ANALISIS PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), INDEKS LQ 45, DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI). Oleh : Rifan Dwi Martono NIM : (106081002483) JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ANALISIS PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), INDEKS LQ 45, DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi Disusun Oleh : Rifan Dwi Martono NIM : 106081002483 Dibawah bimbingan : Pembimbing 1 Pembimbing 2 Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Titi Dewi Warninda, SE, M.Si NIP: 19692032001121003 NIP: 197312212005012002 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
Hari ini Selasa Tanggal 23 Bulan April Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Rifan Dwi Martono NIM : 106081002483 dengan judul skripsi ANALISIS PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), INDEKS LQ 45, DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta, 23 April 2010 Tim Penguji Ujian Komprehensif Indoyama Nasaruddin, SE, MAB Ketua Titi Dewi Warninda, SE, M.Si Sekretaris Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Penguji Ahli
Hari ini Jumat Tanggal 4 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Rifan Dwi Martono NIM: 106081002483 dengan judul Skripsi ANALISIS PENGARUH HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), INDEKS LQ 45, DAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI). Memperhatikan Penampilan Mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 4 Juni 2010 Tim Penguji Skripsi Prof.Dr. Ahmad Rodoni, MM Ketua Titi Dewi Warninda, SE, M.Si Sekretaris Indoyama Nasarudin, SE, MAB Penguji Ahli Arief Mufraini, Lc, M.Si Penguji Ahli
SURAT PERNYATAAN Nama Mahasiswa : Rifan Dwi Martono NIM : 106081002483 Jurusan : Manajemen Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya Jakarta, 8 Juni 2010 Rifan Dwi Martono
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama : Rifan Dwi Martono 2. Alamat : Komp. Dephan/Mabes TNI Cidodol No.31, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 3. TTL : Pekalongan, 20 Maret 1988 4. Agama : Islam 5. Status : Belum Menikah 6. IPK terakhir : 3.51 7. Tel : 99430423 8. E-mail : rifan_dm@yahoo.com II. PENDIDIKAN FORMAL 1. SD : SDI Al-Falah 1 Pagi (1994-2000) 2. SMP : SMP 48 (2000-2003) 3. SMA : SMA 29 (2003-2006) 4. S1 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2006-2010) III. SEMINAR DAN PELATIHAN Seminar Wirausaha Mandiri tahun 2010 di Jakarta Convention Centre ESQ Training Leadership tahun 2007 Lembaga Pendidikan&Pengembangan Profesi Terpadu Nurul Fikri tahun 2007 IV. PENGALAMAN ORGANISASI Wakil Ketua Remaja Islam Masjid Al-Jihad tahun 2009 Ketua KKS BT Purwodadi 2009 i
Abstract The objective of this research is to analyse the effect of commodities price to Jakarta Composite Index, LQ 45 Index, and Jakarta Islamic Index (JII) movement in BEI. This research use six commodity price and data used in this research are monthly from period 2005-2009. The analysis tool that used in this research is Vector Autoregression (VAR). There are two models in the analysis of the resulting model VAR, (i) impulse response function that can trace the response of one endogenous variables in the model; (ii) variance decomposition to show the relative contribution of certain endogenous variable variability. The result of Johansen cointegration test show that the commodity price and stock price indices are cointegrated. Based on the result of impulse response show that the commodities price shock with any response by each market price indices. Result of variance decomposition analysis suggest that contribution price to market price indices movements in BEI are varied. Keyword : Commodities price, Jakarta Composite Index, LQ 45 Index, Jakarta Islamic Index (JII), VAR ii
