KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1094 K/30/MEM/2003 TENTANG STANDAR LATIH KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN



dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 2052 K/40/MEM/2001 TENTANG STANDARDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN

TENTANG STANDARDISASI KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KHUSUS BIDANG GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN

2016, No Mineral tentang Standardisasi Kompetensi Kerja di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Ta

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1273 K/30/MEM/2002 TENTANG KOMISI AKREDITASI KOMPETENSI KETENAGALISTRIKAN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan Pasal 1

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINEWL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGl DAN SUMBER DAYA MINERAL WMOR : 015 TAHUN 2007

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 1693 K/34/MEM/2001 TANGGAL 22 JUNI 2001 TENTANG PELAKSANAAN PABRIKASI PELUMAS DAN

HENTERI ENERGT DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1187 K/30/MEM/2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 437 K/30/MEM/2003 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 815 K/30/MEM/2003 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun Tentang : Standardisasi Nasional

KEPMEN NO. 227 TH 2003

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Kepala Bapedal No. 29 Tahun 1997 Tentang : Standardisasi, Akreditasi, Dan Sertifikasi Bidang Lingkungan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Standar Nasional Indonesia. Pemutus Sirkit. Proteksi Arus. Rumah Tangga.

BUPATI WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 11 TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAJO,

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PEDOMAN TEKNIS PELAYANAN IZIN USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIK

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan.

SKEMA PSK TERSEBAR ecil Teknologi

AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KETENAGALISTRIKAN

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1065 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG DEWAN STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KETENAGALISTRIKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

2 4. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 28 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

TATA CARA PERIZINAN USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 10 /PRT/M/2010 TENTANG

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Keduduka

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1991 TENTANG TENTANG STANDAR NASIONAL INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

2017, No Perjanjian Perdagangan Internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu yang dibuat secara tertulis untuk meningkatka

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

Keputusan Kepala Bapedal No. 30 Tahun 1997 Tentang : Organisasi Dan Tata Kerja Komite Akreditasi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPMEN NO. 225 TH 2003

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 225 /MEN/2003 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Menteri ESDM Nomor 46 Tahun 2017 tentang Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JASA KONSTRUKSI NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keteram

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1094 K/30/MEM/2003 TENTANG STANDAR LATIH KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, Menimbang : bahwa untuk melaksanaan ketentuan Pasal 48 ayat (5) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan dan ketentuan Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik serta untuk mewujudkan penyediaan tenaga listrik secara andal, aman, dan akrab lingkungan, perlu menetapkan Standar Latih Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan dalam suatu Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 (LN Tahun 2002 Nomor 94, TLN Nomor 4226); 2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 (LN Tahun 2003 Nomor 39, TLN Nomor 4279); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 (LN Tahun 1989 Nomor 24, TLN Nomor 3394); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1995 (LN Tahun 1995 Nomor 46, TLN Nomor 3603); 5. Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001 tanggal 9 Agustus 2001; 6. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 2500.K/40/MPE/1997 tanggal 18 Desember 1997; 7. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2052.K/40/MEM/2001 tanggal 28 Agustus 2001; 8. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2053.K/40/MEM/2001 tanggal 28 Agustus 2001; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG STANDAR LATIH KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Standar Latih Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut Standar Latih Kompetensi adalah rumusan suatu Kurikulum Silabi Pendidikan dan Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan didukung sikap serta penerapannya di tempat kerja yang mengacu pada unjuk kerja yang dipersyaratkan.

