PENDEKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT



dokumen-dokumen yang mirip
Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk

Strategi Pelayanan Kebidanan Komunitas

Agus Samsudrajat S, SKM Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Kapuas Raya Sintang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

LANGKAH PENGEMBANGAN DILAPANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 2000 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PERATURAN DESA NANGGUNG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

WALIKOTA Pekanbaru DR. Firdaus, ST, MT secara resmi melantik dan mengukuhkan Pengurus

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

KEPALA DESA SIPAYUNG KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN BOGOR PERATURAN DESA SIPAYUNG NOMOR 04 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2006 Seri : E

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA KALIPAIT,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

AKADEMI KEBIDANAN PEMKO TEBING TINGGI PENDEKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT MATERI KULIAH IKM ELVI ZULIANI 11

PENDEKATAN EDUKATIF DALAM PERAN SERTA MASYARAKAT Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan berawal dari pola hidup masyarakat yang tidak lepas dari faktor lingkungan, adat istiadat, ekonomi, sosial budaya dll. Sebagian masalah komunitas merupakan hasil perilaku masyarakat sehingga perlu melibatkan masyarakat secara aktif. Keberadaan kader kesehatan dari masyarakat sangat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri masyarakat terhadap kemampuan yang mereka miliki. 1. Definisi a. Secara umum Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis, terencana dan terarah dengan partisipasi aktif individu, kelompok, masyarakat secara keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi dan budaya setempat. b. Secara khusus Merupakan model dari pelaksanaan organisasi dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dengan pokok penekanan pada hal hal berikut: - Pemecahan masalah dan proses pemecahan masalah - Pengembangan provider merupakan bagian dari proses perkembangn masyarakat secara keseluruhan. 2. Tujuan pendekatan edukatif a. Memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat yang merupakan masalah kebidanan komunitas. b. Mengembangkan kemampuan masyarakatuntuk dapat memecahkan masalah nya sendiri secara swadaya dan gotong royong Provider adalah sektor yang bertanggung jawab scara teknis terhadap program program yang dikembangkan dalam pengembangan kemampuan masyarakat untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri secara swadaya dan gotong royong. 3. Strategi dasar pendekatan edukatif a. Mengembangkan provider Perlu adanya kesamaan persepsi dan sikap mental positif terhadap pendekatan yang ditempuh serta sepakat untuk mensukseskan. Langkah-Langkah Pengembangan Provider 1) Pendekatan terhadap pemuka atau pejabat masyarakat. Dimulai dari pemuka/pejabat tingkat pusat kemudian ke bawah. Tujuan terutama untuk memperoleh suatu dukungan secara politis, diharapkan terjelma dalam bentuk kebijaksanaan nasional maupun regional. Pendekatan pada tokoh masyarakat dapat berupa: Nonformal untuk penjagaan lahan. Formal dengan surat resmi Tatap muka antara provider dan tokoh masyarakat Kunjungan rumah untuk menjelaskann maksud dan tujuan pengumpulan data Pertemuan antara provider dan tokoh masyarakat untuk menetapkan suatu kebijakan altenatif Pemecahan masalah dalam rangka perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi. Menjalin hubungan sosial yang baik dengan menghadiri upacara agama, perkawinan, kematian dsb. 2

2) Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor diberbagai tingkat administrasi sampai dengan tingkat desa Tujuan yang akan dicapai adalah adanya kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan serta pola pelaksanaan secara makro. Bentuk kegiatan Pendekatan terhadap pelaksana dari sektor diberbagai tingkat administrasi antara lain: a. Lokakarya b. Seminar c. Pertemuan Pendekatan tingkat desa,bermaksud agar pemuka desa; - Mengerti apa yang dimaksud dengan pendekatan edukatif - Mendukung pendekatan ini serta bersepakat akan mensukseskannya Di bidang kesehatan pendekatan tingkat desa ini tidak hanya dilakukan oleh puskesmas sendiri, melainkan bersama-sama dengan sektor-sektor lain di tingkat kecamatan dipimpin oleh Pak Camat dan Kepala Puskesmas. Pendekatan ini dapat berupa : - Pertemuan tersendiri khusus membicarakan pendekatan edukatif - Disiplin dalam acara pertemuan desa yang rutin misalnya dalam rembuk desa. Yang diharapkan dalam tingkat desa adalah : - Kepala desa dan jajarannya - Pengurus LKMD - Pemuka-pemuka masyarakat. 3) Pengumpulan data oleh sektor kecamatan/desa Pengumpulan data ini merupakan pengenalan stuasi dan masalah menurut kecamatan petugas / provider. Macam-macam data yang dikumpulkan : - Data umum,data teknis sesuai dengan kepentingan masing masing sektor yaitu data tentang keadaaan daerah, penduduk, pemuka masyarakat setempat. - Data khusus,sesuai hasil pengamatan/data orang lain.yaitu data masing-masing sektor misalnya data pertanian untuk sektor pertanian, data kesehatan untuk sektor kesehatan, dan lain-lain. - Data perilaku sesuai dengan masalah yang ada. b. Pengembangan masyarakat Pengembangan masyarakat adalah menghimpun tenaga masyarakat untuk mampu dan mau mengatasi masalahnya sendiri secara swadaya sebatas kemampuan. Pengembangan masyarakat perludilakukan baik Sumber Daya Alam/potensi desadan Sumber Daya Manusia/kader kesehatan Dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat untuk menentukan masalah, merecanakan alternatif, melaksanakan dan menilai usaha pemecahan masalah yang dilaksanakan. Langkah langkahnya meliputi pendekatan tingkat desa, survei mawas diri, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta pemantapan dan pembinaan Metode Pendekatan Edukatif dalam mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan kesehatan serta Pengorganisasian Dan Pengembangan Masyarakat (PPM). PERAN SERTA MASYARAKAT A. PENGERTIAN Peran serta masyarakat adalah suatu bentuk bantuan masyarakat dalam hal pelaksanaan upaya kesehatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitattif dalam bentuk bantuan tenaga, dana, sarana, prasarana serta bantuan moralitas sehingga tercapai tingkat kesehatan yang optimal. Peran serta masyarakat adalah proses untuk : 1. Menumbuhkan dan meningkatkan tanggung jawab individu, keluarga terhadap kesehatan / kesejahteraan dirinya, keluarganya dan masyarakat 3

B. TUJUAN 2. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam pembangunan kesehatan, sehingga individu / keluarga tumbuh menjadi perintis pembangunan (agent of development) yang dilandasi semangat gotong royong Tujuan Umum Meningkatnya jumlah dan mutu upaya masyarakat dalam bidang kesehatan Tujuan Khusus a. Meningkatnya kemampuan pemimpin, pemuda, dan tokoh masyarakat dalam merintis dan menggerakkan upaya kesehatan di masyarakat b.meningkatnya kemampuan organisasi masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan c. Meningkatnya kemampuan masyarakat dan organisasi masyarakat dalam menggali, menghimpun dan mengelola dana / sarana masyarakat untuk upaya kesehatan C. SASARAN 1. Tokoh masyarakat (tokoh formal, tokoh adat, tokoh agama dan sebagainya) 2. Keluarga dan dasa wisma (persepuluhan keluarga) 3. Kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus kesehatan (generasi muda, wanita, angkatan kerja dan lain-lain) 4. Organisasi masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menyelenggarakan upaya kesehatan, antara lain : organisasi profesi, pengobatan tradisional, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan sebagainya 5. Masyarakat umum di desa, di kota dan di pemukiman khusus (tarnsmigran dan sebagainya) D. KEBIJAKSANAAN POKOK DAN STRATEGI PENINGKATAN PSM 1. Kebijaksanaan pokok a. Dilakukan melalui berbagai jalur : mengutamakan organisasi kemasyarakatan yang ada menerapkan teknologi komunikasi, informasi, motivasi (KIM) b. Pembentukan dan pembinaan kepemimpinan yang berorientasi kesehatan terhadap pemimpin/pemuda/tokoh dalam organisasi kemasyarakatan. c. Pemberian kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih banyak kepada organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan dengan mendaya gunakan sumberdaya masyarakat sendiri d. Peningkatan para penyelenggara upaya kesehatan dalam menerapkan (KIM) dan menggalang (PSM) untuk pembangunan kesehatan 2. Strategi Peningkatan PSM a. Mematangkan kesiapan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan dengan menerapkan Komunikasi Informasi dan Motivasi (KIM) dalam rangka menumbuhkan public opinion yang positif yang dilakukan melalui pendekatan kepada : - individu - keluarga (diberikan dengan pendekatan perorangan) - kelompok persepuluhan - organisasi / kelembagaan masyarakat, dan - masyarakat umum (dilakukan melalui penggunaan media elektronik, media cetak dan tradisional) b. Mewujudkan pemimpin dan perintis pembangunan kesehatan dalam masyarakat dengan pendekatan : formal : melalui LKMD / PKK dan perangkatnya informal : melalui organisasi kemasyarakatan kelompok masyarakat : (organisasi / kelompok keagamaan, kewanitaan, kepemudaan, ketenaga kerjaan, ekonomi, pendidikan, peminatan, profesi) c. Mengenal, mengajak, memberi kesempatan dan melibatkan berbagai organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya di semua tingkat 4

