akan menjadikannya sebagai sumber pengetahuan dan nilai yang terus-menerus digunakan sebagai prasyarat dasar perubahan sikap (cara pikir, cara melihat dan cara mendekati permasalahan bencana), menjadi perilaku (cara bekerja) yang sesuai dengan sikap. Agar perilaku ini dapat terpola berulang-ulang dan menjadi kebiasaan, yang akhirnya akan menjadi suatu budaya. Sebaiknya WLP dikuatkan dalam peraturan daerah penanggulangan bencana dan dijadikan program dalam adan Penanggulangan encana Daerah sesuai yang diamanatkan oleh UU No.24/2007. 3

D.2. Tujuan Tujuan Umum Jangka Panjang: Membentuk budaya masyarakat yang berketahanan terhadap bencana Tujuan Khusus: 1. 2. 3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang potensi bencana yang ada di lingkungannya. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko sehingga mampu mengambil keputusan tindakan pengurangan risiko secara mandiri. Meningkatkan ketrampilan masyarakat untuk melindungi diri sendiri, keluarga dan anggota masyarakat lainnya bila terjadi bencana. D.3. Sifat 1. 2. 3. WLP wajib diikuti oleh masyarakat Kawasan Rawan encana, meskipun tidak ada sanksi yang mengikat. agi masyarakat di luar kawasan rawan bencana bersifat sukarela. Penyelenggaraan WLP atas dasar kemanusiaan, keselamatan manusia, tanpa pamrih. Namun demikian penyelenggaraan WLP haruslah terencana, sistematik dan dapat di pertanggungjawabkan. Dalam penyelenggaraannya, WLP tidak membedakan suku, agama, ras, antar golongan dan jenis kelamin. D.4. Sasaran: Setiap individu di kawasan rawan bencana. erumur 17 hingga 50 tahun atau sudah menikah, sehat secara rohani, dan mendapat ijin dari suami/istri. D.5. Penyelenggaraan dan Sumberdaya: 1. 2. 3. 4 WLP bisa diselenggarakan oleh lembaga pemerintah dan atau lembaga non-pemerintah berkompeten di bidang penanggulangan bencana atas sepengetahuan dan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat. Aspek ini merupakan etiket penyelenggaraan WLP untuk menghindari tumpang-tindih kegiatan dan bermakna pengakuan pada pemerintah sebagai pemegang mandat utama penanggulangan bencana. Dana penyelenggaraan WLP berasal dari APN/APD atau sumber tidak mengikat lainnya. Fasilitator WLP bisa berasal dari lembaga pemerintah maupun non-pemerintah berkompeten di bidangnya atau setidaknya telah memperoleh pelatihan kemampuan secara terukur.

D.6. Hak dan Kewajiban Peserta: 1. 2. 3. Mendapatkan sertifikat dari penyelenggara. Memberikan masukan pelaksanaan WLP, baik materi maupun teknis penyelenggaraannya. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam penanggulangan bencana di desanya. D.7. Produk Salah satu hasil dari WLP adalah tersusunnya Kajian Risiko encana dan Prosedur Tetap Tingkat Dusun/RW. Kajian Risiko encana Pengkajian risiko bencana merupakan kegiatan tahap awal dalam pengelolaan risiko bencana. ertujuan untuk menemukenali faktor-faktor risiko dan aset-aset penghidupan berisiko, selanjutnya dijadikan dasar rencana aksi pengelolaan risiko bencana. Risiko bencana diartikan perkiraan kerugian pada satu atau lebih aset penghidupan akibat suatu kejadian ancaman/bahaya. entuk risiko bencana dapat berupa kematian, luka-luka, sakit, kehilangan rumah dan harta benda, serta gangguan pada kegiatan masyarakat. Risiko bencana dapat diketahui dengan mengkaji faktor (1) ancaman, (2) kelemahan, dan (3) kekuatan. Faktor ancaman, berupa kejadian alamiah, dampak kegiatan manusia atau gabungan keduanya. Ancaman alamiah seperti gempa bumi, letusan gunungapi, tsunami, wabah, hama, banjir dan longsor. Ancaman dampak kegiatan manusia meliputi konflik sosial, pencemaran, kegagalan teknologi dan kecelakaan transportasi. Ancaman seperti banjir, longsor, wabah, hama, dan kecelakaan transportasi juga sering diartikan sebagai kombinasi antara peristiwa alamiah dan kesalahan manusia. Faktor kelemahan, yakni kondisi-kondisi negatif penyebab masyarakat dapat terpapar dan mengalami kerugian akibat peristiwa ancaman. Tinggal di kawasan rawan bencana, miskin, tidak paham tanda-tanda ancaman, masa bodoh, korupsi, kebijakan pembangunan tidak sensitif bencana adalah contoh-contoh kelemahan paling umum di Indonesia. Faktor kekuatan, yakni bentuk-bentuk sumberdaya pada masyarakat dan para pihak untuk mencegah atau mengurangi ancaman, menghindari ancaman serta mengurangi kelemahan-kelemahan. entuk sumberdaya dapat berupa misalnya biaya, tenaga, alat, pengetahuan, kebijakan, sikap. Pola hubungan tiga faktor diatas sehingga menghasilkan risiko bencana dapat diekspresikan dengan persamaan: Ancaman X Kelemahan Risiko encana = ----------------------------------- Kekuatan 5