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pergerakan harga komoditas terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan 6 harga komoditas dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari periode 2005-2009. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Autoregression (VAR). Terdapat 2 model analisis yang dihasilkan dalam model VAR, (i) impulse response function yang digunakan untuk melacak dampak shock dari variabel endogen terhadap variabel lain dalam sistem VAR; (ii) variance decomposition digunakan untuk memprediksi kontribusi harian setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu didalam sistem VAR. Hasil dari Johansen cointegration test menunjukan bahwa harga komoditas dan indeks harga saham terdapat hubungan kointegrasi. Berdasarkan hasil impulse response menunjukan adanya shock harga komoditas direspon secara beragam oleh masing-masing indeks harga saham. Demikian juga hasil dari analisis variance decomposition menggambarkan bahwa kontribusi dari harga komoditas juga beragam terhadap masing-masing indeks harga saham. Kata kunci : Harga komoditas, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, Jakarta Islamic Index (JII), VAR. iii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil 'alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang senatiasa mencurahkan rahmat, hidayah dan nikmat-nya sehingga saya dapat membuat skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke jaman yang terang benderang. Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik moril maupun spiritual kepada peneliti dalam pembuatan skripsi ini: 1. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu tercinta beserta seluruh keluarga atas segala kasih sayang, do'a, dan pengorbanannya yang begitu besar sehingga memotivasi saya untuk tetap semangat dalam menjalani hari-hari di bangku kuliah 2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing 1 yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang selalu membimbing dan memberikan banyak masukan serta selalu memberikan motivasi dan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Prof.Dr Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang banyak memberikan dukungan atas sarana dan prasarana di FEB 5. Bapak Indoyama Nasarudin, SE. MAB selaku ketua jurusan manajemen dan dosen evaluasi kuantitatif, yang selalu memberikan bimbingan, semangat dan motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Para staff akademik dan jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak memberikan bantuan. 7. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selama ini telah memberikan materi dan memberikan bimbingan serta motivasi. 8. Teman-teman dari Manajemen D (D-Troc Family) dan Keuangan B atas segala dukungannya iv
9. Terima kasih juga buat tim KKS-BT purwodadi 2009 yang memberikan pengalaman berharga yang tak terlupakan 10. Terima Kasih semua temen-temen kuliah angkatan 2006 yang tak bisa disebutkan satu persatu. 11. Para staff dan pegawai di perpustakaan utama dan perpustakan fakultas sebagai tempat dalam mencari bahan-bahan dan sumber referensi bagi penulis. Saya menyadari sepenuhnya bahwa penulisan sripsi ini masih banyak kekurangan, hal ini karena adanya keterbatasan dari penulis. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi menunjang kesempurnaan dari Tugas akhir kuliah (Skripsi) ini. Saya berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Jakarta, Mei 2010 Penulis v
DAFTAR ISI Daftar Riwayat Hidup... i Abstract... ii Abstrak... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Grafik... x Daftar Lampiran... xi BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 13 C. Tujuan Penelitian... 13 D. Manfaat Penelitian... 14 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 16 A. Pasar Modal... 16 B. Indeks Harga Saham... 18 1) Indeks Harga Saham Gabungan... 18 2) Indeks LQ 45... 19 3) Jakarta Islamic Index... 21 C. Harga Komoditas... 22 1) Harga Minyak Mentah... 23 2) Harga Emas... 26 3) Harga Nikel... 27 4) Harga Timah... 28 5) Harga Batubara... 29 6) Harga Minyak Kelapa Sawit... 30 D. Penelitian Terdahulu... 30 E. Kerangka Pemikiran... 35 F. Hipotesis Penelitian... 37 vi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 38 A. Ruang Lingkup Penelitian... 38 B. Metode Pemilihan Sampel... 39 C. Metode Pengumpulan Data... 40 D. Metode Analisis Data... 42 E. Operasional Variabel Penelitian... 46 BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN... 49 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 49 1) Perkembangan Pasar Modal Indonesia... 49 B. Analisa Data dan Pembahasan... 50 1) Analisis Deskriptif... 50 2) Analisis Pengujian Statistik... 72 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 97 A. Kesimpulan... 97 B. Implikasi Penelitian... 101 C. Saran... 102 DAFTAR PUSTAKA... 104 vii
