ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT



dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

KUESIONER PENELITIAN

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan responden pemukiman elite

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BAB VI STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BAB I Permasalahan Umum Persampahan

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

1. Pendahuluan ABSTRAK:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

Prosiding SNaPP2014Sains, Teknologi, dan KesehatanISSN EISSN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Neger

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PILOT PROJECT PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN CARA PEMILAHAN DI KOTA PADANG

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA

METHODE. 1. Pembinaan Bakti TNI. a. Bakti TNI adalah :

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

MODUL MATERIUJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 15 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 SERI E NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. dan mutlak. Peran penting pemerintah ada pada tiga fungsi utama, yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat. Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tersebut adalah

METODA DAN TEKNIK PENYULUHAN. Pusat Pengembangan Penyuluhan Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2012 Seri : E

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI BENTUK DAN JENIS-JENIS KOMUNIKASI

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari seperti plastik pembungkus permen, makanan, botol air minum, sampo, detergent, kantong plastik untuk

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2012, No BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cara yang efektif untuk memutuskan rantai penularan penyakit,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

STRATEGI PENGELOLAAN ASET SISTEM PERSAMPAHAN DI KOTA POSO

ANALISIS PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KELURAHAN SINDULANG SATU KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perhitungan Biaya SPM Bidang Komunikasi dan Informati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

ADLN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. 13 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse, dan recycle melalui

PROFIL & KEGIATAN LINGKUNGAN RT 29 RW 07

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 18 TAHUN 2002 (18/2002) TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

POLA KONSUMSI MASYARAKAT MENIMBULKAN MASALAH SAMPAH DI KAWASAN PESISIR KAMPUNG BUGIS

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

Transkripsi:

ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT A. PENDAHULUAN Pembinaan masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah dengan melakukan perubahan bentuk perilaku yang didasarkan pada kebutuhan atas kondisi lingkungan yang bersih yang pada akhirnya dapat menumbuhkan dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kebersihan. Perubahan bentuk perilaku masyarakat dapat terwujud perlu ada usaha membangkitkan masyarakat dengan mengubah kebiasaan sikap dan perilaku terhadap kebersihan/sampah tidak lagi didasarkan kepada keharusan atau kewajibannya, tetapi Iebih didasarkan kepada nilai kebutuhan. Untuk mengubah kebiasaan tersebut, maka diperlukan pembinaan terhadap peran serta masyarakat yang dilakukan secara menyeluruh (kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat biasa) dan terpadu (pengelola dan seluruh masyarakat). Pembinaan terhadap peran serta masyarakat harus dilakukan secara terus menerus, terarah, terencana dan berkesinambungan, serta dengan melibatkan berbagai unsur terkait. B. KONSEP DASAR Peran serta masyarakat dan sistem pengelolaan formal membentuk keseimbangan perilaku dalam sistem pengelolaan persampahan dan tidak mencampur-adukkan peran serta masyarakat kedalam peran institusi formal dalam aspek pengelolaan. Kebutuhan peran serta masyarakat tidak berarti dalam rangka menutupi kekurangan sistem formal. Peran serta masyarakat mempunyai proporsi peran tersendiri, demikian pula sistem formal pengelolaan sampah (LKMD, RT, RW). C. KRITERIA PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT Kriteria yang perlu diperhatikan untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan membina peran serta masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan membina peran serta masyarakat secara terarah diperlukan program yang dilaksanakan secara intensif dan berorientasi kepada penyebar luasan pengetahuan, penanaman kesadaran, peneguhan sikap dan pembentukan perilaku. 2. Produk perancangan program diharapkan dapat membentuk perilaku sebagai berikut: masyarakat mengerti dan memahami masalah kebersihan lingkungan masyarakat turut serta secara aktif dalam mewujudkan kebersihan lingkungan masyarakat bersedia mengikuti prosedur / tata cara pemeliharaan kebersihan 1