Mengurangi risiko bencana dapat dilakukan dengan mengubah nilai faktor-faktor ancaman, kelemahan dan kekuatan. Risiko bencana akan menjadi rendah/kecil apabila; 1) ancaman dikurangi atau dicegah, 2) kelemahan diturunkan atau 3) kekuatan ditingkatkan. Tidak semua jenis ancaman dapat dicegah atau dikurangi intensitasnya seperti misalnya gempa bumi, tsunami dan letusan gunungapi. Mengurangi risiko bencana pada jenis ancaman tersbut dapat dilakukan dengan mengurangi kelemahan-kelemahan serta meningkatkan kemampuan. Membentuk tim siaga bencana kampung, merancang jalur evakuasi tsunami, menentukan tanda bahaya, merupakan bentuk kegiatan mengurangi risiko bencana dengan mengurangi kelemahan sekaligus meningkatkan kemampuan. Pengelolaan risiko bencana pada intinya merupakan serangkaian kegiatan bertujuan memperkecil kemungkinan kerugian akibat suatu kejadian. Agar efektif, pengelolaan risiko bencana harus didahului dengan pengkajian risiko bencana. Dari pengkajian tersebut akan diperoleh informasi-informasi detil tentang ancaman, kerentanan dan kekuatan. Selanjutnya informasi-informasi tersebut dapat disusun dan dianalisis. Hasil analisis kemudian dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan tindakan pengelolaan risiko bencana. Suatu kajian kajian risiko bencana tidak mengenal hasil akhir. Karena setiap perubahan situasi pada masyarakat serta kondisi lingkungannya dapat menjadikan hasil kajian usang dan perlu pemutakhiran. Pendekatan partisipatif juga bertujuan memastikan masyarakat mampu melakukan pemutakhiran hasil kajian secara berkala dan mandiri. Prosedur Tetap Tingkat Dusun/RW Prosedur Tetap Tingkat Dusun/RW dapat dimaknai sebagai, rencana bersama untuk keselamatan bersama. Ia dapat juga menjadi semacam pedoman pelaksanaaan tindakan penyelamatan pada saat terjadi bencana. Dapat berbentuk dokumen tertulis, gambar, atau gabungan keduanya. Suatu prosedur tetap sekurang-kurangnya terdiri dari: - Kajian ancaman. agian ini menjelaskan karakter-karakter ancaman sebagai gambaran skenario kejadian bencana (intensitas, daerah dan perkiraan jumlah penduduk terkena dampak) - Pembagian peran dan tanggungjawab parapihak. agian ini menjelaskan secara terperinci tentang siapa saja terlibat, apa tugas masing-masing, bagaimana cara melakukan tindakan, dan kapan suatu tindakan harus dilakukan. - Kajian kebutuhan dan kesenjangan sumberdaya. agian ini membandingkan antara kebutuhan dengan ketersediaan sumberdaya.. - - Rencana kegiatan. agian ini menjelaskan secara terperinci rencana kegiatan-kegiatan lanjutan setelah penyusunan. Kegiatan lanjutan diantaranya pemenuhan kebutuhan sumberdaya, pelatihan-pelatihan teknik (misal P3K/PPGD), simulasi 6 ruangan dan simulasi lapangan, pemasangan rambu evakuasi, serta agenda pembaharuan rencana kesiapsiagaan.