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Harga Minyak Mentah... 51 Tabel 4.2 Harga Emas... 53 Tabel 4.3 Harga Nikel... 56 Tabel 4.4 Harga Timah... 58 Tabel 4.5 Harga Batubara... 60 Tabel 4.6 Harga CPO... 63 Tabel 4.7 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)... 65 Tabel 4.8 Indeks LQ 45... 67 Tabel 4.9 Jakarta Islamic Index (JII)... 70 Tabel 4.10 Uji Stasioneritas Data Tingkat Level... 73 Tabel 4.11 Uji Stasioneritas Data Tingkar Diferensi Pertama... 74 Tabel 4.12 Uji Kointegrasi... 75 Tabel 4.13 Nilai Variance Decomposition IHSG... 79 Tabel 4.14 Nilai Impulse Response IHSG... 81 Tabel 4.15 Nilai Variance Decomposition Indeks LQ 45... 85 Tabel 4.16 Nilai Impulse Response Indeks LQ 45... 87 Tabel 4.17 Nilai Variance Decomposition JII... 90 Tabel 4.18 Nilai Impulse Response JII... 92 Tabel 4.19 Variance Decomposition Indeks Harga Saham... 95 Tabel 4.20 Respon Indeks Harga Saham... 96 viii
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Perkembangan IHSG 2005-2009... 3 Grafik 1.2 Pergerakan Harga Komoditas... 9 Grafik 2.1 Harga Nikel... 28 Gambar 1 Kerangka Pemikiran... 36 Grafik 4.1 Harga Minyak Mentah Dunia... 52 Grafik 4.2 Harga Emas Dunia... 54 Grafik 4.3 Harga Nikel Dunia... 57 Grafik 4.4 Harga Timah Dunia... 59 Grafik 4.5 Harga Batubara Dunia... 62 Grafik 4.6 Harga CPO Dunia... 64 Grafik 4.7 Indeks Harga Saham Gabungan... 66 Grafik 4.8 Indeks LQ 45... 69 Grafik 4.9 Jakarta Islamic Index... 71 ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat (media) yang memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional. Oleh karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang menarik bagi para akademisi dan praktisi pasar untuk mempelajarinya (Pananda Pasaribu, 2008:1). Hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri (capital flight) bukan hanya merupakan dampak merosotnya nilai rupiah atau tingginya inflasi dan rendahnya suku bunga di suatu negara, tetapi karena tidak tersedianya alternatif investasi yang menguntungkan di negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa negara lain menjanjikan keuntungan yang jauh lebih tinggi. Keadaan ini terjadi sebagai konsekuensi dari terbukanya pasar saham terhadap investor asing (Paulus Situmorang, 2008:7). Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang berkembang (emerging market) yang dalam perkembangannya sangat rentan terhadap kondisi makroekonomi secara umum. Krisis ekonomi yang dimulai tahun 1998 merupakan awal runtuhnya pilar-pilar perekonomian nasional Indonesia. Ini ditandai dengan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap 1
perbankan Indonesia dalam bentuk penarikan dana besar-besaran (rush) oleh deposan untuk kemudian disimpan di luar negeri (capital flight). Tingkat suku bunga yang mencapai 70% dan depresiasi nilai tukar rupiah (kurs) terhadap dolar AS sebesar 500% mengakibatkan hampir semua kegiatan ekonomi terganggu. Dampak lain dari menurunnya kepercayaan masyarakat berimbas sampai ke pasar modal. Harga-harga saham menurun secara tajam sehingga menimbulkan kerugian yang cukup signifikan bagi investor (Ana Oktavia, 2007:1). Gejala pemulihan kepercayaan masyarakat mulai tampak jika dilihat pada indikator ekonomi dalam bebarapa tahun terakhir. Pada September 2004, Indeks harga saham gabungan mencapai 820,1 dan sampai Desember 2005 telah mencapai 1162,63. Ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan mengingat Indeks harga saham pada tahun 2001, 2002, dan 2003 baru mencapai 392,03, 424,94, dan 679,3. Kemudian sepanjang periode bulan Januari 2006 Januari 2008, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menerus berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur dan transparan. Sepanjang periode di atas, bursa telah menunjukkan prestasi yang sangat menggembirakan. Salah satunya ditunjukkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI yang berhasil mencatat rekor tertinggi pada tanggal 11 Januari 2008 di level 2.830.263 yang diikuti juga oleh indeks lainnya seperti indeks LQ 45 yang juga mencetak rekor tertinggi pada level 615,996 (www.idx.co.id). 2