d.menyelenggarakan pendidikan dan latihan kelanjutan bagi para penyelenggara upaya kesehatan guna mendalami dan mengamalkan pendekatan masyarakat yang berhasil guna dan berdaya guna. E. LANGKAH PENGEMBANGAN DAN KEGIATAN MENGEMBANGKAN PSM Langkah Pengembangan PSM Umum : a. Penggalangan dukungan penentu kebijaksanaan, pemimpin wilayah, lintas sektor dan berbagai organisasi kesehatan yang dilaksanakan melalui dialog, seminar, lokakarya dalam rangka KIM, dengan memnfaatkan media masa dan sistem informasi kesehatan. b. Persiapan petugas penyelenggara melalui pelatihan, orientasi atau sarasehan kepemimpinan di bidang kesehatan c. Persiapan masyarakat melalui rangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan, dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimilikinya. Kegiatan Mengembangkan PSM Umum : a. Pendekatan kepada tokoh masyarakat b. Survey mawas diri masyarakat untuk mengenali masalah kesehatan (diagnosa masalah kesehatan) c. Musyawarah masyarakat desa untuk penentuan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi (penetapan resep pemecahan masalah oleh masyarakat dan latihan kader) d. Pelaksanaan kegiatan kesehatan oleh dan untuk masyarakat melalui kadernya yang telah terlatih (tindakan terapi oleh masyarakat) e. Pengembangan dan pelestarian kegiatan kesehatan oleh masyarakat f. Pengenalan sosio- budaya masyarakat setempat F. KERANGKA TEORI PERAN SERTA MASYARAKAT 1. Faktor yang mempengaruhi Peran Serta Masyarakat a. Perilaku individu Perilaku individu dipengaruhi oleh berbagai hal seperti : tingkat pengetahuan, sikap mental, tingkat kebutuhan individu, tingkat keterikatan dalam kelompok, tingkat kemampuan sumber daya yang ada. 1) Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi perilaku individu. Makin tinggi pendidikan / pengetahuan kesehatan seseorang, makin tinggi kesadaran untuk berperan serta. Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antar tingkat pendidikan ibu dan kesehatan keluarganya. Dalam permasalahan kesehatan, sering dijumpai bahwa persepsi masyarakat tidak selalu sama dengan persepsi dengan persepsi pihak provider kesehatan (tenaga kesehatan). Untuk mencapai kesepakatan atau kesamaan persepsi sehingga tumbuh keyakinan dalam hal masalah kesehatan yang dihadapi diperlukan suatu proses (KIM) yang mantap. Dalam proses ini diharapkan terjadi perubahan perilaku seseorang, yang tahaptahapnya adalah : - pengenalan (awarenes) - peminatan (interest) - penilaian (evaluation) - percobaan (trial) - penerimaan (adoption) 2) Sikap mental Sikap mental pada hakekatnya merupakan kondisi kejiwaan, perasaan dan keinginan (mind, feeling and mood) seseorang sehingga hal tersebut berpengaruh pada perilaku serta pada akhinya perbuatan yang diwujudkannya. 5