Prosedur Tetap Dibuat Dengan Tujuan Dasar: - - - Memberikan pedoman penanganan keadaan darurat. Prosedur tetap dapat menjadi pedoman bagi para pelaku dalam menjalankan peran masing-masing pada saat darurat, sesuai dengan kesepakatan (urutan kegiatan, cara melakukan, kapan melakukan dan dimana melakukannya). Meminimalisir korban meninggal. Prosedur tetap dibuat untuk meminimalkan kemungkinan adanya korban meninggal akibat peristiwa ancaman. Mengurangi penderitaan. Prosedur tetap dibuat juga untuk kebutuhan dasar pengungsi, perawatan korban luka-luka, dan pengurusan korban meninggal. 10 Prinsip Prosedur Tetap eberapa prinsip rencana kesiapsiagaan perlu ditegaskan untuk memastikan manfaat- manfaat dan keberfungsiannya. Prinsipprinsip dibawah ini kurang lebih baku; 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Satu ancaman. Satu prosedur tetap hanya untuk satu jenis ancaman. Karena ada perbedaan mendasar antara karakter suatu ancaman dengan ancaman lainnya (sumber/penyebab, tanda-tanda, kekuatan, keparahan dampak, perkiraan daerah terkena dampak, periode dan frekuensi ancaman). Pemilihan jenis ancaman untuk dibuat rencana kesiapsiagaannya sudah dilakukan pada tahap pengkajian risiko bencana. Masuk akal. Harus berdasarkan pertimbangan masuk akal antara tingkat ancaman dengan kemampuan-kemampuan tersedia. Keswadayaan. Harus mengutamakan keswadayaan. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dalam rencana kesiapsiagaan sebisa mungkin menggunakan sumberdaya setempat agar tidak memunculkan ketergantungan baru. Dukungan sumberdaya dari luar komunitas sifatnya hanya pelengkap saja. Jelas dan tegas. ahasa, gambar, atau keterangan-keterangan dalam rencana kesiapsiagaan harus bermakna jelas dan tegas. Hal ini penting untuk menghindari kebingungan atau salah tafsir. Mudah dipahami. Harus sesederhana mungkin agar mudah dipahami parapihak dengan beragam latar belakang. Partisipatif. Harus disusun secara partisipatif melibatkan sebanyak mungkin parapihak/unsur di dalam suatu unit sosial. Kesepakatan adalah pilar utama pembentukan suatu rencana kesiapsiagaan efektif. Disepakati dan diataati oleh semua pihak. Pelanggaran atas satu tatanan/kesepakatan peran dapat menggagalkan seluruh tujuan rencana kesiapsiagaan 7