Indeks harga saham mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan nilai IHSG dan nilai transaksi. Nilai IHSG mengalami peningkatan hingga 400 persen dari tahun 2000 hingga 2008. Kondisi ini juga diikuti nilai transaksi yang terus semakin meningkat. Nilai IHSG yang semakin tinggi merupakan bentuk kepercayaan investor atas kondisi ekonomi Indonesia yang semakin kondusif (Adler Manurung, 2008:1). Perkembangan IHSG dalam beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada Grafik 1.1. 3000 Grafik 1.1 Perkembangan IHSG 2005-2009 2500 2000 1500 1000 Tabel IHSG 1.1 500 0 Jan '05 Apr '05 Jul '05 Okt '05 Jan '06 Apr '06 Jul '06 Okt '06 Jan Apr '07 '07 Waktu Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI), data diolah Berdasarkan grafik 1.1 diatas dapat dilihat bahwa IHSG mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2008. Namun krisis ekonomi global mulai pertengahan tahun 2008 telah mendorong jatuhnya nilai Indeks harga saham sebesar 50 % dalam kurun waktu yang relatif singkat (satu tahun). Krisis yang berasal dari Amerika Serikat telah meruntuhkan perekonomian di benua Eropa dan Asia, khususnya negara berkembang. Akibat terimbas krisis Jul '07 Okt '07 Jan '08 Apr '08 Jul '08 Okt '08 Jan '09 Apr '09 Jul '09 Okt '09 3
finansial global tersebut IHSG terus mengalami penurunan, puncaknya terjadi pada awal bulan Oktober 2008, dimana IHSG terkoreksi sebesar 10,38% hingga menyentuh level 1.451,669. Hal tersebut mendorong BEI mensuspend perdagangan efek bersifat ekuitas dan derivatif di seluruh pasar hingga dibuka kembali pada tanggal 13 Oktober 2008. Tujuan suspensi tersebut adalah untuk memberikan perlindungan kepada investor dan pasar secara lebih luas. Pada tiga bulan terakhir di tahun 2008 IHSG terus menurun yang diikuti dengan penurunan nilai kapitalisasi pasar di BEI. Hal tersebut menyebabkan pada akhir tahun 2008, IHSG ditutup pada level 1.340,892 atau turun sebesar 51,17 % dari level penutupan di tahun 2007 sebesar 2.745,826. Memasuki tahun 2009 IHSG kembali mengalami penguatan dimana pada bulan Oktober telah mencapai level 2.528,14. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya menurunnya harga minyak dunia, menguatnya nilia tukar rupiah, serta sentiment regional (finance.yahoo.com). Indonesia sebagai negara berkembang mendapat pengaruh yang cukup besar dari krisis finasial global. Berbagai kebijakan diambil pemerintah untuk meredam pengaruh buruk dari krisis, mulai dari menaikkan tingkat suku bunga, menaikkan harga bahan bakar minyak, maupun memperketat lalu lintas mata uang asing (Pananda Pasaribu, 2008:2). Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator economic pada suatu negara. Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh ekspektasi investor atas kondisi fundamental negara maupun global. Adanya 4
informasi baru akan berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya akan berpengaruh pada Indeks harga saham (Pananda Pasaribu, 2008). Indeks harga saham merupakan bagian penting dalam pembicaraaan mengenai pasar modal, karena indeks ini merupakan indikator dari berbagai hal dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan di bidang ekonomi makro, ekonomi mikro, moneter dan kebijakan lainnya (Paulus Situmorang, 2008:133). Investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat berkepentingan dengan naik turunnya Indeks harga saham karena nilai portofolio sahamnya secara umum tergantung pada naik-turunnya indeks. Secara intuitif, sebagian besar saham atau portofolio saham bergerak searah dengan pergerakan indeks. Maka dari itu, perlu untuk diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Indeks harga saham dan seberapa besar pengaruh faktorfaktor tersebut (Budy Frensidy, 2009:3). Faktor-faktor yang mempengaruhi indeks harga saham cukup beragam. Selain pergerakan variabel-variabel makro, tingkat harga komoditas dunia juga dapat mempengaruhi kondisi perekonomian dan iklim investasi Indonesia, dimana pengaruh dari fluktuasi harga komoditas dunia juga tidak lepas dari pasar modal sebagai tempat berinvestasi yang mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. Pengaruh dari perubahan harga komoditas cukup besar dalam mempengaruhi pergerakan indeks harga saham. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan salah satu produsen komoditas dunia. Selain itu, perusahaan- 5