Kondisi ini didapatkan dari proses tumbuh kembang individu sejak masa bayi/anak dan berkembang pula dari pendidikan serta pengalaman hidupnya dalam berinteraksi dengan lingkungan/masyarakatnya. Dengan memahami sikap mental masyarakat (norma), maka para pemberi pelayanan sebagai Prime Mover akan dapat membentuk strategi perekayasaan manusia dan sosial.. 3) Tingkat kebutuhan individu Berkaitan dengan sistem kebutuhan yang terdapat dalam diri individu, MASLOW mengatakan bahwa pada diri manusia terdapat sejumlah kebutuhan dasar yang menggerakkannya untuk berperilaku. Kelima kebutuhan menurut MASLOW tersebut terikat dalam suatu hirarki tertentu berdasarkan kuat lemahnya MOTIVASI. Motivasi adalah penggerak batin yang mendorong seseorang dari dalam untuk menggunakan tenaga yang ada pada dirinya sebaik mungkin demi tercapainya sasaran. Implikasi dari uraian diatas adalah bahwa sepanjang perilaku berperan serta yang dikehendaki dapat memenuhi kebutuhan poko anggota masyarakat dan sejalan dengan norma dan nilai yang dianut, maka peran serta tersebut dapat berkembang. Sebaliknya, perilaku yang lain (baru ataupun berlawanan) tidak akan muncul dengan mudah apabila kebutuhan pokok anggota masyarakat tersebut tidak dipenuhi. 4) Tingkat keterikatan kelompok Suatu masyarakat terdiri dari individu/keluarga yang hidup bersama, terorganisi dalam suatu sistem sosial atau ikatan. Sesuai dengan kepentingan dan aspirasi anggotanya sistem sosial tersebut dapat berupa organisasi/ikatan : politik, ekonomi, sosbud, agama, profesi, pendidikan, hukum, dll. Organisasi / institusi bentukan dari sistem sosial tersebut bervariasi besarnya dan profil sosial ekonominya, serta tingkatannya, mulai dari paguyuban atau bahkan kelompok terisolir pada tingkat desa, kota dan nasional. 5) Tingkat kemampuan sumber daya perilaku individu juga diepengaruhi oleh tersedianya sumber daya terutama sarana untuk pemenuhan kebutuhan baik yang dimiliki olehnya maupun yang tersedia dimasyarakat b. Perilaku masyarakat Perilaku masyarakat dipengaruhi terutama oleh keadaan politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan agama 1) Keadaan dan struktur politik ; sangat penting peranannya dalam mempengaruhi derajat perilaku masyarakat yang selanjutnya akan mewujudkan peran serta masyarakat. Kestabilan dan kesepakatan politik, perangkat-perangkat lunak juga hukum yang ada serta wadah yang jelas merupakan hal penting dalam menunjang perwujudan kearah itu. 2) Keadaan ekonomi ; sangat penting pula pengaruhnya terhadap perwujudan peran serta masyarakat, mengingat kemajuan yang dicapai dibidang ekonomi lebih memungkinkan kemampuan masyarakat untuk berperan serta dalam berbagai aspek pembangunan 3) Aspek sosial-budaya ; turut menentukan pula pengaruhnya terhadap perwujudan peran serta masyarakat. Dalam berbagai hal masih sering dijumpai situasi dimana tata nilai budaya masyarakat indonesia tertentu belum lagi memungkinkan terwujudnya perilaku hidup sehat, apalagi untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan seperti yang diharapkan. 4) Aspek pendidikan ; tingkat pendidikan suatu bangsa akan mempengaruhi perilaku rakyatnya. Makin tinggi pendidikan masyarakat makin tinggi kesadaran kesehatannya. 5) Aspek Agama ; ketentuan atau ajaran-ajaran yang berlaku dalam berbagai agama mempengaruhi perilaku masyarakat. Agama dapat merupakan jembatan ataupun hambatan bagi terwujudnya perilaku positif masyarakat dalam kesehatan. 6