8. 9. erkekuatan hukum. Apabila perlu dapat diberi kekuatan hukum agar ditaati dan memiliki dasar kuat dalam pengerahan sumberdaya. Disimulasikan. Uji coba dengan simulasi berguna untuk membuktikan dan memperbaiki efektivitas suatu rencana kesiapsiagaan. Simulasi dapat dimulai dari simulasi di dalam ruangan dan kemudian dilanjutkan dengan simulasi lapangan. Simulasi lapangan dilakukan semirip mungkin dengan kejadian sebenarnya. 10. Selalu diperbaharui. Karakter ancaman, kelemahan dan kekuatan sangat mungkin berubah seiring waktu, karenanya suatu rencana kesiapsiagaan selalu perlu pembaharuan berkala. D.8. Silabi Pelatihan Topik Latihan Tujuan Indikator Topik 1. Memulai Pelatihan Topik 2. Mengenal Ancaman Primer- Sekunder Gunungapi dan Sistem Peringatan Dininya Topik 3. Mengkaji Risiko encana Dusun/RW/RT Topik 4. Mempetakan Risiko encana Dusun/RW/RT Topik 5. Menyusun Prosedur Tetap Penanggulangan encana 1. Menciptakan suasana belajar menyenangkan 2. Mengkomunikasikan tujuan dan hasil pelatihan Memberikan pengetahuan tentang konteks ancaman lahar hujan dan sistem peringatan dininya Memberikan pemahaman dan keterampilan tentang pengertian risiko bencana dan cara menilai tingkat risiko bencana. Memberikan pengetahuan dan keterampilan mengidentifikasi ancaman lahar hujan Memperkuat kemampuan masyarakat menyusun prosedur tetap penanggulangan bencana lahar hujan 1. Peserta dan fasilitator saling mengenal 2. Peserta memahami tujuan dan hasil pelatihan 3. Peserta memahami alur acara pelatihan 1. Peserta dapat menjelaskan minimal 2 jenis bahaya ancaman gunungapi 2. Peserta dapat menjelaskan minimal 1 bentuk sistem peringatan dini ancaman lahar hujan 1. Peserta mampu menjelaskan minimal 2 faktor risiko bencana dikawasan rawan bencana lahar hujan 2. 3. Peserta mampu menjelaskan minimal 2 cara untuk mengurangi risiko lahar hujan Peserta dapat melakukan kajian risiko bencana di lingkungannya Masyarakat mampu memetakan ancaman lahar hujan di lingkungannya Dihasilkannya rancangan prosedur tetap penanggulangan bencana lahar hujan tingkat dusun/rw/rt 8

E. Proses dan Hasil Kegiatan E.1. Identifikasi Lokasi Kegiatan ini bertujuan menetapkan lokasi-lokasi pelaksanaan wajib latih. Dilakukan dengan survey lapangan untuk mengidentifikasi potensi ancaman lahar hujan di desa dan kelurahan calon lokasi. Daftar desa calon lokasi tersebut diperoleh dari PPTK. Survey lapangan dilakukan secara paralel di 15 aliran sungai berpotensi lahar selama 5 hari pada tanggal 28 Desember 2011 hingga 1 januari 2012. Selain mengidentifikasi potensi ancaman, pada saat survey juga dilakukan penggalian informasi tentang kegiatan-kegiatan penanggulangan bencana baik oleh masyarakat setempat. LSM, pemerintah dan pihak lainnya. Dari hasil survey disimpulkan 34 desa dan 4 kelurahan sebagai lokasi wajib latih. Terbanyak Kabupaten Magelang 17 desa, Kabupaten Sleman 9 desa, Kabupaten Klaten 7 desa, Kota Yogyakarta 4 kelurahan dan Kabupaten oyolali 1 desa.. Kab/Kota Kab. Magelang No Nama Desa/ Kelurahan Kab/Kota No Nama Desa/Kelurahan Kab/Kota No Nama Desa/ Kelurahan 1 Jumoyo Kota 18 Kel. Prawirodirjan Kab. Klaten 32 Sukorini 2 Gondosuli Yogyakarta 19 Kel. Wirogunan 33 Kendalsari 3 Tamanagung 20 Kel. Gowongan 34 Tegalmulyo 4 longkeng 21 Kel. Cokrodiningratan 35 Sidorejo 5 Seloboro Kab. oyolali 22 Klakah 36 alerante 6 Ngrajek Kab. Sleman 23 Glagaharjo 37 Talun 7 Mranggen 24 Hargobinangun 38 Ngemplakseneng 8 Pabelan 25 Wukirsari 9 Sirahan 26 imomartani 10 Tegalrandu 27 Umbulharjo 11 Paten 28 Sindumartani 12 Mangunsoka 29 Taman Martani 13 anyudono 30 okoharjo 14 Menayu 31 Argomulyo 15 Keji 16 Srumbung 17 Gondowangi 9