perusahaan yang berhubungan dengan komoditas mempunyai nilai kapitalisasi yang cukup besar pada indeks harga saham. Perubahan yang terjadi pada harga komoditas akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi indeks harga saham. Maka dari itu, merupakan hal yang menarik untuk diteliti seberapa besar pengaruh dari perubahan harga komoditas terhadap indeks harga saham. Komoditas yang paling berpengaruh saat ini adalah minyak mentah. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mendapat sorotan utama karena minyak menjadi sebuah komoditas yang penting bagi banyak pihak, sehingga menjadi isu penting bagi masyarakat, pemerintah, dan para pelaku usaha. Gejolak minyak yang terjadi akhir-akhir ini merupakan permasalahan yang menimbulkan kekhawatiran di berbagai Negara konsumen diseluruh dunia. Kenaikan harga minyak mentah menjadikan turut naiknya harga bahan bakar diseluruh dunia. Indonesia dan sejumlah Negara lain telah menaikan harga BBM yang vital bagi kehidupan dan perekonomian. Kondisi ini menjadi sangat penting karena tingginya harga minyak akan memicu kenaikan harga komoditas lain dan menimbulkan tekanan inflasi diseluruh dunia (Alfred Pakasi, 2008:143). Kenaikan harga minyak disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu ketatnya cadangan prasarana pengadaan minyak, kapasitas produksi, pengangkutan dan terutama kapasitas kilang. Memang berbagai faktor geopolitik maupun teknik telah berakumulasi dalam meningkatkan atau juga menurunkan harga, 6
disamping meningkatnya permintaan akan minyak. Pertumbuhan permintaan akan minyak di negara maju berjalan lambat sekalipun petumbuhan ekonomi tetap berlangsung. Perlu dicatat bahwa pertumbuhan penduduk yang terutama menyebabkan naiknya permintaan akan energi, khusunya minyak. Penduduk di negara maju hampir tidak bertambah. Permintaan minyak yang naik tajam berasal dari Asia, khususnya China dan India (A.J Surjadi, 2006:1). Meningkatnya harga minyak mentah dunia dapat mempengaruhi harga saham pada berbagai sektor. Pengaruh yang diberikannya dapat bersifat positif dan dapat juga bersifat negatif. Selain itu, dampak yang diberikan oleh meningkatnya harga minyak mentah dunia tehadap harga saham juga dapat bersifat langsung, seperti pada sektor pertambangan dengan meningkatnya harga minyak mentah dunia fluktuasi harga saham-saham di sektor pertambangan baik untuk sektor pertambangan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi, ataupun pertambangan logam mineral lainnya berbedabeda. Hal ini berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan pertambangan serta karakteristik spesifik dari perusahaan (Budi Santoso, 2009:6). Turunnya harga minyak merupakan angin segar atau setidaknya berita positif (good news) bagi kebanyakan bursa di dunia. Hal itu menurunkan rasa khawatir akan kondisi perekonomian global yang mengarah pada stagflasi, yaitu perpaduan antara perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang tinggi. Dengan harga minyak yang rendah, pembangunan di sebuah negara dapat dipacu ke tingkat yang lebih tinggi karena biaya produksi akan 7