2. Bentuk-Bentuk / Tingkat-Tingkat Dalam Partisipasi Masyarakat (PSM) Mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat bukan pekerjaan mudah. Partisipasi masyarakat memerlukan kemampuan, kesempatan dan motivasi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dapat terjadi dalam berbagai tingkatan, yaitu : 1) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintah atau karena paksaan 2) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena insentif 3) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi atau karena ingin meniru 4) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran 5) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan tanggung jawab Tingkat partisipasi masyarakat nomor 5 biasanya muncul di negara-negara maju yang berpaham demokrasi. Sedangkan partisipasi yang muncul di negara-negara sedang berkembang yang pola budayanya umumnya paternalistik, tingkat partisipasi masyarakatnya adalah nomor 1 s/d nomor 4 (terutama nomor 1 s/d 3). Umumnya orang berpendapat bahwa partisipasi masyarakat erat kaitannya dengan sifat gotong-royong masyarakat yang sudah membudaya, namun itu bukan satu-satunya faktor penentu yang mempengaruhi partisipasi, akan tetapi partisipasi masyarakat itu merupakan hal yang kompleks dan sering sulit diperhitungkan karena terlalu banyak faktor yang mempengaruhinya. 3. Faktor Pendorong Partisipasi Masyarakat Dalam upaya mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat ada beberapa faktor yang bisa membantu atau mendorong upaya tersebut, yang antara lain adalah : a. Faktor pendorong di masyarakat Konsep partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hal yang baru bagi kita di Indonesia. Dari sejak nenek moyang kita, telah dikenal adanya semangat gotong-royong dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di masyarakat. Semangat gotong-royong ini bertolak dari nilai-nilai budaya yang menyangkut hubungan antar manusia. Semangat ini mendorong timbulnya partisipasi masyarakat b. Faktor pendorong di pihak provider Faktor pendorong terpenting yang ada di pihak provider adalah adanya kesadaran di lingkungan provider, bahwa perilaku merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Kesadaran ini melandasi pemikiran pentingnya partisipasi masyarakat. Selain itu keterbatasan sumber daya dipihak provider juga merupakan faktor yang sangat mendorong pihak provider untuk mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat. 4. Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat a. Faktor penghambat yang terdapat di masyarakat 1) Persepsi masyarakat yang sangat berbeda dengan persepsi provider tentang masalah kesehatan yang dihadapi 2) Susunan masyarakat yang sangat heterogen dengan kondisi sosial budaya yang sangat berbeda-beda pula 3) Pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya 4) Adanya kepentingan tetap (vested interest) dari beberapa pihak dimasyarakat 5) Sistim pengambilan keputusan dari atas kebawah 6) Adanya berbagai macam kesenjangan sosial 7) Kemiskinan 7

b. Faktor penghambat yang terdapat di pihak provider 1) Terlalu mengejar target sehingga terjerumus dalam pendekatan yang tidak partisipatif 2) Pelaporan yang tidak obyektif (ABS) hingga provider keliru mentafsirkan situasi 3) Birokrasi yang sering memperlambat kecepatan dan ketepatan respons pihak provider terhadap perkembangan masyarakat 4) Persepsi yang berbeda antara provider dan masyarakat 5. Keuntungan Partisipasi Masyarakat a. Bagi masyarakat Dengan berpartisipasinya masyarakat dibidang kesehatan maka : 1) Upaya kesehatan yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan masalah yang dihadapi masyarakat, tidak hanya bertolak dari asumsi para penyelenggara semata. 2) Upaya kesehatan bisa diterima dan terjangkau oleh masyarakat, baik secara fisik, sosial maupun secara ekonomis. Ini karena mesyarakat berpartisipasi dalam merumuskan masalahnya dan dalam merencanakan pemecahannya 3) Masyarakat merasa puas, karena mempunyai andil pula dalam menilai pelaksanaan daripada upaya kesehatan yang sudah direncanakan dan dilaksanakan bersama. 4) Dengan berpartisipasinya masyarakat dalam proses pemecahan masalah dibidang kesehatan akan mengembangkan kemampuan dan sikap positif serta motivasi mereka untuk hidup sehat atas dasar swadaya. b. Bagi pihak penyelenggara pelayanan (provider) 1) Dengan adanya partisipasi masyarakat, berarti adanya penemuan dan pengerahan potensi masyarakat untuk pembangunan di bidang kesehatan, dan membantu memecahkan masalah keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah, baik sumber daya tenaga, biaya, maupun fasilitas. 2) Partisipasi masyarakat membantu upaya perluasan jangkauan pelayanan kesehatan 3) Partisipasi masyarakat menciptakan adanya rasa ikut memiliki dan rasa ikut bertanggung jawab dipihak masyarakat terhadap masalah dan program kesehatan, hingga hal ini memperlancar munculnya aspirasi-aspirasi dari bawah. 4) Partisipasi masyarakat dapat pula merupakan wadah dan jalur untuk kontrol terhadap pelayanan kesehatan yang dilaksanakan pemerintah 5) Partisipasi masyarakat dibidang kesehatan dapat menjadi pintu masuk (entry point) bagi partisipasi masyarakat dalam pembangunan di bidang lain 6) Partisipasi masyarakat merupakan mekanisme berkembangnya dialog antara masyarakat dan pihak penyelenggaraan pelayanan (provider) dan antara masyarakat denganmasyarakat sendiri, hingga tercipta kesamaan berbagai pengertian dan pandangan tentang masalah dan cara pendekatannya. Kinerja petugas memiliki empat komponen yang saling terkait: 1. Membangun hubungan. Pendekatan Kinerja petugas dimulai dengan identifikasi dan analisa praktik baik dalam Penguatan Sistem Kesehatan sebagai dasar bukti perencanaan dan pelaksanaan program bersama. Pada saat yang bersamaan, Kinerja petugas akan bekerja untuk membangun hubungan kerja fungsional dengan seluruh tingkatan pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan dalam masyarakat sipil, misal pemuka agama dan tokoh adat. Kinerja petugas akan bekerjasama dengan institusi lokal utama, dinas kesehatan kabupaten, Badan perencanaan daerah (Bappeda), dan Dewan perwakilan rakyat daerah provinsi (DPRP) dan Dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD). 2. Peningkatan kepemimpinan dan kapasitas manajemen pemberian pelayanan kesehatan. Ini merupakan bagian dari program Kinerja petugas untuk memberikan pelatihan manajemen eksekutif dan mentoring bagi pegawai negeri sipil di dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas. Komponen ini juga akan mensasar anggota DPRP dan DPRD untuk memastikan bahwa mereka memahami isu kesehatan dan mampu melakukan advokasi perubahan kebijakan dan alokasi sumber daya yang lebih efektif untuk pemberian pelayanan kesehatan yang lebih baik. 8