- 2-2. Tenaga Teknik Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut Tenaga Teknik, adalah seseorang yang berpendidikan di bidang teknik dan atau memiliki pengalaman kerja di bidang ketenagalistrikan. 3. Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut Kompetensi, adalah kemampuan Tenaga Teknik untuk mengerjakan suatu tugas dan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. 4. Perumusan Standar Latih Kompetensi adalah rangkaian kegiatan sejak pengumpulan dan pengolahan data untuk menyusun rancangan Standar Latih Kompetensi sampai tercapainya konsensus dari semua pihak yang terkait. 5. Penetapan Standar Latih Kompetensi adalah kegiatan menetapkan rancangan Standar Latih Kompetensi menjadi Standar Latih 6. Pemberlakuan Standar Latih Kompetensi adalah kegiatan memberlakukan Standar Latih Kompetensi secara wajib. 7. Penerapan Standar Latih Kompetensi adalah kegiatan menggunakan Standar Latih 8. Peninjauan Kembali Standar Latih Kompetensi adalah kegiatan menyempurnakan Standar Latih Kompetensi sesuai dengan kebutuhan. 9. Akreditasi adalah rangkaian kegiatan pengakuan formal kepada suatu lembaga pendidikan dan pelatihan yang telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. 10. Komisi Akreditasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kompetensi Ketenagalistrikan yang selanjutnya disebut Komisi Akreditasi adalah komisi yang memberikan Akreditasi. 11. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kompetensi adalah lembaga yang telah diakreditasi untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan kompetensi. 12. Sertifikat Pendidikan dan Pelatihan adalah pengakuan tertulis yang diberikan oleh Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan yang menyatakan bahwa Tenaga Teknik telah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan yang berbasis 13. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagalistrikan. 14. Kepala Badan adalah kepala badan yang bertanggung jawab di bidang pendidikan dan pelatihan energi dan sumber daya mineral. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Standar Latih Kompetensi mencakup seluruh kegiatan yang berkaitan dengan perumusan, penetapan, pemberlakuan, penerapan, dan peninjauan kembali Standar Latih Kompetensi serta Akreditasi dan Sertifikasi Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan.

- 3 - BAB III TUJUAN STANDAR LATIH KOMPETENSI Pasal 3 Standar Latih Kompetensi bertujuan untuk : a. dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ketenagalistrikan berbasis kompetensi untuk menghasilkan Tenaga Teknik yang memiliki kompetensi dalam mewujudkan penyediaan tenaga listrik yang andal, aman, dan akrab lingkungan; b. mewujudkan tertib penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ketenagalistrikan berbasis kompetensi. BAB IV STANDAR LATIH KOMPETENSI Bagian Kesatu Perumusan Standar Latih Kompetensi Pasal 4 (1) Kepala Badan membentuk Panitia Teknik Perumusan Standar Latih Kompetensi yang susunan keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah, organisasi/asosiasi perusahaan, organisasi masyarakat, organisasi profesi, dan para pakar bidang ketenagalistrikan untuk menyusun konsep Standar Latih (2) Kepala Badan membentuk Forum Konsensus yang susunan keanggotaannya terdiri dari Panitia Teknik Perumusan Standar Latih Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan pihak lain yang berkepentingan dengan perumusan dan penerapan standar latih yang bersangkutan untuk membahas konsep Standar Latih Kompetensi menjadi rancangan Standar Latih Pasal 5 (1) Standar Latih Kompetensi disusun berdasarkan : a. Standar Kompetensi yang telah ditetapkan; b. Acuan standar latih internasional, standar latih negara lain, atau acuan lainnya yang relevan. (2) Konsep Standar Latih Kompetensi yang dihasilkan oleh Panitia Teknik Perumusan Standar Latih Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) sebelum dibahas dalam Forum Konsensus terlebih dahulu disebarluaskan oleh Kepala Badan kepada instansi dan masyarakat terkait lainnya untuk memperoleh tanggapan dan atau masukan. (3) Tanggapan dan atau masukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disampaikan kepada Kepala Badan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal penyebarluasan. (4) Konsep Standar Latih Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) serta tanggapan dan atau masukan dari instansi dan masyarakat terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dibahas dalam Forum Konsensus untuk mencapai konsensus untuk menjadi rancangan Standar Latih