menjadi relatif rendah. Harga minyak yang tinggi dinilai hanya menguntungkan negara-negara produsen minyak, tetapi merugikan bagi negara lain karena akan membuat harga-harga melambung sehingga pembangunan tersendat. Akan tetapi, hal ini agaknya tidak berlaku bagi bursa saham di Indonesia. Harga minyak yang turun justru direspons investor pasar modal Indonesia dengan melakukan aksi jual saham besar-besaran. Dengan demikian, membuat IHSG terkoreksi cukup dalam. Sektor komoditas pertambangan dan perkebunan sangat rentan terhadap pergerakan harga minyak karena batu bara dan CPO merupakan produk substitusi emas hitam itu. Turunnya harga minyak dipastikan akan menekan harga komoditas batu bara dan CPO dan selanjutnya berpengaruh terhadap kinerja saham perusahaan pertambangan dan perkebunan (Reinhard Nainggolan, 2008). Saham yang masuk dalam list BEI akan ditempatkan pada sektor yang sesuai dengan bidang yang dikerjakan oleh perusahaan tersebut. Salah satu sektor yang ada di BEI adalah sektor pertambangan dan perkebunan dimana perusahaan yang masuk dalam sektor tersebut merupakan perusahaan yang berhubungan dengan komoditas. Kinerja perusahaan tersebut tentu sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi serta harga komoditas yang dijual di pasar. Semakin tinggi harga komoditas yang dijual maka semakin tinggi earning yang didapatkan. Hal ini tentu akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut dan jika pergerakan yang ada terjadi serentak maka akan memberikan pengaruh positif pada pergerakan IHSG. (Manurung, 2008:1) 8
Perusahaan-perusahaan berbasis komoditas terutama energi, mineral, pertambangan dan perkebunan mengalami masa kejayaan saat ekonomi global tengah bertumbuh karena energi yang dibutuhkan sangat besar untuk memacu pertumbuhan. Ekspektasi yang besar terhadap kebutuhan energi dan substitusinya telah mendorong kenaikan seluruh harga komoditas, seperti minyak bumi, batu bara dan minyak sawit mentah (CPO). Kenaikan hargaharga komoditas tersebut akan mendorong peningkatan laba absolut, apalagi jika perusahaan yang bersangkutan dapat meningkatkan kapasitas produksi, sehingga cost of production akan menurun drastis. Dampak lanjutan dari peningkatan laba perusahaan adalah kenaikan estimasi earning per share dan fair value per share yang pada akhirnya akan memicu eskalasi harga pasar saham per lembar. 1600 Grafik 1.2 Pergerakan Harga Komoditas 1400 1200 1000 800 600 CPO Batubara Minyak 400 200 0 Jan Apr '05 '05 Jul Okt Jan Apr '05 '05 '06 '06 Jul Okt Jan Apr '06 '06 '07 '07 Jul Okt '07 '07 Waktu Jan Apr '08 '08 Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI), data diolah Jul Okt Jan Apr '08 '08 '09 '09 Jul Okt '09 '09 Grafik 1.2 memperlihatkan pergerakan harga minyak mentah yang diikuti oleh pergerakan harga komoditas lainnya yaitu, batubara dan CPO. Dilihat 9
dari pergerakannya terlihat bahwa harga komoditas tersebut bergerak dengan arah yang sama. Apabila dibandingkan dengan pergerakan IHSG pada grafik 1.1 maka akan terlihat pola pergerakan yang sama. Hal ini menunjukan terdapat hubungan antara harga komoditas dan pergerakan IHSG, terutama harga komoditas pada sektor pertambangan dan perkebunan. IHSG tertekan cukup kuat saat indeks sektor komoditas pertambangan dan perkebunan terkoreksi. Hal itu karena IHSG sangat dipengaruhi oleh sektor pertambangan dan perkebunan yang terdiri atas saham-saham dengan kapitalisasi cukup besar, seperti Saham Bumi Resources yang memiliki kapitalisasi pasar 6,19 persen dari total kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI sebesar Rp 1.607 triliun. Total kapitalisasi pasar sektor komoditas pertambangan dan perkebunan hampir 25 persen dari total kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI. Sebanyak 75 persen lagi tersebar di delapan sektor lain, seperti sektor keuangan, aneka industri, dan infrastruktur. Komposisi ini menunjukkan naik turunnya harga saham di sektor pertambangan dan perkebunan akan memberikan pengaruh sebesar 25 persen terhadap pergerakan IHSG. Anjloknya indeks sektor pertambangan dan perkebunan akibat turunnya harga minyak sebenarnya juga terjadi pada bursa regional dan global. Namun, karena masing-masing sektor di bursa regional dan global itu memiliki kapitalisasi pasar yang relatif berimbang, penurunan satu dua indeks tertentu tidak lantas mengakibatkan indeks gabungan (composite index) mereka merosot tajam (Reinhard Nainggolan, 2008). 10