E.2. Lokakarya pembaruan modul Kegiatan ini bertujuan menyediakan panduan bagi fasilitator wajib latih. Lokakarya ini terselenggara tanggal 12 Januari 2012 di Museum Gunungapi Merapi. Diikuti 21 orang peserta dari perwakilan Pasag Merapi, PPTK, dan PD Kabupaten Magelang, PD Kabupaten Sleman dan PD Kabupaten Klaten. Dari kegiatan ini dihasilkan rancangan modul dengan kerangkanya sebagai berikut: Topik Latihan Tujuan Indikator Topik 1. Memulai Pelatihan Topik 2. Mengenal Ancaman Primer-Sekunder Gunungapi dan Sistem Peringatan Dininya 1. Menciptakan suasana belajar menyenangkan 2. Mengkomunikasikan tujuan dan hasil pelatihan Memberikan pengetahuan tentang konteks ancaman lahar hujan dan sistem peringatan dininya 1. Peserta dan fasilitator saling mengenal 2. Peserta memahami tujuan dan hasil pelatihan 3. Peserta memahami alur acara pelatihan 1. Peserta dapat menjelaskan minimal 2 jenis bahaya ancaman gunungapi 2. Peserta dapat menjelaskan minimal 1 bentuk sistem peringatan dini ancaman lahar hujan Topik 3. Mengkaji Risiko encana Dusun/RW/RT Memberikan pemahaman dan keterampilan tentang pengertian risiko bencana dan cara menilai tingkat risiko bencana. 1. 2. 3. Peserta mampu menjelaskan minimal 2 faktor risiko bencana dikawasan rawan bencana lahar hujan Peserta mampu menjelaskan minimal 2 cara untuk mengurangi risiko lahar hujan Peserta dapat melakukan kajian risiko bencana di lingkungannya Topik 4. Mempetakan Risiko encana Dusun/RW/RT Topik 5. Menyusun Prosedur Tetap Penanggulangan encana Memberikan pengetahuan dan keterampilan mengidentifikasi ancaman lahar hujan Memperkuat kemampuan masyarakat menyusun prosedur tetap penanggulangan bencana lahar hujan Masyarakat mampu memetakan ancaman lahar hujan di lingkungannya Dihasilkannya rancangan prosedur tetap penanggulangan bencana lahar hujan tingkat dusun/ RW/RT 10

DAFTAR HADIR LOKAKARYA PEMARUAN MODUL WAJI LATIH PENANGGULANGAN ENCANA 2012 Museum Gunung Merapi, 12 Januari 2012 No Nama Alamat Instansi/Lembaga 1 Amsori Paten, Dukun, Magelang PASAG Merapi 2 Aris Prijatno Jl. Mayor unus 4A kota mungkid PD Kab. Magelang 3 ambang Sasongko PSM UPN 4 Dewi Sri Jl. Cendana 15 Yogyakarta PPTK 5 Eko Teguh PSM UPN 6 Joko Rukminto Jatinom, Jatinom, Klaten PD Kab. Klaten 7 Makwan Perum Candi gebang, Tridadi, Sleman PD Kab. Sleman 8 Moch Damil Jl. Mayor unus 4A kota mungkid PD Kab. Magelang 9 Muji ono Pemukti 610, Giwangan, Umbulharjo, YK PADMA 10 Noer Cholik Jl. Cendana 15 Yogyakarta PPTK 11 Ponilan Kaliurang, Dukun, magelang PASAG Merapi 12 Purwo widodo Kemiren, Srumbung, Magelang PASAG Merapi 13 Ratna Wulandari Sewukan, Dukun, Magelang PASAG Merapi 14 Ratno Tritis, Ngandong, Girikerto, Sleman PASAG Merapi 15 Sigit Purwanto PSM UPN 16 Siyono Tunggularum, Sleman PASAG Merapi 17 Sudasri abadan I, Paten, Magelang PASAG Merapi 18 Sudirman Srumbung, Magelang PASAG Merapi 19 Sukiman Deles, Sidorejo, Kemalang, Klaten PASAG Merapi 20 Sumpeno Dukun, Magelang PASAG Merapi 21 Suraji Keningar, Dukun, Magelang PASAG Merapi 22 Suwaji Sumberejo, Kaliurang, Srumbung, magelang PASAG Merapi 23 Temon Temu Slamet Kepuharjo, cangkringan, sleman PASAG Merapi 24 Totok Hartanto Srodokan, Wukirsari, Sleman PASAG Merapi 25 Wana kristanto PSM UPN 26 Warno Sutanto Kepuharjo, cangkringan, sleman PASAG Merapi 11