3. Meningkatkan pemahaman warga negara tentang hak kesehatan mereka. Kinerja petugas akan bekerja untuk mendorong warga negara mengetahui hak kesehatan mereka dan mampu meminta pelaksanaan pelayanan kesehatan yang lebih baik di bidang KIA, HIV/AIDS, dan TB. Pemahaman warga negara tentang hak kesehatan mereka yang lebih baik dan kontekstualisasi praktik baik dalam konteks budaya lokal akan membantu meningkatkan hubungan dengan penyedia pelayanan kesehatan. Pesan-pesan kesehatan akan dibuat melalui penelitian antropologi dan diskusi dengan pemuka agama dan tokoh adat. 4. Keterlibatan forum lintas pemangku kepentingan (MSF). Kinerja petugas akan membentuk MSF untuk meningkatkan kemitraan antara pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, pemuka agama dan tokoh adat, serta warga negara untuk mencapai pelayanan kesehatan yang lebih baik. Arti Pentingnya PSM 1. Dalam Pembangunan Kesehatan: a. Merupakan unsure mutlak dalam pembinaan kesehatan b. Kemampuan hidup sehat hanya dapat dicapai melalui peranan individu atau masyarakat c. Kemandirian masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan sebagai kunci keberhasilan pembinaan kesehatan 2. Dapat Dikaji dari Tercantumnya dalam Dokumen Resmi, seperti: a. GBHN 1993 b. UU No 23 tahun 1992 c. SKN Tolak Ukur Keberhasilan PSM 1. Meningkatnya kemampuan kepemimpinan masyarakat 2. Meningkatnya pengorganisasian kesehatan oleh masyarakat 3. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam mengelola dana untuk kesehatan 4. Meningkatnya penerimaan masyarakat terhadap program kesehatan DAFTAR PUSTAKA 1. Notoatmojo Soekijo, 2003 : Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsif-Prinsif Dasar. Rineka Cipta, Jakarta 2. Effendy Nasul, 2005: Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 3. Aditya Stiawan Dodiat, 2009 : Hand Out PSM. Pdf, http//adityasetiawan.fale.wordpress.com/ilmukesehatanmasyarakat//hand Out PSM. Pdf 4. Erfandi, 2008: Peran Serta Masyarakat, Pro Health, for better life. htm 9