Matiur Rahman (2008), melakukan penelitian terhadap pengaruh dari jumlah uang yang beredar (M2) dan harga minyak terhadap Pasar modal Amerika (S&P 500) dengan menggunakan data bulanan dari bulan Januari 1974 sampai dengan April 2006. Hasil uji kointegrasi menggambarkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi pada ketiga variabel tersebut. Estimasi dari model VECM menunjukan tidak adanya hubungan jangka panjang, hanya hubungan jangka pendek yang terjadi antara variabel terhadap pasar modal. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, para investor dengan perencanaan jangka pendek harus menaruh perhatian terhadap kebijakan moneter pemerintah Amerika dan pasaran harga minyak di masa depan. Sementara itu, investor dengan perencanaan jangka panjang tidak membutuhkan perhatian lebih terhadap kebijakan pemerintah. QuangDo (2009), melakukan penelitian untuk menguji kemungkinan hubungan diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN didasarkan pada data harian dari 28 Juli 2000 sampai 31 Maret 2009. Penelitian ini menggunakan Granger Causality Test dan Johansen Cointegration technique untuk menguji kemungkinan adanya hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN yang diwakili oleh Indonesia (JKSE), Malaysia (KLSE), Philipines (PSE), Thailand (SET), dan Vietnam (VNI). Hasil dari Uji Kausalitas Granger mengindikasikan bahwa terdapat hubungan jangka pendek yang ditemukan hampir di seluruh pasar modal ASEAN, kecuali hanya pada pasangan pasar modal Thailand dan Vietnam 11
(SET, VNI). Selain itu, dijelaskan juga bahwa terdapat hubungan jangka pendek diantara harga emas internasional dan pasar modal di ASEAN. Kemudian, hasil dari Uji Kointegrasi menunjukan bahwa hanya sedikit variabel yang mempunyai kointegrasi, yaitu antara (JKSE, KLSE), (JKSE,PSE), (KLSE,PSE), dan (KLSE, VNI). Penelitian juga dilakukan oleh Haymnas Manurung (2008), yang meneliti pengaruh harga komoditas pertambangan terhadap IHSG. Dalam penelitian tersebut melihat hubungan antara harga komoditas dan IHSG dari dua sisi yaitu pertama menggunakan harga yang ada antara IHSG dan juga komoditas, serta yang kedua dengan menggunakan return dari IHSG serta return dari harga komoditas. Penelitian ini menggunakan Granger Causality Test dan regresi berganda. Adapun komoditas yang digunakan adalah minyak mentah, emas, perak, alumunium, tembaga, nikel, timah, dan juga seng. Hasil penelitian tersebut menunjukan terdapat hubungan positif antara pergerakan IHSG dengan komoditas baik dari sisi harga maupun return. Adapun korelasi terkuat ditunjukan oleh harga emas, perak, tembaga, serta minyak mentah. Sementara itu, hasil dari uji kausalitas Granger mendapatkan hasil bahwa IHSG mempengaruhi harga minyak mentah, emas, dan perak dan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara IHSG dengan aluminium dan tembaga. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang menunjukan besarnya pengaruh yang diberikan harga komoditas terhadap pergerakan Indeks harga saham, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai pengaruh 12
perubahan harga komoditas terhadap pergerakan IHSG, Indeks LQ 45, dan JII. Penelitian ini menggunakan alat analisis VAR (Vector Autoregresion) agar hasil penelitian lebih maksimal. Selain itu, dalam penelitian ini komoditas yang digunakan adalah merupakan komoditas unggulan Indonesia. Perusahaan yang menjadi produsen utama dari komoditas tersebut mempunyai nilai kapitalisasi pasar cukup besar dalam IHSG, sehingga perusahaan tersebut mempunyai kontribusi yang besar dalam mempengaruhi pergerakan dalam IHSG. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang seperti yang dijelaskan di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana respon dari IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) akibat shock yang terjadi pada tingkat harga komoditas dunia. 2. Bagaimana kontribusi dari tingkat harga komoditas terhadap pergerakan IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII). C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis respon dari IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII) akibat shock yang terjadi pada tingkat harga komoditas dunia. 2. Menganalisis besarnya kontribusi variabel tingkat harga komoditas dunia terhadap pergerakan IHSG, Indeks LQ 45, dan Jakarta Islamic Index (JII). 13