E.3. Pelatihan Fasilitator Kegiatan ini bertujuan menyediakan fasilitator terlatih dan teruji kemampuannya dalam memandu proses wajib latih. Calon fasilitator berasal dari Pasag Merapi dan organisasi masyarakat sipil lainnya di lingkar Merapi. Pelatihan berlangsung tanggal 3 hingga 6 Januari 2012 di Wisma Joyo, Kaliurang. Diikuti 70 orang calon fasilitator berasal dari kabupaten Magelang, oyolali, Klaten, Sleman dan antul. Pelatihan dibuka oleh Kepala NP, Dr Syamsul Maarif. Dilanjutkan dengan pembahasan konteks ancaman lahar hujan oleh PPTK, teknik fasilitasi oleh PSM UPN serta diakhiri dengan praktek fasilitasi wajib latih. Pelatihan diikuti oleh 64 orang calon fasilitator terbagi dalam 8 tim. Tim Fasilitator Nama Anggota Tim Tim 1 1 Sudirman (Koordinator) Tim Fasilitator Nama Anggota Tim Tim Fasilitator Nama Anggota Tim Tim 3 1 Amsori (Koordinator) Tim 5 1 Ponilan (Koordinator) Tim Fasilitator Nama Anggota Tim Tim 7 1 Sukiman (Koordinator) 2 Darwiji 2 Y. Gimono 2 Ratno 2 Teguh Widodo 3 Purwo Widodo 3 Sampeno 3 Suwaji 3 Kurniawan Widiantoro 4 Anang Ismail 4 udiyanto 4 Dwi Purwantari 4 Gotot Winarso 5 Eni Fitriyani 5 C. Rukini 5 udi Anggono 5 Diyono 6 Sukidi 6 Sri Hayati 6 Suyatmi 6 Djenarto 7 Triyono A. 7 Muhamad Makmun 7 Sarwandi 7 Subur 8 Hadi Suharto 8 Priningsih 8 Totok Hartanto Tim 8 1 Temon Temu Slamet (Koordinator) 9 Seno 9 Puji Aksono Tim 6 1 Siyono (Koordinator) 2 Widodo Tim 2 1 Sudasri (Koordinator) Tim 4 1 Suraji (Koordinator) 2 Warno Sutanto 3 Widayatno 2 Tony Efendi 2 Sriyono 3 Mujiono 4 Ragil Maryanto 3 Totok Herkutanto 3 Parlinur 4 Etty Kuswandari 5 Giyono 4 Supomo 4 Arif Dwi Armadani 5 Puji Indriadi 6 Giyanto 5 Amartono 5 Widodo 6 Tcimuri Suchini 7 Riyanto 6 Sukarno 6 M. Huda 7 Darno 7 Sutini 7 Nana Komariah 8 Muh. Fauzi 8 Jumadi 9 Jumarno 12

E.4. Persiapan Pertemuan persiapan dilakukan tanggal 16 Januari 2012 di sekretariat Pasag Merapi, dusun Kemiren, desa Kemiren, kecamatan Srumbung, Magelang. Dalam pertemuan ini dibahas dan dihasilkan rencana tanggal pelaksanaan wajib latih di tiap lokasi. Tanggal-tanggal rencana pelaksanaan ini sudah dikoordinasikan dengan kepala desa, lurah serta tokoh kunci di masing-masing lokasi. eberapa lokasi dirancang lebih dari satu kali penyelenggaraan karena jumlah dusun dan jumlah penduduk berpotensi terpapar lahar hujan cukup besar. Seperti desa Sirahan di Kabupaten Magelang direncanakan penyelenggaraan hingga 3 kali, desa Glagaharjo di Sleman hingga 2 kali, Argomulyo 2 kali, dan Kendalsari 2 kali. Dengan rancangan ini total jumlah penyelenggaraan wajib latih menjadi 44 kali. Kab/Kota No Nama Desa/Kelurahan Tgl Penyelenggaraan Kab. Magelang 1 Jumoyo 17-Jan 18-Jan 2 Gondosuli 20-Jan 21-Jan 3 Tamanagung 21-Jan 22-Jan 4 longkeng 23-Jan 24-Jan 5 Seloboro 25-Jan 26-Jan 6 Ngrajek 27-Jan 28-Jan 7 Mranggen 30-Jan 31-Jan 8 Pabelan 31-Jan 1-Feb 9 Sirahan 1 1-Feb 2-Feb 10 Tegalrandu 6-Feb 7-Feb 11 Sirahan 2 7-Feb 8-Feb 12 Sirahan 3 7-Feb 8-Feb 13 Paten 7-Feb 8-Feb 14 Mangunsoka 13-Feb 14-Feb 15 anyudono 14-Feb 15-Feb 16 Menayu 15-Feb 16-Feb 17 Keji 18-Feb 19-Feb 18 Srumbung 20-Feb 21-Feb 19 Gondowangi 21-Feb 22-Feb 13