- 4 - Pasal 6 (1) Perusahaan, asosiasi, badan atau lembaga dapat mengajukan Standar Latih Kompetensi perusahaan, asosiasi, badan atau lembaga kepada Kepala Badan sebagai bahan masukan untuk perumusan Standar Latih (2) Standar Latih Kompetensi perusahaan, asosiasi, badan atau lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibahas oleh Panitia Teknik Perumusan Standar Latih Kompetensi dan Forum Konsensus untuk menjadi rancangan Standar Latih Kompetensi melalui prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. Bagian Kedua Penetapan Standar Latih Kompetensi Pasal 7 (1) Kepala Badan mengusulkan rancangan Standar Latih Kompetensi hasil Forum Konsensus kepada Menteri untuk ditetapkan menjadi Standar Latih (2) Standar Latih Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberi nomor dan kode sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Kepala Badan. Bagian Ketiga Pemberlakuan Standar Latih Kompetensi Pasal 8 (1) Kepala Badan mengusulkan Standar Latih Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) kepada menteri untuk diberlakukan sebagai standar wajib. (2) Dalam mengusulkan pemberlakuan Standar Latih Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepala Badan memperhatikan kesiapan/ketersediaan sarana dan prasarana penunjang Lembaga Pendidikan dan Pelatihan. Bagian Keempat Penerapan Standar Latih Kompetensi Pasal 9 Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kompetensi menerapkan Standar Latih Bagian Kelima Peninjauan Standar Latih Kompetensi Pasal 10 (1) Standar Latih Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ditinjau kembali sekurang-kurangnya setiap 5 (lima) tahun sekali. (2) Usulan peninjauan kembali Standar Latih Kompetensi dipersiapkan oleh Panitia Teknik Perumusan Standar Latih Kompetensi atau masyarakat yang membutuhkan dan diajukan kepada Kepala Badan. (3) Dalam hal peninjauan kembali Standar Latih Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdapat perubahan, maka pelaksanaannya melalui prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

- 5 - BAB V AKREDITASI DAN SERTIFIKASI LEMBAGA PENYELENGGARA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pasal 11 (1) Komisi Akreditasi melakukan akreditasi terhadap Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan. (2) Komisi Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibentuk dengan Keputusan Menteri, yang susunan keanggotaannya terdiri dari unsur Pemerintah, organisasi atau asosiasi perusahaan, organisasi masyarakat, organisasi profesi, dan para pakar di bidang ketenagalistrikan. (3) Komisi Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) selain mempunyai tugas menetapkan Akreditasi dapat memberikan pertimbangan serta saran kepada Menteri dalam pelaksanaan Akreditasi dan Sertifikasi Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan. Pasal 12 (1) Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan yang telah diakreditasi oleh Komisi Akreditasi melakukan Pendidikan dan Pelatihan yang berbasis Kompetensi kepada Tenaga Teknik. (2) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara Akreditasi dan Sertifikasi Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan ditetapkan lebih lanjut oleh Komisi Akreditasi. (3) Unjuk kerja Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibina dan diawasi oleh Komisi Akreditasi. (4) Akreditasi secara internasional terhadap Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan didasarkan pada perjanjian saling pengakuan antara Komisi Akreditasi baik secara bilateral maupun multilateral. Pasal 13 (1) Pembebanan biaya Akreditasi ditanggung oleh lembaga pendidikan dan pelatihan yang mengajukan permohonan kepada Komisi Akreditasi untuk diakreditasi sebagai Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan; (2) Penetapan biaya Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh Komisi Akreditasi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Pembinaan Pasal 14 (1) Kepala Badan menyelenggarakan pembinaan terhadap Lembaga Pendidikan dan Pelatihan. (2) Dalam menyelenggarakan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepala Badan melakukan penyebaran informasi serta penyusunan pedoman Standardisasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan.

- 6 - (3) Standardisasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) merupakan dasar dalam pelaksanaan standar latih kompetensi. (4) Kepala Badan dalam menyusun pedoman Standardisasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib memperhatikan pertimbangan dari instansi dan masyarakat yang terkait dengan ketenagalistrikan. Bagian Kedua Pengawasan Pasal 15 (1) Kepala Badan melakukan pengawasan atas penerapan Standar Latih Kompetensi dan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. (2) Komisi Akreditasi melakukan pengawasan terhadap unjuk kerja Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan. (3) Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan melakukan pengawasan terhadap unjuk kerja Tenaga Teknik yang telah memperoleh sertifikat Pendidikan dan Pelatihan dari Lembaga Pendidikan dan Pelatihan tersebut. BAB VII SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 16 Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan yang tidak memenuhi unjuk kerja atau memberikan sertifikat kepada Tenaga Teknik yang tidak memenuhi kualifikasi yang ditetapkan, dikenakan sanksi administratif oleh Komisi Akreditasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 17 (1) Dalam hal Komisi Akreditasi belum terbentuk, Kepala Badan melakukan pelaksanaan kegiatan Komisi Akreditasi. (2) Komisi Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) harus sudah terbentuk paling lambat 2 (dua) tahun sejak ditetapkan Keputusan Menteri ini. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Ketentuan yang diperlukan dalam pelaksanaan Keputusan Menteri ini ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Badan.

- 7 - Pasal 19 Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 September 2003 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ttd Purnomo Yusgiantoro