masyarakat bersedia membiayai pengelolaan sampah masyarakat turut aktif menularkan kebiasaan hidup bersih pada anggota masyarkat lainnya masyarakat aktif memberi masukan ( saran-saran ) yang membangun D. STRATEGI PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT Pengembangan peran serta masyarakat dibidang kebersihan diterapkan dengan pendekatan secara edukatif dengan strategi 2 tahap, yaitu pengembangan petugas dan pengambangan masyarakat. Kunci pengembangan petugas ialah keterbukaan, dan pengembangan komunikasi timbal balik ( unsur petugas sendiri, antara petugas dan atau masyarakat dan atau anggota masyarakat ), horizontal maupun vertikal. Kunci pengembangan masyarakat ialah pengembangan kesamaan persepsi, antara masyarakat dan petugas. Suatu komunikasi dikatakan berhasil, bila menimbulkan umpan balik dan pesan yang diberikan. Isi adalah informasi, penjelasan dan penyuluhan, sedangkan umpan balik berupa ketentuan masyarakat untuk memenuhi kewajiban (membayar retribusi, memelihara kebersihan lingkungan dan dukungan moril kepada petugas kebersihan). Penjabaran strategi peningkatan peran serta masyarakat: 1. menyampaikan informasi, atau meneruskan informasi melalui media masa 2. membujuk dan menghukum, bertujuan untuk mempengaruhi (kepercayaan, nilai, cara bertindak) pihak yang diajak berkomunikasi. Bila bujukan belum berhasil, dilakukan hukuman yang merupakan senjata terakhir untuk memaksa masyarakat berubah sikap. 3. mengadakan dialog. E. ASPEK YANG MENENTUKAN PERAN SERTA MASYARAKAT Peningkatan peran serta masyarakat relatif akan berhasil bila memperhatikan aspek aspek berikut: 1. komunikasi, yang menumbuhkan pengertian yang berhasil 2. perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian yang menumbuhkan kesadaran 3. kesadaran, yang didasarkan kepada perhitungan dan pertimbangan 4. antusiasme, yang menumbuhkan spontanitas 5. adanya rasa tanggung jawab, terhadap kepentingan bersama. F. PROGRAM PENINGKATAN Dalam penyusunan program peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang persampahan, harus memuat komponen-komponen sebagai berikut: 2

1. Teknis a. Individual Peran serta masyarakat dapat dimulai dari skala individual rumah tangga yaitu dengan mereduksi timbulan sampah rumah tangga. Teknik reduksi sampah ini dikenal dengan nama metoda 3R (reduce, reuse, recycle). Sebagai contoh penerapan metoda 3R dalam kehidupan sehari-hari, misalnya : 1) Reduce Untuk pembelian produk-produk, tidak perlu meminta bungkusan ganda, sudah masuk kardus tidak perlu dibungkus lagi dengan kertas, kemudian masuk ke dalam kantong plastik. Memilih produk yang kemasannya cenderung menimbulkan sampah paling kecil / sedikit. 2) Reuse Menghindari pemakaian produk sekali pakai, misal dengan pemakaian baterai yang dapat diisi kembali (recharge), penggunaan pena / ballpoint yang dapat diisi lagi (refill). Menggunakan kembali botol-botol tempat minyak atau bahan makanan. Menggunakan wadah yang dapat dipakai berulang kali. 3) Recycle Memisahkan sampah basah ( organik, sampah dapur, sayur, sisa makanan ) dengan sampah kering (anorganik, kertas, plastik, botol ). Menjual atau menyumbangkan barang-barang yang tidak dipakai, kepada orang yang memerlukan. Pinjam meminjam atau sewa-menyewa barang-barang yang yang jarang pemakaiannya, seperti meja kursi pesta. b. Kelompok Secara berkelompok (komunal), masyarakat dapat ikut berperan dalam pengelolaan sampah pengolahan sampah skala lingkungan, misalnya : 1) Reduce Memberi kemasan hanya untuk produk yang benar-benar memerlukan bungkus atau kemasan, dan menghindari pemberian bungkus sebagai penghias. Menyediakan jaringan informasi dengan komputer, tanpa terlalu banyak kertas yang setelah dibaca akan dibuang. 2) Reuse Memakai halaman belakang kertas untuk surat-surat di kantor. Membudayakan pemakaian kantong belanja yang dapat digunakan berulang-ulang. 3) Recycle Pendirian UDPK ( Usaha Daur Ulang Dan Pembuatan Kompos ), yang akan sangat tinggi manfaatnya dalam mereduksi timbulan sampah. Mengadakan tempat jual beli barang bekas. 3