Kab. Sleman 20 Glagaharjo 1 18-Jan 19-Jan 21 Glagaharjo 2 18-Jan 19-Jan 22 Hargobinangun 26-Jan 27-Jan 23 Wukirsari 28-Jan 29-Jan 24 imomartani 4-Feb 5-Feb 25 Umbulharjo 7-Feb 8-Feb 26 Sindumartani 8-Feb 9-Feb 27 Taman Martani 11-Feb 12-Feb 18 okoharjo 18-Feb 19-Feb 19 Argomulyo 1 18-Feb 19-Feb 28 Argomulyo 2 20-Feb 21-Feb 29 Sukorini 19-Jan 20-Jan 30 Kendalsari 2 23-Jan 24-Jan Kab. Klaten 31 Kendalsari 1 25-Jan 26-Jan 33 Tegalmulyo 28-Jan 29-Jan 34 Sidorejo 30-Jan 31-Jan 35 alerante 1-Feb 2-Feb 36 Talun 11-Feb 12-Feb 37 Ngemplakseneng 25-Feb 26-Feb 38 Kel. Prawirodirjan 3-Feb 4-Feb 39 Kel. Wirogunan 11-Feb 12-Feb Kota Yogyakarta 40 Kel. Gowongan 25-Feb 26-Feb 41 Kel. Cokrodiningratan 28-Feb 29-Feb 42 Klakah 4-Feb 5-Feb 43 Kel. Cokrodiningratan 28-Feb 29-Feb Kab. oyolali 44 Klakah 4-Feb 5-Feb 14

E.5. Pelaksanaan Dari 38 desa sasaran wajib latih jumlah penyelenggaraan sebanyak 44 kali latihan dengan waktu penyelenggaraan di tiap desa sesuai dengan perencanaan. Total jumlah peserta mencapai 1.072 orang. Jumlah ini terdiri dari 220 orang perempuan dan 852 orang laki-laki. Tidak semua desa dapat memenuhi kuota 30 orang peserta akibat faktor diluar dugaan. Desa Jumoyo misalnya, ada warga desa meninggal tepat pada hari pelaksanaan pelatihan. Kab/Kota Kab. Magelang No Nama Desa/ Kelurahan P Peserta 1 Jumoyo 5 14 2 Gondosuli 4 26 3 Tamanagung 4 25 4 longkeng 7 23 5 Seloboro 7 17 6 Ngrajek 2 28 7 Mranggen 11 19 8 Pabelan 29 9 Sirahan 20 32 10 Tegalrandu 10 20 11 Paten 5 25 12 Mangunsoka 12 18 13 anyudono 8 22 14 Menayu 9 21 15 Keji 9 21 16 Srumbung 13 17 17 Gondowangi 2 28 L Jumlah 128 385 15

18 Glagaharjo 23 26 19 Hargobinangun 4 21 20 Wukirsari 1 28 21 imomartani 32 Kab. Sleman 22 Umbulharjo 1 23 23 Sindumartani 21 9 24 Taman Martani 2 25 25 okoharjo 3 26 26 Argomulyo 4 56 Jumlah 59 246 27 Sukorini 22 28 Kendalsari 7 51 29 Tegalmulyo 1 29 Kab. Klaten 30 Sidorejo 9 21 31 alerante 1 26 32 Talun 1 25 33 Ngemplakseneng 30 Jumlah 19 204 34 Kel. Prawirodirjan 10 18 35 Kel. Wirogunan 3 27 Kota Yogyakarta 36 Kel. Gowongan 2 21 37 Kel. Cokrodiningratan 9 18 Jumlah 24 84 Kab. oyolali 38 Klakah 14 17 TOTAL 220 852 16