2. Pembiayaan Peran serta masyarakat dalam hal pembiayaan dipengaruhi oleh: a. Kemampuan masyarakat untuk membayar b. Kemauan untuk membayar tepat waktu c. Penerapan Perda tentang tarif 3. Pemecahan masalah Masalah menipisnya peran serta masyarakat dipecahkan melalui : a. Penyuluhan: -memasyarakatkan Perda tentang kebersihan -memasyarakatkan aset kebersihan b. Insentif memberikan potongan iuran/retribusi bagi pemilahan sampah di sumbernya c. Desinsentif : mengenakan denda bagi yang terlambat membayar iuran. G. PENYULUHAN DAN BIMBINGAN Penyuluhan dan bimbingan masyarakat merupakan alternatif yang dapat dipergunakan untuk mengajak masyarakat bersama pemerintah dalam upaya kebersihan / menanggulangi persampahan yang merupakan salah satu aspek dari pembangunan nasional. 1. Tujuan Tujuan penyuluhan dan bimbingan masyarakat dalam bidang persampahan adalah tercipta dan terbinanya suatu masyarakat dinamis yang berperan serta secara aktif dalam menanggulangi masalah kebersihan dilingkungannya. Dalam menentukan tujuan yang penting diketahui adalah: a. jelas b. realistis c. bisa diukur Tujuan penyuluhan terbagi kedalam tiga (3) bagian yaitu: a. tujuan jangka pendek, terciptanya suatu masyarakat yang mengerti, memahami akan masalah kebersihan b. tujuan jangka menengah, terciptanya suatu masyarakar yang mempunyai kesadaran akan kebersihan c. tujuan jangka panjang, terciptanya suatu masyarakat yang menjadikan kebersihan sebagai suatu kebutuhan. 2. Sasaran Yang dimaksud dengan sasaran atau kelompok sasaran adalah individu ataupun kelompok yang akan diberi penyuluhan dan bimbingan. Sasaran yang diprioritaskan untuk dilakukan penyuluhan dan bimbingan masyarakat dalam bidang kebersihan dan persampahan adalah: a. Kelompok masyarakat yang kurang tanggap terhadap masalah kebersihan. b. Kelompok masyarakat yang masih memiliki dan mengikuti adat istiadat yang kurang mendukung upaya penanggulangan persampahan. c. Kelompok masyarakat yang masih keliru dalam praktek pelaksanaan kegotong royongan dalam kebersihan. d. Kelompok masyarakat yang secara sosiokultural bersifat menyendiri. 4

e. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan / program / proyek bidang kebersihan. f. Kelompok masyarakat yang telah melaksanakan peran serta. 3. Materi Penyuluhan Materi penyuluhan kebersihan, adalah semua bahan topik yang akan disampaikan kepada masyarakat penerima penyuluhan kebersihan. Pemilihan materi hendaknya disesuaikan dengan waktu, tempat, bentuk kegiatan, masyarakat yang dihadapi serta target/sasaran yang hendak dicapai. Topik atau materi yang disampaikan adalah : a. Pengertian sampah, jenis- jenis sampah b. Memberikan petunjuk tata cara pengelolaan berbagai jenis sampah c. Cara membuang dan memusnahkan sampah d. Dampak, ancaman bila sampah dibiarkan berserakan e. Pentingnya membuang sampah pada tempatnya f. Hubungan antara kebersihan dan kesehatan g. Peraturan perundang-undangan yang berlaku h. Menerangkan tentang kebersihan institusi kebersiha, keorganisasian dan manajemen, bentuk, jumlah personalia, luas wiiayah operasi, dan kapasitas pelayanannya i. Masalah persampahan yang sering dijumpai oleh masyarakat j. Pentingnya peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kebersihan k. Jumlah biaya yang diperlukan dan sumber-sumbernya l. Retribusi, struktur tarif, dasar penyusunan kelas m. Alternatif peran serta masyarakat n. Pengelolaan komunal, swakelola dan sampah umum o. Saling mengingatkan antara sesama warga. 4. Metoda dan Teknik Penyuluhan a. Metode Penyuluhan, metode yang dapat dipergunakan dalam penyuluhan kebersihan: 1) Metode persuasif dan motivatif, adalah metoda dalam melaksanakan tugas sebagai penyuluh kebersihan, memberikan pengertian dan ajakan serta pesan-pesan, didasarkan atas kesadaran dan keinsyafan. 2) Metoda persuasif, selalu menjalin hubungan yang kuat atas dasar saling mengerti dan sating memberi bantuan serta dukungan antara penyuluh dan masyarakat sasaran 3) Metoda partisipatif, selalu menempatkan masyarakat sasaran sebagai subyek/pelaku aktif. b. Teknik Penyuluhan, adalah tata cara penyampaikan pesan-pesan penyuluhan kepada masyarakat yang menjadi sasaran penyuluhan. Teknik yang dipergunakan adalah penyuluhan lisan, tulisan dan penyuluhan peragaan. 1) Penyuluhan lisan, cara penyampaiannya dalam bahasa lisan, yang terdiri atas penyuluhan lisan secara langsung dan lisan secara tidak langsung. Penyuluhan lisan secara langsung : Penyuluh berhadapan langsung dengan kelompok penerima penyuluhan. Tempat berlangsungnya kegiatan penyuluhan dipersiapkan terlebih dahulu. Medianya adalah ceramah, khotbah, sarasehan / diskusi 5

Penyuluhan lisan secara tidak langsung Penyuluh tidak berhadapan dengan kelompok penerima penyuluhan dalam tempat yang sama. Penerima penyuluhan tidak dipersiapkan terlebih dahulu pada suatu tempat tertentu. Medianya melalui siaraan radio (pidato, reportase, wawancara, sandiwara, obrolan, majalah udara, quis), melalui siaran televisi (sandiwara, reportase, wawancara, obrolan, slide). 2) Penyuluhan tulisan Media penyuluhan dalam bahasa tulisan antara lain pembuatan brosur, leaflet, poster / pamflet. 3) Penyuluhan peragaan kebersihan Media yang dipergunakan pameran pembangunan bidang kebersihan/persampahan. film, group kesenian tradisional (ludruk, lenong, calung, wayang, randai dan lain-lain). c. Teknik Bimbingan Masyarakat Bimbingan masyarakat merupakan kegiatan lanjut dari penyuluhan kebersihan untuk memberikan arah dan cara melaksanakan upaya kebersihan, dengan kegiatan yang dapat dilakukan adalah : 1) Pemberian Contoh Program percontohan dapat berupa pemberian contoh oleh pimpinan formal dan informal dengan melakukan kegiatan kebersihan. 2) Pemberian hadiah Pemberian hadiah atau penghargaan atas prestasi kebersihan lingkungan dapat diberikan secara berjenjang mulai dari tingkat desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten/kotamadya, propinsi, dan penghargaan tertinggi pada tingkat nasional (Adipura ). 3) Pemberian kemudahan Penyediaan sarana dan prasarana yang memberikan kemudahan untuk pembuang sampah secara baik dan benar. 4) Pendidikan Masalah kebersihan ditanamkan sejak kecil melalui pendidikan formal (disekolah) dan non formal (Pramuka, dirumah). 5) Memperluas daerah bebas sampah 6) Pemberian ancaman Pemberian ancaman dikaitkan dengan peraturan yang diterapkan dalam bentuk sangsi terhadap pelanggaran dan peraturan. 6